You are on page 1of 2

SHOLAT DAN PUASA DENGAN GPS

Arah Kiblat Dengan adanya GPS, arah kiblat dapat dengan mudah ditentukan baik waktu sholat di tempat asing atau membangun masjid, sekaligus mengoreksi arah kiblat pada masjid yang salah bangun. Hidupkan GPS, bawa ketempat terbuka, karena GPS harus melihat langit untuk dapat memantau satelit. Pilih TRACK UP lalu ENTR Pilih lagi WAYPOINTS, masukan koordinat Kbah.pada GPS 21 25.353 Lintang Utara 39 49.564 Bujur Timur. Atau dalam satuan Derajat Desimal 21.42255U 39.82607 T, Beri nama KIBLAT. Pada GPS Hp karena hanya 4 desimal, 21.4226 U 39.8261 T. Kemudian cari arah tujuan Find KIBLAT , kemudian tekan GO to atau Pergi. Mulailah bergerak, dengan GPS ditangan, lihat arah panah tujuan, yang menunjukan arah Kiblat. Kompas dan arah tujuan pada GPS hanya berfungsi jika dalam keadaan bergerak. Jadwal Sholat Pada perangkat GPS ada pilihan Soon & Moon, maka akan muncul 4 angka waktu. Berturut-turut Matahari terbit/ternbenam, Bulan terbit/terbenam. Jam sebagai peninjuk waktu sudah ada sejak abad ke 7 .Konon, Khalifah Harun Al Rasyid mengirimkan hadiah Jam ke pada Kaisar Romawi. Orang orang Romawi terheran heran dengan alat yang bergerak sendiri ini sambil mengatakan apalagi sihirnya orang Islam ini?. Namun meski alat penunjuk waktu ini sudah ada sejak 200 tahun sejak Rasulullah SAW wafat, kaum muslimin masih mengandalkan melihat matahari untuk menentukan waktu sholat. Juru Azan harus berjaga diatas menara masjid untuk menunggu fajar, untuk memastikan waktu subuh. Sebahagian ulama yang membolehkan sistim perhitungan astronomi, (ilmu perhitungan posisi, peredaran dan jarak benda benda langit) dianggap membiarkan ajaran yang menyimpang dari contoh Rasulullah SAW. Penganut yang mengandalkan penglihatan dengan mata disebut penganut Rukyat (Rukyat=melihat) sedangkan yang mengandalakn perhitungan dikenal sebagai pengikut Hisab. Sering, jika musim mendung kelam, para penganut Rukyat belum azan subuh , sementara penganut hisab sudah selesai sholat Duha (sholat sekitar pukul 07-10 pagi). Sekarang penganut Rukyat untuk menentukan waktu sholat sudah tidak ada. Bahkan banyak Ulama, Imam Masjid atau Muazin , terutama di perkotaan belum pernah melihat fajar menyingsing, apalagi membedakan mana fajar palsu (vertical refraction) mana fajar asli (horizontal refraction), cukup melihat jadwal hasil perhitungan astronomi (hisab hakiki). Yang masih tersisa sekarang adalah penganut rukyat untuk menentukan permulaan bulan Hijriah seperti awal berpuasa dan Lebaran. Dan sementara masih merupakan polemik. Sekarang kita boleh mengatakan orang dulu harus naik ke menara untuk melihat fajar sebelum azan subuh, padahal kita cukup melihat jadwal sholat. Dimasa depan juga orang akan mengatakan orang dulu (kita sekarang) harus membawa bawa teropong ke pantai atau ke gunung untuk melihat bulan baru, sebelum membolehkan berpuasa atau berlebaran, maklum dulu belum ada GPS. GPS awalnya dipakai unuk keperluan militer, disamping perlu mengetahui lokasi tapi juga waktu waktu terbit dan terbenamnya matahari dan bulan. berarti informasi apakah suatu daerah gelap atau terang. Kemudian GPS dipakai untuk membantu nelayan menentukan waktu waktu yang terbaik untuk memancing, berdasarkan posisi bulan. Perhitungan ini sudah terprogram pada GPS. Berdasarkan koordiant, tanggal dan jam, GPS akan memberikan informasi jam berapa matahari dan bulan terbit dan terbenam. Kaum Muslimin dapat menggunakannya untuk menentukan waktu sholat dan penggantian bulan Hijriah. Setiap hari waktu bulan terbenam bertambah antara 40 s/d 62 menit. Pada Layar MENU dari GPS Garmin60 ada pilihan Soon & Moon, maka akan muncul 4 angka waktu. Berturut-turut Waktu Matahari terbit/ternbenam, Bulan terbit/terbenam.

Misalnya, yang terbaca pada GPS pada tanggal 1 April 2012 di Bekasi terbaca Matahari Terbit pukul 05.53 dan terbenam 17.59. Waktu subuh antara 50 dan 60 menit sebelum terbit Matahari. Waktu Magrib persis waktu Matahari Terbenam. Bagaimana dengan Dhuhur dan Asar. Waktu Duhur adalah beberapa saat sesudah pertengahan waktu antara matahari terbit dan terbenam.

Mula mula waktu yang terbaca dijadikan angka desimal. Terbit Matahari 05.53. Angka 53 dibagi 60, 53:60= 0,8833 menjadi pukul 5,8333 Terbenam juga demikian, pukul 17.59, 59:60 = 0,9833 menjadi pukul 17.9833. Lama waktu siang adalah 17,9833 -5,8833 = 12,1 jam. Jam ini dibagi 2 menjadi 12,1:2=6,05. Waktu pertengahan adalah 5,8833+6,05= 11,9333. Angka 0,9333 dikalikan 60 = 55,99 atau 56. Sehingga waktu pertengahan adalah jam 11,56. Satu atau dua menit sesudahnya adalah waktu adzan Duhur. Waktu Ashar. Ada dua waktu, Syafii memfatwakan ketika bayangan sama dengan benda, Hanafi merumuskan ketika bayangan 2 X panjang benda Untuk sistim Syafii, waktu yang bayangan sama dengan benda adalah pertengahan antara waktu Duhur dan Magrib. Angka 6.05 diatas dibagi 2 menjadi 3,025. Ditambah 11,9333 = 14,958. Yang 0,958 X 60 = 57,48. Jadi waktu Ashar adalah pukul 14.58. Untuk Cara Hanafi. Bayangan = 2 X panjang benda . Secara goniometry tan =1/2. Ini berarti sudut 26,6 atau 26,6/180 X 12,1 Jam = 1,78 jam sebelum Magrib. 17,9833-1,78 = 16,1533. Yang 0,1533 dikalikan 60 = 9,2. Jadi Waktu Ashar Hanafi pukul 16.09.

Awal Bulan Hijriah. Bulan mengitari bumi rata-rata setiap 29,5 hari dan 44 Menit. Oleh karenanya Bulan Hijriah diselang seling 29 dan 30 untuk menggenapkan yang setengah hari sehingga 2 bulan = 59 hari. Adanya tanggal 30 pada bulan Hijriah hanya untuk menggenapkan yang tersisa pada bulan sebelumnya. Kelebihan 44 Menit ini, selama 30 tahun adalah 11 Hari. 44 X 12 X 30 = 15840 Menit : 60 = 264 Jam : 24 =11 Hari .Oleh karenanya pada kalender Hijriah, 30 tahun ada 11 kali tahun kabisat, yakni bulan Zulhijah yang biasanya 29 menjadi 30 hari. Pergantian bulan hijriah yang disebut ijtimak adalah jika bulan, matahari dan bumi dalam bidang datar yang sama, dimana bulan berada diantara matahari dan bumi. Jika kebetulan ketiganya berada garis yang sama sehingga bulan menghalangi sinar matahari, disebut gerhana matahari. Jika bumi berada diantara matahari dan bulan pertanda pertengahan bulan hijriah. Jika kebetulan berada pada garis yang sama maka terjadi gerhana bulan. Jadi Gerhana matahari selalu terjadi pada menjelang awal bulan hijriah dan gerhana bulan terjadi pada bulan purnama. Jam berapa terjadi pergantian bulan ini atau ijtimak, hanya bisa diketahui dengan perhitungan astronomi atau hisab hakiki. Cara tradisional ialah menunggu terbenamnya matahari. Jika bulan terlihat diufuk Barat sesudah matahari terbenam, pertanda bulan sudah berganti. Jam berapa pergantian tersebut tidak diketahui di zaman belum ada ahli hisab. Boleh jadi pergantian tersebut sudah terjadi malam sebelumnya tapi karena bulan sudah terbenam beberapa menit sebelum matahari terbenam, bulan sabitnya tidak terlihat. Jadi malam sebelumnya mungkin sudah bulan baru jika terjadi ijtimak pada pukul 18.30 misalnya, sedangkan matahari terbenam pada pukul 18.10. Yang disepekati adalah bulan baru dihitung jika ijtimak terjadi minimal 8 jam sebelum Magrib. Hal ini dianggap ketinggian bulan harus mencapai 2. Kalau lama waktu siang sama dengan 12 jam, maka 2/180 X 12 jam = 0,1333 jam. 0,1333 X 60 = 8 menit. Artinya bulan terbenam 8 menit sesudah matahari terbenam. Ada 2 riwayat yang berbeda. Rasulullah SAW pernah satu kali puasa 30 hari dan riwayat lain mengatakan Rasulullah SAW hanya pernah puasa hari ke-30. Ketika seorang Badui gunung mewartakan bahwa sudah melihat bulan, maka Rasulullah memerintahkan sahabat sahabatnya untuk membatalkan puasanya dan esoknya baru ber hari raya. Kata kata Gunung, mempunyai arti luas. Karena orang yang berada di tempat elavasi yang lebih tinggi, seperti di gunung, pandangannya ke cekrawala lebih luas, lebih hafal tentang benda benda langit dibanding mereka yang berada dibawah. Sesuai riwayat ini, jelang Ramadhan atau Lebaran, kalau belum punya GPS teropongnya jangan dipinggir pantai, tapi dibawa ke gunung. Misalnya di Suwawa Gorontalo tanggal 9 April 2012 matahari terbenam pukul 17.52, di Gunung Tilong Kabila, matahari baru terbenam 3 menit kemudian yakni pukul 17.55. Demikian juga Al Quran. Al Baqarah 185 menyebutkan Faman syahida minkumus syahro fal yasum. Jika ada diantara kalian yang sudah yakin bahwa bulan sudah masuk , maka berpuasalah kalian. Ayat ini tidak menyebutkan harus melihat dengan mata kepala. Ayat ini bisa saja diterjamahkan jika ada diantara kalian sudah meyakini bulan sudah masuk, (karena punya GPS) maka berpuasalah kalian. Memang sahih riwayat yang berbunyi Asyahru isyru wa isyrun, laa tasumu hatta taroulhilal. Bulan itu 29, jangan kalian berpuasa sebelum melihat bulan sabit. Katanya perkataan ini berlaku pada masa belum ada ahli perhitungan bulan, bahkan perhitungan tahun hijriah saja belum ada. Terusan riwayat ini wamanggoma alikum, walitukmilul iddata salasin jika terhalang awan atasmu , maka genapkan 30 hari. Riwayat ini mengisyaratkan bahwa yang pasti adalah 29 hari, sedangkan 30 bersyarat karena ada kata jika. Kalau jelas dan tidak ada penghalang seperti awan, ya 29 hari. Dalam kitab Al Umm, Syafii mendapat riwayat ini dari gurunya Imam Malik, Imam Malik menerima cerita dari Abdullah bin Dinar, yang menerima nya dari Ibnu Umar, sahabat Nabi saw yang juga putra Umar bin al Khatab. Wallahu alam. Zaman sekarang para imam sudah banyak yang menambah kata menjadi Lurus dan rapatkan saf, dan harap matikan HP. Zaman nanti tidak ada lagi rapat istibat di Kementrian Agama, menentukan Puasa dan Hari Raya, karena didusun dusun terpencil sudah biasa dengan penggunaan GPS. Lihat saja GPS, jika bulan terbenam 8 menit atau lebih sesudah matahari, lengsung beduk di talu. Perkiraan Puasa tahun 1433 H Tanggal 19 Juli 2012 di Gorontalo Matahari Terbenam pukul 17.58 Bulan terbenam pukul 18.02. Bulan belum terlihat di panta pantai Gorontalo, Meski matahari sudah 4 menit terbenam. Berarti sesuai kesepakatan tanggal 20 Juli belum berpuasa, karena tinggi hilal baru 1. Secara astronomi atau hisab hakiki , tanggal 20 Juli 2012 sudah bulan baru. Ditempat yang sama tanggal 18 Agustus 2012 Matahari terbenam pukul 17.55 bulan terbenam pukul 18.21, berarti selisih waktu 26 menit. Bulan akan terlihat disegala tempat di Gorontalo , karena bulan sudah 6,5 diatas ufuk. kecuali di Talumolo-Kampung Tenda. Lebaran bersama. Bekasi 10 April 2012

You might also like