You are on page 1of 23

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Organisasi system saraf pada Avertebrata Organisasi system saraf Avertebrata meliputi neuron yaitu terdiri dari dendrite yang dilanjutkan ke reseptor dan akson membentuk sinaps dengan beberapa jenis sel efektor yang kemudian menjadi tanggap terhadap perubahan lingkungan dan mampu melaksanakan fungsi kehidupan. Jenis susunan organisasi saraf yaitu jala saraf dan tali saraf. Jala Saraf ialah susunan organisasi saraf yang menyerupai jala. Jala saraf dapat ditemukan pada hewan karang dan uburubur. Tali saraf adalah susunan organisasi system saraf berupa traktus atau kumpulan serabut saraf. Tali saraf pada umumnya terbentang disepanjang tubuh (Villee, 1999). Secara umum, sistem saraf pada hewan Invertebrata adalah sistem saraf difus hewan Invertebrata.

2.1.1 Protozoa dan Porifera Protoza misalnya amoeba tidak mempunyai susunan saraf tetapi mempunyai kepekaan terhadap rangsang dari luar dan mampu menanggapi rangsang

tersebut...misalnya rangsangan yang berupa cahaya dan sentuhan. Jika rangsanganya kuat, protozoa menjauh, sebaliknya jika rangsang itu lemah akan mendekat. Misalnya kelas Rhizopoda, pada Amoeba belum mempunyai alat khusus untuk menerima rangsang. Alatnya disebut taksisyang dibagi menjadi beberapa macam taksis. Yaitu termotaksis positif dan negaif, fototaksis positif dan negatif, tigmotaksis positif dan negatif, kemotaksis positif dan negatif galvanotaksis, geotaksis, dan rheotaksis (aliran air). Sementara pada hewan dari kelas Ciliata yaitu Paramecium. Hewan dengan sejumlah besar silia yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Silia dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya bergerak dan memperoleh makanan. Jika ingin bergerak ke arah tertentu, Ciliata (Paramecium) harus mengatur dan mengoordinasikan gerakan silianya secara tepat sehingga tujuannya tercapai. Koordinasi gerakan silia juga

diperlukan

pada

Ciliata

menangkap

partikel

makanan

dari

lingkungan

dan

memasukkannya ke dalam mulut. Dengan demikian, jelas Ciliata harus memiliki kemampuan mengoordinasikan semua aktivitas tubuhnya. Gerakan seluruh silia tersebut diatur oleh sebuah silia yang bekerja sebagai pemacu ataupacemaker. Apabila silia pemacu bergetar lebih cepat, silia lain akan menyesuaikan kecepatan getarannya dengan getaran silia pemacu tersebut. Demikian pula, jika pemacu bergetar ke arah tertentu maka silia lainnya juga akan bergetar ke arah yang sesuai. Pada Ciliata, berbagai peristiwa seperti tumbukan antar hewan dan adanya rintangan yang dihadapi diyakini dapat menyebabkan pembukaan pori membran untuk ion kalsium, yang selanjutnya mendepolarisasikan membran yang menyebabkan getaran silia berbalik arah. Akibatnya, Ciliata akan bergerak ke arah berlawanan dengan arah tujuan semula. Untuk kelas Flagelata, misalnya Euglena viridispada bagian anterior dekat akhir kerongkongan terdapat stigma (titik mata merah)yang tersusun atas protoplasma yang banyak mengandung granulla haematocrhrom. Diduga stigma berfungsi sebagai mata yang primitif. Pendapat ini didasarkan adanya lensa berupa butir-butir para amilum pada bagian anterior. Hewan kecil ini dapat mendeteksi kekuatan dan arah cahaya. Ia lebih suka lokasi dengan cahaya moderat dan menjauh dari kegelapan dan cahaya terang. Euglena viridis mungkin menggunakan reseptor ini untuk menjaga diri dalam cahaya yang mereka gunakan untuk fotosintesis. Euglena viridis menggunakan fotosintesis untuk energi meskipun mereka bisa makan makanan padat (seperti binatang), jika mereka disimpan di kegelapan. Sedangkan pada filum porifera belum terdapat sistem saraf.

2.1.2 Coelenterata a) Kelas Hydrozoa Pada Lapisan Epidermis Sel-sel saraf terletak di bagian bawah dari jajaran sel-sel

epitheliomuskular, dan sejajar dengan lapisan mesoglea. Sel saraf ini merupakan derivat epidermis dan diduga merupakan perkembangan dari sel interstitial yang

kemudian masuk ke dalam lapisan mesoglea. Setiap sel saraf terdiri atas badan sel dan cabang-cabang yang merupakan prosesus (tonjolan) yang disebut neurit. Keistimewaan dari sel-sel saraf Hydraatau Coelenterata pada umumnya adalah masih tetap tersebar sehingga membentuk suatu sistem difus dalam arti tidak adanya susunan atau sistem sentral

Pada Lapisan Gastrodermis Seperti halnya lapisan epidermis, maka di dalam lapisan gastrodermis ini juga ditemukan sel-sel saraf, tetapi jumlahnya tidak sebanyak sel-sel saraf yang ditemukan di lapisan epidermis

Obelia Pada koloni hydroid hanya ditemukan sistem susunan saaraf. Susunan saraf masih primitif, terjadi dari sel-sel saraf yang kedudukannya tersebar tanpa memiliki pusat. Dalam arti belum ditemukan sistem koordinasi. Sehingga sedikit banyak setiap sel saraf bekerja secara mandiri. Susunan saraf demikian ini disebut bersistem difusi.

b) Kelas Scyphozoa Susunan saraf ubur-ubur lebih kompleks bila dibandingkan dengan susunan saraf Hydra. Adapun susunan saraf ubur-ubur terdiri atas : jaringan saraf utama, jaringan saraf difus, delapan ganglia rhopalial. 1. Jaringan Saraf Utama Terletak di bagian permukaan sub-umbrella (permukaan tubuh sebelah bawah). Susunan saraf ini berkolerasi dengan sistem muskular yang berada di bagian sisi itu. Di samping itu susunan saraf jaringan utama ini juga menjulur masuk ke dalam bagian tangan mulut, manubrium, tentakel, dan rhopalia. Adapun susunan saraf utama ini berfungsi untuk mengkoordinir aktifitas otot selama ubur-ubur melakukan pergerakan. Susunan saraf jaringan utama ini meliputi sel-sel saraf dipolar dan serabut-serabut saraf.

2. Susunan Saraf Difus Susunan saraf difus berada di kedua belah sisi, baik sisi sekunder maupun sisi sub-umbrella maupun sisi eks-umbrella. Susunan saraf ini meliputi badan-badan sel saraf yang kecil-kecil. Adapun fungsi susunan saraf ini terutama berhubungan dengan respon lokal, misalnya urusan penangkapan mangsa, pengempisan badan payung dan lain-lain. Susunan saraf difus juga berhubungan dengan ganglion rhopalial.

3. Ganglion Rhopalial Ganglion Rhopalial ada 8 buah. Ganglion rhopalial merupakan kumpulan dari neuron. Kedelapan buah ganglion tersebut masing-masing terletak dekat dengan bagian basal dari alat indera marginal yang disebut tentakulokist ataurhopali. Selain itu di seputar pinggiran badan payung yaitu jelasnya di seputar saluran marginal ditemukan susunan saraf cincin yang halus. Pada ubur-ubur juga dapat di temukan yang namanya jala saraf. Jala saraf ialah susunan yang menyerupai jala. Susunan ini merupakan contoh sistem saraf yang paling sederhana. Susunan saraf yang terdapat pada bagian atas ubur-ubur berfungsi untuk mengoordinasikan gerakan, sedangkan jala saraf yang terdapat pada tentakel berfungsi sebagai reseptor sensoris.

c) Kelas Anthozoa Susunan saraf pada anemon laut sangat sederhana, dan pada dasarnya serupa dengan susunan saraf pada Coelenterata lainnya. Susunan sarafnya bersistem difus dan belum tampak adanya susunan saraf pusat. Sistem saraf tersebut terdiri atas pleksus epidermal dan pleksus gastrodermal, yang masingmasing tersusun atas serabut saraf dan ganglion yang besar. Pleksus tersebut makin intensif terutama di bagian tentakel, diskus oral maupun stomodeum.

Pada kelas Colenterata sudah memiliki sistem saraf difus dengan ganglion yang tersebar di seluruh bagian tubuh. Proses Stimulus Respon adalah sebagai berikut : Stimulus sel sensoris sel saraf ganglion terdekat respon sel saraf efektor

2.1.3 Plathyhelminthes Otak terletak pada bagian kepala. Otak tersusun oleh ganglion-ganglion otak yang terdiri atas dua lobus. Dari otak muncul serabut-serabut ke arah anterior menuju ke kepala, dan lateral menuju ke aurikel. Disamping itu ada dua tali saraf ventral yang memanjang sepanjang tubuh dan berakhir ke ujung posterior. Masing-masing tali saraf ventral itu terletak pada kira-kira sepertiga bagian dari topi tubuh. Kedua tali saraf ventral dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura-komisura transversal, dan pada masing-masing saraf muncul serabut saraf ke arah tepi tubuh. Adanya komisura-komisura transversal menyebabkan sistem saraf berbentuk tangga tali. Otak berfungsi sebagai pusat koordinasi bagi impuls-impuls saraf. Sebagai tambahan untuk sistem saraf pusat terdapat sebuah pleksus sub-epidermal atau jaringan saraf dan pleksus sub-maskular. Pleksus sub-epidermal terletak tepat di bawah lapisan epidermis, sedangkan pleksus sub-maskular terletak di dalam mesenkim di dalam lapisan otot dari kulit tubuh. Kedua pleksus itu bergabung dengan tali-tali saraf. Di dalam otak terdapat statokis. Statokis merupakan alat keseimbangan tubuh. Pada Dugesia organ-organ sensori terdiri atas kemoreseptor, atau aurikuler dan mata. Kemereseptor terdapat pada kepala, berupa lubang-lubang dan lekuk-lekuk bersilia. Pada lubang-lubang atau lekuk-lekuk bersilia itu epidermisnya mempunyai sel-sel yang tenggelam, dan sel-sel itu mempunyai silia tetapi tidak mempunyai rhabdit. Sel-sel itu disarafi oleh satu serabut saraf sensori. Kemoreseptor itu memungkinkan hewan dapat mendeteksi makanan yang ada di sekelilingnya. Organ terletak di bagian dasar aurikel. Celah aurikular itu bersilia dan dilengkapi dengan serabut saraf yang merupakan indra kemereseptor untuk bau dan pengecap.

Pada cacing hati terdapat satu sistem saraf yang mengelilingi esofagus. Pada sistem saraf tersebut terdapat dua pasang ganglion serebral ke arah dorsolateral dan satu pasang ganglion ventral yang terletak di bawah esofagus. Pada ganglion-ganglion itu muncul serabut-serabut saraf kecil ke arah anterior. Ke arah posterior terdapat tiga pasang saraf longitudinal yang muncul dari ganglion-ganglion tersebut, yaitu : tali syaraf dorsal, lateral, dan ventral. Tali syaraf lateral berkembang sangat baik dan memanjang sampai ujung posterior. Tali syaraf itu dihubungkan satu sama lain oleh banyak komisura transversal. Pada tali syaraf juga muncul serabut-serabut syaraf ke arah lateral, dan beberapa serabut syaraf itu membentuk pleksus. Sel-sel saraf biasanya berbentuk bipolar. Karena sifatnya yang parasit cacing hati tidak mempunyai organ sensori, kecuali alat yang berbentuk bulbus yang berfungsi sebagai tangoreseptor atau alat peraba yang tersebar di seluruh permukaan integumen. Taenia solium memiliki dua ganglion kecil yang terletak pada bagian skoleks. Kedua ganglion itu dihubungkan oleh komisura-komisura yang terdiri atas serabut saraf yang halus. Pada kedua ganglion muncul serabut saraf ke arah anterior yaitu ke arah sucker dan rostelum. Ke arah posterior muncul 3 pasang syaraf longitudinal. 2 pasang saraf longitudinal yang lateral berkembang dengan baik, dan saraf ini memanjang di sepanjang strobila. Proses fisiologis sistem saraf pada filum plathyhelminthes yaitu yaitu dari proses stimulus sampai dengan respon: Stimulus sel sensoris t.s trans t.s long Ganglion anterior respon t.s trans t.s long efektor.

2.1.4 Nemathyhelminthes Sistem saraf meliputi sebuah cincin sirkumfaringeal yang mengelilingi faring. Cincin saraf itu tersusun oeh serabut-serabut saraf dan sel-sel saraf difus. Cincin saraf sirkumfaringeal itu berhubungan dengan banyak ganglion, ada ganglion dorsal yang tidak berpasangan dan ganglion subdorsal yang berpasangan . pada tiap sisi dari cincin saraf sirkumfaringeal terdapat sebuah ganglion lateral yang terbagi menjadi enam ganglion.

Pada sisi bawah dari cincin saraf terdapat satu pasang ganglion ventral yang berukuran besar. Masing-masing ganglion mempunyai sel-sel saraf yang jumlahnya tetap. Dari cincin sirkumfaringeal keluar enam saraf kecil ke arah anterior, masingmasing mempunyai sebuah ganglion yang tersusun dan tersusun secara radial menuju ke organ-organ sensorik yang terdapat pada ujung anterior . dari cincin sirkumfaringeal juga keluar enam serabut saraf posterior yang membentang sampai ke ujung posterior. Antara keenam serabut saraf tesebut, satu terletak pada mid-dorsal, satu pada mid-ventral, dan sisanya terletak pada tali dorsal dan tali ventral. Saraf mid-ventral merupakan saraf utama yang berhubungan dengan ganglion-ganglion pada bagian anterior. Saraf midventral ini disebut dengan tali saraf. Dekat dengan anus terdapat sebuah ganglion anal yang mengirim saraf ke ekor. Ke-empat saraf posterior lainnya berukuran kecil. Saraf-saraf ini merupakan satu pasang saraf dorsal lateral dan dan satu pasang saraf ventrolateral . saraf-saraf tersebut terletak didekat saluran ekskresi. Saraf-saraf dorsal dan ventral dihubungkan oleh sejumlah komisura tranversal. Sedangkan saraf ventral dan lateral dihubungkan oleh komisura ventrolateral. Pada Ascaris lumbricoides Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang dihubungkan dengan 6 buah tali saraf (nerve cord) longitudinal, ke bagian anterior dan posterior serta tali-tali saraf transversal mempunyai 4 papila labial, yang 2 terletak pada bibir dorsal dan masing-masing satu pada bibir ventrolateral. Tiap papila labial merupakan organ indra yang ganda. Tiap bibir ventrolateral mempunyai sebuah amphid yang terletak didekat papila lateral. Amphid ini merupakan saraf yang berasal dari ganglion lateral yang berfungsi sebagai organ pembau. Sistem saraf: Proses Stimulus Respon: stimulus sel sensoris t.s trans t.s long cincin saraf respon t.s trans s long efektor.

2.1.5 Annelida

Sistem saraf pada Annelida terletak dsebelah dorsal pharynx didalam segmen yang ketiga dan terdiri atas: a. Ganglion cerebrale, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan comissura; b. Berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya

Pada hewan polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak disebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh dua bua saraf sirkum esofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral. Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indera yang menerima saraf dari ganglin supraesofageal. Terdapat mata sederhana 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehungga analog dengan mata pada vertebrata.

2.1.6 Molusca Sistem saraf pusat Mollusca secara khas terdiri atas sebuah cincin saraf. Selain itu memiliki ganglion kaki yang berperan mengontrol kaki, ganglion cerebral berfungsi menggabungkan informasi sensori, dan ganglia lain berfungsi mengontrol fungsi tubuh

lainnya. Sistem saraf dari beberapa spesies Molluscajuga menghasilkan hormon yang mengatur beberapa fungsi seperti pelatakkan telur dan pertumbuhan. Untuk kelas Monoplacophora sistem sarafnya terdiri atas sepasang ganglia cerebral dan cincin saraf sirkum oral yang berhubungan dengan sepasang tali saraf menuju ke organ viseral yang terletak di dalam lipatan mantel. Selain itu juga berhubungan dengan sepasang tali saraf menuju ke kaki. Sistem saraf dari kelas Polyplacophora, contohnya Chiton terdiri atas cincin sirkum- esofangeal dan dua pasang tali saraf longitudinal, satu pasang tali saraf tersebut menginversi pada kaki dan sepasang lainnya menginversi mantel, tidak memiliki ganglion atau perkembangannya sangat sederhana. Tali saraf saling berhubungan oleh karena adanya saraf penghubung. Pada cangkang juga terdapat sejumlah penonjolan kecil yang masing-masing penonjolan tersebut membawa sebuah organ sensori yaitu esthete. Esthete merupakan reseptor taktil dan visual yang sederhana, sedangkan pada beberapa spesies Mollusca, mata berkembang dengan baik bahkan dilengkapi dengan lensa. Organ tersebut berperan dalam mendetekasi adanya predator. Sementara sistem saraf untuk kelas Gastropodasebagian besar jaringan saraf pusat di belakang masa bukal dan membentuk cincin di sekitar esofagus. Memiliki 5 pasang ganglion dan 4 pembesaran ganglion. Ganglion supraesofageal atau ganglio serebral, berpasangan dan terletak di dorsal esofagus. Dari ganglion ini keluar saraf yang menuju ke ganglion bukal, ke mata, ke ganglion okuler, ke ganglion olfaktori dan ke mulut. Saraf penghubung yang disebut komisura adalah penghubung ganglion supraesofageal dengan ganglion yang terletak di bawah esofagus. Pada tempat ini terdapat 4 pasang ganglion yang letaknya berdekatan yaitu ganglion pedal, ganglion pleural, ganglion parietal dan ganglion viseral. Saraf-saraf ganglion tersebut menuju ke masa jerohan dan bagian bawah lainnya. Untuk kelas Pelecypoda, sistem sarafnya terdiri atas 3 pasang ganglion yaitu ganglion serebral di sisi esofagus, ganglion pedal di kaki dan ganglion viseral terletak di bawah otot aduktor posterior. Masing-masing pasangan ganglion tersebut dihubungkan oleh saraf penghubung. Telah disebutkan bahwa sel saraf ialah sel yang berfungsi untuk menjalarkan rangsang. Pada kadar istirahat, sel saraf dikatakan berada pada keadaan polar, yaitu

keadaan sedang tidak menjalankan rangsang. Keadaan polar ini ditandai dengan adanya muatan yang negatif disisi dalam membran dan lebih positif disisi luar membran. Dalam keadaan semacam itu, membran sel saraf bersifat impermeabel terhadap ion natrium (Na+) dan permeabel terhadap ion kalium (K+), serta memperlihatkan adanya perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam membran. Potensial membran dapat diukur dengan menggunakan voltmeter. Besarnya potensial membran yang diukur saat sel saat keadaan istirahat dinamakan potensial istirahat. Besarnya potensial istirahat bervariasi, tergantung pada jenis selnya (berkisar antara -100 sampai -30 mV). Tanda minus (-) didepan angka 30 dan 100 menunjukan bahwa keadaan disisi dalam membran lebih negatif dari pada disisi luar membran. Perbedaan potensial tersebut disebabkan oleh adanya distribusi ion natrium dan kalium yang tidak seimbang diantara kedua sisi membran sel saraf. Akan lebih jelas, perhatikan data distribusi ion pada tabel 1. Dari tabel tersebut kita dapat menemukan perbedaan jumlah ion yang terdistribusi dikedua sisi membran akson sel saraf raksasa pada cumi-cumi. Ion natrium yang terdapat di luar sel lebih banyak jumlahnya dari pada yang terdapat di dalam sel. Dalam keadaan istirahat, membran akson bersifat impermeabel terhadap ion natrium sehingga sejumlah besar ion natrium akan tetap berada di luar sel. Hal ini ternyata menjadi faktor penentu bagi adanya muatan yang lebih positif disisi luar membran. Muatan yang lebih negatif paada sisi sebelah dalam membran ditentukan oleh adanya sejumlah besar molekul organik bermuatan negatif (anion organik) dalam sitoplasma sel. Apabila potensial membran hanya ditentukan oleh perbedaan jumlah muatan positif dan negatif antara bagian luar dan dalam sel, perbedaan potensial antara sisi luar dan dalam sel tersebut seharusnya sangat besar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa beda potensial antara kedua sisi membran tidak terlalu besar (hanya 30 sampai 100 mV). Mengapa demikian? Perbedaan potensial yang seharusnya besar tersebut ternyata diperkecil oleh adanya ion kalium, yang jumlahnya didalam sel lebih banyak dari pada di luar sel. Ion K+ tersebut berikatan dengan molekul organik yang memiliki berat molekul besar dan bermuatan negatif. Hal tersebut ternyata mampu memperkecil jumlah molekul

bermuatan negatif yang bebas didalam sel sehingga beda potensial antara bagian luar dan bagian dalam membran dapat diperkecil. Apabila rangsang dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sel saraf, membran akan mengalami perubahan elekto kimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan membran menjadi permeabel terhadap Na+sangat kurang permeabel terhadap K+. Dalam keadaan demikian, sejumlah besar ion Na+ akan berdifusi ke dalam sel, sedangkan ion K+ akan lebih banyak ditahan di dalamnya. Hal ini akan mengubah potensial membran sehingga keadaan pada sisi dalam membran menjadi lebih positif dan sisi luar membran menjadi lebih negative. Dalam keadaan demikian membran sel saraf dikatakan mengalami depolarisasi. Gejala perubahan elektrokimia khas yang terjadi pada membran yang dirangsang dinamakan implus. Perubahan potensial yang diukur pada saat membran terdepolarisasi menunjukkan besarnya nilai potensial aksi. Jadi, potensial aksi ialah potensial membran yang diukur pada saat sel terdepolarisasi. Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila dirangsang yang dibeikan cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasi akan merangsang membran yang disebelahnay yang masih dalam keadaaan istirahat, sehingga bagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa itu akan menunnjukkan adanya penjalaran implus. Penjalan implus sebenarnya merupakan peristwa penjalaran potensial aksi disepanjang akson. Penjalaran implus pada sebuah sel seperti diuraikan diatas terjadi secara konduksi (merambat) dan berlangsung lambat. Pada akson yang bermielin, implus menyebar dengan sangat cepat karena bukan dengan cara merambat, melainkan meloncat dari nodus/simpul Ranvier satu ke simpul berikutnya. Hal ini terjadi karena bagian akson yang bermielin tidak dapat ditembus ion sehingga ion hanya keluar dan masuk aksoplasma pada bagian simpul ranvier, yang tidak dilapisi selubung myelin. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa sisi luar membran sel saraf bermuatan lebih positif dan sisi dalam membran bermuatan lebih negatif. Pada saat diberi rangsang, membran sel saraf akan berubah menjadi permeabel terhadap natrium sehingga sejumlah

besar ion natrium berdifusi secara pasif ke dalam sel. Pada saat yang sama membran sel saraf menjadi kurang permeabel terhadap ion kalium,sehingga ion kalium lebih banyak tertahan dalam sel saraf. Keadaan tersebut berlangsung antara 1-5 milidetik. Setelah itu, membran sel saraf kembali impermeabel terhadap ion natrium dan menjadi permeabel kembali terhadap ion kalium. Hal ini akan mengingatkan jumlah muatan positif pada sisi dalam sel dan mengurangi jumlah muatan positif di luar sel. Setelah periode tersebut, membran sel menjadi permeabel kembali terhadap ion kalium, dan ion kalium pun segera mengalir keluar sel sesuai dengan gradien konsentrasinya. Keluarnya ion kalium dari dalam sel akan mengurangi jumlah muatan positif pada sisi dalam membran. Peristiwa tersebut merupakan awal dari proses pemulihan sel saraf menuju keadaan istirahat. Proses tersebut dinamakan periode penyembuhan atau repolarisasi. Periode penyembuhan akan lebih sempurna bila mana membran sel saraf telah benar-benar kembali impermeabel terhdap ion natrium dan pompa Na+ telah bekerja maksimal untuk mengeluarkan ion natrium dari dalam sel. Untuk jangka waktu tertentu pada awal depolarisasi, membran sel saraf tidak peka terhadap rangsang karena sedang dalam masa/periode reefrakter. Periode reefrakter ialah periode waktu tertentu saat sel saraf tidak menanggapi rangsang yang diberikan untuk kedua kalinya. Untuk dapat menanggapi rangsang, sel saraf harus sudah kembali ke dalam keadaan polar. Oleh karena itu depolarisasi merupakan tahap yang sangat penting bagi sel saraf dan sel eksitabel yang lain (sel otot dan kelenjar). Ada dua macam periode reefrakter yaitu reefrakter absolut dan reefakter relatif. Periode reefrakter absolut ialah jangka waktu tertentu saat sel saraf benar-benar tidak dapat menanggapi rangsang yang diberikan untuk kedua kalinya, apapun jenis rangsangannya dan berapa pun kekuatan rangsang yang diberikan. Periode ini biasa berlangsung pada awal repolarisasi. Pada akhir repolarisasi, sel saraf kemungkinan sudah dapat kembali menanggapi rangsang, asalkan rangsang yang diberikan lebih kuat dari pada rangsang sebelumnya atau jenis rangsangannya berbeda. Jangka waktu pada akhir repolarisasi ini dinamakan periode reefrakter relatif.

2.1.7 Anthropoda Susunan saraf Arthropoda adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan), dan mata majemuk (facet) yang bertangkai (Jasin 1984). Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti pada cacing tanah, dan Mollusca primitif. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies, tapi pada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum, dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata sederhana. Pada udang terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda ventral. Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior.
Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut ganglion serebral. Otak dorsal disatukan dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral. Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf) untuk meraba,merasa, dan membau sesuatu.

2.1.8 Echinodermata Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri, dan lain-lain. Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata tapi sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf sensorik, dan telah ada refleks. Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

Sistem saraf oral mempunyai bagian-bagian : 1. Cincin Saraf Cincin saraf berbentuk segi lima (pentagonal) dan circum-oral, yakni terdapat di sekitar mulut di dalam membran peristomial. Cincin ini mensuplai serabut saraf ke membran peristomial dan esofagus, dan pada masing-masing radius mengeluarkan satu saraf radial. 2. Saraf Radial Cincin saraf mengeluarkan 5 saraf radial, masing-masing menuju sepanjang lengan di dasar alur ambulakral. Masing-masing saraf radial berakhir sebagai bantalan

sensori pada sisi aboral dari tentakel terminal. Penampang melintang dari lengan tampak bahwa saraf radial adalah suatu massa tebal berbentuk V berlanjut pada sisi sebelah luarnya dengan epidermis, dan berpisah pada sisi sebelah dalamnya dari sinus hyponeural, hanya oleh satu dermis tipis dan epithelium ceolomic. Saraf radial terdiri atas fibrillae tersusun dalam lapisan-lapisan dan diselingi dengan sel-sel ganglion multipolar dan bipolar.

2.2. Organisasi system saraf pada Vertebrata

Organisasi Sistem Saraf Vertebrata terdiri atas susunan saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis sedangkan saraf tepi terdiri dari divisi motorik dan divisi sensorik. Divisi motorik terdiri dari saraf otonom dan saraf somatic. Saraf otonom terdiri dari otot polos dan otot jantung diluar control kesadaran, sedangkan saraf somatis terdiri dari otot skelet dibawah control kesadaran. Pada saraf otonom terdapat divisi simpatik dan divisi parasimpatik. Pada dasarnya sistem saraf vertebrata mirip dengan manusia, karena sama-sama mempunyai sistem saraf pusat. Perbedaanya terletak pada tingkat kesempurnaanya (Villee, 1999).

1. Sistem Saraf Pisces Ikan merupakan vertebrata yang paling rendah derajatnya dibandingkan vertebrata yang lain. Ikan merupakan hewan yang memerlukan kemampuan bergerak yang memadai untu menghindar dari musuh dan menangkap mangsa. Selain itu ikan dituntut memiliki keseimbangan yang bagus oleh karena itu ikan memiliki perkembangan otak kecil yang lebih baik sebab otak kecil atau serebellum merupakan bagian pengontrol keseimbangan dan pusat pergerakan. Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang saraf kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh. 2. Sistem Saraf Amfibi

Sistem saraf pada amfibi pada dasarnya sama seperti ikan. Pusat kegiatan otak berada pada bagian dorsal otak tengah, dimana sel-sel saraf (lapisan abu-abu) terkonsentrasi didalam tektum. Telencefalon secara alami merupakan bagian penciuman, sehingga memperluas hemisfer cerebral. Lineal body ditemukan pada semua amfibi, tetapi anura memiliki parietal body atau ujung organ pineal. Karena amfibi bergerak lamban, maka cerebellum sangat kecil kecuali pada Caecilia. Hanya ada 10 syaraf kranial. Akar dorsal dan ventral dari saraf spinalbergabung melalui foramen intervertebra(Sukiya,2005). 3. Sistem Saraf Reptil Reptil memiliki otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis(http://eri08tirtayasa.blogspot.com). Otak tengah pada reptil merupakan pusat dari segala aktivitas, tetapi srebrum pada reptil terdapat perubahan. Selain itu, serebellum pada reptil reltif lebih besar daripada amfibi. Hal ini semua berkaitan dengan kemampuan gerakan dari kebanyakan reptil. Terdapat 12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit-somit (ruas primer)tubuh. Kuncup perasa pada kebanyakan reptil hanya sebatas didaerah faringeal disebut organ jacobson, yang terletak diantara lintasan nasal. Organ jacobson juga berfungsi untuk termoregulator, dan organ pembau. Organ jacobson ini mencapai perkembangan sempurna pada ular dan kadal(sukiya, 2005).

Sistem saraf pada reptil terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi(http://eri08tirtayasa.blogspot.com). Sistem Saraf Pusat Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. 1. Otak (ensefalon) Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: a. Otak besar (serebrum) Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. b. Otak tengah (mesensefalon) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. c. Otak kecil (serebelum) Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. d. Jembatan varol (pons varoli) Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. e. Sumsum sambung (medulla oblongata) Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat

pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain. 2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden. Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. 1. Sistem Saraf Sadar Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari: 1) Tiga pasang saraf sensori 2) Lima pasang saraf motor 3) Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka

nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting. 2. Saraf Otonom Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Komodo merupakan salah satu reptil yang tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 49.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan. Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di

sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih. Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.

3.

Sistem Saraf Aves Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil, serebrum

besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus optikus.lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang. Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat yanag disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi pada berbagai jarak.

4.

Sistem Saraf Mamalia Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat tertinggi dan hal ini terbukti dari

perkembangan otaknya dapat jelas terlihat dimana otak kecil dan otak besarnya berkambang dengan baik. Organisasi sistem saraf mammalia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom (Soewolo, 2000). Pada mamalia seluruh bagian otaknya berkembang dengan baik dan sempurna. Permukaan otak besar dan otak kecilnya berlipat-lipat, sehingga dapat menampung lebih banyak neuron. Di

antara vertebrata, mamalia memiliki perkembangan otak yang paling baik, contohnya Manusia (Homo sapiens). Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Berikut oarganisasi susunan sistem saraf: 1. Sistem saraf pusat (SSP) Sistem saraf pusat terletak di bagian tengkorak dan tulang belakang. Terdiri dari dua bagian utama, yaitu: otak dan sumsum tulang belakang. 2. Sistem saraf tepi (SST) Sistem saraf tepi terletak di luar bagian tengkorak dan tulang belakang. Terdiri dari dua bagian utama, yaitu: a. Sistem saraf somatis, yang mengatur interaksi tubuh dengan lingkungan luar. Terdiri dari dua macam saraf, yaitu: Saraf aferen, yang membawa input sensoris dari reseptor di seluruh bagian tubuh, seperti kulit, telinga, mata, dan sebagainya ke SSP. Saraf eferen, yang membawa sinyal dari SSP menuju efektor. b. Sistem saraf otonom, adalah bagian dari SST yang berfungsi mengatur kondisi internal manusia. Sistem saraf otonom ini juga terdiri dari saraf aferen dan eferen. Saraf eferen dalam sistem saraf otonom terdiri dari saraf simpatis, yang menstimulasi,

mengorganisasi, dan memobilisasi sumber-sumber energi dalam tubuh untuk menghadapi situasi yang menakutkan atau tidak menyenangkan. Saraf parasimpatis, yang menyimpan energi dalam tubuh dan bereaksi dalam menghadapi situasi yang menyenangkan. Sebagian besar saraf pada SSP berpusat pada tulang belakang, tetapi ada 12 saraf perkecuaIian, yaitu 12 pasang saraf cranial yang berpusat di otak. Keseimbangan kondisi internal manusia berlangsung karena input dari saraf eferen dan aferen pada sistem saraf otonom, contohnya: detakjantung akan meningkat apabila mendapat sinyal dari saraf simpatis, sebaliknya bila ada sinyal dari saraf parasimpatis, maka detak jantung akan menurun.

You might also like