You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Bermacam-macam bahan obat-obatan saat sekarang ini banyak yang menggunakan bahan alami yang diambil minyaknya. Misalnya saja obat-obatan tradisional yang banyak mengambil sari dari bermacam-macam tumbuhan. Sari dari tumbuh-tumbuhan tersebut dimabil dengan berbagai cara. Salah satu cara yang banyak dijumpai di industri obat-obatan tradisional adalah penyulingan. Penyulingan adalah pemisahan campuran padat atau cair berdasarkan titik didihnya. Proses pengambilan minyak atsiri dari suatu bahan tanaman dengan menggunakan cara penyulingan sangatlah penting untuk diketahui. Karena dengan memahami proses tersebut, pengolahan bahan tanaman untuk kepentingan obatobatan menjadi sangat bernilai. Tidak hanya untuk obat-obatan, penyulingan juga dapat mengambil sari dari beberapa bahan tanaman yang akan diolah untuk pengolahan bahan makanan. Untuk itulah penyulingan hendaknya dipahami dengan serius, agar dikemudian hari kita dapat mengolah suatu hasil pertanian dengan memanfaatkan penyulingan sebagai senjata untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi. 1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari pratikum ini adalah agar kita sebagai mahasiswa dapat melakukan proses ekstraksi minyak atsiri secara penyulingan dengan uap, dan melakukan analisa mutu minyak atsiri hasil penyulingan.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Minyak atsiri diperoleh dari akar, batang, daun , dan bunga tanaman dengan cara mengekstraknya dengan sistem destilasi uap, destilasi dengan air mendidih atau ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap. Minyak atsiri tersebut mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Syarief, 1988). Dalam destilasi sederhana uapnya diambil dan dikondensasikan seluruhnya, tetesan merupakan cairan dengan komposisi yang lebih banyak mengandung komponen yang lebih atsiri daripada cairan semula. Pada destilasi berfraksi, siklus pendidihan dan kondensasi diulang-ulang secara berurutan sehingga menghasilkan cairan yang hampir murni (Atkins, 1996). Pada campuran penyulingan bahan yang terdiri dari dua atau lebih komponen dipanaskan pada titik didihnya sehingga sebagian cairan menguap. Uap yang keluar dari pemanasan ini masih merupakan campuran tetapi komposisi pada umumnya berbeda dengan cairan asalnya (Bachtiar, 1996). Penyulingan adalah proses pemisahan, yaitu memisahkan komponenkomponen di dalam suatu bahan, membuat suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apabila uap terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran, akan tetapi dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap komponen tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan. Pada destilasi berfraksi, uap dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut terjadi. Adalah sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan komponen yang murni dengan cara ini, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Apabila diinginkan kemurnian yang tinggi, penyulingan yang berturut-turut dapat dilakukan. Kegunaan utama penyulingan di dalam indusri pangan adalah untuk mengentalkan minyak atsiri, bahan penyegar beralkohol dan aroma (Earle, 1966).

BAB III METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat Adapun alat yang dipergunakan dalam pratikum ini adalah ketel suling lengkap dengan sistem uap. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun kayu putih, daun sereh dan bunga kenanga. 3.2 Prosedur Kerja 1. Diperlakukan pendahuluan seperti perajangan, pengecilan ukuran. Masingmasing bahan berbeda perlakuan pendahuluannya, tergantung jenis bahannya. 2. Disusun alat penyuling dan isi ketel dengan air secukupnya. 3. Diisi ketel uap dengan bahan yang akan disuling sampai bahan mencapai 5 cm dibawah tutup ketel. 4. Dipanaskan ketel air dengan pemanas. 5. Dialirkan air yang melalui kondensor arah yang berlawanan dari arah keluarnya uap. 6. Dilakukan penyyulingan sampai uap yang diembunkan dalam kondensor tidak mengandung minyak lagi. 7. Dipisahkan minyak dari air, lalu simpan dalam wadah kaca tertutup. 8. Dilakukan analisa terhadap mutu minyak atsiri yang diperoleh.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan Adapun data dari hasil pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel berikut : Bahan Daun Kayu Putih Daun Sereh Suhu Konstan 'C 10 ' 99,6 99,6 20 ' 91,2 99,7 30 ' 86,6 99,7 Berat Botol 50,43 98,5 Berat Minyak 10 ' 1,21 1,87 20 ' 1,2 0,93 30 ' 0,2 0,86 Rendemen % 10 ' 0,0605 0,187 20 ' 0,06 0,093 30 ' 0,01 0,081

Warna Minyak kayu putih : Kuning Kehijauan Warna Minyak Daun Sereh : Kuning 4.2 Pembahasan

Aroma Minyak Kayu putih : Khas Aroma Minyak Daun Sereh : Khas

Dari tabel data hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara banyaknya minyak yang dihasilkan dengan lama waktu penyulingan. Semakin lama waktu penyulingan pada daun kayu putih maka semakin sedikit pula hasil minyak yang diperoleh. Dapat juga disimpulkan bahwa hubungan waktu dengan minyak yang dihasilkan adalah berbanding terbalik. Untuk lebih jelasnya maka dapat kita lihat hubungan antara waktu dengan rendemen (%) minyak kayu putih yang dihasilkan: :

0,1 % Rendemen 0,08 0,06 0,04 0,02 0 10' 20' m enit 30' 0,01 0,0605 0,06 Grafik Rendem en

Demikian halnya dengan minyak dari daun sereh. Semakin lama waktu yang dipakai maka minyak yang terkandung didalam bahan akan semakin habis tak tersisa. Pada penyulingan daun sereh dapat dilihat bahwa kandunga minyak yang terdapat terus menurun seiring dengan naiknya temperatur dan waktu. Bila hal ini terus dibiarkan, maka minyak yang terdapat didalam akan semakin habis dan kita bisa mendapatkan minyaknya setelah dipisahkan kembali dari air penyulingan. Untuk menambah pengetahuan kita tentang hal ini maka berikut nama latin dari bahan yang dipratikumkan beserta kandungan kimianya :
Bahan Minyak Kayu Putih (Melaleuca leudendron L) Minyak Sereh (Cympogon nardus R) Kandungan Kimia Sineol Alkohol, Geraniol, Sitronellal, Sitronellol (C10H6)

Untuk grafik penyulingan minyak sereh untuk mendapatkan rendemen yang berhubungan terhadap waktu, dapat dilihat pada grafik berikut :
0,2 0,18 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 0,187

% Rendemen

0,093

0,086

Grafik Rendemen

10'

20'
m enit

30'

Dari grafik diatas dapat dilihat ada kesamaan antara hasil yang didapat pada penyulingan minyak atsiri. Kesamaannya adalah selalu menurun dikala waktu semakin meningkat. Pada uji organoleptik untuk kedua minyak, terdapat bau dan aroma yang khas pada masing-masing bahan. Dalam industri obat-obatan, minyak kayu putih yang disuling tersebut diikat dengan alkohol dan bahan kimia lainnya agar minyak atsiri tersebut tidak menguap, karena salah satu ciri khas minyak atsiri adalah mempunyai titik didih yang rendah. BAB V

KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini adalah sebagai berikut : a. b. c. Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Pada campuran penyulingan bahan yang terdiri dari dua atau lebih komponen dipanaskan pada titik didihnya sehingga sebagian cairan menguap. Penyulingan adalah proses pemisahan, yaitu memisahkan komponenkomponen di dalam suatu bahan, membuat suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. d. e. Semakin lama waktu penyulingan pada daun kayu putih dan daun sereh maka semakin sedikit pula hasil minyak yang diperoleh. Dapat juga disimpulkan bahwa hubungan waktu dengan minyak yang dihasilkan adalah berbanding terbalik.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W, 1996. Kimia Fisika Jilid I. Erlangga, Jakarta. Bachtiar, 1996. Dasar-Dasar Operasi Teknik Kimia. Politeknik UNHAS, Ujung Pandang. Earle, 1966. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Sastra Budaya, Jakarta. Syarief, R., Anies, I, 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. PT Melton Putra, Jakarta.

You might also like