You are on page 1of 18

Pernahkah Anda tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang sudah berpisah lima enam tahun dengan Anda?

Ada yang berubah.... Itu pasti yang ada dalam benak Anda. Entah penampilan fisik, pembawaan dirinya, atau pola pikirnya. Dalam rentang kehidupan manusia, proses perkembangan terjadi. Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1993:2). Manusia selalu dinamis dan semenjak pembuahan sampai ajal selalu terjadi perubahan. Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat . Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya. Havighurst membagi tugas-tugas perkembangan selama rentang kehidupan manusia sebagai berikut: Masa bayi dan awal masa kanak-kanak 1. Belajar memakan makanan padat 2. Belajar berjalan 3. Belajar berbicara 4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh 5. Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya 6. Mempersiapkan diri untuk membaca 7. Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani Akhir masa kanak-kanak 1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. 2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya 4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat 5. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung 6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari 7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai. 8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga 9. Mencapai kebebasan pribadi Masa Remaja 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita 2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya 6. Mempersiapkan karir ekonomi 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilakumengembangkan ideologi Awal Masa Dewasa 1. Mulai bekrja 2. Memilih pasangan

3. Belajar hidup dengan tunangan 4. Mulai membina keluarga 5. Mengasuh anak 6. Mengelola rumah tangga 7. Mengambil tanggung jawab sebagai waga negara 8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan Masa Usia Pertengahan 1. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara 2. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang beranggung jawab dan bahagia 3. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa 4. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu 5. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini 6. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan 7. Menyesuaikan diri dengan orangtua yang semakin tua Masa Tua 1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan 2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan menurunnya penghasilan keluarga 3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup 4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia 5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan 6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes Dengan mengetahui secara garis besar tugas-tugas perkembangan di atas, kita dapat menyusun program-program pembelajaran non formal untuk membantu mengasah ketrampilan dan bakat individu sehingga tugas-tugas perkembangannya dapat dikuasai dan diselesaikan tepat waktu. Sejak tahap perkembangan masa bayi, individu dapat diberikan pendidikan non formal sesuai dengan kebutuhannya untuk membantu menguasai tugas-tugas perkembangan. Penting juga diketahui bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk menguasai dan menyelesaikannya. Faktor-faktor tersebut: Faktor Penghalang 1. Tingkat Perkembangan yang mundur 2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya 3. Tidak ada motivasi 4. Kesehatan yang buruk 5. Cacat tubuh 6. Tingkat keerdasan yang rendah Faktor yang membantu 1. Tingkat perkembangan yang normal 2. Kesematan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya 3. Motivasi 4. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh 5. Tingkat kecerdasan yang tinggi

6. Kreativitas Terlepas dari berapa panjang rentang kehidupan seseorang, ukuran kronologis atau usia adalah kriteria pokok untuk menentukan tahap-tahap perkembangan individu. Pembagian ukuran kronologis ini: 1. Periode Pranatal; masa sebelum kelahiran 2. Bayi; kelahiran sampai minggu kedua 3. Masa bayi; akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua 4. Awal masa kanak-kanak; dua sampai enam tahun 5. Akhir masa kanak-kanak; enam sampai sepuluh atau dua belas tahun 6. Masa pubertas; sepuluh atau dua belas sampai tiga belas atau empat belas tahun 7. Masa remaja; tiga belas atau empat belas sampai delapan belas tahun 8. Awal masa dewasa; delapan belas sampai empat puluh tahun 9. Usia pertengahan; empat puluh sampai enam puluh tahun 10. Masa tua atau usia lanjut; enam puluh tahun sampai meninggal Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal dapat diberikan kepada seseorang sepanjang rentang kehidupannya. Banyak yang bisa diberikan kepada individu untuk membantunya menguasai dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, sesuai dengan kebutuhannya pada suatu tahap perkembangan. Misalnya pada akhir masa kanak-kanak, memberikan ketrampilan dasar untuk mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat dapat kita lakukan dengan memberikan pelatihan kecerdasan emosi untuk mengasah rasa empati atau kepekaan sosial.

Pendahuluan Perkembangan individu murid, siswa, dan mahasiswa (peserta didik), ditunjukkan bagaimana perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa tumbuh dan berkembang secara pisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan pisik, kognitif, afektif, sosial, psikomotor, moral. Proses pengajaran dan pembelajaran tidak akan bisa berjalan efektif dan efisien apabila seorang pendidik tidak memahami perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Untuk itu pendidik memerlukan pengetahuan tentang perkembangan individu peserta didik. B. Konsep Perkembangan Individu Perkembangan individu merupakan perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.

Yang dimaksud perubahan yang sistematis yaitu perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya baik fisik maupun psikis dan meupakan satu kesatuan yang harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berkesinambungan berarti bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan. Perkembangan individu secara pisik terjadi sesuai dengan fase-fase perkembangan, sedangkan secara psikis terjadi perubahan imajinasi fantasi ke rialistis. C. Belajar dan Fase-fase Perkembangan Individu Manusia membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan ini dapat dicapai melalui belajar. Meskipun bayi yang baru lahir membawa beberapa naluri dan insting dan potensi-potensi, tetapi potensi tersebut tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh dari luar. Untuk itu manusia membutuhkan belajar sepanjang kehidupannya, kapanpun dan dimanapun. Para ahli mendifinisikan belajar sebagai berikut: 1. Menurut Hilgard, belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah). 2. Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 3. James P. Chaplin, learning (hal belajar, pengetahuan), yang berarti perolehan dari sembarang perubahan yang relative permanen dalam tingkah laku sebagai hasil praktek atualisasi pengalaman. Sumadi Suryabrata menyimpulkan: 1. Belajar itu membawa perubahan 2. Perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

3. Perubahan itu terjadi karena usaha Menurut Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua ada enam fase, yaitu: 1. Fase perkembangan masa kanak-kanak 2. Fase perkembangan masa anak 3. Fase perkembangan masa remaja 4. Fase perkembangan masa dewasa awal 5. Fase perkembangan masa setengah baya 6. Fase perkembangan masa tua D. Perkembangan Individu secara Didaktis Syamsu Yusuf mengemukakan beberapa tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis, sebagai berikut: 1. Masa Usia Pra Sekolah Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu: (1) masa vital dan (2) masa estetik. a. Masa Vital, pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Adapun tugas perkembangan pembelajaran pada fase ini adalah: (1) anak belajar memakan makanan keras; (2) anak belajar berjalan; (3) anak belajar berbicara. b. Masa Estetik; masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan, Seseorang indiviau anak bereksplorasi dan belajar melalui panca inderanya. Adapun tugas pembelajaran pada fase ini, yaitu: (1) anak belajar membedakan yang baik dan yang

buruk; (2) anak membedakan jenis kelamin, belajar sopan santun; (3) anak belajar mengeja, membaca; (4) anak belajar mengenal individu secara emosional dan sosial. 2. Masa Usia Jenjang Pendidikan Dasar Masa Usia Pendidikan Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Adapun ciri-ciri utama anak yang sudah matang, yaitu: 1) memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya; (2) keadaan fisik yang memungkinkar anakanak memasuki dunia bermain dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani; (3) memasuki dunia mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas (Tohirin, 2005:34). Adapun tugas anak-anak pada usia sekolah dasar ini adalah: 1. Belajar ketrampilan, jasmani atau fisik melalui bermain. 2. Belajar bergaul. 3. Belajar mengembangkan kemampuan menulis, membaca, dan menghitung. 4. Belajar mengenal kemampuan dirinya. 5. Belajar memainkan berperan sebagai lelaki maupun wanita. 6. Belajar membandingkan diri dengan yang lainnya. 7. Belajar menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginannya. 8. Belajar bersikap bebas atau tidak terikat menentukan sesuatu kehendak. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi. Adapun ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun):

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional. c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain. e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting. f. Pada masa ini (terutama usia 6 sampai 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik. Adapun ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun: a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus. d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya. f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peratuan sendiri Beberapa faktor penting yang berkaitan pembangunan karakter anak dalam fase ini antara lain adalah, pola interaksinya dengan ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarga yang

lain, keadaan fisiknya, seperti tinggi dan berat badannya serta hal-hal yang didengar dan dipelajarinva. Kebutuhan anak di fase remaja ini berbeda dengan kebutuhannya difase-fase sebelumnya. Hal ini harus diperhatikan oleh orang tua dan diusahakan untuk memenuhinya. Kebutuhan anak tersebut antara lain adalah sebagai berikut: (a) Kebutuhan primer, seperti makanan, minuman, dan pakaian; (b) Kebutuhan psikis, seperti ketenangan jiva dan emosi; (c) Kebutuhan terhadap penerimaan dirinya oleh masyararakat; (d) Kebutuhan terhadap perhatian dan penghormatan atas dirinya. (e) Kebutuhan untuk mempelajari banyak hal yang dapat memupuk bakatnya sebagai bekal menempuh perjalanan panjang kehidupannya. (f) Kebutuhan untuk mengenal pemikiran-pemikiran yang menjadi wacana dalam masyarakat dan mengenal isi dunia, yang tentu saja disesuaikan dengan kemampunn dan kematangan anak seusia ini. Adapan langkah-langkah penting yang berhubungan dengan pendidikan anak di fase ini, sebagai berikut : (a) Pendidikan Ekstra Ketat Pendidikan di fase ini lebih penting pada fase-fase lainnya karena anak di usia ini relatif masih bersih dan belum tercemari sehingga mau mendengar dan menerima semua nasehat dan bimbingan. Karena itu, orang tua harus pandai-pandai memnggunakan kesempatan ini untuk mendidiknya dengan benar. Imam Ali bin Al-Husain a.s. berkata: "Hak anakmu adalah engkau bertanggung jawab untuk mengajarkan kepadanya akhlaq karimah, mengenalkan kepada Tuhan dan membantunya untuk patuh kepadamu. Tugas berat ini besar sekali pahalanya dan

sebaliknya, siksaan menunggu jika melalaikannya. Karena itu, 1akukanlah apa yang bisa membuatmu berbangga atasnya di masa depan dan terbebas dari hukuman Tuhan atas tanggung jawab yang Dia berikan kepadamu, dengan mendidiknya secara baik dan benar". Pendidikan yang ditekankan tidak lain adalah pendidikan dengan konsep Islami yang menjadikan masalah penghambaan kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya menjadi poros segala masalah kehidupan. (b) Dorongan untuk Belajar Pada fase ini, belajar adalah hal yang penting bagi anak-anak. Inilah saat yang tepat untuk memberikan dorongan belajar kepada mereka mematangkan kekuatan akal, serta mewujudkan kecintaan hakiki mereka terhadap penguasaan i1mu. Berdasarkan Hadist yang artinya: Orang yang belajar diwaktu kecil itu ibarat melukis di atas batu. (c) Melatih Anak untuk Patuh Metode yang ditawarkan Islam dalam melatih kepatuhan anak sangat memperhatikan kemampuan akal dan fisik si anak. Sebagai contoh, dalam hal latihan melaksanakan shalat, Rasulullah SAW bersabda, Artinya: Biasakanlah anak-anak untuk shalat ketika usianya mencapai tujuh tahun. Jika sampai usia sembilan tahun si anak masih meninggalkan shalat, pukullah. Memukul yang dimaksudkan dalam hadis ini bisa dalam pengertian yang sebenarnya, yaitu dalam bentuk pukulan fisik atau bisa juga berarti penunjukan sikap marah, pukulan memang bisa berdampak negatif kepada anak. Akan tetapi, dampaknya itu akan segera hilang, dan itu artinya dampaknya ini sama sekali tidak berarti apa-apa jika dibandingkan kepentingan yang lebih besar yaitu pelatihan shalat. (d) Pengawasan Anak Pada dasarnya, pengawasan adalah kewajiban ayah dan ibu. Mereka berdua memiliki porsi tugas yang disesuaikan, dengan kemampuan dan pengalaman hidup.

Karenanya, mereka berdua harus saling membantu. Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah bahwa jangan sampai si anak merasa tidak diacuhkan oleh orang tuanya. Kondisi pengawasan melekat harus selalu terjaga. Orang tua terkadang bisa meminta bantuan kepada famili atau kertabat untuk ikut mengawasi anaknya terutama dalam situasi yang di sana orang tua tidak bisa melakukannya. (e) Pencegahan atas Perilaku Asusila Di sinilah targgung jawab dan peran orang tua harus dijalankan dengan sunguhsungguh karena pendidikan dalam rangka menghasilkan kesucian jiwa dan kesalehan anak-anak adalah tugas terpenting mereka. Rasulullah SAW bersabda, Artinya: Hal-hal berikut ini adalah termasuk hak yang dimiliki seorang anak atas ayahnya, yaitu bahwa ayahnya memberinya nama yang bagus ketika lahir, mengajarkan kepadanya baca tulis ketika beranjak besar, serta menyucikan kehormatannya dari perilaku asusila ketika sudah rnengenal (masalah seksual). (f) Menciptakan Hubungan dengan Teladan yang Baik Di akhir periode ini, anak-anak akan punya kecenderungan yang sangat kuat untuk meniru apapun yang ada pada diri kebanyakan orang. Para psikolog menamai sebuah gejala kejiwaan dari seorang anak pada usia ini yang selalu ingin meniru orang lain secara fisik dengan istilah "peniruan". Keinginan ini sangat tepat timbulnya dan akan cepat juga berhenti ketika sumber peniruan itu tidak ada. Ada pula jenis peniruan yang bersifat non fisik. Prosesnya berlangsung perlahan tetapi pengaruhnya sangat kuat menempel pada akal dan Jiwa. 3. Masa Usia Jenjang Pendidikan Menengah (Masa Remaja) Masa usia jenjang pendidikan mencegah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagi ke dalam tiga bagian yaitu:

a) Remaja awal, biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial. b) Masa remaja; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja. c) Masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa. Adapun tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa remaja awal, remaja dan remaja akhir adalah: 1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. 2) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita. 3) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. 4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. 5) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. 6) Memilih dan mempersiapkan karier. 7) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. 8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara. 9) Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.

10) Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk atau pembimbing dalam berperilaku. 4. Masa Usia Jenjang Pendidikan Tinggi (umur 18 hingga umur 25 tahun) Pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup. Adapun tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa dewasa awal adalah: 1) Memilih pasangan. 2) Belajar hidup dengan pasangan. 3) Memulai hidup dengan pasangan. 4) Memelihara anak. 5) Mengelola rumah tangga. 6) Memulai bekerja. 7) Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara. 8) Menemukan suatu kelompok yang serasi.

TAHAP PERKEMBANGAN INDIVIDU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang tua. Tidak hentihentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran (perkelahian antar pelajar) yang tidak sedikit menimbulkan sejumlah korban. Diperlukan waktu yang panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi ini. Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup. (Panuju, 1995). Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang obyektif. (Hardiwardoyo,1990). Apabila hati nurani ingin membisikan sesuatu yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral. Anak yang berusaha hidup baik secara tekun dalam waktu lama dapat mencapai keunggulan moral yaitu bersikap batin dan berbuat lahir secara benar. Norma-norma lama sudah tidak meyakinkan lagi untuk menjadi pegangan. Kenyatannya, anak tidak dapat lari dari hati nuraninya, tapi hati nurani pun tidak berdaya menemukan kebenaran, apabila norma-norma yang biasanya dipakai sebagai landasan pertimbangan menjadi serba tidak pasti. Anak berhadapan dengan berbagai tipe manusia, tutur kata, gaya hidup, dan tingkah laku moral.yang bervariasi. Pola kehidupan masyarakat pun semakin cenderung individualis, dengan kontrol sosial yang relatif longgar. Munculah fenomena baru sebagai model bagi anak yaitu teman sepermainannya, atau tokoh-tokoh serial televisi. Demikian upaya untuk membina ketahanan moral menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda. Ketahanan moral dalam hal ini selain harus bersifat defensif hendaknya juga bersifat generatif. Generatif mengandung arti bahwa seorang anak harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan ketahanan moralnya sendiri dari dalam, dari keyakinannya pada prinsip-prinsip ajaran llahi, akal pikirannya dan tradisi yang dijunjung tinggi B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan Tahapan Perkembangan Moral Keagamaan Anak dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengertian Moral ? 2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan moral keagamaan anak ? 3. Faktor factor apa saja yang mempengatuhi perkembangan moral keagamaan anak 4. Bagaimana konsep perkembangan moral ? 5. Bagaimana proses perkembangan moral keagamaan anak ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menngetahui pengertian moral 2. Untuk mengetahui perkembangan moral keagamaan anak 3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral keagamaan anak

4. Untuk mengetahui konsep perkembangan moral 5. Untuk mengetahui proses perkembangan moral keagamaan anak D. Metode Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yan dituangkan dalam rumusan masalah, sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab permasalahan dalam makalah ini adalah : 1. Metode library research (kepustakaan) yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 2. Melakukan diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan dari prosedur tersebut kemudian dibagi, didiskripsikan, diuraikan dan akhirnya dilakukan penyimpulan-penyimpulan sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Moral Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan tentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Dalam pembabakan atau periodesasi perkembangan para ahli berbeda pendapat. Pendapat-pendapat tertsebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : a. Tahap perkembangan berdasarkan biologi Sekelompok ahli menentukan pembabakan itu berdasarkan keadaaan atau proses pertumbuhan tertentu. Pendapat para ahli diantaranya : 1) Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa itu kedalam tiga tahapan, setiap tahapan lamanya tujuh tahun, yaitu : F Tahap I : Dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain) F Tahap II : Dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah) F Tahap III : Dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja / puberitas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa) Penahapan ini didasarkan pada gejala dalam perkembangan fisik (jasmani). Hal ini dapat dijelaskan bahwa antara tahap I dan tahap II dibatasi oleh pergantian gigi, antara tahap II dan tahap III ditandai dengan mulai berfungsinya organorgan seksual. 2) Kretcmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu : F Tahap I: Usia 0,0 hingga 3,0 tahun ; Fukungs (pengisian) periode I : pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk. F Tahab II : Usia dari kira-kira 3,0 tahun sampai 7,0 tahun ; Streckungs (rentangan) periode I : pada periode ini anak kelihatan langsing (memanjang / meninggi). F Tahap III : Dari kira-kira 7,0 sampai 13 tahun ; Fukungs periode II : pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali. F Tahap IV : Dari kira-kira 13,0 tahun sampai kira-kira 20,0 tahun ; Streckung periode II : pada periode ini anak kembali kelihatan langsing. 3) Ellizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu, yakni : F Tahap I: Fase Pranatal (sebelum lahir) mulai dari masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari. F Tahap II: Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 hingga 14 hari. F Tahap III: Baby hood ( bayi) mulai usia 2 minggu sampai 2 tahun F Tahap IV : Childhood (kanak-kanak) mulai 2 tahun sampai masa remaja (puber) F Tahap V : Adolescence / puberty, mulai usia 11 atau13 tahun sampai usia 21 tahun . a) Preadolescence, pada umumnya wanita usia 11 13 tahun sedangkan pria lebih lambat dari itu. b) Early Adolescence, pada usia 16 17 tahun c) Late adolescence, masa perkembangan terakhir sampai masa usia kuliah diperguruan tinggi b. Tahap perkembangan berdasarkan Didaktis Dasar didaktif atau intruksional yang dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan : 1) Apa yang harus diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu?

2) Bagaimana caranya mengajar ataumenyajikan atau menyajikan pengalaman belajar pada anak didik pada masa-masa tertentu ? 3) Kedua hal tesebut dilakukan bersamaan. Yang digolongkan dalam penahapan berdasarkan didaktis atau intruksional, antara lain pendapat dari : Johan Amos Comenius dan pendapat JJ. Rousseau sebagai berikut. 1) Johan Amos Comenius Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang, yaitu : a) Sekolah ibu (scala maternal) : Untuk anak-anak usia 0,0 sampai 6,0 tahun b) Sekolah bahasa ibu (scala vernaculan) : Untuk anak-anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun c) Sekolah latin (scala latina) : Untuk remaja usia 12,0 sampai 18 tahun d) Akademi (academia) : Untuk pemuda-pemudi usia 18,0 sampai 24, 0 tahun Pada sekolah tersebut harus diberikan bahan pengajaran (bahan pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak didik dan harus digunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya. 2) JJ. Rousseau Penahapan perkembangan menurut JJ. Rousseau adalah sebagai berikut : a) Tahap I : 0,0 sampai 2,0 tahun, usia asuhan b) Tahap II : 2,0 sampai 12,0 tahun, masa pendidikan jasmani latihan panca indera c) Tahap III : 12,0 sampai 15,0 tahun, periode pendidikan akal d) Tahap IV : 15,0 sampai 20,0 tahun periode pendidikan watak dan pendidikan agama. c. Tahap perkembangan berdasarkan psikologi Para ahli yang menggunakan aspes psikologi sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang ada ke fase yang lain. Dalam pekembangannya para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi. Kegoncangan psikis itu dialami hamper semua orang, karena itu dapat digunakans ebagai perpindahan darimasa satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan. Oswald Kroc mendasarkan pembagian masa perkembangan pada krisis-krisis atau kegoncangan-kegoncangan yang dialami anak dalam proses perkembangannya, yang disebutnya dengan dengan istilah Trotz periode. Menurutnya sepanjang kehidupan ini terdapat tiga kali masa Trotz yaitu : a) Trotz periode I, anak mengalami masa krisis pertama ketika ia berusia 3,0 5,0 tahun, masa ini disebut juga asa anak-anak awal. b) Trotz periode II, anak mengalami masa krisis kedua ketika ia berusia 11 12 tahun, masa ini termasuk masa kerahasiaan bersekolah. c) Trotz periode III, terjadi pada akhir masa remaja dan lebih tepat disebut dengan masa kematangan diri pada masa kritis. Sifat-sifat anak trotz ini adalah meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian. Memperhatikan periodesasi yang dikemukakan para ahli diatas baik dari segi biologi, didaktis maupun psikologis, maka dalam makalah ini ditulis urutan-urutan periodesasi sebagai berikut : 1. Masa intra uterin (masa dalam kandungan) dan masa bayi 2. Masa anak kecil 3. Masa anak sekolah 4. Masa remaja 5. Masa dewasa

B. Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami tahapan perkembangan tersebut Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah membagi tahapan perkembangan manusia dalam sepuluh tahapan / masa perkembangan, yaitu : 1) Masa sebelumlahir (Prenatal) selama 280 hari 2) Masa bayi baru lahir (new born) 0,0 2,0 minggu 3) Masa bayi ( baby hood ) 2 minggu 2,0 tahun 4) Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2,0 6,0 tahun 5) Masa kanak-kanak akhir (later childhood) 6,0 12,0 tahun 6) Masa puber (puberty) 11,0 / 12,0 15,0 / 16,0 7) Masa remaja (adolescence) 15,0 / 16,0 21,0 tahun 8) Masa dewasa awal (early adulthood) 21,0 40,0 tahun 9) Masa dewasa madya (middle adulthood) 40,0 60,0 tahun 10) Masa usia lanjut (later adulthood) 60,0 - Dari pembagian tahapan perkembangan diatas berarti bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu berlangsung sejak masa prenatal sampai anak selesai remaja. B. Tugas-tugas Perkembangan Individu Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan terseut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu. Pembagian tugas-tuhgas pekembangan serta masing-masing fase atau tahapan adalah sebagai berikut : a. Masa bayi dan anak kecil Untuk Belajar berjalan Belajar makan makanan padat Belajar berbicara Pelajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh Mencapai stabilitas fisiologi Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orangorang luar. Belajar mengetahui mana yang benar dan masa yang slah serta mengembangkan kata hati. b. Masa anak sekolah Belajar ketangkasan Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anakanak sebaya Belajar peran jenis kelamin Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis dan berhitung. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai. Belajar membebaskan ketergantungan diri Mengembangkan sikap sehat terhadap kelonpok dan lembaga-lembaga. c. Masa remaja Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara wfwktif Menerima peranan social jenis kelamin sebagai pria atau wanita Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki Perkembangan skala nilai Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat Persiapan mandiri secara ekonomi Pemilihan dan latihan jabatan Mempersiapkan perkawinan dan keluarga Setiap perkembangan manusia berlangsung secara bertahap sejak konsepsi sampai mati. Agar setiap tugas perkembangan, anak dapat menyelesaikan setiap tugas

perkembangan dengan baik diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik, diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik dari pihak pendidik.(orang tua dan guru) oleh karena itu setiap pendidik harus mengetahui tugas-tugas perkembangan yangharus diselesaikan anak pada setiap tahap perkembangannya. D. Hukum-hukum Perkembangan Individu Bagaimana proses-proses perkembangan berlangsung, apakah berjalan dengan mulus saja, ataukan kadang-kadang terdapat krisis pada waktu-waktu tertentu, apakah ada percepatanpercepatan atau pengulangan-pengulangan, disinilah para ahli bermacam-macam tujuannya sehingga melahirkan berbagai acuan atau hukum-hukum perkembangan yang merupakan lawaqn dari fakta. Menurut Shamrock (1998), teori adalah a coherent set of ideas that help explain data and make predication. A theory contain hypothesis, assumption that can be tasted to determine their accuracy. jadi sebenarnya teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti sehingga perlu dikaji lebih lanjut untuk menentukan akurasinya. Apabila dalam pengujian materi itu ternyata benar, maka ia menjadi fakta, setidaknya-tidaknya ada dua peranan penting dari teori perkembangan (Miller, 1993) yaitu : a) Mengorganisir dan member makna terhadap fakta-fakta atau gejala-gejala perkembangan b) Memberikan pedoman dalam melakukan penelitian dan menghasilkan informasi baru. 1. Hukum bertahandan berkembang sendiri Teori dan hokum perkembangan itu antara lain adalah : a. Dorongan bertahan yang bertujuan untuk memelihara/mempertahankan diri agar tepat survival. b. Dorongan untuk bekembang sendiri, yang bertujuan untuk berkembang sendiri untuk mencari kepandaian, pengalaman, atau pengetahuan baru, yang terlihat dalam tingkah laku konservasi dan bermain. Kedua dorongan tersebut selalu bekerja sama dalam menggerakkan anak menjalin perkembangannya. 2. Hukum tempo perkembangan Perkembangan anak satu dengan anak yang lainnya berbeda-beda. Ada yang tingkat perkembangannya serba cepat (cepat merangkak, cepat belajar berjalan,cepat berbicara dan lain-lain) sementara da pula anak yang Nampak selalu lambat dalam mencapai kemampuan-kemampuan tersebut. Cepat atau lambatnya perkembangan anak disamping potensi yang dibawanya sejak lahir, kesehatan dan gizi ikut pula mempengaruhinya. 3. Hukum sarana perkembangan Disamping perkembangan itu mempunyai temponya masing-masing, ada juga yang mempunyai irama tertentu. Berlangsungnya perkembangan fungsi-fungsi pada anak tidaklahs elalu berjalan lurus, teptapi berliku-liku, bisa melompat-lombatdan penuh kegoyangan, kadang-kadang kita saksikan seseorang anak dapat berjalan denganc epat, kemudian tertegun/terhenti, kemudian berlangsung lagi dengan cepat. Ada anak yang kelihatan cepat belajar berbicara dalam beberapa minggu, kemudian waktu-waktu berikutnya terhenti dan ketinggalan jika dibandingkandengan teman-temannya. Irama perkembangan itu bukan saja berbeda dari anak yang satu degan anak yang lainnya, tetapi yang berbeda atau terjadi antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain pada diri seorang anak. Ada fungsi jasmaninya yang berkembang denga cepat tetapi juga aspek fungsi kejiwaan Nampak berjalan dengan lambat. Hal ini dapat kita lihat pada seorang anak yang mulai belajar berjala, akan kelihatan pada perkembangan berbicaranya agak terhenti, dan jika berjalan itu telah dikuasainya maka perkembangan berbicaranya kelihatan maju lagi dengan cepat. Disini jelas terdapat keadaan seperi seperti kejar-kejaran bagaikan gelombang, pada satu fungsi ada yang nenaikkan dan pada fungsi yang lain ada yang terhenti atau turun.

4. Hukum Masa Peka Yang dimaksud dengan masa peka adalah suatu masa dimana suatu fungsi berada pada perkembangan yang baik dan pesat, jika dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Setiap fungsi hanya mengalami sekali saja datanya masa peka. Oleh karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Hanya saja untuk mengetahui datangnya masa peka itu tidaklah mudah, kecuali apabila kita rajin memperhatikan perubahan tingkah laku anak setiap hari. Sebagai contoh : masa peka untuk berjalan umumnya pada tahun kedua, masa peka untuk menggambar pad tahun kelima, masa peka untuk perkembangan ingatan logis pada tahun 12 atau 13 dan sebagainya. Montessori pernah mengembangkan system pendidikan kearah penemuan masa peka pada anak didik. Di sekolah Montessori disediakan berbagai macam permainanan anak dan anak diberinya kebebasan memilih sendiri permainan yang dia sukai. Apabila minat anak Nampak kearah pada permainan tertentu, lalu dicari dan ditentukan bahwa anak tersebut sudah peka terhadap suatu fungsi. 5. Teori RekapitulasiTeori Masa Mendatang 6. Teori Pembelajaran dan Penemuan E. Fakta-fakta Perkembangan Individu

You might also like