You are on page 1of 9

A.

LATAR BELAKANG Dalam Environmental Outlook WALHI 2003 diungkapkan bahwa kita bangsa Indonesia tidak bisa lagi bangga dengan julukan Jamrud Khatulistiwa, karena pada kenyataannya, negeri kita adalah negeri sejuta bencana. Dalam setahun, yaitu tahun 2002, tercatat tidak kurang dari 14 bencana alam terjadi terutama banjir dan tanah longsor. Bencana tersebut menyebabkan lebih dari 101 orang meninggal, ribuan rumah rusak, jutaan hektar lahan pertanian rusak. Berdasarkan data Badan Geologi, tahun 2008 di Jawa Barat terjadi 76 kali longsor dengan jumlah korban meninggal dunia 27 orang dan 13 orang luka-luka. Banyaknya jumlah kejadian dan korban itu membuat Jawa Barat menempati posisi pertama dalam jumlah kasus dan korban longsor, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara jumlah rumah rusak 448 unit dan hancur 61 unit akibat longsor di Jawa Barat, berada di posisi kedua setelah Jawa Tengah. Jawa Barat masih menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan jumlah kejadian dan korban tewas terbanyak akibat longsor di Indonesia selama 2008. Namun, upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah daerah masih terfokus pada penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan setelah bencana terjadi. Padahal yang paling penting adalah melakukan pendidikan kepada masyarakat untuk memahami tata ruang wilayah yang rawan bencana serta memfasilitasi mereka agar mencari daerah yang layak huni. Tanah longsor umumnya dapat terjadi pada wilayah berlereng. Makin tinggi kemiringan lahannya akan semakin besar potensi longsornya. Tanah longsor terjadi biasanya diakibatkan oleh wilayah jenuh air dan adanya gaya gravitasi. Kondisi biofisik wilayah seperti lereng, jenis penggunaan lahan, curah hujan, dan tipe litologi dapat memicu suatu wilayah menjadi rawan longsor (landslide susceptibility), yang dapat membahayakan aktivitas kehidupan di sekitarnya. Pentingnya suatu penelitian dilakukan mengingat Jawa Barat merupakan daerah yang rawan akan bencana khususnya longsor yang tidak sedikit menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Maka sangatlah dibutuhkan data yang berkaitan dengan kondisi fisik suatu daerah yang rawan bencana dan pedoman/acuan dalam melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Dari penelitian ini akan diperoleh data yang dapat dijadikan pedoman dalam peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana longsor.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengambil judul Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Tanah Longsor di Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu Ciwidey.

B. RUMUSAN MASALAH Dalam penelitian ini, masalah akan dibatasi pada kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana longsor di Kecamatan Pasirjambu Ciwidey. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap bencana tanah longsor? 2. Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tanah longsor? 3. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat dalam mengurangi dampak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor?

C. TUJUAN PENELITIAN Selain rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap bencana tanah longsor. 2. Menganalisis tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tanah longsor. 3. Mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengurangi dampak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor.

D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat sekitar agar dapat melakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana tanah longsor yang terjadi. 2. Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tanah longsor.

3. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah serta pihak-pihak yang terkait untuk peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, mengerti, dan memahami tentang bahaya kebencanaan. 4. Sebagai bahan pengayaan pada pembelajaran, khususnya pada materi pembahasan tentang mitigasi bencana.

E. DEFINISI OPERASIONAL Uraian mengenai konsep-konsep yang ada di dalam judul penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesiapsiagaan Masyarakat Kesiapsiagaan masyarakat dalam penelitian ini adalah sikap atau perilaku masyarakat yang waspada akan potensi bencana di lingkungan sekitarnya agar dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana yang terjadi. 2. Bencana Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Kepmen No.17/KEP/MENKO/ KESRA/X/95). Yang dimaksud bencana dalam penelitian ini adalah bencana tanah longsor. 3. Tanah Longsor Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi di mana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Tanah Longsor juga diartikan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan

rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

F. TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian dan Proses Terjadinya Longsor Longsor diartikan sebagai perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.

Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Berikut adalah gejala-gejala umum terjadinya tanah longsor: Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

2.

Jenis-jenis Tanah Longsor Ada enam jenis tanah longsor, yaitu sebagai berikut: a) Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. b) Longsoran Rotasi Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. c) Pergerakan Blok Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu. d) Runtuhan Batu Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. e) Rayapan Tanah Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. f) Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya.

3.

Penyebab Terjadinya Longsor Penyebab tanah longsor terutama disebabkan oleh ketahanan geser batuan yang menurun tajam jauh melebihi tekanan geser dan yang terjadi seiring dengan meningkatnya tekanan air akibat pembasahan atau peningkatan kadar air, disamping juga karena adanya peningkatan muka air tanah. Selanjutnya batuan/tanah penyusun lereng tersebut kondisinya menjadi kritis-labil dan cenderung mudah longsor (Hirmawan, 1994). Faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor yaitu: a) Hujan b) Lereng terjal c) Tanah yang kurang padat dan tebal d) Batuan yang kurang kuat e) Jenis tata lahan f) Getaran g) Susut muka air danau atau bendungan h) Adanya beban tambahan i) Pengikisan/erosi j) Adanya material timbunan pada tebing k) Bekas longsoran lama l) Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung) m) Penggundulan hutan n) Daerah pembuangan sampah

4.

Manajemen Bencana Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana, yang bertujuan untuk (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu: a) Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini; b) Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;

c) Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

5.

Mitigasi Bencana Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktural dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, dll. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.

6.

Mitigasi Bencana yang Efektif Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya, peringatan dan persiapan. a) Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan asset yang terancam, serta tingkat ancaman. b) Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam. c) Persiapan (preparedness); kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya, yaitu penilaian bahaya dan peringatan.

7.

Mitigasi Bencana Berbasis Masyarakat Penguatan kelembagaan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta merupakan faktor kunci dalam upaya mitigasi bencana. Penguatan kelembagaan dalam bentuk dalam kesiapsiagaan, sistem peringatan dini, tindakan gawat darurat, manajemen barak dan evakuasi bencana bertujuan mewujudkan

masyarakat yang berdaya sehingga dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan bersama-sama oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana, antara lain: a) Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi yang rawan bencana; b) Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan; c) Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik; d) Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan; e) Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat yang memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana.

G. PROSEDUR PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu Ciwidey Kabupaten Bandung. Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut: Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Desa Mekarmaju dan Desa Pasirjambu : Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu : Desa Margamulya, Kecamatan Pasirjambu : Desa Margamulya dan Desa Ciwidey

2. Populasi dan Sampel a) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah: Populasi wilayah meliputi seluruh wilayah Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung.

Populasi manusia meliputi seluruh penduduk Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung.

b) Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah: Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu Ciwidey. Sampel manusia dalam penelitian ini adalah beberapa orang penduduk di Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu Ciwidey. 3. Variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pengetahuan masyarakat b) Kebijakan pemerintah c) Rencana tanggap darurat d) Sistem peringatan bencana e) Kemampuan memobilisasi sumber daya 4. Alat pengumpul data Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a) Ceklist b) Pedoman wawancara c) Angket 5. Teknik pengumpulan data Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a) Observasi lapangan b) Wawancara c) Survey lapangan 6. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Persiapan, meliputi: Memeriksa dan mengecek kelengkapan identitas responden. Memeriksa dan mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument pengumpulan data. Mengecek macam-macam isian data.

b) Tabulasi data Data yang terkumpul kemudian di tabulasi dengan menggunakan data yang kemudian dikelompokkan tiap butir pertanyaan yang ada pada angket dan pedoman wawancara. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode dari setiap jenis instrument pengumpul data yang selanjutnya dimasukkan kedalam bentuk data grafik atau tabel. c) Analisis data penelitian Setelah data terkumpul melalui langkah-langkah diatas, selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistic. analisis statistic menggunakan formula prosentase, dengan rumus: Untuk

dan juga menggunakan analisis Chi Kuadrat

You might also like