Professional Documents
Culture Documents
2. Bupati/Walikota membentuk Tim Seleksi Calon VI. PERSETUJUAN DAN PENETAPAN ANGGOTA
Anggota KPU Kabupaten/Kota yang bersifat KPU PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
independen dengan jumlah Anggota Tim sebanyak
5 (lima) orang dan seorang Sekretaris Tim dengan 1. Persetujuan KPU terhadap Anggota KPU
komposisi : Provinsi dilakukan dengan cara uji kepatutan dan
kelayakan.
a. Seorang Ketua dari unsur tokoh masyarakat
merangkap Anggota; 2. Persetujuan KPU Provinsi terhadap Anggota
b. Seorang Wakil Ketua dari unsur Pemerintah KPU Kabupaten/Kota dilakukan dengan cara uji
Daerah merangkap Anggota; kepatutan dan kelayakan.
c. 3 (tiga) orang anggota dari unsur
masyarakat seperti akademisi, organisasi profesi, 3. Uji kepatutan dan kelayakan dilakukan
dan tokoh masyarakat; dengan wawancara/tatap muka.
d. Sekretaris Perwakilan Sekretariat Umum KPU
Kabupaten/Kota karena jabatannya sebagai 4. Dalam mengambil keputusan, KPU dapat
Sekretaris bukan anggota. mendengar pendapat dan saran Pimpinan DPRD
Provinsi dan KPU Provinsi dapat mendengar
3. Anggota Tim seleksi sebagaimana dimaksud pendapat dan saran Pimpinan DPRD
pada angka 1 dan angka 2, tidak dibenarkan untuk Kabupaten/Kota.
menjadi calon Anggota KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota. 5. Waktu, tempat dan teknis pelaksanaan
wawancara/tatap muka ditentukan kemudian oleh
4. Tugas Tim Seleksi calon Anggota KPU Provinsi KPU dan KPU Provinsi.
dan Kabupaten/Kota :
6. Penetapan Anggota KPU Provinsi dan Anggota
a. Mengumumkan kepada masyarakat KPU Kabupaten/Kota dilakukan oleh KPU.
mengenai pengisian calon Anggota KPU Provinsi
dan Kabupaten/Kota; 7. Pelantikan dan pengucapan sumpah/janji
b. Membuka dan menerima pendaftaran calon; Anggota KPU Provinsi oleh KPU dilaksanakan di
c. Meneliti berkas syarat calon; Jakarta.
d. Mengumumkan calon Anggota KPU Provinsi
dan Kabupaten/Kota yang memenuhi persyaratan 8. Pelantikan dan pengucapan sumpah/janji
administratif kepada masyarakat; Anggota KPU Kabupaten/Kota oleh KPU Provinsi
e. Menampung dan menindaklanjuti tanggapan dilaksanakan di Ibukota Provinsi.
masyarakat ;
f. Melakukan wawancara dengan calon; VII. KELENGKAPAN ADMINISTRASI DAN JADWAL
g. Memilih 10 (sepuluh) orang calon yang KEGIATAN SELEKSI CALON ANGGOTA KPU PROVINSI
dituangkan dalam Berita Acara; DAN KPU KABUPATEN/KOTA
Dalam penyelenggaraan Pemilu, KPU bekerja Dari hasil Pemilu Presiden/Wakil Presiden putaran
berdasarkan tahapan jadwal Pemilu Legislatif dan pertama, terdapat dua pasangan Presiden/Wakil
tahapan jadwal Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara terbanyak yaitu
Presiden. Tahapan pelaksanaan Pemilu Legislatif pasangan Presiden/Wakil Presiden Susilo Bambang
dan Pemilu Presiden 2004 berdasarkan jadwal yang Yudhoyono dan Muhammad Yusuf Kalla, dan
pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi. Jenderal KPU yang dipimpin oleh seorang
Akhirnya yang terpilih menjadi Presiden/Wakil Sekretaris Jenderal KPU dan Wakil Sekretaris
Presiden periode 2004-2009 adalah pasangan Jenderal KPU yang secara teknis operasional
calon Presiden/Wakil Presiden Susilo Bambang bertanggung jawab kepada KPU. Sekretaris
Yudhoyono dan Muhammad Yusuf Kalla. Pasangan Jenderal KPU dan Wakil Sekretaris Jenderal KPU
Calon Presiden/Wakil Presiden Susilo Bambang mengkoordinasikan 7 (tujuh) Biro di lingkungan
Yudhoyono dan Muhammad Yusuf Kalla Setjen KPU.
memperoleh 69.266.350 suara sedangkan
pasangan calon Megawati Soekarnoputri-Hasyim Untuk mengelola administrasi keuangan serta
Muzadi memperoleh 44.900.704 suara. pengadaan barang dan jasa berdasarkan peraturan
perundang-undangan, pimpinan KPU membentuk
Berkenaan dengan tingginya kinerja KPU dalam alat kelengkapan berupa divisi-divisi dan Ada pula
Pemilu 2004 itu, banyak pihak yang memuji atas Koordinator Wilayah (Korwil) yang dibentuk sesuai
keberhasilannya melaksanakan Pemilu 2004, yang dengan kebutuhan.
bisa menjadi contoh kuat dan positif bagi Indonesia
dan bagi demokrasi yang sedang marak di seluruh SEJARAH PEMILU
dunia. Pemilu tersebut menjadi contoh yang baik Pemilu Dalam Sejarah
tentang demokrasi di Asia. Bahkan masyarakat
internasional terutama Uni Eropa yang bermarkas Sejak kemerdekaan tahun 1945, Indonesia telah
di Brussels, menilai Pemilu yang baru berlangsung melewati berbagai macam pemilu. Berikut adalah
tersebut merupakan tonggak bersejarah dalam pemilu - pemilu yang pernah dilaksanakan di
transisi demokrasi di Indonesia. Indonesia.
• Pemilu 1955
Pemerintah AS juga memuji rakyat Indonesia atas • Pemilu 1971
keberhasilan melewati masa transisi menuju • Pemilu 1977 - 1997
demokrasi secara mengesankan. Indonesia juga • Pemilu 1999
telah sukses menyelesaikan tahapan-tahapan
Pemilu tahun 2004 ini, mulai dari Pemilu Legislatif Pemilu 1955
April lalu, kemudian Pilpres putaran pertama Juli,
hingga Pilpres putaran terakhir 20 September lalu Pemilu 1955.
dengan damai. Pelaksanaan Pemilihan Umum 2004 Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah
di Indonesia itu membuka mata dunia bahwa bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia
demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu
baik di Indonesia. Selain sebagai negara Muslim merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi,
terbesar di dunia dan negara demokrasi terbesar apakah berarti selama 10 tahun itu Indonesia
ketiga di dunia, Pemilu di Indonesia juga harus benar-benar tidak demokratis? Tidak mudah juga
melakukan pemilihan terhadap ribuan calon menjawab pertanyaan tersebut.
legislatif dan menyelenggarakan pemilihan Yang jelas, sebetulnya sekitar tiga bulan setelah
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. kemerdekaan dipro-klamasikan oleh Soekarno dan
Hatta pada 17 Agustus 1945, pemerin-tah waktu
Pelaksanaan Pemilihan Umum 2004 di Indonesia itu itu sudah menyatakan keinginannya untuk bisa
membuka mata dunia bahwa Islam dan demokrasi menyele-nggarakan pemilu pada awal tahun 1946.
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Hal itu dicantumkan dalam Maklumat X, atau
Indonesia. Seperti halnya pemerintah Amerika Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta tanggal
Serikat dan pemantau Pemilu Uni Eropa untuk 3 Nopember 1945, yang berisi anjuran tentang
Indonesia, The Carter Center pun memuji pembentukan par-tai-partai politik. Maklumat
pelaksanaan Pemilu di Indonesia yang jujur, bersih, tersebut menyebutkan, pemilu untuk me-milih
demokratis dan tenang, Pemilu dilaksanakan anggota DPR dan MPR akan diselenggarakan bulan
secara transparan dan jujur. Januari 1946. Kalau kemudian ternyata pemilu
pertama tersebut baru terselenggara hampir
Meskipun Pemilu 2004 yang dilaksanakan oleh KPU sepuluh tahun setelah kemudian tentu bukan
ini masih banyak kekurangan di sana-sini, tanpa sebab.
sebagaimana dilaporkan dalam temuan-temuan Tetapi, berbeda dengan tujuan yang dimaksudkan
para pemantau Pemilu dari dalam dan luar negeri, oleh Maklumat X, pemilu 1955 dilakukan dua kali.
namun sejauh kekurangan tersebut tidak signifikan Yang pertama, pada 29 September 1955 untuk
dan tidak terlalu prinsipil maka pujian dan ucapan memlih anggota-anggota DPR. Yang kedua, 15
selamat dari berbagai pihak kepada bangsa Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota
Indonesia merupakan cermin dari keberhasilan KPU Dewan Konstituante. Dalam Maklumat X hanya
dan bangsa Indonesia secara umum. disebutkan bahwa pemilu yang akan diadakan
SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM Januari 1946 adalah untuk memilih angota DPR
dan MPR, tidak ada Konstituante.
KPU mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban Keterlambatan dan “penyimpangan” tersebut
untuk mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan bukan tanpa sebab pula. Ada kendala yang
mengendalikan semua tahapan Pemilu DPR, DPD bersumber dari dalam negeri dan ada pula yang
dan DPRD, Pemilu Presiden/Wakil Presiden serta berasal dari faktor luar negeri. Sumber penyebab
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. dari dalam antara lain ketidaksiapan pemerintah
Termasuk merencanakan program dan anggaran menyelenggarakan pemilu, baik karena belum
serta menetapkan jadwal; menyusun dan tersedianya perangkat perundang-undangan untuk
menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU mengatur penyelenggaraan pemilu maupun akibat
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN rendahnya stabilitas keamanan negara. Dan yang
serta menyusun dan menetapkan pedoman yang tidak kalah pentingnya, penyebab dari dalam itu
bersifat teknis untuk tiap-tiap tahapan berdasarkan adalah sikap pemerintah yang enggan
peraturan perundang-undangan. menyelenggarakan perkisaran (sirkulasi)
kekuasaan secara teratur dan kompetitif. Penyebab
Guna mendukung tercapainya sasaran tersebut dari luar antara lain serbuan kekuatan asing yang
anggota KPU dibantu oleh sebuah Sekretariat mengharuskan negara ini terlibat peperangan.
Yang menarik dari Pemilu 1955 adalah tingginya
Tidak terlaksananya pemilu pertama pada bulan kesadaran berkom-petisi secara sehat. Misalnya,
Januari 1946 seperti yang diamanatkan oleh meski yang menjadi calon anggota DPR adalah
Maklumat 3 Nopember 1945, paling tidak perdana menteri dan menteri yang sedang
disebabkan 2 (dua) hal : memerintah, mereka tidak menggunakan fasilitas
1. Belum siapnya pemerintah baru, termasuk negara dan otoritasnya kepada pejabat bawahan
dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; untuk menggiring pemilih yang menguntungkan
2. Belum stabilnya kondisi keamanan negara akibat partainya. Karena itu sosok pejabat negara tidak
konflik internal antar kekuatan politik yang ada dianggap sebagai pesaing yang menakutkan dan
pada waktu itu, apalagi pada saat yang sama akan memenangkan pemilu dengan segala cara.
gangguan dari luar juga masih mengancam. Karena pemilu kali ini dilakukan untuk dua
Dengan kata lain para pemimpin lebih disibukkan keperluan, yaitu memilih anggota DPR dan memilih
oleh urusan konsolidasi. anggota Dewan Kons-tituante, maka hasilnya pun
perlu dipaparkan semuanya.
Namun, tidaklah berarti bahwa selama masa
konsolidasi kekuatan bangsa dan perjuangan
mengusir penjajah itu, pemerintah kemudian tidak Pemilu 1971
berniat untuk menyelenggarakan pemilu. Ada
indikasi kuat bahwa pemerintah punya keinginan Ketika Jenderal Soeharto diangkat oleh MPRS
politik untuk menyelengga-rakan pemilu. Misalnya menjadi pejabat Presiden menggantikan Bung
adalah dibentuknya UU No. UU No 27 tahun 1948 Karno dalam Sidang Istimewa MPRS 1967, ia juga
tentang Pemilu, yang kemudian diubah dengan UU tidak secepatnya menyelenggarakan pemilu untuk
No. 12 tahun 1949 tentang Pemilu. Di dalam UU No mencari legitimasi kekuasaan transisi. Malah
12/1949 diamanatkan bahwa pemilihan umum Ketetapan MPRS XI Tahun 1966 yang
yang akan dilakukan adalah bertingkat (tidak mengamanatkan agar Pemilu bisa diselenggarakan
langsung). dalam tahun 1968, kemudian diubah lagi pada SI
MPR 1967, oleh Jenderal Soeharto diubah lagi
Sifat pemilihan tidak langsung ini didasarkan pada dengan menetapkan bahwa Pemilu akan
alasan bahwa mayoritas warganegara Indonesia diselenggarakan dalam tahun 1971.
pada waktu itu masih buta huruf, sehingga kalau
pemilihannya langsung dikhawatirkan akan banyak Sebagai pejabat presiden Pak Harto tetap
terjadi distorsi. menggunakan MPRS dan DPR-GR bentukan Bung
Karno, hanya saja ia melakukan pembersihan
Kemudian pada paroh kedua tahun 1950, ketika lembaga tertinggi dan tinggi negara tersebut dari
Mohammad Natsir dari Masyumi menjadi Perdana sejumlah anggota yang dianggap berbau Orde
Menteri, pemerintah memutuskan untuk Lama.
menjadikan pemilu sebagai program kabinetnya. Pada prakteknya Pemilu kedua baru bisa
Sejak itu pembahasan UU Pemilu mulai dilakukan diselenggarakan tanggal 5 Juli 1971, yang berarti
lagi, yang dilakukan oleh Panitia Sahardjo dari setelah 4 tahun pak Harto berada di kursi
Kantor Panitia Pemilihan Pusat sebelum kemudian kepresidenan. Pada waktu itu ketentuan tentang
dilanjutkan ke parlemen. Pada waktu itu Indonesia kepartaian (tanpa UU) kurang lebih sama dengan
kembali menjadi negara kesatuan, setelah sejak yang diterapkan Presiden Soekarno.
1949 menjadi negara serikat dengan nama
Republik Indonesia Serikat (RIS). UU yang diadakan adalah UU tentang pemilu dan
susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
Setelah Kabinet Natsir jatuh 6 bulan kemudian, Menjelang pemilu 1971, pemerintah bersama DPR
pembahasan RUU Pemilu dilanjutkan oleh GR menyelesaikan UU No. 15 Tahun 1969 tentang
pemerintahan Sukiman Wirjosandjojo, juga dari Pemilu dan UU No. 16 tentang Susunan dan
Masyumi. Pemerintah ketika itu berupaya Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Penyelesaian UU
menyelenggarakan pemilu karena pasal 57 UUDS itu sendiri memakan waktu hampir tiga tahun.
1950 menyatakan bahwa anggota DPR dipilih oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Hal yang sangat signifikan yang berbeda dengan
Pemilu 1955 adalah bahwa para pejebat negara
Tetapi pemerintah Sukiman juga tidak berhasil pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral.
menuntaskan pembahasan undang-undang pemilu Sedangkan pada Pemilu 1955 pejabat negara,
tersebut. Selanjutnya UU ini baru selesai dibahas termasuk perdana menteri yang berasal dari partai
oleh parlemen pada masa pemerintahan Wilopo bisa ikut menjadi calon partai secara formal. Tetapi
dari PNI pada tahun 1953. Maka lahirlah UU No. 7 pada prakteknya pada Pemilu 1971 para pejabat
Tahun 1953 tentang Pemilu. UU inilah yang pemerintah berpihak kepada salah satu peserta
menjadi payung hukum Pemilu 1955 yang Pemilu, yaitu Golkar. Jadi sesungguhnya
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas pemerintah pun merekayasa ketentuan-ketentuan
dan rahasia. Dengan demikian UU No. 27 Tahun yang menguntungkan Golkar seperti menetapkan
1948 tentang Pemilu yang diubah dengan UU No. seluruh pegawai negeri sipil harus menyalurkan
12 tahun 1949 yang mengadopsi pemilihan aspirasinya kepada salah satu peserta Pemilu itu.
bertingkat (tidak langsung) bagi anggota DPR tidak
berlaku lagi. Dalam hubungannya dengan pembagian kursi,
cara pembagian yang digunakan dalam Pemilu
Patut dicatat dan dibanggakan bahwa pemilu yang 1971 berbeda dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu
pertama kali tersebut berhasil diselenggarakan 1971, yang menggunakan UU No. 15 Tahun 1969
dengan aman, lancar, jujur dan adil serta sangat sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di setiap
demokratis. Pemilu 1955 bahkan mendapat pujian daerah pemilihan. Cara ini ternyata mampu
dari berbagai pihak, termasuk dari negara-negara menjadi mekanisme tidak langsung untuk
asing. Pemilu ini diikuti oleh lebih 30-an partai mengurangi jumlah partai yang meraih kursi
politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan dibandingkan penggunaan sistem kombinasi.
calon perorangan. Tetapi, kelemahannya sistem demiki-an lebih
banyak menyebabkan suara partai terbuang
percuma. suara atau 90,93 persen. Dari suara yang sah itu
Golkar meraih 39.750.096 suara atau 62,11
Jelasnya, pembagian kursi pada Pemilu 1971 persen. Namun perolehan kursinya menurun
dilakukan dalam tiga tahap, ini dalam hal ada menjadi 232 kursi atau kehilangan 4 kursi
partai yang melakukan stembus accoord. Tetapi di dibandingkan Pemilu 1971.
daerah pemilihan yang tidak terdapat partai yang
melakukan stembus acccord, pembagian kursi Pada Pemilu 1977 suara PPP naik di berbagai
hanya dilakukan dalam dua tahap. daerah, bahkan di DKI Jakarta dan DI Aceh
mengalahkan Golkar. Secara nasional PPP berhasil
Tahap pembagian kursi pada Pemilu 1971 adalah meraih 18.743.491 suara, 99 kursi atau naik 2,17
sebagai berikut. Pertama, suara partai dibagi persen, atau bertambah 5 kursi dibanding
dengan kiesquotient di daerah pemi-lihan. Tahap gabungan kursi 4 partai Islam dalam Pemilu 1971.
kedua, apabila ada partai yang melakukan stembus Kenaikan suara PPP terjadi di banyak basis-basis
accoord, maka jumlah sisa suara partai-partai yang eks Masjumi. Ini seiring dengan tampilnya tokoh
menggabungkan sisa suara itu dibagi dengan utama Masjumi mendukung PPP. Tetapi kenaikan
kiesquotient. Pada tahap berikutnya apabila masih suara PPP di basis-basis Masjumi diikuti pula oleh
ada kursi yang tersisa masing-masing satu kursi penurunan suara dan kursi di basis-basis NU,
diserahkan kepada partai yang meraih sisa suara sehingga kenaikan suara secara nasional tidak
terbesar, termasuk gabungan sisa suara partai begitu besar.
yang melakukan stembus accoord dari perolehan
kursi pembagian tahap kedua. Apabila tidak ada PPP berhasil menaikkan 17 kursi dari Sumatera,
partai yang melakukan stembus accoord, maka Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan, tetapi
setelah pembagian pertama, sisa kursi dibagikan kehilangan 12 kursi di Jawa Tengah, Yogyakarta,
langsung kepada partai yang memiliki sisa suara Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Secara nasional
terbesar. tambahan kursi hanya 5.
Namun demikian, cara pembagian kursi dalam PDI juga merosot perolehan kursinya dibanding
Pemilu 1971 menyebabkan tidak selarasnya hasil gabungan kursi partai-partai yang berfusi
perolehan suara secara nasional dengan perolehan sebelumnya, yakni hanya memperoleh 29 kursi
keseluruhan kursi oleh suatu partai. Contoh paling atau berkurang 1 kursi di banding gabungan suara
gamblang adalah bias perolehan kursi antara PNI PNI, Parkindo dan Partai Katolik. Selengkapnya
dan Parmusi. PNI yang secara nasional suaranya perolehan kursi dan suara tersebut bisa dilihat
lebih besar dari Parmusi, akhirnya memperoleh pada tabel di bawah ini.
kursi lebih sedikit dibandingkan Parmusi. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini. Hasil Pemilu 1992
Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Cara pembagian kursi untuk Pemilu 1992 juga
masih sama dengan Pemilu sebelumnya. Hasil
Setelah 1971, pelaksanaan Pemilu yang periodik Pemilu yang pemungutan suaranya dilaksanakan
dan teratur mulai terlaksana. Pemilu ketiga tanggal 9 Juni 1992 ini pada waktu itu agak
diselenggarakan 6 tahun lebih setelah Pemilu mengagetkan banyak orang. Sebab, perolehan
1971, yakni tahun 1977, setelah itu selalu suara Golkar kali ini merosot dibandingkan Pemilu
terjadwal sekali dalam 5 tahun. Dari segi jadwal 1987. Kalau pada Pemilu 1987 perolehan suaranya
sejak itulah pemilu teratur dilaksanakan. mencapai 73,16 persen, pada Pemilu 1992 turun
menjadi 68,10 persen, atau merosot 5,06 persen.
Satu hal yang nyata perbedaannya dengan Pemilu- Penurunan yang tampak nyata bisa dilihat pada
pemilu sebelumnya adalah bahwa sejak Pemilu perolehan kursi, yakni menurun dari 299 menjadi
1977 pesertanya jauh lebih sedikit, dua parpol dan 282, atau kehilangan 17 kursi dibanding pemilu
satu Golkar. Ini terjadi setelah sebelumnya sebelumnya.
pemerintah bersama-sama dengan DPR berusaha
menyederhanakan jumlah partai dengan membuat PPP juga mengalami hal yang sama, meski masih
UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan bisa menaikkan 1 kursi dari 61 pada Pemilu 1987
Golkar. Kedua partai itu adalah Partai Persatuan menjadi 62 kursi pada Pemilu 1992 ini. Tetapi di
Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi luar Jawa suara dan kursi partai berlambang ka’bah
Indonesia atau PDI) dan satu Golongan Karya atau itu merosot. Pada Pemilu 1992 partai ini kehilangan
Golkar. Jadi dalam 5 kali Pemilu, yaitu Pemilu 1977, banyak kursi di luar Jawa, meski ada penambahan
1982, 1987, 1992, dan 1997 pesertanya hanya tiga kursi dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Malah
tadi. partai itu tidak memiliki wakil sama sekali di 9
Hasilnya pun sama, Golkar selalu menjadi provinsi, termasuk 3 provinsi di Sumatera. PPP
pemenang, sedangkan PPP dan PDI menjadi memang berhasil menaikkan perolehan 7 kursi di
pelengkap atau sekedar ornamen. Golkar bahkan Jawa, tetapi karena kehilangan 6 kursi di Sumatera,
sudah menjadi pemenang sejak Pemilu 1971. akibatnya partai itu hanya mampu menaikkan 1
Keadaan ini secara lang-sung dan tidak langsung kursi secara nasional.
membuat kekuasaan eksekutif dan legislatif berada
di bawah kontrol Golkar. Pendukung utama Golkar Yang berhasil menaikkan perolehan suara dan kursi
adalah birokrasi sipil dan militer. Berikut ini di berbagai daerah adalah PDI. Pada Pemilu 1992
dipaparkan hasil dari 5 kali Pemilu tersebut secara ini PDI berhasil meningkatkan perolehan kursinya
berturut-turut. 16 kursi dibandingkan Pemilu 1987, sehingga
menjadi 56 kursi. Ini artinya dalam dua pemilu,
Hasil Pemilu 1977 yaitu 1987 dan 1992, PDI berhasil menambah 32
kursinya di DPR RI.
Pemungutan suara Pemilu 1977 dilakukan 2 Mei
1977. Cara pembagian kursi masih dilakukan UU RI NO.10 Tahun 2008 Tentang PEMILU ANGGOTA
seperti dalam Pemilu 1971, yakni mengikuti sistem DPR,DPD DAN DPRD
proporsional di daerah pemilihan. Dari 70.378.750 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
pemilih, suara yang sah mencapai 63.998.344 NOMOR 10 TAHUN 2008
-BAB VII Peraturan dan Keputusan Penyelenggara
Pemilu ................. 103
TENTANG -BAB VIll Ketentuan Lain-Lain
................................................. 104
PEMILIHAN UMUM -BAB IX Ketentuan Peralihan
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, .................................................. 166
DEWAN PERWAKILAN DAERAH, -BAB X Ketentuan Penutup
DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ................................................... 109