You are on page 1of 4

PERTANYAAN: 1. Jelaskan pengertian apresiasi sastra anak! 2. Jelaskan kegiatan apresiasi sastra anak! 3.

Jelaskan manfaat apresiasi sastra anak! 4. Berikan contoh kegiatan apresiasi membaca sastra anak yang berbentuk cerita dongeng berdasarkan kriteria keterbacaan dan kesesuaian!

JAWABAN: 1. Kata apresiasi diserap dari bahasa Inggris appreciate. Dalam bahasa asalnya, appreciate berarti understanding of the nature and quality of something intelligent enjoyment, gratitude, an increase in money value, a critical estimate or judgment (Cayne,1990). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), kata apresiasi sebagai tema dasar diberi arti: (1) kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya; (2) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; (3) kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah. Badudu dan Zain (1996) memaknai kata apresiasi, seperti: (1) penghargaan; (2) pengertian, pemahaman; dan (3) penilaian, penafsiran. Beberapa pengertian apresiasi sastra antara lain: Enksilopedia Indonesia (1980) dijelaskan, bahwa apresiasi sastra adalah sikap menghargai sastra berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya. Badudu dan Zain (1996) menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah pemahaman, penghargaan, dan penilaian yang positif terhadap karya sastra. Sudjiman (1990) memaknai apresiasi sastra sebagai penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan pada pemahaman. Zaidan (1994) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil penilaian, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra itu. Effendi (1982) mendefinisikan pengertian apresiasi sastra sebagai kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan,kepekaan pikiran kritis,dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Sejalan dengan rumusan-rumusan di atas, dapatlah dibuat definisi pengertian apresiasi sastra anak sebagai berikut. Apresiasi sastra anak adalah: 1. Sikap menghargai sastra anak berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya; 2. Pemahaman, penghargaan, dan penilaian yang positif terhadap karya sastra anak; 3. Penghargaan terhadap karya sastra anak yang didasarkan pada pemahaman; 4. Penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya; 5. Kegiatan menggauli karya sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadapnya. 2. Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain : 1. Kegiatan Apresiasi Langsung Kegiatan ini dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan dari karya sastra anak yang diapresiasi. Nilai kenikmatan sastra anak dapat memberi sesuatu

yang menyenangkan, menghibur, dan memberi kepuasan. Nilai kenikmatan sastra dapat memberi pelajaran, amanat, dan nasihat tentang kehidupan. Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut: (a) Membaca sastra anak Kegiatan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh sesuatu yang terkandung dalam sastra anak, yaitu nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan anak. Nilai-nilai itu memberi arahan tentang perilaku, pandangan hidup, dan cara menyikapi sesuatu dalam menghadapi kehidupan. (b) Mendengar sastra anak Kagiatan ini dapat berupa mendengarkan pembacaan suatu karya sastra. Kegiatan ini memerlukan ketajaman pikiran dan perasaan guna menyimak karya sastra yang didengarkan. (c) Menonton pementasan sastra anak Kegiatan ini dapat berupa menonton pembacaa puisi, cerpen, atau pementasan drama. Kegiatan menonton ini tidak terbatas pada pementasan panggung saja, melainkan juga menonton lewat televisi atau film di bioskop. 2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan apresiasi yang dapat menunjang pemahaman seseorang terhadap karya sastra anak. Kegiatannya berupa kegiatan mempelajari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Mempelajari teori sastra dikatakan apresiasi tidak langsung sebab yang dipelajari bukan karya sastra konkret, melainkan teori dan konsep tentang sastra. Mempelajari sejarah sastra dapat memperluas wawasan kita yang memang diperlukan agar mengatahui bagaimana perkembangan sastra di suatu wilayah atau negara, perkembangan sastra dari satu dekade ke dekade berikutnya, dari satu angkatan ke angkatan selanjutnya, dan dari satu aliran ke aliran lainnya. Hal yang dikaji dalam sejarah sastra adalah konsep-konsep dasar angkatan, sejarah aliran sastra, perkembangan jenis-jenis sastra dari berbagai segi, dan ciri-ciri struktur dan isi karya sastra setiap angkatan. Demikian pula halnya, jika kita mempelajari kritik sastra karena kritik sastra berkaitan dengan penelaahan karangan ditinjau dari segi-segi tertentu karya sastra. Bentuknya dapat berupa artikel dalam surat kabar atau majalah, buku essai atau antologi essai. Mempelajari kritik sastra dapat memperluas wawasan kita guna melihat bagaimana cara orang lain memberi pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu karya sastra. 3. Pendokumentasian Karya Sastra Pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikannya itu dilihat dari segi fisiknya, yaitu ikut memelihara karya sastra, menyediakan data bagi orang yang memerlukannya, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan. Kegiatan pendokumentasian sastra, meliputi pengumpulan dan penyusunan semua data karya sastra yang berupa artikel atau karangan dalam surat kabar, majalah, makalah, skripsi, tesis, disertasi ataupun buku-buku sastra. 4. Kegiatan Kreatif Kegiatan ini dapat berupa kegiatan belajar menulis karya sastra, misalnya puisi, prosa atau drama. Hasilnya dapat dikirimkan dan dimuatkan dalam majalah dinding, buletin OSIS, majalah sekolah, surat kabar atau majalah tertentu. Kegiatan kreatif juga dapat dilaksanakan secara rekreatif, misalnya menceritakan kembali karya sastra yang didengar, dibaca, atau ditonton atau mengubah bentuk puisi menjadi prosa dan sebaliknya.

Rusyana(1979) menyebutkan ada tiga tingkat apresiasi sastra, yaitu: a. seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif; b. setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya; dan c. seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.

Selain pendapat di atas, ada pula pendapat tentang tingkat apresiasi sastra yang dikemukakan oleh P. Suparman (dalam Tarigan,2001). Menurut P. Suparman, (2003) ada 5 tingkat apresiasi sastra, yaitu: a. tingkat penikmatan, tindak operasionalnya: membaca karya sastra, mendengarkan pembacaan karya sastra, dan menonton pementasan karya sastra; b. tingkat penghargaan, tindak operasionalnya: mendengarkan atau membaca dengan baik, mengambil suatu manfaat, merasakan suatu pengaruh ke dalam jiwa, mengagumi; c. tingkat penghayatan, tindak operasionalnya: membuat analisis lanjut, mencari hakikat arti materi dengan argumentasinya, memparafrase, menafsirkan, dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang sudah dilakukan; d. tingkat pemahaman, tindak operasionalnya: meneliti unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, menganalisis dan menyimpulkan; e. tingkat implikasi, tindak operasionalnya: merasakan manfaatnya, melahirkan ide baru, mengamalkan penemuan, dan mendayagunakan hasil apresiasi dalam mencapai nilai material, untuk kepentingan sosial, politik dan budaya.

3. Setidaknya terdapat lima manfaat bagi kehidupan ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu 1. Manfaat estetis Manfaat estetis dalam manfaat tentang keindahan yamg melekat pada sastra anak. Ada nilai keindahan yang terpancar dalam sastra anak, yaitu keindahan seni merangkai kata atau menyusun bahasa. Manfaat estetis mampu memberi hiburan, kepuasaan, kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika suatu karya sastra dibaca atau didengar. 2. Manfaat pendidikan Manfaat pendidikan pada apresiasi sastra anak adalah memberi berbagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui kegiatan pembelajaran dan latihan. Berbagai ajaran kehidupan lahir dan batin dapat dipetik melalui kegiatan mengapresiasi sastra. 3. Manfaat kepekaan batin atau sosial Manfaat kepekaan batin atau sosial dalam mengapresiasi sastra anak merupakan upaya untuk selalu mengasah batin agar mudah tersentuh oleh hal-hal yang bersifat batiniah ataupun sosial. 4. Manfaat menambah wawasan Manfaat menambah wawasan dalam mengapresiasi sastra anak adalah memberi tambahan informasi, pengetahuan, pengalaman hidup, dan pandangan tentang kehidupan. 5. Manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian

Manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari apresiasi sastra anak adalah mampu menghaluskan budi pekerti apresiator. Dari banyak membaca karya sastra tentu anak banyak memperoleh informasi yang membuat anak (pembaca) memiliki kepribadian yang baik, budi pekerti yang saleh dan luhur.

4. Kriteria Keterbacaan: Kejelasan bahasa: Bahasa yang dipakai dalam dongen Malin Kundang ini sudah jelas karena semuanya bermakna denotasi atau bermakna lugas, tidak ada yang bermakna konotasi atau memakai ungkapan-ungkapan yang rumit. Kalimat yang digunakan juga sederhana dan tidak rumit sehingga mudah dipahami oleh anak. Meskipun ada beberapa kata-kata yang mungkin agak sulit seperti terkatung-katung atau mempersunting, tetapi guru bisa menjelaskan artinya kepada anak. Kejelasan tema: Tema dongeng Malin Kundang ini yaitu berbakti kepada orang tua. Dalam cerita ini ditunjukkan bahwa Malin yang durhaka pada ibunya dan tidak mau mengakuinya akhirnya dikutuk menjadi batu, karena itu kita harus menjadi anak yang berbakti pada orang tua agar tidak mendapat musibah. Kesederhanaan plot: Plot dongeng Malin Kundang ini cukup sederhana dan mudah dimengerti karena tidak menggunakan alur mundur (flashback), tetapi hanya menggunakan alur maju. Alurnya dimulai saat sebelum Malin pergi merantau, saat kapal yang ditumpangi Malin diserang bajak laut, saat ia bekerja keras sampai menjadi kaya raya dan menikah, lalu saat ia kembali ke desanya dan tidak mengakui ibunya hingga akhirnya ia dikutuk menjadi batu. Plot ini disampaikan secara ringkas dan tidak berbelit-belit sehingga mudah untuk dicerna anak. Kejelasan perwatakan: Dongeng Malin Kundang ini tidak diceritakan secara detail sehingga tidak banyak tokoh yang muncul. Karena itu pula penokohannya cukup jelas karena plot atau alur yang sederhana. Anak dapat menentukan dengan mudah bahwa watak Malin itu ulet dan gigih, tetapi ia sombong dan durhaka pada ibunya karena tidak mau mengakui kalau ibunya miskin. Sedangkan watak ibunya adalah sabar karena selalu menunggu dan mendoakan kesuksesan Malin. Kesederhanaan latar: Latar yang dipakai dalam dongeng Malin Kundang ini antara lain kampung halaman Malin Kundang, di atas kapal (di tengah laut), dan di desa dekat pantai. Latar itu tersurat dengan jelas dalam cerita. Mungkin beberapa anak agak sulit membayangkan latar ini tapi sebenarnya latar ini cukup sederhana karena anak pasti pernah pergi atau bahkan tinggal di perkampungan, pernah naik kapal, dan tinggal atau mungkin berwisata ke pantai serta melihat keadaan desa di sekitarnya. Kejelasan pusat pengisahan: Yang menjadi pusat pengisahan dongeng ini adalah Malin Kundang, dan fokus ini tidak berubah-ubah sehingga tidak membuat anak yang membacanya bingung. Meskipun ada bagian dimana pikiran sang ibulah yang disoroti tetapi fokusnya masih tetap kepada Malin. Kriteria Kesesuaian: Dongeng Malin Kundang ini lebih sesuai jika dibaca oleh anak-anak dalam kelompok umur 9-12 tahun karena temanya tidak cocok untuk anak-anak berumur 6-9 lebih menyukai cerita-cerita sederhana mengenai kehidupan sehari-hari, dongeng tentang binatang, atau cerita-cerita lucu.

You might also like