You are on page 1of 4

PANGARUSTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN

I. SENSITIVITAS GENDER.
A.Konsep Seks dan Gender. Gender menjadi isu penting dan istilah yang seringkali diperbincangkan pada akhir-akhir ini. Namun dari pengamatan masih banyak terjadi kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya dengan perjuangan perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dan keadilan. Banyak orang berpersepsi bahwa gender selalu berkaitan dengan perempuan, sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju kesetaraan dan perjuangan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa melibatkan laki-laki. Kesalah pahaman tentang konsep gender ini sebagai akibat dari belum dipahaminnya secara utuh atau kurangnya penjelasan konsep gender dalam memahami distem ketidakadilan sosial dan hubungannya dengan ketidak adilan lainnya. Di dalam kamus Bahasa Indonesia, tidak ada perbedaan yang cukup jelas antara seks dan gender karena keduanya diartikan sama, yaitu jenis kelamin. Seks dan Gender? Seks (jenis kelamin) merupakan pensifatan atau pembagian jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis oleh Tuhan dan melekat pada jenis kelamin tertentu, atau banyak orang menyebutnya KODRAT TUHAN. Misalnya laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, jakala (kalamenjing) , dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki vagina dan alat reproduksi seperti rahim, saluran melahirkan, indung telur, dan alat menyusui. Alat-alat tersebut dibuat untuk jangka lama atau selamanya, dan tidak berubah, berlaku dimana saja, bangsa apa saja. Secara biologis alat- alat tersebut tidak dapat dipertukarkan antara alat yang melekat pada laki-laki dan perempuan (ILO,1997). Konsep gender merupakan sifat dan perilaku yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, atau sebagai bagian peran dan tanggung jawab antara lakilaki dan perempuanyang ditetapkan oleh masyarakat maupun budaya yang disosialisasikan melalui proses sejarah yang panjang. Karena dibentuk oleh budaya, maka gender bukan KODRAT atau ketentuan Tuhan , oleh karena bukan ketentuan Tuhan, maka gender tidak bersifat tetap. Contoh :ketika mengetahui jenis kelamin anak yang akan dilahirkannya, orang tua cenderung menyiapkan segala perlengkapan bayi sesuai jenis kelamin anak, misalnya pink untuk anak perempuan, biru untuk anak laki-laki. Sejak lahir / usia dini budaya sudah dilekatkan, bahwa biru adalah warna anak laki-laki, dan merah muda/ pink adalah warna anak perempuan B. Peran Gender (peran reproduktif, produktif, dan peran kemasyarakatan) Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan-perbedaan gender termasuk perbedaan peran, sehingga muncul istilah peran kodrati, yaitu peran yang diberikan oleh Tuhan, seperti, haid, hamil, melahirkan, menyusui dan peran gender. Peran gender seringkali diyakini seakan-akan juga merupakan peran kodrati yang diberikan oleh Tuhan, padahal sebenarnya peran gender diyakini sebagai ketentuan sosial. Ada tiga istilah yang merujuk peran gender, yaitu : 1. Peran reproduktif, yaitu peran-peran yang dijalankan dan tidak menghasilkan uang, serta dilakukan di dalam rumah. Peran reproduktif antara lain : pengasuhan atau pemeliharaan anak; pekerjaan-pekerjaan rumah tangga; menjamin seluruh anggota keluarga sehat;menjamin seluruh anggota keluarga kecukupan makan; menjamin seluruh anggota keluarga tidak lelah. 2. Peran produktif, yaitu peran peran yang jika dijalankan mendapatkan uang langsung atau upah upah yang lain. Contoh peran produktif yang dijalankan di luar rumah : sebagai guru disuatu sekolah, buruh perusahaan, pedagang di pasar. Contoh peran produktif yang dijalankan di dalam rumah ; usaha salon dirumah, usaha menjahit di rumah dsb. 3. Peran kemasyarakatan terdiri dari aktivitas yang dilakukan di tingkat masyarakat. Peran kemasyarakatan yang dijalankan oleh perempuan adalah melakukan aktivitas yang digunakan

bersama, misalnya pelayanan posyandu, pengelolaan sampah rumah tangga, pekerjaan seperti itu (pekerjaan sosial di masyarakat) dan tidak dibayar. Keyakinan gender yang begitu kuat melahirkan pemikiran dan perilaku yang steriotipe (pelabelan). Contoh : perempuan bersifat cerewet,karena emosional , maka tidak pantas japi pemimpin. emosional, sedangkan laki-laki gagah, egois, tegas , maka pantas menjadi pemimpin. Keyakinan gender ini akkhirnya menyebabkan ketidakadilan gender C. Ketidakadilan Gender. Ketidakadilan gender adalah suatu proses yang menunjukkan ketidakseimbangan antara laki-laki dan perempuan dalam mencapai hak dasarnya dalam likungan keluarga, masyarakat dan negara. Perpedaan gender sesungguhnya tidak akan menjadi masalah jika tidak melahirkan ketidakadilan .Bentuk perbedaan gender yang melahirkan ketidakadilan gender dapat dilihat dari ketidakadilan yang ada, seperti marginalisasi (peminggiran/pemiskinan ekonomi), subordinasi (anggapan perlakuan bahwa perempuan tidak penting/sebagai nomor dua/ konco wingking), steriotipe (pelabelan), Violence (kekerasan), dan multi burden (beban kerja lebih panjang/ banyak), serta sosialisasi idiologi nilai peran serta gender. Bentuk-bentuk ketidakadilan gennder tersebut tidak dapat dipisahkan, karena satu sama lain saling keterkaitan dan saling mempengaruhi. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender sebagai berikut : 1. Marjinalisasi atau peminggiran, yaitu proses kepentingan hak dan keterbukaan serta partisipasi berdasarkan jenis kelamin yang berlangsung secara sistemik dalam memperoleh manfaat dan kesejahteraan hidup dan pembangunan. Marjinalisasi terjadi secara sejajar atau dianggap sesuatu yang wajar (IAPBE:2007). Proses marjinalisasi seringkali menimpa laki-laki maupun perempuan di suatu negara karena berbagai peristiwa, misalnya akibat bencana alam, penggusuran, konflik bersenjata. 2. Subordinasi atau penomorduaan pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap paling penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lain, misalnya perempuan sekedar sebagai konco wingking laki-laki,mengurus pekerjaan rumah dianggap sebagai kodrat perempuan dll. 3. Steriotype atau pelabelan negatif, yaitu pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu, dan bersifat merugikan pihak lain atau melahirkan ketidakadilan, contoh : bayi lahir perempuan diberi warna pink, laki-laki warna biru, dsb 4. Violence atau kekerasan terhadap perempuan, segala bentuk kekerasan gender yang akibatnya berupa atau dapat berupa kerusakan atau penderitaan fisik, mental, seksual. Contoh : (a) menyampaikan lelucon jorok (vulgar) pada seseorang dengan cara yang sangat menyakitkan hati/ menjijikan,(b). Menyakiti atau membuat malu seseorang dengan omongan kotor, (c). Kekerasan dalam rumah tangga, (d).meminta imbalan seksual dalam rangka janji untuk mendapatkan pekerjaan / mendapat promosi, (e). Menyentuh atau menyenggol bagian tubuh tanpa minat atau tanpa seizin dari yang bersangkutan. 5. Doubel burden (beban ganda), perempuan atau laki-laki yang harus melaksananakan peran utuk npekerjaan rumah tangga (domestik) dan juaga pekerjaan produktif.yang berhubungan untuk memenuhi kebutuhan praktis D. Kebutuhan Gender. Satu hal penting yang mendasari pemikiran perencanaan perspektif gender adalah kenyataan laki-laki dan perempuan mempunyai peran yang berbeda, terutama dalam keluarga dan masyarakat, perbedaan mulai akses, kontrol, partisipasi dan manfaat. Perempuan mempunyai kebutuhan yang berbeda dari lakilaki, berupa kebutuhan praktis dan strategis. 1. Kebutuhan praktis, adalah kebutuhuan yang berhubungan untuk memenuhi kebutuhan praktis supaya seseorang dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan peran gendernya (peran reproduktif, produktif, kemasyarakatan). Contoh :kebutuhan akan air bersih antara laki-laki dan perempuan beda, perempuan lebih banyak,dll. 2. Kebutuhan strategis gender,yaitu berkaitan dengan pembagian kerja , kekuasaan dan kontrol, serta beberapa isu gender. Antara lain hak-hak dalam hukum, kekerasan domestik,setaraan upah, hak bebas dari kekerasan, dll.

E. Isu aktual gender. Hasil konverensi dunia tentang perempuan di Baijing tahun 1995, menyepakati bahwa masalah yang dihadapi perempuan dan masalah ketidakadilan gender terjadi di hampir seluruh dunia, yang dapat dipetakan menjadi 12 area kritis : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Perempuan dan kemiskinan Perempuan dan Pendidikan dan pelatihan Perempuan dan kesehatan Perempuan dan ekonomi Perempuan dalam kedudukan-kedudukan pemegang kekuasaaan dan pengambilan keputusan Hak asasi perempuan Kekerasan terhadap perempuan Perempuan dan lingkungan hidup Perempuan dan media Perempuan dalam situasi konflik dan bencana Anak perempuan Mekanisme Institusional untuk kemajuan perempuan.

II.PANGARUSTAMAAN GENDER (PUG)


PUG adalah suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan, program yang memperhitungkan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan , pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan. (PBB). Berdasarkan Inpres nomor 9 tahun 2000 pangarustamaan gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi intgral dari satu perencanaan, penyususnan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan dalam hal ini termasuk dalam pendidikan. Pangarustamaan gender dalam bidang pendididkan adalah suatu strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan , program dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan. Ruang lingkup PUG disatuan pendidikan adalah : manajemen berbasis sekolah responsif gender,proses pembelajaran responsif gender dan partisipasi masyarakat yang responsif gender. Sekolah yang responsif gender, yaitu suatu sekolah responsif gender dimana aspek akademik, sosial, lingkungan fisik, maupun lingkungan masyarakatnya memperhatikan secara seimbang kebutuhan spesifik laki-laki maupun perempuan. Pengelolaan sekolah yang responsif gender adalah pengelolaan sekolah yang menyediakan materi pembelajaran yang responsif gender dan menyusun, melaksanakan dan memonitor peraturanperaturan sekolah yang diperlukan untuk mengembangkan lingkungan sekolahnya menjadi lingkungan yang benar-benar menjadi tempat yang nyaman untuk belajar bagi laki-laki maupun perempuan Pembelajaran yang responsif gender, kurikulum dan pembelajaran nyang mengacu pada proses pembelajaran yang senantiasa memberikan perhatian seimbang bagi kebutuhan khusus baik bagi lakilaki maupun perempuan. Pembelajaran yang responsif gender tersebut mengharuskan kepada guru untuk memperhatikan berbagai pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan dan keadilan gender, baik melalui proses pembelajaran, hasil belajar, interaksi belajar mengajar, pengelolaan kelas, maupun dalam evaluasi.Atau dengan kata lain, konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa/ siswi yang mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama bagi peserta didik laki-laki dan perempuan. Artinya pembelajaran yang dimaksudkan adalah

pembelajaran yang memanfaatkan pembelajaran koontekstual yang memfokuskan pembelajaran pada student centre learning bukan teacher centre learning dengan mengaplikasikan perspektif gender. Keterlibatan/partisipasi masyarakat responsif gender, adanya keterlibatan Komite Sekolah sebagai badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan dan demokratisasi pendidikan yang responsif gender. Anggaran pendidikan responsif gender, anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk mendorong keadilan dan kesetaran gender bidang pendidikan. Penyusunan RPP Inklusif Gender . Cermati rumpun indikator kesetaraan gender yang diintegrasikan (akses, partisipasi, kontrol dan manfaat) Kembangkan kegiatn awal dengan mempertimbangkan pengalaman murid laki-laki dan perempuan agar dapat menarik minat dan motivasi dalam mempelajari konsep. Kembangkan pengalaman belajar yang berbeda antara murid laki-laki dan perempuan agar dapat menarik sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia RPP dibuat dengan mencantumkan strategi untuk memberikan penguatan kepada kelompok yang tertinggal dalam hal prestasi, kerajinan , partisipasinya disuatu mata pelajaran, kelompok tertinggal bisa laki-laki maupun perempuan. Bahan ajar dan media mengajar dipilih yang tidak bias gender. Strategi mengajar dan manajemen kelas bisa mengaktifkan murid laki-laki dan perempuan secara seimbang dan tidak monoton Evaluasi bervariasi dan data hasil evaluasi dibuat terpilah. Didalam RPP masalah gender ini akan tampak pada kalimat-kalimat yang tertulis didalam, materi pembelajaran, metode, strategi, alat, serta evaluasi yang memberikan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi peserta didik laki-laki maupun perempuan. Magelang, 21 Januari 2009

Materi Sosialisasi ini diringkas dari Modul Pangarustamaan Gender Bidang Pendidikan Dinas Pendidikan Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Oleh : Dra. Turhastuti,M.Pd.

You might also like