You are on page 1of 11

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hadits menurut para ahli ushul hadits ialah:


"Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi yang bersangkutan dengan hukum1" Hadits merupakan sumber hukum yang utama setelah al-Qur'an yang berfungsi sebagai penjelas daripada nash-nash yang ada dalam al-Qur'an. Karena hal ini pun ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa kedudukan hadits meski berbeda namun tetap memandangnya sebagai satu kedudukan, yaitu Sumber hukum pertama dalam agama Islam. Meskipun tidak sedikit pula para ulama yang berpendapat bahwa al-Qur'an lah satu-satunya sumber hukum. Menanggapi hal tersebut, maka sebagai seorang pelajar muslim yang berkewajiban menuntut ilmu, sangat diharuskan kita unntuk mempelajari tentang sumber-sumber hukum Islam tersebut. Terutama dalam mata kuliah Ulumul Hadits ini, kita harus dapat memahami tentang klasifikasi hadits dari segi kualitas maupun kuantitasnya, dan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Dalam makalah ini kami akan sedikit menjelaskan tentang bagaimana klasifikasi hadits dari segi kualitasnya, yaitu Shahih, hasan dan Dhaif. Sehingga dapat diketahui apa perbedaan-perbedaannya dan bagaimana implikasinya dalam ajaran Islam. Makalah ini pun juga sebagai bentuk pertanggungjawaban kami atas tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ulumul Hadits, bapak Ahmad Faqih Hasyim,M.Ag.

Teungku Muhammad H.A, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.(Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2002) hal.5.

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

Mengenai hadits diatas, merupakan pengertian hadits menurut para Ulama ahli hadits, yang menerangkan bahwasemua tindak-tanduk Nabi dari segi perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan) Nabi Muhammad yang berhubungan dengan hukum merupakan sumber hukum bagi Islam. Hal tersebut juga menggambarkan sosok Nabi sebagai Uswatun Hasanah (suri tauladan yang baik) bagi para umatnya hingga akhir zaman.

1.2.Rumusan masalah 1. Bagaimana pengertian dari Hadits Shahih, Hasan dan Dhaif ? 2. Apa implikasi syarat Ittishalus sanad terhadap hadits? 3. Apa Implikasi syarat 'Adalatur rawi terhadap penerimaan hadits? 4. Apa Implikasi syarat Syadz dan 'illat pada hadits, dan bagaimana hukumnya? 5. Apa saja istilah-istilah yang terkait dengan tema bahasan klasifikasi kualaitas Hadits?

1.3.Tujuan penulisan makalah Dalam penulisan makalah ini, kami hendak menjawab berbagai masalah dan pertanyaan mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada rumusan masalah diatas, diantaranya: 1. Untuk mengetahui pengertian dari Hadits Shahih, hasan dan Dhaif. 2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi syarat Ittishalus sanad terhadap hadits, baik hadits Shahih atau Hasan. 3. Untuk mengetahui bagaimana Implikasi syarat 'Adalatur rawi terhadap penerimaan hadits?

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

4. Untuk mengetahui bagaimana Implikasi syarat Syadz dan 'illat pada hadits, dan bagaimana hukumnya. 5. Untuk mengetahui tentang apa saja istilah-istilah yang terkait dengan tema bahasan klasifikasi kualaitas Hadits, diantaranya Hadits Shahih li dzatihi, Shahih li ghoirihi, Hasan li dzatihi, dan Hasan li ghoirihi.

BAB II PEMBAHASAN KLASIFIKASI KUALITAS HADITS: SHAHIH, HASAN DAN DHAIF

1. Pengertian Hadits Shahih, Hasan dan Dhaif 1.1.Hadits Shahih Yang dimaksud dengan Hadits Shahih menurut muhadditsin, ialah:


"Hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna

ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak ber'ilat dan tidak janggal2."

Fatchur Rohman,Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT Alma'arif,1974)

hal.117.

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

Dari pengertian Hadits Shahih menurut ulama Muhadditsin diatas dapat kita ambil beberapa point penting atau syarat-syarat bahwa suatu hadits dapat bernilai shahih, apabila memenuhi lima syarat dibawah ini: 1. Rawinya bersifat adil ('Adalah), Ibnu's-Sam'any berpendapat bahwa, keadilan seorang rawi harus memenuhi empat syarat, yaitu: Selalu memelihara perbuatan baik dan menjauhi perbuatan maksiat. Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan

santun. Tidak melakukan perkara-perkara mubah yang dapat menggugurkan

iman dan mengakibatkan penyesalan. Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan

dengan dasar syara" 2. Sempurna ingatan (Dhabit) Dhabit berarti bahwa kemampuan mengingat para rawi lebih tinggi daripada lupanya, dan kebenarannya lebih banyak daripada kesalahnnya. Dhabit adalah ibarat terkumpulnya beberapa hal, yakni: Tidak Pelupa Hafal terhadap apa yang didiktekan kepada muridnya, bila ia

memberikan hadits dengan hafalan, dan terjaga kitabnya dari kelemahan, bila meriwayatkan dari kitabnya. Menguasai apa yang diriwayatkan, memahami maksudnya dan

mengetahui maknanya. 3. Sanadnya tidak terputus (Muttashil/Ittishalus sanad)

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

Dengan kata lain, ialah sanadnya bersambung tanpa ada keguguran. Sehingga rawi dapat saling bertemu dan menerima langsung dari guru yang memberinya. 4. Tidak Ber'illat, 'Illat hadits ialah suatu penyakit yang samar-samar, yang dapat menodai keshahihan hadits. 5. Tidak Syadz (janggal) Kejanggalan suatu hadits terdapat pada adanya perlawanan antara hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang rajah. 1.2.Hadits Hasan Ulama Muhadditsin mengartikan hadits hasan dengan:


"Hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, (tapi) tidak begitu kuat ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, tidak ber'ilat dan tidak kejanggalan pada matannya." Dengan definisi tersebut maka jelas perbedaan Hadits Shahih dengan Hasan atau pun dengan yang Dhaif. Demikian juga segala macam hadits ahad (masyhur 'aziz dan gharib) dapat bernilai hasan, asal memenuhi syarat-syarat diatas. 1.3. Hadits Dhaif

Hadits dhaif ialah:


"Ialah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan."

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

Hadits dhaif itu sendiri banyak sekali macamnya, dan mempunyai derajat yang berbeda satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shahih atau hasan yang tidak dipenuhinya. Hadits dhaif yang karena tidak bersambung sanad-sanadnya dan tidak adil rawinya, adalah lebih dhaif daripada hadits dhaif yang hanya keguguran satu syarat makbul saja, baik sanadnya, maupun pada rawinya. Hadits dhaif yang keguguran tiga syarat makbul lebih dhaif daripada yang keguguran dua syarat.

2. Implikasi Syarat Ittishalus Sanad Ittishalus Sanad ialah kondisi suatu hadits yang dalam periwayatannya tersebut, sanadnya tetap tersambung dari rawi pertama hingga rawi akhir, tidak ada yang gugur, sehingga antara rawi dapat bertemu dan menerima langsung dari guru yang meriwayatkannya. Ittishalus sanad merupakan salah satu syarat utama pada hadits shahih, karena hal ini dapat memberikan jaminan bahwa hadits yang diriwayatkan adalah benar-benar dari Nabi Muhammad SAW. Atau juga bisa menjadi satu syarat bagi hadits hasan, yang menurut kebanyakan ulama ahli ilmu dan fuqaha bersepakat bahwa kedudukannya sama dengan hadits shahih dalam berhujjah3.

3. Implikasi Syarat 'Adalatur Rawi 'Adalatur rowi menurut Ar-Razi adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu bertaqwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosadosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muru'ah, seperti makan sambil berjalan di jalanan, buang air (kencing) di tempat yang bukan disediakan untuknya, dan bergurau yang berlebihan. Pengertian adil dalam periwayatan berbeda dengan adil dalam kesaksian. Dalam persaksian (syahadah), dikatakan adil bila terdiri atas dua orang laki-laki
3

Fatchur Rohman,Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT Alma'arif,1974)

hal.143.

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

yang merdeka. Adapun dalam periwayatan, dapat dikatakan adil cukup seorang saja, baik perempuan, budak, atau merdeka. Mengenai keadilan rawi pun sama halnya dengan syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan lain, yang dapat menjadikan periwayatan itu makbul (diterima) oleh muhadditsin. Dalam menentukan keadilan seorang rawi pun sudah terbentuk ilmunya tersendiri yaitu Ilmu Al-Jarh wa Al-Ta'dil.

4. Implikasi Syarat Syadz dan 'Illat Syadz atau kejanggalan pada Hadits terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat daripadanya, disebabkan oleh jumlah sanad dalam kedhabitan atau adanya segi-segi tarjih yang lain. Sedangkan 'Illat hadits berarti suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshahihan hadits. Kedua hal ini lah yang tidak boleh ada dalam hadits shahih, karena dapat menurunkan derajatnya menjadi lebih rendah. Hadits-hadits yang didalamnya terdapat dua hali ini menjadikannya sebagai hadits yang Dhaif (yang lemah nilainya).

5.

Istilah-istilah yang Terkait Dengan Klasifikasi Kualitas Hadits a. Pembagian Hadits Shahih 1. Hadits Shahih li Dzatihi Semua hadits yang memenuhi syarat-syarat keshahihan dalam pengertian

yang tersebut diatas, disebut dengan Hadits Shahih li Dzatihi. Bisa dikatakan bahwa nilai hadits ini adalah yang paling tinggi derajatnya dari hadits lain. 2. Hadits Shahih li Ghoirihi

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

Kedhabitan seorang rawi yang kurang sempurna, menjadikan hadits shahih li dzatihi turun derajat menjadi hadits hasan li dzatihi, akan tetapi jika kekurangannya tentang kedhabitannya itu dapat tertutup, seperti memiliki sanad lain yang lebih dhabit, maka derajatnya naik menjadi hadits shahih li ghoirihi. Hadits Shahih li Ghoirihi adalah Hadits yang keadaan rawi-rawinya kurang hafidh dan dhabit tetapi mereka masih terkenal orang yang jujur, hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati padanya dari jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang nenimpanya itu.

b. Pembagian Hadits Hasan 1. Hadits Hasan li Dzatihi Hadits hasan li dzatihi ialah hadits-hadits yang memenuhi syarat-syarat sebagai hadits hasan, ataupun Hadits Shahih yang dalam hal kedhabitannya kurang sempurna, dan tidak ada sanad lain yang memperkuat hadits tersebut naik ke nilai hadits shahih li ghoirihi. 2. Hadits Hasan li Ghoirihi Hadits hasan li ghoirihi adalah Hadits yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur-tak nyata keahliannya-, bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya sebab yang menjadikannya fasik dan matan haditsnya adalah baik berdasarkan periwayatan yang semisal dan semakna dari sesuatu segi yang lain. Jadi, menurut pengertian tersebut, bahwa hadits hasan li ghoirihi adalah hadits dhaif yang bukan dikarenakan perawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi' atau syahid. Hadits dhaif yang karena rawinya su'ul hifdhi, mastur, dan mudallis dapat naik menjadi hadits hasan li ghoirihi karena dibantu hadits-hadits lain yang semisal dan semakna atau karena banyak yang meriwayatkannya.

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

BAB III KESIMPULAN Dari uraian materi secara singkat diatas, dapat kami simpulkan dalam beberapa point, diantaranya: Dalam permasalahan kehujjahan hadits yang berhubungan dengan implikasi syarat Ittishalus sanad, kedudukan hadits Shahih dan hadits Hasan sama saja yaitu dapat dijadikan hujjah hukum.

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

Implikasi tentang syarat 'Adalatur rawi adalah sangat penting untuk difahami, agar kita dapat memahami bagaimana suatu hadits dapat diterima atau tidak dengan sifat rawi yang adil atau tidak. Dalam kedudukannya, Hadits Shahih li Dzatihi adalah tingkat yang tertinggi, karena telah memenuhi syarat-syarat hadits shahih. Pembelajaran dan pengetahuan tentang ilmu-ilmu hadits adalah hal yang sangat penting, agar tidak terjadi perbedaan dan kesalahan menggunakan hadits yang berujung pada perbedaan pendapat dan perpecahan umat Islam sendiri.

Klasifikasi Kualitas Hadits: Shahih, Hasan dan Dhaif

DAFTAR PUSTAKA Rohman,Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung: PT Alma'arif,1974 Teungku Muhammad H.A, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002 Khaeruman, Badri. Ulum Al-Hadis.Bandung: Pustaka Setia Putra, 2010

You might also like