You are on page 1of 10

MANUSIA

1. Pengertian Manusia Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilahkebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagaiHomo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primatadari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalammitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli: NICOLAUS D. & A. SUDIARJA Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang

ABINENO J. I Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana"

UPANISADS Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik

SOKRATES Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar

KEES BERTENS Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan

I WAYAN WATRA Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa

OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan

ERBE SENTANU Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain

PAULA J. C & JANET W. K manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan

Pandangan Alkitab Mengenai Asal Manusia Dan HakekatNya Pandangan kita mengenai hakekat manusia berpijak kepada apa yang diinformasikan oleh Alkitab, khususnya dalam Kejadian 1:26-27, yaitu pernyataan Allah disekitar penciptaan alam semesta dengan isinya dimana manusia termasuk didalamnya. Manusia diciptakan menurut " gambar dan rupa" Allah (In His own image). Kata -kata yang digunakan untuk "gambar dan rupa" didalam teks asli Alkitab dalamk bahasa Ibrani adalah "tselem dan demuth". Tselem artinya " gambar yang asli, patung atau model" sedangkan demuth artinya "copy, tembusan" hal ini menunjuk pada unsur kesamaan. Pada umumnya kata tselem dan demuth dalam kaitannya dengan kejadian 1:26-27 diartikan tunggal sebagai bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah (Latin.Imago Dei-similitudo), dalam Perjanjian baru diterjemahkan "eikoon theou" atau homoiosis. Dalam hal ini jelas bahwa gambar Allah tadi sebenarnya merupakan suatu yang interen didalam diri manusia (sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia itu sendiri).

Dalam kitab Kejadian ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan berkaitan dengan hakekat manusia dalam penciptaannya. 1. Bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27 ; 2:7). Manusia bukanlah "pletikan" Allah, jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula anak dalam arti biologis yang keluar dari diri Allah. Manusia adalah mahluk yang riil ada, hasil karya dari tangan agung Sang Khalik. Untuk ini harus dicamkan bahwa manusia bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah adalah khalik dan manusia adalah hasil karyaNya. Manusia adalah umat dan Sang Khalik adalah Allah yang menjadi obyek pemujaan dan penyembahan. Allah tidak pernah berubah menjadi manusia secara permanen atau sebaliknya. Dalam hal ini nyata bahwa manusia bukanlah eksistensi yang berdiri sendiri (indipenden), manusia ada karena Allah yang menghendaki manusia itu ada. Dengan demikian teori Evolusi ilmiah (Naturalis evolotion) terbantahkan. 2. Manusia diciptakan dengan cara yang sangat uniek tidak seperti Allah menciptakan hasil ciptaanNya yang lain. Manusia diciptakan dari apa yang tidak ada menjadi ada, baik bahan maupun idenya (Kejadian 1:27, Ibr. Bara, menciptakan tanpa bahan, menciptakan dari apa yang tidak ada. Creatio ex nihilo), Manusia diciptakan dengan tanganNya sendiri (Kejadian 2:7, Ibr.yatser, aktivitas yang kreatif), Allah membentuk (to carve, yatser). Didalam kata yatser mengandung unsur seni. Kemudian Allah menghembuskan nafas ke lubang hidung manusia, sehingga manusia menjadi mahluk hidup. Manusia bukanlah hasil proses evolosi dari binatang tingkat rendah ke pada bentuk binatang tingkat tinggi. 3.Manusia diciptakan melalui sebuah musyawarah dan pertimbangan dalam diri Allah yang jamak tetapi tunggal itu (Kejadian 1:26-27). Ini menunjukkan bahwa mahluk yang disebut manusia ini adalah mahluk yang luar biasa. Ini pula bisa berarti bahwa segala konsekwensi dan resiko menciptakan mahluk yang disebut manusia ini telah dipertimbangkan dan diperhitungkan. Oleh karenannya atas hasil karyaNya ini Allah berkata "sangat baik" (Kejadian 1:31) 4.Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Ini menunjuk bahwa manusia adalah sebuah eksistensi yang sangat uniek sekaligus "dahsyat" (Kej 1:26-27). Didalam pernyataan ini tersimpul hakekat manusia yang akan menunjukkan perbedaan hakiki dan prinsipil antara manusia dan hasil ciptaan Allah yang lain. Hal ini juga menunjukkan adanya potensi untuk berhubungan intim yang dapat terjalin antara Allah dan manusia.

2. Kelebihan manusia dibanding dengan Makhluk lain 1. Kekuatan Impian (The Power of Dreams) Seseorang yang mempunyai impian memahami bahwa keberhasilan memerlukan pengorbanan, kerja keras dan komitmen, waktu serta dukungan dari orang lain. Oleh sebab itu, mereka selalu bersemangat mengembangkan kemampuan tanpa henti dan mencapai kemajuan terus menerus hingga tanpa batas. Impian yang sudah menjadi nafas kehidupan merupakan daya dorong yang luar biasa. Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, setiap kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas. Setiap kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai. Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.

2. Kekuatan dari Fokus (The Power of Focus)

Fokus adalah daya (power) untuk melihat sesuatu termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain seperti kekuatan dan kelemahan dalam diri, peluang di sekitar kita, sehingga lebih jelas dan mengambil langkah untuk mencapainya. Seperti sebuah kacamata yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas, kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas, sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya. 3. Kekuatan Disiplin Diri (The Power of Self Discipline) Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terusmenerus melakukan sesuatu tindakan yang membawa pada puncak prestasi seseorang. Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita. Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh. Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini. 4. . Kekuatan Perjuangan (The Power of Survival) Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan. Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi ciptaan Tuhan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kegagalan. Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan yang berkelimpahan.

5. Kekuatan Pembelajaran (The Power of Learning) Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik. Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi. 6. Kekuatan Pikiran (The Power of Mind) Pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling besar dan paling terindah. Dengan memahami cara bekerja dan mengetahui bagaimana cara mendayagunakan kekuatan pikiran, kita dapat menciptakan hal-hal terbaik bagi kehidupan kita. Dengan melatih dan mengembangkan kekuatan pikiran, selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan kreatif kita meningkat, juga secara bertahap kecerdasan emosional dan bahkan kecerdasan spiritual kita akan bertumbuh dan berkembang ke tataran yang lebih tinggi. Semua dari kita berhak dan memiliki kekuatan untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupannya. Semuanya ini adalah produk dari pilihan sadar kita, berdasarkan keyakinan kita, dan bukan dari produk kondisi keberadaan kita di masa lalu dan saat ini.

Tugas Manusia di dunia Sebagai manusia kristen yang hidup di dunia , kita mempunyai tugas . Kita hidup di dalam dunia dengan tugas dan tanggung jawab untuk menjadi saksi Injil Kristus. Dunia tempat kita hidup telah dipenuhi dengan berbagai filsafat dan pengajaran yang bertentangan dengan Injil Kristus Yesus. Kolose 4:5-6 memberikan tiga cara hidup menjadi saksi Injil Kristus di tengah dunia yang sudah dikuasai oleh filsafat dan keyakinannya sendiri. Tentu dengan cara :

1. Kita harus Penuh Hikmat Sebagai Saksi di Dunia (4:5a) Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar (4:5a). Hidup bersama orang luar Orang luar adalah mereka yang belum / tidak mengenal Kristus Yesus. Panggilan terhadap orang Kristen agar bersifat inklusif dalam kehidupan sosialnya. Orang luar memiliki sistem keyakinannya sendiri, seperti filsafat, tradisionalisme, Yudaisme, spiritisme, legalisme, ascetisisme. Mereka bahkan ingin orang lain mengikuti sistem keyakinan mereka (Kol. 2:6-23). Orang luar memerlukan penjelesan mengenai Injil Kristus Yesus (Kol. 4:3). Hidup Penuh Hikmat Hikmat (sophia, "applied knowledge") adalah kapasitas yang dikaruniakan Tuhan kepada kita anak-anak-Nya untuk bisa menerapkan pengetahuan kita akan firman-Nya ke dalam kehidupan praktis sehari-hari. Hikmat membuat kita anak-anak-Nya mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna (Kol. 1:9). Hikmat membuat hidup kita berkenan dan layak kepada-Nya (Kol. 1:10-12):

Berbuah dalam segala perkara; Bertumbuh dalam pengetahuan yang benar akan Allah; Bergantung pada kekuatan kemuliaan Allah dalam menghadapi kesukaran; dan Bersyukur dengan sukacita kepada Bapa. Alkitab mengasosiasikan Kristus Yesus sendiri sebagai hikmat Ilahi bagi kita (1Kor. 1:30) Kita bisa mendapatkan hikmat Ilahi dengan memintanya dalam doa penuh iman kepada Bapa Surgawi (Kol. 1:9 ; Yak. 1:5-8). "Hidup dengan orang luar harus berhikmat" Kata "Hiduplah" (dengan penuh hikmat) berada dalam bentuk perintah, imperatif, yang suka tidak suka harus dilakukan. Kala kini (present tense) dari kata "hiduplah" memberi pesan "terus menerus atau senantiasa hidup berhikmat."

2. Kita Harus Menggunakan Waktu Sebagai Saksi di Dunia (4:5b) pergunakanlah waktu yang ada (4:5b) Waktu (Kairos) yang ada pada kita. Waktu (kairos) adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk menjalani tugas dan tanggungjawab kehidupan Kekristenan kita di bumi ini. Waktu yang Tuhan berikan kepada kita terbatas. Waktu dan kesempatan yang ada menentukan bagaimana kehidupan kita kelak. Penggunaan waktu Kata "pergunakanlah ... " berada dalam bentuk imperatif. Jadi penggunaan waktu sebagai kesempatan harus dilakukan suka atau tidak suka. Perintah penggunaan waktu, tepatnya kesempatan, menunjukkan bahwa waktu merupakan harta kekayaan bernilai yang bisa memberikan manfaat bagi kehidupan kita sendiri. Kata "perguanakanlah" (eksagorazo) merupakan bahasa komersial, yang artinya "membeli atau menebus semua barang yang tersedia." Jika kesempatan / waktu dipandang sebagai barang, maka itu harus dibeli semuanya. Perintah penggunaan waktu diberikan dalam konteks tugas dan tanggung jawab untuk memberitakan rahasia Kristus kepada orang luar. Jadi, waktu adalah kesempatan untuk menjelaskan Kristus Yesus kepada orang luar. Ada upah surgawi bagi mereka yang menggunakan waktu sebagai kesempatan untuk pelayanan. Kesempatan waktu pelayanan itu terbatas, dan karenanya harus digunakan dengan sungguh-sungguh.

3. Kita Harus Mengatakan Kasih Sebagai Saksi di Dunia (4:6) Hendaklah katakatamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. (4:6). Karakteristik Kata-kata kita Penuh kasih (charis) Kasih (charis) merupakan "that which affords joy, pleasure, delight, sweetness, charm, loveliness" (sesuatu yang memberikan sukacita, kegembiraan, kesenangan, manis, menarik, dan kasih).

Istilah kasih (charis, "anugerah" atau "kasih karunia") secara theologis mengacu pada sifat, sikap, dan tindakan Allah dalam memberikan kebaikan-Nya secara cuma-cuma kepada orang yang tidak berdaya dan tidak layak menerima kebaikan itu. Anugerah / kasih Allah ini dalam Perjanjian Baru diasosiasikan dengan keselamatan yang tersedia di dalam Kristus Yesus (Ef. 2:8-9). Jadi, "kata-kata penuh kasih" (charis atau anugerah) berarti kata-kata yang berorientasi pada pemberitaan Injil Kristus yang menyelamatkan. Mengenai arti Injil, lihat 1 Korintus 15:1-5 (http://sabdaweb.sabda.org/passages/?p=1Korintus+15%3A14) Jangan hambar Sebagai garam bagi dunia/tanah/ladang (Mat. 5:13) kehadiran kita di antara orang luar adalah untuk menjadi pupuk yang membuat subur tanah hati manusia bagi benih Injil Kristus (Luk. 14:34-35). Garam merupakan kiasan kesetiaan dan persahabatan. Di dalam Markus 9:50 keasinan kita dikaitkan dengan kehidupan berdamai dengan orang lain. Firman Tuhan, "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain." (Mar 9:50 ITB). Jadi, ungkapan "jangan hambar" memberi pesan agar kata-kata kita untuk memelihara perdamaian, bukan menghasilkan permusuhan atau pertengkaran. Dengan cara ini kita menjadi pupuk hati manusia bagi kesuburan benih Injil Kristus.

PENCIPTAAN MANUSIA
26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. [Kejadian 1:26-27]; ... ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup, [Kejadian 2 : 7]. 28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 29Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohonpohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya" [Kejadian 1:28-30].

18TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 21Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 22Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 23Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." 24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu, [Kejadian 2:18-25]. Semua agama samawi mempunyai pandangan yang hampir sama tentang asal usul manusia. Ajaran agama-agama tersebut, walaupun dengan pengungkapan yang berbeda, setuju bahwa TUHAN Allah menciptakan alam semesta dan segala sesuatu yang terbentang di dalamnya, termasuk manusia. Menurut Alkitab, TUHAN Allah menciptakan manusia pada akhir hari-hari penciptaan, setelah ada flora, fauna serta benda-benda lainnya. Semuanya itu sebagai sarana persiapan untuk kehadiran manusia. Ia mempersiapkan segalanya dengan sempurna, sebelum ada mahkota penciptaan. Dengan demikian, jika TUHAN Allah menciptakan alam semesta, flora dan fauna hanya dengan berfirman, namun manusia melalui cara yang berbeda.

MANUSIA SEBAGAI IMAGO DEI Gambar [Ibrani, tselem] atau akal budi, akal sehat, normanorma, kebebasan moral, dan lain-lain. Rupa [Ibrani, demut] atau sesuai asli, sama seperti aslinya. Kata bahasa Ibrani dalam Alkitab, tentang penciptaaan manusia, digunakan istilah bara[menciptakan atau ciptakan sesuatu yang khas dan tidak sama dengan siapa dan apa pun], bermakna hasil buatan yang lengkap, utuh, serta sempurna sehingga tidak perlu dirubah atau dibentuk ulang. Artinya, sesuai kesaksian Alkitab, jika TUHAN Allah menciptakan alam semesta dan isinya hanya dengan berfirman, namun manusia melalui cara yang berbeda; sebagai bara Elohiym [Ibrani] atau ciptaan Allah, manusia mempunyai aspek yang berbeda dengan apapun dan siapapun.

Karena sebagai gambar dan rupa-Nya, maka manusia harus diciptakan melalui suatu proses, pertimbangan, bahkan sedetail mungkin. Oleh sebab itu, sebelum penciptaan manusia, ada dialog antara para Ilahi yang berujung pada suatu keputusan tepat mengenai bentuk dan hakekat manusia. Kemudian, TUHAN Allah membentuk pra-manusia dari debu tanah [jadi bukan keturunan kera atau hasil evolusinya]; setelah pra-manusia terbentuk, Ia menghembuskan nafas hidup melalui lubang hidung pra-manusia tersebut; karena nafas hidup dari TUHAN Allah maka pra-manusia menjadi makhluk hidup yang disebut manusia. Manusia adalah rupa dan gambar TUHAN Allah atau Imago Dei. SebagaiImago Dei, manusia, mempunyai kekhasan, misalnya, berbeda dari makhluk-makhluk lain; manusia adalah satu-satu makhluk hidup yang mempunyai hubungan dengan-Nya; manusia sebagai mitra kerja TUHAN Allah untuk menatalayani dunia; manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab penuh terhadap pengelolaan hidupnya kepada TUHAN Allah. Kebebasan tersebut, selalu dikaitkan dengan kebebasan yang bertanggungjawab terhadap Penciptanya, yaitu TUHAN Allah. Manusia sebagai Imago Dei, menurut Martin Luther, bermakna ia memiliki tabiat [harusnya selalu tetap dimiliki] taat kepada TUHAN Allah; sejak semula manusia adalah makhluk yang berakal dan serupa dengan TUHAN Allah. Manusia memiliki pengetahuan tentang TUHAN Allah, kebenaran, dan kekudusan. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, gambar dan rupa tersebut menjadi hilang; menurut Yohanes Calvin, gambar TUHAN Allah merupakan hakekat manusia yang tidak dapat berubah [hakekat manusia yang tidak dapat berubah ialah akal, kehendak, dan kepribadian], sedangkan rupa adalah sifat sifat manusia yang dapat berubah. Di samping sebagai Imago Dei, atau Citra Allah, di Taman Eden, TUHAN Allah melengkapi manusia dengan berbagai hal, antara lain, [Lihat Kejadian 2:8-25]; Kelengkapan hidup dan kehidupan serta mandat tersebut, merupakan suatu hak mutlakyang TUHAN Allah berikan kepada manusia. Ia juga menempatkan manusia dan semua makhluk hidup pada situasi dan lingkungan yang tertata dengan baik; belum tersentuh dengan polusi apa pun. Semuanya itu, sekali lagi membuktikan bahwa adanya pemeliharaan TUHAN Allah kepada semua ciptaan, makhluk yang hidup maupun mati. Dari antara semua ciptaan tersebut, manusia merupakan ciptaan yang paling sempurna. Manusia seringkali disebut juga mahkota ciptaan, karena mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta; dan tidak ada satu makhlukpun bisa dibandingkan dengan manusia.

KEBUTUHAN MANUSIA

HAK ASASI MANUSIA

MANDAT YANG TUHAN ALLAH BERIKAN KEPADA MANUSIA

Adanya kelengkapan kebutuhan dasar hidup dan kehidupan manusia [makanan, miuman, pakaian, tempat tinggal] Pekerjaan atau bekerja [memberi nama dan menata ciptaan; mengelola dan menata flora dan fauna] Aktualisasi atau percaya diri Rasa Aman, hidup tanpa rasa takut kepada siapapun Kasih Sayang, adanya perbedaan gender, antara laki-laki dan perempuan agar mereka saling mengasihi dan dikasihi, menghor-mati, menolong, dan lain lain Mempunyai hubungan dan berdialog dengan TUHAN Allah atau berhubu-ngan dengan Tuhan TUHAN Allah

Hak untuk memperoleh kehidupan layak dengan adanya makanan-minuman, tempat tinggal, pakaian Hak untuk memperoleh pekerjaan Hak untuk mengaktualisasi diri, serta bebas mengungkapkan pendapat Hak untuk memiliki rasa aman Hak beragama dengan bebas serta aman, tidak diganggu oleh siapapun

Mandat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya Mandat untuk memperjuangkan HAM Mandat untuk menggunakan, mengelola mengembangkan hasil ciptaan

You might also like