You are on page 1of 46

PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH TATA KELOLA USAHA ISLAMI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN (Studi Pada

Industri Batik Sewilayah Surakarta)

Disusun Oleh : NINDYA ANGGITA SARI F1309063 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal dengan judul PENGARUH TATA KELOLA USAHA ISLAMI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN PADA INDUSTRI BATIK SEWILAYAH SURAKARTA

Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing sebagai syarat pendaftaran pendadaran.

Surakarta, 27 September 2011 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Dra.Falikhatun, Msi, Ak NIP 19681117 199403 2 002

A. LATAR BELAKANG Perekonomian dunia kini berada dalam super-cycle (siklus-super). Ini adalah masa pertumbuhan global historis yang tinggi, yang berlangsung satu generasi atau lebih. Super-cycle yang ditandai dengan munculnya pertumbuhan ekonomi yang cepat ini dinikmati oleh negara seperti Cina, India dan sekarang Indonesia. Ada banyak faktor pendorong terjadinya hal ini, termasuk peningkatan perdagangan, tingginya tingkat investasi, urbanisasi yang cepat dan inovasi teknologi. Sejak adanya krisis finansial di berbagai negara di tahun 1997-1998 yang diawali krisis di Thailand (1997), Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Hongkong dan Singapura yang akhirnya berubah menjadi krisis finansial Asia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktik Good Corporate Governance (GCG) di negaranegara Asia. Ini disebabkan adanya kondisi-kondisi obyektif yang relatif sarna di negara-negara tersebut antara lain adanya hubungan yang erat antara pemerintah dan pelaku bisnis, konglomerasi dan monopoli, proteksi, dan intervensi pasar sehingga membuat negara-negara tersebut tidak siap memasuki era globalisasi dan pasar bebas (Tjager dkk., 2003). Di Indonesia sendiri kalangan ekonom memperkirakan perekonomian Indonesia yang kini nomor 16 terbesar di dunia akan tampil sebagai ekonomi unggulan dunia pada tahun depan. Standard Chartered Bank memperkirakan laju pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai 6,2 persen pada akhir tahun ini, 6,5 persen pada 2011 dan 7 persen pada 2012. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi domestik yang kuat,

tingkat bunga global yang rendah dan tingginya harga komoditas. Namun diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendorong investasi bidang ekonomi riil serta pertumbuhan GDP di atas 7 persen. Indonesia sendiri terbagi dalam beberapa provinsi yang masing-masing memiliki potensi baik dalam sektor pertanian, perdagangan, dan budaya. Salah satunya yaitu Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah merupakan tempat yang strategis dan dapat dijangkau dari arah manapun. Jawa Tengah juga memiliki potensi ekonomi yang besar di bidang industri dan perdagangan, terlihat dari banyaknya perusahaan yang bergerak di kedua bidang itu. Salah satunya yaitu usaha yang bergerak dalam industri batik. Dalam perkembangannya banyak kota-kota dalam lingkup provinsi Jawa Tengah mempunyai banyak UMKM yang bergerak pada industri batik. Ini tidak mengherankan karena batik merupakan warisan budaya leluhur dan budaya rakyat di masing-masing daerah. Selain itu batik juga sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia sehingga ini menjadi faktor pendorong meningkatnya industri batik di provinsi Jawa Tengah khususnya di wilayah Surakarta, Klaten, dan Sragen. Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan salah satu kota budaya dimana pariwisata dan perdagangan merupakan dua sektor yang berpengaruh besar pada pertumbuhan perekonomian di Kota Surakarta. Kota Surakarta merupakan daerah dengan industri batik terbesar di provinsi jawa tengah. Alasan mengapa industri batik berkembang pesat di Kota Surakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu batik merupakan warisan budaya leluhur, batik telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO, dan batik merupakan produk budaya rakyat. Selanjutnya adalah Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathn), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar

UMKM di Kabupaten Klaten berskala mikro dan kecil dengan total proporsi sebesar 67 persen. Desa Kebon merupakan salah satu desa dari sekian banyak desa yang ada di kecamatan Bayat, Kabupaten klaten. Desa kebon merupakan daerah sentra batik di klaten. Dan yang terakhir adalah Kabupaten Sragen, Kabupaten Sragen adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Sragen awal mulanya identik dengan batik Surakarta, terutama di era 80-an, dan tak mengherankan, sebab para pionir kerajinan batik di Sragen umumnya pernah bekerja sebagai buruh batik di perusahaan milik juragan batik Surakarta.Namun, batik Sragen berhasil membentuk ciri khas yang berbeda dari gaya Yogyakarta dan Surakarta. Dalam menjalankan suatu unit usaha, dalam hal ini yaitu industri batik diperlukan tata kelola usaha yang baik (GCG). Dengan adanya Corporate Governance (CG) diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Black (2001) berargumen bahwa pengaruh praktik CG terhadap nilai perusahaan akan lebih kuat di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Hal tersebut dikarenakan oleh lebih bervariasinya praktik CG di negara berkembang dibandingkan negara maju. Durnev dan Kim (2002) memberikan bukti bahwa praktik CG lebih bervariasi di negara yang memiliki lingkungan hukum yang lebih lemah. Klapper dan Love (2002) menemukan bahwa penerapan CG di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan dalam negara maju. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, terbukanya skandal keuangan berskala besar seperti skandal Enron, Tyco, Worldcom, Merck, Global Crossing mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat

(Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006) yang melibatkan akuntan, salah satu elemen penting dari good corporate governance. Sesungguhnya Islam telah merumuskan suatu sistem yang memiliki akar dalam syari'ah yang menjadi sumber pandangan dunia sekaligus tujuan-tujuan strategisnya. Tujuan-tujuan Islam (maqashid asy-syariah) bukan semata-mata bersifat materi, tetapi tujuan itu didasarkan pada konsep mengenai kesejahteraan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayat thayyibah) yang memberikan nilai yang sangat penting bagi persuadaraaan dan keadilan serta menuntut suatu keadaan yang seimbang. Al Ghazali dalam Al Mustashfa dalam (Chapra, 2000) menunjukkan tujuan utama syari'ah adalah meningkatkan kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan iman, hidup, akal, keturunan dan harta. Apa s aj a yan g m em an t ap kan p er li n d un gan keli ma h a l i n i m er up ak an kemaslahatan umum dan dikehendaki semua orang. Oleh manajemen professional dituntut yang untuk tidak bisa hanya mengelola meng-untungkan karena sendiri itu atau perusahaan secara

sebagian pihak saja, tetapi juga menguntungkan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders). Konsep tata kelola usaha sangat didominasi oleh masalah pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan di dalam perusahaan yang selanjutnya dimodelkan sebagai Agency Theory (Keasey at.al, 1997). Terpisahnya memunculkan antara kepemilikan risk dan kontrol karena dalam perusahaan yang masalah sharing, pihak-pihak

bekerjasama mempunyai tujuan dan pembagian kerja yang berbeda (Jensen and Meckling, 1976). Secara khusus, teori keagenan diarahkan pada hubungan nexus of contract antara manajer, pemegang saham, dan kreditur. Sistem

kontrak mempunyai kecenderungan menimbulkan moral hazard, yang berarti pihak agen yang diberi wewenang untuk mengelola perusahaan bertindak untuk memenuhi kepentingan saja, sementara pihak lain (principal) dirugikan. Allah berfirman dalam surat Shaad (QS.38:24) sebagai berikut:


Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

Ayat

tersebut

di

atas untuk

memberikan berbuat

petunjuk

bahwa

ada

kecenderungan

orang

dhalim

manakala

mereka

melakukan kerjasama (berserikat). Hanya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh sajalah yang mampu untuk tidak berbuat dhalim. Oleh karena itu diperlukan tata kelola usahan Islami untuk menghindari terjadinya kedhaliman dalam bekerjasama. Tata kelola usaha sangat dianjurkan dalam Islam. Islam mengajarkan bahwa

manusia adalah sebagai khalifah Allah (khalifatu'llah fil ardhy) yaitu pemimpin di muka bumi. Manusia diberi kepercayaan oleh Allah sebagai pengelola dunia yang dihuninya. Berdasar konsep kekhalifahan, maka manusia dituntut memiliki kemampuan dalam menggali dan mengelola dunia, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Firman Allah dalam Surat Al Baqarah (QS. 2: 30) menegaskan fungsi manusia sebagai berikut:


30/]

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Sebagai khalifah Allah manusia memiliki tugas menggali potensi kepemimpinannya untuk memberikan pelayanan dan juga pengabdian yang diniatkan semata-mata (QS. 11:64) karena yaitu amanah dengan cara Allah serta memakmurkannya memainkan

peranannya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), sedangkan sebagai abdillah memberikan petunjuk bahwa segala apa yang dilakukannya akan dimintai pertanggungjawabannya (QS. 75:36). Terkait dengan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi maupun sebagai Abdullah, maka manusia sebagai sumber daya, sebagai

pengendali suatu usaha harus mampu meningkatkan kinerja perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan seperti profitabilitas, pertumbuhan, kualitas, ketepatan waktu pengiriman, kepuasan konsumen, dan produk yang halal. Oleh karena itu adanya aturan atau mekanisme dalam pengelolaan usaha mutlak diperlu-kan. Penelitian tentang tata kelola perusahaan sudah banyak dilakukan di Amerika dan di perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam OECD. Misalnya Black (2001) meneliti tentang pengaruh praktik tata kelola perusahaan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh praktik tata kelola perusahaan terhadap nilai perusahaan lebih kuat di negara yang sedang berkembang dibanding di negara maju. Perbedaan tersebut dikarenakan bervariasinya praktik tata kelola perusahaan di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Selanjutnya Durnev and Kim (2002) membuktikan bahwa praktik tata kelola perusahaan lebih bervariasi di negara yang memiliki lingkungan hukum yang lemah. Corporate governance menjadi sesuatu yang lebih penting dalam kondisi krisis keuangan karena dua alasan (Mitton, 2002). Pertama, ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas menjadi lebih parah pada periode krisis. Johnson (2000) berpendapat bahwa krisis dapat mendorong para manajer untuk lebih melakukan ekspropriasi pada saat return atas investasi yang diharapkan semakin menurun. Alasan kedua, krisis dapat mendorong para investor untuk lebih memperhatikan pentingnya keberadaan corporate governance. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi keterkaitan corporate governance yang diterapkan dalam suatu perusahaan dengan kinerja perusahaan yang bersangkutan. Menurut Berghe dan Ridder (1999), menghubungkan kinerja perusahaan dengan good governance tidak mudah dilakukan. Demikian juga dengan Young (2003) yang

menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan corporate governance dengan kinerja perusahaan. Ngui et al (2007) menemukan bukti bahwa keberadaan komisaris independen dan komite audit dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja tersebut diharapkan akan direspon oleh pasar dengan meningkatnya harga saham. Hal yang sama juga dibuktikan oleh Wedari (2004) yang menunjukkan bahwa komisaris independen dan komite audit sebagai proksi corporate governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian tersebut, kinerja perusahaan diproksikan dengan dua hal yaitu kinerja keuangan dengan Return on Equity (ROE) dan kinerja pasar yang dinilai dari Tobins q. selain dengan ROE, kinerja keuangan perusahaan juga dapat kita lihat dari Return on Asset (ROA) dan juga Earning per Share (EPS). Hastuti (2005) meneliti hubungan antara good corporate governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja keuangan perusahaan yang listing di BEJ pada tahun 2001 dan 2002. Ia menemukan bahwa 1) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan (kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan menyebar) dengan kinerja perusahaan (tobins Q) , 2) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen laba (discretionary accrual) dengan kinerja perusahaan, 3) terdapat hubungan yang signifikan antara disclosure dengan kinerja perusahaan. Disclosure merupakan salah satu aspek dari corporate governance yaitu transparansi. Penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial juga

dikaitkan dengan corporate governance yang dilakukan oleh Novita dan Djakman (2008) dan juga dilakukan oleh Farook dan Lanis (2005). Farook dan Lanis (2005) menemukan bahwa islamic governance

(sebagai

proksi

corporate

governance

di

bank

Islam)

terbukti

berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Etty Murwaningsari (2009) yang meneliti Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 126 perusahaan. Melalui pendekatan analisa jalur (path analysis) menunjukkan Good Corporate Governance yaitu kepemilikan managerial dan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan kepemilikan Good Corporate dan Governance institusional, yang diamati melalui pengaruh managerial mempunyai

terhadap pengungkapan tanggung jawab social perusahaan (CSR). Mutamimah (2009) yang menguji efektifitas kebijakan dividen dan investasi sebagai mekanisme corporate governance untuk mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas, baik pada struktur governance kepemilikan ini diukur disebut domestik dengan juga maupun kinerja asing, dan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan karyawan. Efektifitas mekanisme corporate keuangan kesejahteraan karyawan, stakeholding paradigma.

Penelitian ini penting, karena tujuan perusahaan secara umum adalah meningkatkan kemakmuran seluruh stakeholders, yang dalam penelitian ini diwujudkan dalam peningkatkan melalui kinerja perusahaan serta kesejahteraan governance. Beberapa penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan tata kelola akan lebih baik kinerjanya, dan penerapan tata kelola sangat tergantung dari perilaku penegak maupun pengguna hukum antara lain manajemen. Selanjutnya dalam perkembangannya tata kelola perusahaan memiliki paradigma stakeholder yaitu karyawan, penerapan mekanisme corporate

merupakan mekanisme control yang tidak hanya antara pemegang saham dengan manajemen, namun juga antara manajemen dengan stakeholder lain, seperti: karyawan, pelanggan dan pemerintah serta masyarakat. Paradigma ini mendefinisikan perusahaan sebagai tempat atau wilayah untuk berinteraksi antar berbagai pihak secara luas dan jangka panjang yang menunjukkan bahwa interaksi ini tidak hanya melibatkan pemilik dan pengelola , tetapi juga pekerja, supplier, konsumen, masyarakat lokal, pemerintah dan lain-lain, sehingga tata kelola juga dapat dilakukan untuk perusahaan-perusahan menengah dan kecil. Penelitian ini mereplikasi penelitian Ghoniyah (2010) dengan beberapa perbedaan, yaitu: (1) dalam penelitian Ghoniyah (2010) kinerja perusahaan diukur dengan kinerja keuangan, sedangkan dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur dengan kinerja keuangan dan kinerja social; (2) obyek penelitian Ghoniyah (2010) adalah perusahaan pakaian jadi di Jawa Tengah, sedangkan pada penelitian ini obyek penelitian adalah perusahaan batik; (3) subyek penelitian Ghoniyah tidak membedakan pengusaha pakaian jadi di Jawa Tengah muslim atau non muslim, sedangkan dalam penelitian ini subyek penelitian adalah pengusaha muslim/muslimah dan karyawan muslimah. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul Pengaruh tata kelola usaha islami terhadap kinerja perusahaan dan kesejahteraan karyawan pada industri batik sewilayah Surakarta.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah tata kelola usaha berpengaruh terhadap kinerja perusahaan batik

sewilayah Surakarta?
2. Apakah kinerja perusahaan berpengaruh terhadap kesejahteraan karyawati pada

perusahaan batik sewilayah Surakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai penerapan prinsip-prinsip Corporate Governance yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan kesejahteraan karyawan pada industri batik sewilayah Surakarta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan : a. Untuk mengetahui pengaruh tata kelola usaha islami terhadap kinerja perusahaan batik sewilayah Surakarta. b. Untuk mengetahui pengaruh tata kelola usaha islami terhadap kesejahteraan karyawati pada perusahaan batik sewilayah Surakarta D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain: 1. Manfaat bagi perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh penerapan Islamic corporate governance terhadap peningkatan kinerja perusahaan . Dengan adanya berbagai

pemeringkatan perusahaan berdasarkan corporate governance yang diterapkan, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan keyakinan akan kegunaan hasil pemeringkatan tersebut untuk dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan. 2. Manfaat bagi dunia akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitianpenelitian sebelumnya mengenai praktik Islamic corporate governance berkaitan dengan kinerja perusahaan dan kesejahteraan karyawan. 3. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai pengaruh pelaksanaan Islamic corporate governance di Indonesia, khususnya pengaruh terhadap kinerja perusahaan dan tingkat kesejahteraan karyawan. E. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang melihat dan menggambarkan lingkungan dan keadaan yang nyata yang tampak dalam unit usaha dengan cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalitis data sehingga diperoleh gambaran yang jelas atas objek yang diteliti agar dapat diambil suatu kesimpulan maupun dijadikan saran di masa yang akan datang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Peneliti menetapkan kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah industri-indusrtri batik yang sudah berdiri minimal 5 tahun.

Teknik pengumpulan data serta informasi yang dilakukan penulis dengan cara sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan a. Penelitian kepustakaan diperoleh dengan mengumpulkan data

dan informasi dari literatur-literatur yang ada untuk ditelaah serta catatan yang diperoleh di bangku kuliah maupun media masa lainnya. b. Penulis membaca dan mempelajari buku buku untuk

mendapatkan data sekunder sebagai dipertanggung jawabkan dalam bahasan 2. Penelitian Lapangan Penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan untuk memperoleh data primer. Data tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut : a. Observasi, suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati

secara langsung objek yang diteliti b. Wawancara, suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya

jawab dengan pihak atau pejabat yang berwenang atau bagian lain yang berhubungan langsung atau relevan dengan objek yang diteliti. c. Kuesioner, suatu daftar pertanyaan yang diajukan kepada pihak

pihak yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Jenis Dan Sumber data Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebar pada industri batik sewilayah Surakarta. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan

batik

yang ada di

wilayah Surakarta. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan batik yang sudah menerapkan corporate governance minimal 5 tahun terakhir . Peneliti akan menguji pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan batik dan tingkat kesejahteraan karyawan. F. TINJAUAN LITERATUR 1.1 Pengertian Corporate Governance (CG) Corporate Governance (CG) merupakan suatu konsep tentang tata kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. CG merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham, kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya. Sistem CG yang baik memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka bisa menyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan berkesinambungan. Penerapan CG dalam suatu perusahaan membawa banyak manfaat, salah satunya menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (www.fcgi.or.id), dengan melaksanakan CG, ada beberapa manfaat yang bisa didapat antara lain (1) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan

kepada stakeholders; (2) mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya meningkatkan corporate value; (3) mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia; (4) pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. 1. Prinsip-prinsip Corporate Governance Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG), yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Secara umum, penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut : 1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun Asing.
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.

3.

Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan

kinerja ekonomi perusahaan.


4.

Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders

terhadap perusahaan 5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum. Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masingmasing dalam suatu perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. Prinsip-prinsip utama dari good corporate governance yang

menjadi indikator, sebagaimana ditawarkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah : Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance tersebut adalah (Thomas S. Kaihatu, 2006; Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, 2007): 1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip keterbukaan merupakan prinsip penting untuk mencegah terjadinya penipuan (fraud). Prinsip ini mengakui bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar, akurat dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, kinerja perusahaan, hasil keuangan dan operasionalnya, dan informasi mengenai tujuan perusahaan. Segala bentuk informasi harus dibuka dan disebarkan kepada publik dengan adil, tepat waktu, dan efisien. 2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Prinsip ini terkait erat dengan pengukuran kinerja, pengawasan, dan pelaporan. 3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan.

4. Independency

(kemandirian),

yaitu

suatu

keadaan

dimana

perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Perlakuan yang adil dan berimbang diberikan kepada para pemegang saham ataupun stakeholders yang terkait. 2. Manfaat Penerapan Corporate Governance Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan berlaku. Selain itu, mekanisme corporate governance juga dapat membawa beberapa manfaat, antara lain: a. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang harus ditanggung pemegang saham karena penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. b. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak dari menurunnya tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan.

c. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan. Listyorini governance adalah: (2001) menyebutkan manfaat penerapan corporate

1. Meningkatkan efisiensi produktivitas Hal ini dikarenakan seluruh individu dalam perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbang memajukan perusahaan. Semua individu di kemampuannya untuk kepentingan perusahaan pada setiap level dan departemen akan berusaha segenap perusahaan dan bukan atas dasar mencari keuntungan secara pribadi atau kelompok. Dengan demikian tidak terjadi pemborosan yang diakibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang dipergunakan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan. 2. Meningkatkan kepercayaan publik Publik dalam hal ini dapat berupa mitra baik sebagai investor, pemasok, pelanggan, kreditor, pemerintah maupun konsumen akhir. Bagi investor dan kreditor penerapan good corporate governance adalah suatu hal yang dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelepasan dana investasi maupun kreditnya. Jadi kreditor dan investor akan merasa lebih aman karena

perusahaan

dijalankan

dengan

prinsip

yang mengutamakan

kepentingan semua pihak dan bukan hanya pihak tertentu saja. 3. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan 4. Dapat mengukur target kinerja perusahaan Dalam hal ini manajemen lebih terarah dalam mencapai sasaransasaran manajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaran pencapaian kinerja manajemen. 3. Implementasi Prinsip Corporate Governance Selain para pemegang saham atau investor, perlu diperhatikan juga kepentingan para kreditor karena hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan untuk biaya operasional perusahaan ataupun ekspansi usaha. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dalam suatu perusahaan merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit. Bahkan bagi perusahaan yang berdomisili di negaranegara berkembang, implementasi prinsip corporate governance secara konkret, dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia. Di dunia Internasional, penerapan good corporate governance sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian kredit. Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip good corporate governance,

mempunyai kemungkinan besar untuk memperoleh bantuan kredit bagi usahanya. Penerapan prinsip corporate governance ini adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. 1.2 ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE Al Ghazali dengan kitabnya Al Mustashfa dalam (Chapra, 2000) menunjukkan akal, tujuan utama syari'ah adalah yan g meningkatkan m em an t ap k an kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan iman, hidup, keturunan dan harta. Apa s aj a p er li n d un gan keli ma h a l i n i m er up ak an kemaslahatan umum dan dikehendaki semua orang. Oleh karena itu, manajemen dituntut untuk bisa mengelola perusahaan secara professional yang tidak hanya meng-untungkan sendiri atau sebagian pihak saja, tetapi juga menguntungkan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders). Allah berfirman dalam surat Shaad (QS.38:24) sebagai berikut:


Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa ada kecenderungan orang untuk berbuat dhalim manakala mereka melakukan kerjasama (berserikat). Hanya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh sajalah yang mampu untuk tidak berbuat dhalim. Oleh karena itu diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) untuk menghindari ter-jadinya kedhaliman dalam bekerjasama. Tata kelola perusahaan sangat dianjurkan da-lam Islam. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah (khalifa-tu'llah fil ardhy) yaitu pemimpin di muka bumi. Manusia diberi kepercayaan oleh Allah sebagai pengelola dunia yang dihuninya. Berdasar konsep kekhalifahan tersebut, maka manusia dituntut memiliki kemampuan untuk menggali dan mengelola dunia, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Firman Allah dalam Surat Al Baqarah (QS. 2: 30) menegaskan fungsi manusia sebagai berikut:


30/]

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Perusahaan yang menerapkan peraturan tentang tata kelola perusahaan mampu memberikan keunggulan kompetitif (Tayles et al., 2007) dan menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik (Saleh, 2008), walaupun peraturan yang dibuat masih memisahkan nilai-nilai hubungan antara manusia dengan manusia (hablumminannas) dan hubungan antara manusia dengan Allah SWT (hablumminallah). Prinsip yang diterapkan dalam tata kelola perusahaan konvensional hanyalah prinsip yang sifatnya material yang semata-mata hanya untuk memenuhi kewajiban kepada sesama partner bisnis, belum sebagai prinsip yang merupakan bagian dari ibadah dan kewajiban manusia kepada sesame manusia maupun terhadap Allah swt. Oleh karena itu diperlukan konsep Islamic Corporate Governance (Tata Keloloa Usaha Islami). Islamic Corporate Governance merupakan sistem manajemen yang menempatkan per-tanggungjawaban spiritual, dengan prinsip dasar transparan, bertanggungjawab, akun-tabilitas, moralitas, dan keandalan sebagai alat ukur yang sifatnya material, sedangkan yang paling penting dan

hakiki adalah sebagai ibadah bagi makhluq menuju jalan yang diridhai Allah swt (Abdul Ghani, 2005:139). Sebagai khalifatullah, manusia mempunyai tanggung jawab terhadap sesama manusia, sedangkan sebagai abdullah, manusia mempunyai kewajiban dan pertanggungjawaban kepada Allah. Konsepsi tata kelola perusahaan Islami mengadopsi sisten nilai Al Quran dan pengalaman pribadi Rasulullah sebagai uswatun hasanah. Seperti telah difirmankan oleh Allah swt dalam surat Al Ahzab (QS. 33:21) sebagai berikut:


21/]
Sesungguhnya

Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia sebagai khalifatullah dan Abdullah mampu meneladani sifat-sifat Rasulullah yaitu melalui pengamalan sifat-sifat beliau yang agung, sehingga manusia akan mendapatkan rahmat dari Allah swt. Sifat-sifat Rasulullah saw tersebut menjadi prinsip-prinsip dalam tata kelola perusahaan Islami (Islamic Corporate Governance) yang meliputi shiddiq, amanah, tabligh, fathonah, istiqamah, dan qanaah (Abdul Ghani, 2005). a. Shiddiq Shiddiq dalam konteks tata kelola perusahaan Islami berarti kerangka pengelolaan perusahaan harus mencerminkan kebenaran,kejujuran, ketaqwaan yang berorientasi pada nilai, berani tegar, sabar, bijaksana dan ikhlas. Sebagai pemimpin senantiasa berperilaku benar, jujur, taqwa, berorientasi nilai, berani, tegar, sabar, bijaksana dan ikhlas sepanjang

kepemimpinannya. b. Amanah. Amanah artinya dapat dipercaya, bertanggungjawab atau kredibel. Amanah merupakan kesetiaan pada komitmen dalam melaksana-kan hak dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Amanah juga ber- makna dapat dipercaya, profesional, disiplin, bertanggung jawab, mandiri , terampil, tangguh, tekun, ulet, pantang mnyerah dan percaya diri (Alwan, 2010). c. Tabligh Tabligh artinya komunikatif dan argumentatif. Alwan (2010) memaknai Tabligh sebagai ramah, sopan, santun, komunikatif, transparan, bersemangat, dan motivasi tinggi. Orang yang memiliki sifat tabligh, akan menyampaikannya dengan benar (berbobot) dan dengan tutur kata yang sopan dan santun (bi al-hikmah). d. Fathonah Fathonah dapat dairtikan sebagai intelektual, kecerdikan dan kebijaksanaan. Alwan (2010) memaknai fathonah sebagai cerdas, cerdik, inovatif, kreatif dan strategis. Implikasi sifat ini dalam bisnis ditunjukkan dengan melaksanakan semua aktivitas manajemen secara cerdas dengan mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan. Sifat fathonah (perpaduan antara alim dan hafids) telah mengantarkan Nabi Yusuf as, dan tim ekonominya dapat membangun kembali negeri Mesir.
e.

Istiqamah Istiqamah adalah kuat pendirian (konsisten). Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak mulia memiliki sikap konsisten (dari bahasa Latin consistere; harmony of conduct or practice with profession; ability to be asserted together without contradiction), yaitu kemampuan untuk b e r s i k a p s e c a r a t a t a s a s , p a n t a n g

menyerah,

dan

mampu

mempertahankan

prinsip

serta

komitmennya walaupun harus berhadap-an dengan risiko yang membahayakan dirinya (Tasmara, 2002). f. Qana'ah Qana'ah merupakan kesederhanaan, efisiensi dan efektif dalam melakukan pekerjaan. Manusia pada dasamya memiliki sifat tamak, tidak ada batas kecukupan, kecuali bagi mereka yang memiliki kendali ruhani. Seorang yang memiliki sifat qanaah mampu mengelola keingin-annya, sehingga tidak menjadi tamak dan memiliki komitmen kepada Yang Maha Kuasa dan senantiasa waspada terhadap arus kehidupan (Abdul Gahni, 2005).

1.6

Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). Menurut Febryani dan Zulfadin (2003) dalam Cornelius (2007) kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya (Payatma, 2001). Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dalam Indriastiti (2009) dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian. 3. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka. 2.6.1 Kinerja keuangan Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan sepanjang waktu. Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal bagi perusahaan. Berikut ini adalah beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Ang, 1997) dalam Cornelius (2007) adalah:
1.

Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.

2.

Rasio Aktivitas

Rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.

3.

Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri. Menurut Ang (1997), rasio profitabilitas dibagi menjadi enam antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Operating Return On Assets (OPROA), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Ratio (OR).

4.

Rasio Solvabilitas (Leverage) Finansial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.

5.

Rasio Pasar Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Ventrakarman et. al,. (1986) berpendapat bahwa pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran yang beragam sampai saat ini masih muncul perdebatan tentang pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja organisasi (Ventrakarman et.al,.1998) sehingga Swamidas et. al,. (1987) menyimpulkan bahwa

ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi peneliti. 6. Tobins Q Tobins Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam data keuangan perusahaan. Nama Tobins Q berasal dari James Tobin dari Yale University setelah dia memperoleh hadiah nobel. Morck et al., (1988) dan McConnell et al., (1990) . Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang paling baik adalah Tobins Q. Menurut Sukamulja (2004) rasio Tobins Q dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, seperti misalnya terjadinya perbedaan cross sectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi (Claessesns dan Fan, 2003); hubungan antara kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan (Onwioduokit, 2002); hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dengan akuisisi (Gompers, 2003) dalam Sukamulja (2004) dan kebijakan pendanaan, dividen, dan kompensasi (Imala, 2002).
7.

ROE (Return On Equity) ROE (Return On Equity) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total equity. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

2.6.2 Kinerja sosial perusahaan Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) dapat didefinisikan dengan beberapa cara. Tidak ada definisi yang dapat diterima secara universal. Mc Williams dalam Itkonen (2003) menjelaskan CSR sebagai tindakan-tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial , diluar kepentingan perusahaan dan yang diminta oleh hukum. Satu poin penting yang harus diperhatikan, CSR sebenarnya lebih dari hanya sekedar mengikuti aturan-aturan hukum. Menurut Frooman dalam Itkonen (2003) , CSR adalah suatu tindakan perusahaan , yang ditetapkan untuk diambil, yang substantial mempengaruhi kesejahteraan sosial pemegang saham dan dapat dilihat. Perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial harus lebih maju dan mengadopsi kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik bisnis yang sesuai dengan syarat minimum perundang-undangan serta memberikan kontribusi terhadap kemakmuran stakeholder. Business for social responsibility dalam Tsoutsoura (2004) tanggung jawab sosial adalah pencapaian kesuksesan perusahaan dengan jalan memperhatikan nilai etika dan menghormati orangorang, masyarakat, serta lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah seperangkat kebijakan, tindakan dan program yang terpadu yang diintegrasikan dalam operasi bisnis, persediaan, dan proses pengambilan keputusan yang biasanya meliputi permasalahan yang berhubungan dengan etika bisnis, investasi, masyarakat, perhatian lingkungan, governance, hak asasi, dan lingkungan kerja (tsoutsoura, 2004).

Mengukur tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah suatu hal yang mudah. Tanggung jawab sosial kurang begitu kongkrit sehingga sangat sulit dilakukan penilaian kualitatif padanya. Sejauh ini, sedikit sekali transparansi yang dicapai dalam pengukuran tanggung jawab sosial (waddock &graves, dalam Itkonen 2003). Kesulitan terkait dengan pengukuran ini dapat dianggap sebagai salah satu alas an utama untuk temuan gabungan dalam hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dn kinerja keuangan perusahaan (waddock& graves, dalam Itkonen 2003). Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Beberapa pendekatan yang digunakan diantaranya : delapan atribut reputasi ( disebut dengan Fortune) , lima atribut yang focus pada pemegang saham kunci dan tiga variabel yang menjadi alasan perusahaan mengalami tekanan ( pengukuran KLD/ Kinder, Lydenberg, Domini &Co) pengukuran kuantitatif aspek lingkungan (pengukuran corporate philanthropy), rata-rata return dan enam pengukuran sosial atas customer, karyawan, masyarakat, lingkungan, minoritas dan stakeholder non amerika (pengukuran best corporate citizen) 2.7 Kesejahteraan Karyawan Menurut Malayu S.P. Hasibuan kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi yang diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaan. Tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar produktifitasnya meningkat.

Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut kepada karyawan. Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang bantuan untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah sakit, dan pensiun. Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan oleh Hasibuan (2001:182) adalah: Pemberian kesejahteraan akan menciptakan ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan sehingga labour turnover relative rendah. Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup, maka mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin. Menurut I.G. Wursanto (1985:165) menyatakan bahwa : Kesejahteraan sosial atau jaminan sosial bentuk pemberian penghasil baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk non materi, yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan untuk selama masa pengabdiannya ataupun setelah berhenti karena pensiun, lanjut usia dalam usaha memenuhi kebutuhan materi maupun non materi kepada karyawan dengan tujuan untuk memberikan semangat atau dorongan kerja kepada karyawan. Menurut Andre. F. Sikulu menyatakan bahwa : Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa yang diterima oleh pekerja dalam bentuk selain upah atau gaji langsung.

1. Cara mengklasifikasi kesejahteraan karyawan

Program kesejahteraan karyawan telah menjadi bagian integral dari kebanyakan paket kompensasi. Program asuransi jiwa dan kesehatan dan cuti yang dibayar adalah sedikit dari banyak tipe kesejahteraan karyawan yang biasa ditemui dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Ini dapat terlihat dari atau dalam Undang-undang ketenagakerjaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta ketentuan tentang upah minimum regional yang setiap kali sesuai dengan kondisi. Dengan memberikan sederetan kesejahteraan untuk karyawan akan membantu organisasi untuk menarik karyawan yang berkualitas tinggi, disamping sebagai usaha untuk mempertinggi moral, dan kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian terjaminnya kesejahteraan karyawan itu sangat menguntungkan bagi karyawan itu sendiri maupun perusahaan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan kesejahteraan karyawan yaitu: a. Pelayanan karyawan b. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja c. Keamanan pegawai atau karyawan 2. Usaha - usaha untuk memenuhi kebutuhan karyawan atau program kesejahteraan ekonomi karyawan atau pegawai merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan atau pegawai adalah sebagai berikut :

a. Pemberian gaji atau upah yang adil. Dalam pemberian gaji ini disesuaikan dengan tugas yang telah dikerjakan dengan hasil yang memuaskan dengan waktu tertentu.Sedangkan untuk tercapainya keadilan tersebut, maka ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan tingkat upah seorang pegawai atau karyawan adalah pendidikan, pengalaman, tanggungan keluarga, kemampuan perusahaan, daan kondisi pekerja.

b. Asuransi Dalam lingkungan kerja dimanapun pasti menginginkan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja. Karena bagaimanapun juga manusia menginginkan ketiga hal itu dan sanggup mengorbankan apa saja asal dapat sehat, aman dan selamat. Sedangkan program asuransi ini bisa berbentuk Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan dan Asuransi Kecelakaan. Disini perusahaan Perusahaan bisa melakukan kerja sama dengan Asuransi untuk menanggung asuransi

karyawannya. Lingkungan kerja yang aman dan sehat sangat diperlukan oleh semua orang karena ditempat kerja yang demikian seseorang dapat bekerja dengan tenang sehingga dapat memperoleh seperti yang diharapkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut. c. Melalui promosi atau kenaikan jenjang Pihak perusahaan atau suatu organisasi biasanya menyenangi dasar promosi adalah kecakapan kerja,

karena kecakapan kerja atau kinerja yang baik adalah merupakan dasar kemajuan. Sedangkan pihak karyawan menghendaki unsur seniorisasi lebih ditekankan dalam promosi, karena dengan makin lama masa kerja, maka makin berpengalaman seseorang, sehingga kecakapan kerja mereka makin baik. Tetapi pada umumnya didalam menentukan dasar untuk promosi sering digunakan keduanya yaitu dasar kecakapan kerja dan senioritas jadi apabila ada karyawan atau pegawai yang mempunyai kecakapan yang sama, maka karyawan atau pegawai yang lebih seniorlah yang akan dipromosikan. Sebagai salah satu pengembangan, promosi sangat diharapkan oleh setiap karyawan atau pegawai dimanapun berada. Oleh karena itu dia akan mendapatkan hak-hak yang lebih baik daripada yang diperoleh sebelum promosi baik material maupun non material. Hak-hak yang bersifat material misalnya kenaikan pendapatan, perbaikan fasilitas sedangkan hak yang bersifat non material misalnya status sosial, dan rasa bangga. d. Program Rekreasi Dengan adanya kesempatan rekreasi itu diharapkan para pegawai atau karyawan selalu bergairah atau mempunyai semangat dalam bekerja. Salah satu program rekreasi adalah mengadakan tour ke tempat tempat wisata bersama keluarga.

e. PemberianFasilitas Yang dimaksud dengan fasilitas adalah segala sesuatu yang digunakan, dipakai, ditempati dan dinikmati oleh pegawai baik dalam hubungan langsung dengan pekerjaan seperti termasuk didalamnya semua alat kerja di perusahaan dan secara tidak langsung untuk kelancaran pekerjaan seperti gedung, alat komunikasi, ruangan kerja yang memadai dan lain sebagainya. G. KERANGKA MODEL PENELITIAN Model variabel Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan Variabel Independen: Tata Kelola Usaha Islami Variabel Dependen: Kesejahteraan Karyawan H. HIPOTESIS 1. 2. Terdapat pengaruh antara tata kelola usaha islami terhadap kinerja perusahaan. Terdapat pengaruh antara tata kelola usaha islami terhadap kesejahteraan karyawan I. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja Sosial Kinerja keuangan

Pengaruh Corporate Governance (CG) Terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Berghe dan Ridder (1999) dalam Deni Darmawati, dkk. (2004), menghubungkan kinerja perusahaan dengan good governance tidak mudah dilakukan. Berghe dan Ridder (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai poor performance disebabkan oleh poor governance. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gompers, dkk. (2003) yang menemukan hubungan positif antara indeks CG dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan CG dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian Daily, dkk. (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche (1996) sebagaimana yang dikutip oleh Kakabadse, dkk. (2001) dalam Deni Darmawati, dkk. (2004). Demikian juga dengan Young (2003) yang menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan CG dengan kinerja perusahaan. Walaupun penelitianpenelitian tentang hubungan CG dengan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda, namun semuanya menyatakan bahwa CG mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Dalton, dkk. (1999) menemukan adanya hubungan sistematik antara ukuran dewan direksi dan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan antara ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan lebih kuat untuk perusahaan-perusahaan kecil. Namun demikian, penelitian tersebut tidak berhasil menemukan bahwa komposisi dewan direksi sebagai variabel pemoderasi hubungan antara ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan. Dalton, dkk. (1999) juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil antara dua jenis ukuran kinerja, yaitu ukuran kinerja yang berbasis akuntansi dan ukuran kinerja yang berbasis pasar.

Hasil penelitian Johnson, dkk. (2000) menunjukkan bahwa variabelvariabel CG lebih bisa menjelaskan variasi dari perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal, dibandingkan dengan variabel-variabel ekonomi makro. Mitton (2000) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berkaitan dengan CG mempunyai dampak yang kuat terhadap kinerja perusahaan selama periode krisis di Asia Timur (tahun 19971998). Penelitian tersebut menemukan bahwa perusahaan dengan kualitas pengungkapan yang lebih baik, kepemilikan pihak eksternal yang lebih terkonsentrasi, dan perusahaan yang lebih terfokus (dibandingkan dengan yang terdiversifikasi) memiliki kinerja pasar yang lebih baik. Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara CG dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA) dan Tobins Q. Black, dkk. (2003) memberikan bukti bahwa CG merupakan faktor penting dalam menjelaskan nilai perusahaan-perusahaan publik di Korea. Sunarto (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa apabila GCG tercapai, maka kinerja saham perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Deni Darmawati, dkk. (2004) membuktikan bahwa CG mempengaruhi kinerja operasi perusahaan, namun tidak mempengaruhi kinerja pasar secara statistik, hal ini mungkin dikarenakan respon pasar terhadap implementasi CG tidak bisa secara langsung (immediate), akan tetapi membutuhkan waktu. Titik Aryati dan Nindhita Gita Mediyanti (2005) berhasil menemukan perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dihitung dengan return on equity (ROE) dan earnings per share (EPS) antara perusahaan yang sudah mematuhi peraturan mengenai GCG dengan perusahaan yang belum mematuhinya; namun penelitian ini tidak berhasil menemukan perbedaan

kinerja keuangan dengan return on asset (ROA) antara perusahaan yang sudah mematuhi peraturan mengenai GCG dengan perusahaan yang belum mematuhinya. Hamonangan Siallagan (2006) menyatakan bahwa mekanisme CG yang terdiri dari kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit secara statistik berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hamonangan Siallagan (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa mekanisme CG yang terdiri dari kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit mempengaruhi kualitas laba. Beberapa penelitian yang mengindikasikan belum berhasilnya

penerapan CG di Indonesia antara lain hasil penelitian H. Sri Sulistyanto dan Linggar Y. Nugraheni (2002) yang menguji apakah penerapan prinsip CG dapat menekan manipulasi laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan manipulasi sebelum dan sesudah adanya kewajiban untuk menerapkan prinsip CG tersebut. Penelitian Sekar Mayangsari dan Murtanto (2002) yang menguji apakah pengumuman pembentukan komite audit sebagai komponen penting dalam CG di Indonesia direspon oleh pasar. Hasilnya membuktikan adanya reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman tersebut mempunyai kandungan informasi yang menarik minat investor di pasar. H. Sri Sulistyanto (2003) menguji apakah pengumuman pemberian Annual Report Award (ARA) kepada perusahaan yang dinilai telah menerapkan prinsip CG dengan baik juga menarik minat pasar, di mana minat pasar ini merefleksikan kepercayaan masyarakat bahwa konsep CG akan meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham

tanpa

mengabaikan

kepentingan

stakeholders.

Hasil

pengujiannya

membuktikan bahwa lima hari setelah pengumuman pemberian Annual Report Award (ARA) secara signifikan pasar merespon publikasi tersebut. Hal ini merefleksikan kepercayaan masyarakat terhadap konsep CG yang melandasi penghargaan tersebut. Teguh S. Pambudi (2008) menyatakan bahwa adalah keliru bahwa menerapkan GCG akan langsung mengantarkan perusahaan pada kinerja yang bagus. GCG yang tertuang dalam proses, sistem dan struktur yang berjalan tertib, pada hakikatnya memang fondasi operasional perusahaan yang prudent dengan pengelolaan kebijakan yang penuh kehati-hatian. Hal itu ibaratnya hanya separuh tiket. Untuk menjadi perusahaan yang unggul, penerapan GCG saja belumlah memadai, butuh separuh tiket lain untuk menjadi perusahaan yang hebat. Di atas fondasi bernama CG, perusahaan tetaplah memerlukan inovasi dan kreativitas untuk menaklukkan pasar. Dewan komisaris dan direksi wajib hukumnya menerapkan lima prinsip CG, akan tetapi, untuk tumbuh sehat dan kuat, untuk terciptanya operational excellence, daya kreativitas dan inovasi, harus terus dipupuk bila ingin tumbuh berkelanjutan. Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Kesejahteraan Karyawan Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (Companies performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan Schiemann, 1996;Brandon & Drtina, 1997). Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi diluar non keuangan. Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti: 1. meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, 2. meningkatnya produk dan jasa, 3. meningkatnya produktivitas dan komitment personel. Pengertian kesejahteraan karyawan Setiap orang yang hidup selalu menginginkan kesejahteraan hidup sebab dengan sejahtera hidupnya akan menjadi tenang dan tentram. Menurut WJS Poerwodarminto (1984;492), Kesejahteraan adalah suatu produktivitas dan cost effectiveness proses

bisnis/intern yang

digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan

kondisi aman sentosa dan makmur terhindar dari berbagai ancaman dan kesulitan yang dirasakan seseorang yang telah melakukan suatu pekerjaan di suatu tempat atau perusahaan Program kesejahteraan karyawan telah menjadi bagian integral dari kebanyakan paket kompensasi. Program asuransi jiwa dan kesehatan dan cuti yang dibayar adalah sedikit dari banyak tipe kesejahteraan karyawan yang biasa ditemui dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Ini dapat terlihat dari atau dalam Undang-undang ketenagakerjaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta ketentuan tentang upah minimum regional yang setiap kali sesuai dengan kondisi. Menurut Moekijat (1989;167), ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan kesejahteraan karyawan yaitu: 1. Pelayanan karyawan 2. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja 3. Keamanan pegawai atau karyawan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mustaq. 2003. Etika Bisnis dalam Islam. Penerbit Pustaka Al Kautsar, Jakarta. Abdul Ghani, Muhammad, 2005, The Spirituality in Business, Penerbit: Pena Pundi Aksara, Jakarta. Alwan, Khairul. 2010. Materi Kuliah Manajemen Umum Islami. Program Doktor Ilmu Ekonomi Islam Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Antonio, Muhammad Syafii. 2007. Muhammad SAW: The Super Leader, Super Manager. Penerbit Tazkia Publishing & ProLM Center, Jakarta. Black, B. 2001. The Corporate Governance Behavior and Market Value of Russian Firm. Working Paper No. 212, Forthcoming as Does Corporate Governance Matter? Crude test using russian Data. Working Paper No. 229, University of Pensilvannia Law Review, 149: 2131-2150. Chapra, M. Umer, 2000, The Future of Economics, Leicerter: The Islamic Foundation. Darmawati, Khomsyiah, dan Rika Gelar R. 2005. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Yogyakarta: Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik, Vo. 8, No. 1, januari, 2005. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit: Balai Pustaka.

Dinsi, Valentino dan Doddy Abe. 2008. Secrets: Delapan Rahasia Meraih Kebahagian Dunia dan Akhirat. Penerbit: LETS GO Indonesia, Jakarta. Durnev, A. dan E.H. Kim. 2002. To steal or not to steal: Firm atribute, legal environment, and valuation. Ghoniyah, Nunung. 20101. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Etika Kerja Islami terhadap Kinerja Keuangan dan Kesejahteraan Karyawan pada Perusahaan Pakaian Jadi di Jawa Tengan. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Harahap, Sofyan Safri. 2008. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah. Penerbit Pustaka Quantum, Jakarta. Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad. 2000. Tafsir AN NUUR, Vol 1. Penerbit PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang. Istiqomah. 2009. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Pasar Perusahaan peserta Corporate Governance Perception Index (CGPI). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Jensen and Meckling, 1976, Theory of the Firm, Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, Vol.3, pp.305360. Keasey K, Thompson, S, and Wright, M, 1997, The Corporate Governance Problem: Competing diagnoses and solution in Keasey K, Thompson, S, and Wright, M (Eds), Corporate Governance: Economics and Financial Issues, New York:Oxford University Press, pp. 1-17. Klepper, Leora F. and I. Love. 2002.Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Markets. World Bank Working Paper, http://ssrn.com. Michael, B. 2003. Corporate Social responsibility in International Development: an Overview and Critique. Corporate Social Responsibility and Environment Management, Vol 10. Pp 115 128. Mulawarman, Aji Dedi. 2009. Akuntansi Syariah: Teori, Konsep dan Laporan Keuangan. Penerbit E Publishing Company, Jakarta.

Nurhidayah Muhammad. 2011. Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia. 2008. Ekonomi Islam. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

You might also like