You are on page 1of 13

Perempuan Sebagai Pelaku Ekonomi Mikro

by Pusat Informasi Peluang Bisnis Skala Mikro on Saturday, September 17, 2011 at 8:02pm Laporan: Dwidjo [Swadaya Mandiri] PEMBERDAYAAN perempuan menjadi salah satu strategi untuk mempercepat tercapainya program pengentasan kemiskinan. Mellenium Development Goals (MDGs) menempatkan kaum perempuan sebagai bagian tak terpisahkan dari keseluruhan program. Memberdayakan perempuan akan sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

Sektor informal menjadi salah satu penyedia lapangan kerja yang potensial. Kaum perempuan berperan besar dalam mewujudkan tatanan ekonomi di masyarakat. Demi-kian halnya dengan Usaha Menengah Kecil dan Mlkro (UKMK) perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemisklnan. Namun, UMKM perempuan masih mengalami banyak permasalahan karena ketidak adilan struktur maupun budaya. Mengapa demikian? Dan seperti apa sejatinya dukungan dari banyak pihak, termasuk pemerintah? Saat krisis melanda Indo-nesia dan Asia pada umumnya, mengakibatkan dunia usaha terpuruk dan selanjutnya menyeret keterpurukan pada sektor ekonomi yang laln. Namun di saat dunia usaha kritis tersebut, justru usaha kecll terbukti mampu menjadi penyangga perekonomian rakyat. Kondisi inilah mendorong inisiatif masyarakat, khususnya pe-rempuan, melakukan kegiatan ekonomi pinggiran sebagai upaya bertahan hidup. Upaya perempuan mengelola usaha kelas mikro ini tampak pada pertumbuhan jumlah pelaku usaha kecil di Indonesia tahun 2001 yang mencapai 40.137.773 juta (99,86 persen) dari total jumlah pelaku usaha 40.197.61 juta, sementara pelaku usaha mikro mencapai 97,6 persen dari jurnlah pelaku usaha kecil (BPS 2001). Tentu saja jumlah tersebut menunjukkan kootribusi sangat besar usaha mikro terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut perhitungan BPS dengan jumlah tersebut usaha mikro mampu menyediakan 99,04 persen lapangan kerja nasional, sumbangan terhadap PDB mencapai 63,11 persen dan memberikan pemasukan sebesar 14,20 persen di luar non migas, (BPS, 2001). Nilai strategis laln usaha kecil mikro adalah kemam puannya menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat. Karena jumlah besar, biasanya.bersifat padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang besar, meskipun ukuran unitnya kecil tetapi jumlah banyak memungkinkan orang lebih banyak terlibat untuk menarik manfaat di dalamnya. Sebelumnya (BPS, 2000) dari jumlah 2.002.335 unit usaha kecil, dan 194, 564 unit usaha mikro, di sektor pengolahan jumlah perempuan pelaku ada 896.047 (40,79 persen), dan angka tersebut

diyakinl lebih besar lagi mengingat bahwa data tersebut dibuat berdasarkan kepemilikan formal, bukan pelaku (riil) usaha. Keyakinan ini berdasarkan pada realitas adanya hambatan mobilitas perempuan dalam usaha, bahkan beberapa pengalaman menunjukkan bahwa usaha yang semula dirintis oleh perempuan, setelah usaha tersebut berkembang pengelolaan dan kepemilikan formalnya bergeser pada laki-laki, karena membutuhkan mobilitas tinggi. Dengan mencermati data di atas, maka semakin jelas kontribusi usaha kecil mikro khususnya perempuan dalam perekonomian keluarga dan Negara secara umum. Meskipun terbukti kontribusi usaha kecilmikro Perempuan yang sangat strategis, namun belum seimbang dengan perhatian dan pengakuan yang diberikan, baik oleh pemerintah, maupun keluarga. Bahkan usaha kecil mikro perempuan masih mengalami banyak permasalahan yang disebabkan ketidak adilan struktur maupun budaya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau populer dengan singkatan UMKM memiliki berarti penting dalam hal penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Jika memerhatikan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 misalnya, dari 44,8 juta unit usaha yang tergolong UKM, tenaga kerja yang terserap mencapai sebanyak 77,6 juta orang atau 96,77 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Dari hasil kajian BPS juga membuktikan jumlah UMKM yang ada hanya mampu memberikan 54,22 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional, sedangkan sisanya, 45,78 persen, merupakan kontribusi dari 0,01 persen unit usaha skala besar. BPS juga mencatat investasi UMKM yang semakin meningkat. Tahun 2000 jumlah investasi UMKM mencapai Rp 113,1 triliun. Tahun 2005, investasi UMKM meningkat menjadi Rp 275,37 triliun. Data-data itu menunjukkkan adanya harapan di masa depan. Sehingga wajar bila Kementerian Negara Urusan Koperasi dan UKM pun menyajikan aneka program, mulai dari program pengembangan pangan dengan sistem bank padi, program bibit kakao, jambu mete, budi daya dan pengolahan biji jarak, pengembangan usaha penangkapan ikan, program penunjang usaha perikanan, dan juga budi daya ternak. (djo)

Usaha Mikro Memiliki Tren Positif


by Pusat Informasi Peluang Bisnis Skala Mikro on Saturday, September 17, 2011 at 7:59pm

Perkembangan usaha mikro di Indonesia memiliki tren positildengan rata-rata laju pertumbuhan unit usaha tahun 2006 - 2008 sebesar 2,69 persen/tahun. Kontribusi usaha mikro bagi perekonomian nasional tidaklah kecil. Berdasarkan indikator malcro ekonomi UMKM Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, pada tahun 2008 UMKM menyumbangkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rpl.505 triliun atau sebesar 30,39 persen. Selain itu sumbangsih dari usaha mikro juga tejlihat dari penciptaan lapangan pekerjaan baru. Dari data yang sama, pada tahun 2008 usaha mikro menyerap 83.647.711 pekerja atau sekitar 86,89 persen tenaga kerja dengan kenaikan rata-rata sekitar 2,26 persen selama periode tahun 2006 - 2008. "Usaha mikro mampu menjadi instrumen dalam pengembangan maupun pemulihan pertumbuhan ekonomi. Usaha Itu memiliki peran signifikan bagi ekonomi negara. Berkembangnya usaha mikro di berbagai daerah secara aktif turut mendorong pertumbuhan daerah itu dengan penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, dan terbukanya kesempatan usaha diberbagai bidang," kata Country Business Manager Institutional Clients Group Citi Indonesia Tigor M Siahaan, dalam rilis yang dikeluarkan oleh Citi Indonesia baru-baru Ini. Ketua UKM-Center FE UI Dr Nining I Soesilo mengatakan, pengusaha yang berada di tingkat ultra mikro itu memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi situasi krisis global sehingga berperan penting untuk terus menggerakkan perekonomian nasional. Untuk memberikan penghargaan dan apresiasi kenada nara Ddaku UMKM. Citi Peka bekeria samadengan UKM Center FE-UI menggelar program CIU Micro Entrepreneuship Award 2010. Program itu bertujuan untuk mengembangkan usaha-usaha mikro, sekaligus memperluas jejaring dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang memberi pinjaman kepada para pengusaha dan usaha bersama mereka. Tahun ini, 526 pengusaha mikro yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari pulau Sumatera. Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi Ikut program CMA. Dari Jumlah itu disaring hingga terseleksi 18 orang finalis yang diundang ke Jakarta untuk proses-penjurlan final pada tanggal 10 November 2010. Dewan Juri CMA tahun itu antara lain, Nining I Soesilo, Irma Sidiq (pengusaha, Wakil Ketua Komite Tetap Kadin bidang Lingkungan Hidup), Tika Bisono (psikolog), Suraswahyudl (Kepala

Perbarindo), Ika Tejaningrum (Ketua Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Bank Indonesia). Kategori CMA tahun Ini adalah usaha mikro berbasis makanan dan minuman, usaha mikro berbasis perdagangan dan jasa, serta usaha mikro kerajinan dan produk lainnya. "Pembinaan yang dilakukan oleh para pemenang CMA yang lalu banyak memberikan manfaat bagi pengembangan usaha mikro di da-rah mereka. Dengan" membagi ilmu dan pengalaman, mereka membantu pengusaha mikro lain dalam mengelola dan mengembangkan usaha. Selain itu Juga menularkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat sekitar," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof Firmanzah PhD. Untuk CMA 2010, Citi Foundation mengalokasikan anggaran sebesar Rp 660.824.000. Secara,keseluruhan sejak CMA digelar kali pertama pada tahun 2005, Citi Foundation melalui Citi Peka telah menyumbang total dana sebesar lebih dari Rp3,4 miliar untuk program ini. (ang)

Sumber :bataviase.co.id

Kontribusi UKM Atasi Kemiskinan 56 Persen


by Pusat Informasi Peluang Bisnis Skala Mikro on Saturday, September 17, 2011 at 7:55pm JAKARTA--5/11: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Syarief Hasan, pada Kamis (4/11) mengatakan, kontribusi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap pengurangan kemiskinan (Pendapatan Domestik Bruto/PDB) sudah mencapai 56 persen. "Hal itu melalui pemberdayaan usaha mikro dan menengah, termasuk koperasi," ujarnya seusai membuka acara Pameran Semarak Pemberdayaan Usaha Kecil Rambah Nusantara (Sempurna), di Jakarta.

Ia menambahkan, yang paling penting bagi Indonesia adalah bisa mengutamakan pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Karena ini diyakini yang paling tepat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor kecil dan menengah. "Kalau itu terjadi, maka dipastikan angka kemiskinan akan turun secara signifikan dan pemerintah sudah mengeluarkan segala macam kebijakan untuk mendorong pemberdayaan UKM," ujar Syarif. Saat ini, perkembangan dari usaha mikro ke usaha kecil 12 persen peningkatannya. Sementara dari usaha kecil ke menengah sebesar 4 persen. "Ini kan suatu hal yang bagus, karena yang paling mendominasi di Indonesia itu kan usaha mikro." Dikatakannya, usaha mikro saat ini ada 52,1 juta unit dari total 52,76 juta unit usaha yang terdiri dari kecil dan menengah dan berskala besar di Indonesia.

"Secara perhitungan yang tepat, memang mikro ini yang mendominasi usaha di Indoensia," ujarnya.

Ia mengatakan, sudah jadi komitmen pemerintah untuk mengerahkan semua daya dan pikiran khususnya menyangkut tentang kendala-kendala yang ada dalam UKM untuk diatasi. Pembiayaannya juga akan direlaksasi dan pemasaran juga kementerian Koperasi dan UKM akan memberikan pendampingan. (jurnas/Gs)

Sumber :www.menkokesra.go.id

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan


by Pusat Informasi Peluang Bisnis Skala Mikro on Saturday, September 17, 2011 at 7:52pm Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan. Namun, UMKM perempuan masih mengalami banyak permasalahan karena ketidakadilan struktur maupun budaya. Mengapa demikian? Dan seperti apa sejatinya dukungan dari banyak pihak, termasuk pemerintah?

Saat krisis melanda Indonesia dan Asia pada umumnya, mengakibatkan dunia usaha terpuruk dan selanjutnya menyeret keterpurukan pada sektor ekonomi yang lain. Namun di saat dunia usaha kritis tersebut, justru usaha kecil terbukti mampu menjadi penyangga perekonomian rakyat. Kondisi inilah mendorong inisiatif masyarakat, khususnya perempuan, melakukan kegiatan ekonomi pinggiran sebagai upaya bertahan hidup. Upaya perempuan mengelola usaha kelas mikro ini nampak pada pertumbuhan secara kuantitatif jumlah pelaku usaha kecil di Indonesia tahun 2001 yang mencapai 40.137.773 juta (99,86%) dari total jumlah pelaku usaha 40.197.61 juta, sementara pelaku usaha mikro mencapai 97,6% dari jumlah pelaku usaha kecil (BPS 2001). Tentu saja jumlah tersebut menunjukkan kontribusi sangat besar usaha mikro terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut perhitungan BPS dengan jumlah tersebut usaha mikro mampu menyediakan 99,04% lapangan kerja Nasional, sumbangan terhadap PDB mencapai 63,11% dan memberikan pemasukan sebesar 14,20% di luar non migas, (BPS, 2001). Nilai strategis lain usaha kecil-mikro adalah kemampuannya menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat. Karena jumlah besar, biasanya bersifat padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang besar, meskipun ukuran unitnya kecil tetapi jumlah banyak memungkinkan orang lebih banyak terlibat untuk menarik manfaat di dalamnya. Lebih lanjut, pada tahun sebelumnya (BPS, 2000) dari jumlah 2.002.335 unit usaha kecil, dan 194, 564 unit usaha mikro, di sektor pengolahan jumlah perempuan pelaku ada 896.047 (40,79%), dan angka tersebut diyakini lebih besar lagi mengingat bahwa data tersebut dibuat berdasarkan kepemilikan formal, bukan pelaku (riil) usaha. Keyakinan ini berdasarkan pada realitas adanya hambatan mobilitas perempuan dalam usaha, bahkan beberapa pengalaman menunjukkan bahwa usaha yang semula dirintis oleh perempuan, setelah usaha tersebut berkembang pengelolaan dan kepemilikan formalnya bergeser pada laki-laki, karena membutuhkan mobilitas tinggi. Dengan mencermati data di atas, maka semakin jelas kontribusi usaha kecil-mikro khususnya perempuan dalam perekonomian keluarga dan Negara secara umum. Meskipun terbukti

kontribusi usaha kecil-mikro Perempuan yang sangat strategis, namun belum seimbang dengan perhatian dan pengakuan yang diberikan, baik oleh pemerintah, maupun keluarga. Bahkan usaha kecil-mikro-perempuan masih mengalami banyak permasalahan yang disebabkan ketidak adilan struktur maupun budaya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau populer dengan singkatan UMKM memiliki peran penting dalam hal penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Jika memerhatikan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 misalnya, dari 44,8 juta unit usaha yang tergolong UKM, tenaga kerja yang terserap mencapai sebanyak 77,6 juta orang atau 96,77 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Dari hasil kajian BPS juga membuktikan jumlah UMKM yang ada hanya mampu memberikan 54,22 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional, sedangkan sisanya, 45,78 persen, merupakan kontribusi dari 0,01 persen unit usaha skala besar. BPS juga mencatat investasi UMKM yang semakin meningkat. Tahun 2000 jumlah investasi UMKM mencapai Rp 113,1 triliun. Tahun 2005, investasi UMKM meningkat menjadi Rp 275,37 triliun. Data-data itu menunjukkkan adanya harapan di masa depan. Sehingga wajar bila Kementerian Negara Urusan Koperasi dan UKM pun menyajikan aneka program, mulai dari program pengembangan pangan dengan sistem bank padi, program bibit kakao, jambu mete, budi daya dan pengolahan biji jarak, pengembangan usaha penangkapan ikan, program penunjang usaha perikanan, dan juga budidaya ternak. Sebagai wujud dukungannya bagi kaum perempuan, khususnya pengelola koperasi, Kementerian Koperasi dan UKM pun meningkatkan penguatan modal untuk koperasi perempuan sebesar 150% untuk program 2007 dalam upaya meningkatkan jumlah usahawan wanita Indonesia. "Saat ini jumlah koperasi wanita sudah mencapai lebih dari 1.400 unit. Memang, angka ini masih perlu ditingkatkan lagi," ujar Menteri Koperasi dan UKM Drs Suryadharma Ali. Peningkatan unit koperasi wanita, kata Menteri Koperasi dan UKM, ternyata berdampak positif bagi mengurangi angka kemiskinan. Sejak program ini dimulai 2004 hingga tahun ini, modal penguatan untuk satu kelompok (10 orang) jumlahnya sebesar Rp7,5 juta. Menurut Suryadharma Ali, pada tahun depan setiap kelompok akan menerima bantuan penguatan modal sebesar Rp20 juta. "Hal itu dilakukan untuk mendorong lahirnya women entrepreneur nasional." Terkait dengan hal tersebut, Kemenkop dan UKM pun mengadakan temu konsultasi pemberdayaan ekonomi perempuan dan pengentasan kemiskinan yang diikuti wakil-wakil daerah. Tentang jumlah otentik koperasi wanita Indonesia hingga akhir 2006, masih terus dilakukan update data. "Bagi kelompok wanita yang belum tersentuh koperasi di bawah lembaga lain seperti BKKBN, Dinas dan UB Depsos, akan kami dorong menjadi koperasi," ujarnya.

Dukungan daerah Merebaknya semangat kaum perempuan mengelola Usaha Koperasi, Mikro, Kecil dan Menengah nampaknya tidak saja terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lain sebagainya, tetapi memang sudah nyaris merata hingga ke pelosok-pelosok pedesaan. Di wilayah Provinsi Jawa Barat misalnya, seperti dikatakan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jabar, Mustopa Djamaludin, dalam semiloka Perkuatan Usaha Mikro Sektor Informal Koperasi dan UKM Perempuan Jawa Barat, tercatat sekitar 35 persen usaha di sektor UKM dikelola perempuan. Menurutnya, perempuan pengusaha di wilayahnya menyumbang 35 persen dari total pengusaha kecil dan menengah di wilayah tersebut sebanyak 7,4 juta. Kontribusi perempuan UKM terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai 39 persen, kata Mustopa Djamaludin, seraya melanjutkan, Peran perempuan dalam perekonomian Jabar cukup dominan. Artinya, usaha-usaha yang digerakkan kaum perempuan ternyata luar biasa. Untuk itu, Dinas KUKM Jabar akan terus mendorong pertumbuhan UKM yang dikelola perempuan. Apalagi, produk -produk perempuan UKM ternyata belum banyak dipromosikan. Salah satu upaya tersebut antara lain melalui kegiatan pameran produk perempuan UKM. Selain itu, kegiatan mereka yang masih cenderung informal akan didorong memiliki lembaga formal, seperti koperasi, asosiasi, atau himpusan pengusaha, mengingat kegiatan perempuan sangat dinamis. Dengan pelembagaan itu, juga akan memudahkan proses pembinaan. Mustofa menegaskan, tugas lain Dinas KUKM Jabar adalah memetakan potensi UKM yang dikelola perempuan sekaligus membentuk jaringan usaha mereka dalam rangka meningkatkan kualitas dan produktivitas. "Kami juga akan berupaya mengajak lembaga usaha lain, atau pihak ketiga yang membidangi pembiayaan, pemasaran dan sistem informasi, untuk sama-sama bekerja sama memajukan usaha yang dikelola perempuan," katanya. Anggota Komisi B DPRD Jawa Barat Tetty Kadi Bawono mengatakan perempuan tidak kalah dari segi motivasi dan ketrampilan. Jumlah perempuan di Jabar cukup dominan, yakni 53% dari total penduduk Jabar. "Namun manakala perempuan berhadapan dengan kelembagaan, perizinan, dan pemasaran, sulit dilakukan. Untuk itu, pembentukan jaringan ini sangat penting, terutama dalam mengkomunikasikan berbagai hal antara pelaku KUKM itu sendiri dengan kelembagaan lain," ujarnya. DPRD, kata Tetty, akan terus mendukung berbagai upaya Dinas KUKM Jabar dalam rangka pemberdayaan KUKM perempuan. Pihaknya mengaku, selalu mengikuti setiap perkembangan melalui dialog dan turun ke lapangan. "Saya yakin bahwa kegiatan KUKM versi perempuan itu bisa dikembangkan," katanya. Terkait dengan program perempuan, tahun ini pemerintah mengalokasikan dana Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM) Rp 200 miliar bagi 200 koperasi wanita. Tujuan

program itu meningkatkan kesejahteraan melalui kewirausahaan wanita serta mutu dan kinerja koperasi wanita. Kepedulian swasta Pihak swasta yang sangat peduli meningkatkan kualitas SDM dan peningkatan keluarga sejahtera, khsusnya perempuan untuk menuju kemandirian ini sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dan bersama bank mitra kerjanya menyalurkan skim kredit adalah Yayasan Damandiri. Skim kreditnya bernama Pundi (Pembinaan Usaha Mandiri) dan Kredit Sudara. Bahkan, penyaluran kredit mikro ini sudah mencapai Rp 827,8 milyar modal bergulir untuk sekitar 200.000 nasabah mitra perbankan, yaitu 2 bank umum, 12 Bank Pembangunan Daerah, dan 30 Bank Perkreditan Rakyat. Dari sekitar 160 ribu nasabah Pundi dan Sudara yang dibina bank mitra bersama Yayasan Damandiri tercatat 36 persennya adalah perempuan, meski 64 persennya masih didominasi lakilaki tapi setidaknya maksud dan tujuan yayasan berpihak kepada kaum perempuan sudah dapat respon dari kaum perempuan itu sendiri. Para nasabah Pundi dan Sudara 60 persen bergerak di sektor perdagangan, 13 persen pertanian, 17 persen jasa, 4 persen industri pengolahan, dan lainlain 6 persen. Yang menarik, kepada para nasabah tersebut diberikan pula asuransi kecelakaan Asuransi Usahakoe merupakan hasil kerja sama Yayasan Damandiri dengan PT Asuransi Bumida. Bagi nasabah yang mengalami risiko meninggal dunia akibat kecelakaan akan mendapat bantuan untuk keluarganya sebesar Rp 5.000.000 ditambah sumbangan pemakaman Rp 1.000.000. Nasabah yang mengalami risiko cacat tetap akibat kecelakaan akan memperoleh bantuan setinggi-tingginya Rp 5.000.000. Jika ingin benar-benar memberikan kesempatan maupun persamaan kepada perempuan untuk mengelola UKM, agaknya semua pihak harus memberikan perhatian lebih besar kepada perempuan melalui penciptaan berbagai peluang usaha, khususnya pada akses permodalan UMKM, melalui penyederhanaan prosedur dan persyaratan, peningkatan kemampuan dalam produktifitas dan pemasaran serta dalam pengembangan usaha ekonomi termasuk dalam program-program pemberdayaan masyarakat di berbagai departemen. HAR (sumber: kbi.gemari.or.id - 24 January 2007)

Kontribusi Perempuan pada Usaha Mikro Besar


by Pusat Informasi Peluang Bisnis Skala Mikro on Saturday, September 17, 2011 at 7:46pm jakarta | Rabu, 15 Jun 2011 Sapariah KONTRIBUSI perempuan pada usaha mikro dan kecil melalui industri rumahan relatif besar. Sekitar 70 persen sektor informal didominasi usaha perempuan. "Selama ini, kontribusi mereka itu dari sisi pendataan sensus, belum kelihatan," kata Sekretaris Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA), Sri Danti, di Lombok, Senin (13/5). Sri mengatakan, yang dianggap memberi kontribusi itu hanya sektor formal. Jadi, penting mengakui keberadaan mereka itu di arus utama pembangunan. Selama ini, kebijakan-kebijakan terkait bidang pemberdayaan ekonomi perempuan itu masih belum maksimal. "Jadi prioritas isu bagaimana mengakui keberadaan sektor informal ini menjadi bagian dari pengembangan ekonomi lokal dan nasional," ujar dia. Karena itu, Kemenneg PP-PA melakukan sejumlah terobosan, antara lain kesepakatan dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil. Kerja sama ini untuk mendukung kewirausahaan perempuan. Sehubungan dengan program pemberdayaan ekonomi perempuan, Kementerian PP-PA selaku Focal Point ASEAN Commitee in Women menggelar ASEAN Workshop: Praktik Terbaik Pemberdayaan Perempuan di Usaha Mikro dan Kecil pada 14-16 Juni 2011 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemilihan tema utama dan topik-topik workshop terkait sharing best-practices negara-negara anggota ASEAN. Workshop ini menghadirkan pembicara kunci Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Syariefuddin Hasan. Narasumber lain, wakil perempuan pengusaha dari China, Filipina, dan Vietnam. Indonesia juga membagikan pengalaman terbaik mendorong pemberdayaan perempuan dalam usaha mikro dan kecil. Dari Indonesia akan diwakili Aviliani, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Indonesia dan Riana Meilia, pengusaha mutiara dari Lombok. Dari China, Filipina, dan Vietnam masing-masing diwakili Long Jiang Wen, China Association of Women Entrepreneur, Luzmivinda Villanueva, Philippines Commission on Women. Lalu, Nguyen Thi Tuyet Minh, Vietnam Chamber of Commerce and Industry. Retno Kustiati

Sumber : nasional.jurnas.com

Kontribusi Usaha Mikro 53,3 Persen Terhadap PDB


by Pusat Informasi Peluang Bisnis Skala Mikro on Saturday, September 17, 2011 at 7:39pm (Jakarta, MADINA): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka secara resmi pelaksanaan Lokakarya Nasional Memantapkan Pola Linkage Bank-LKM Dalam Upaya Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Melalui KUR Mikro, yang diselenggarakan Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI), Selasa (10/6) siang, di SME'sCo Promotion Centre, Jakarta.

Data BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa usaha mikro di Indonesia yang beroperasi sebanyak 44,6 juta unit atau 91,26 persen dari keseluruhan unit usaha di Indonesia. Kontribusi kelompok ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari Rp 1.778 triliun atau 53,3 persen dengan nilai investasi yang mencapai Rp 369,8 triliun.

Dalam laporannya, Ketua (Komnas PKMI) Dr.Ir.B.S.Kusmuljono mengatakan bahwa kegiatan Komnas PKMI ini merupakan langkah lanjut dari Pencanangan Tahun Keuangan Mikro Indonesia pada Januari 2005 oleh Presiden, yang ditindaklanjuti pembentukan Komnas PKMI pada Agustus 2005.

"Berbagai kegiatan sosialisasi dan pemberdayaan usaha mikro dan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) sampai awal 2008 lahirnya skema KUR di bawah Rp 5 juta per nasabah untuk penguatan permodalan bagi usaha mikro melalui sistem lembaga keuangan," kata Kusmuljono.

Lokakarya ini diikuti oleh 700 peserta dari kalangan perbankan Lembaga Keuangan Non-Bank, praktisi LKM, pelaku UMKM, instansi pemerintahan pusat dan daerah serta para akademisi dan pakar.

Menko Kesra Aburizal Bakrie dalam laporannya mengatakan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga awal Juni 2008 ini telah tersalur Rp 7 triliun diserap oleh sekitar 700 ribu nasabah. "Sebanyak Rp 4,5 triliun untuk kredit usaha mikro dengan nilai dibawah Rp 5 juta," kata Aburizal Bakri, yang akrab dipanggil Ical.

Selain Menko Kesra, turut mendampingi Presiden dalam acara ini, antara lain, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Menhub Jusman Syafii Djamal, serta Jubir Dino Patti Djalal dan Andi A.Mallarangeng. (nnf/pressby.info)

Sumber : /www.madina.co.id

REFERENSI KAJIAN USAHA KOPERASI DAN UKM 1. ^ Triyono dan Siti Aedah Pengembangan Pengelolaan Wirausaha-Universitas Indonesia (Jakarta: 2004). Yang diperoleh dari halaman 1. 2. ^ BPS Jumlah usaha kecil di Indonesia (Indonesia 2002). Yang diperoleh dari hal 3. 3. ^ Tambunan, Togap dan Paruhuman Nasution Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (Jakarta: 2005). Yang diperoleh dari hal 3. 4. ^Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor : 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 3274); 5. ^Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor : 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 3502); 6. ^Koperasi Simpan Pinjam, -------, Baitul Tamwil Muhammadiyah, kabupaten Pekalongan, Koperasi Simpan Pinjam, Indonesia. 7. Biro Pusat Statistik, Indonesia, 2002, usaha mikro 40.195.516, Biro Pusat Statistik, Indonesia, Indonesia. "Berdasarkan kriteria BPS, jumlah usaha kecil di Indonesia tahun 2002 sebanyak 40.1195.611 usaha kecil dan 99,99 persen di antaranya atau 40.195.516 merupakan usaha mikro...." yang diperoleh dari halaman 13. 8. Biro Pusat Statistik, Indonesia, 2003, kontribusi PDB, Biro Pusat Statistik, Indonesia, Indonesia. "Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2003 sekitar 97 % dari seluruh perusahaan di Indonesia Merupakan Usaha Mikro, yaitu 41,8 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 30 % dengan tenaga kerja 71,44 juta, sementara keseluruhan usaha mikro, kecil dan menengah sebanyak 42,5 juta usaha dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57 %. ...." yang diperoleh dari halaman 17. 9. Keputusan Menteri Keuangan, 2003, Pengertian Usaha Mikro, Nomor 40/KMK.06/2003, Keputusan Menteri Kuangan, Indonesia. "Adapun yang dimaksud dengan usaha mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003......" diperoleh dari halaman 17. 10. -------, 1997, The world Summit on Microcredit, Washington. 2-4 Februari "Secara universal pengertian kredit mikro antara lain diantaranya: Adalah definisi yang dicetuskan dalam pertemuan The world Summit on Microcredit di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 adalah program/kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat miskin untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus diri sendiri dan keluarganya......" diperoleh dari halaman 18 dari artikel, dan untuk referensi nya ditulis seperti ini 11. Biro Pusat Statistik, Indonesia, 2000, Pemanfaatan Dana Perbankan oleh Usaha Mikro, Biro Pusat Statistik, Indonesia, Indonesia. "Dari hasil kajian dan data BPS (2000) ditunjukkan bahwa meskipun kebijakan dan program pemberdayaan UKM....." diperoleh dari halaman 20.

You might also like