You are on page 1of 6

Salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dijalankan oleh kaum muslimin adalah mengeluarkan zakat.

Namun jika kita cermati dengan seksama, kewajiban melakukan ibadah zakat ini sangat berbeda dengan empat kewajiban rukun islam lainnya (Syahadat, Sholat, puasa dan melakukan ibadah haji). Jika keempat rukun Islam yang disebut tadi lebih banyak berdimensi hubungan pribadi antara seorang muslim dengan Allah SWT, maka kewajiban mengeluarkan zakat memiliki dimensi dua arah. Pertama, ibadah zakat merupakan bentuk ketaatan seorang muslim kepada Allah SWT (hablun minallah). Kedua, ibadah zakat berdimensi hubungan antar manusia yang sangat kuat (hablun minannas). Secara umum, zakat bisa dibedakan menjadi dua. Pertama adalah zakat fitrah yang dikeluarkan setiap bulan ramadhan. Untuk zakat jenis ini, dalam pembahasan terdahulu telah saya singgung dengan panjang lebar. Kedua, adalah zakat maal (harta). Pada tulisan ini, Zakat jenis ini yang akan saya bahas secara luas. Zakat maal (harta), sebenarnya telah diwajibkan sejak tahun 9 hijriah (624 M). Sebelum ibadah ini diwajibkan, kegiatan zakat hanya bersifat komitmen orang perorang secara sukarela tanpa ada aturan khusus atau batasan-batasan hukum. Setelah ditetapkan kewajiban berzakat sebagaimana termaktub dalam surat At-Taubah ayat 103, Rasulullah kemudian membuat seperangkat peraturan yang meliputi sistem pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenakan zakat, dan tingkat presentase zakat untuk setiap barang yang berbeda-beda. Hasil pengumpulan zakat itu kemudian dijadikan sebagai pendapatan negara Madinah dan disimpan dalam baitul maal (semacam bank central) untuk kemudian didistribusikan kepada yang berhak hingga tak tersisa. Meskipun zakat sebagai penghasilan utama negara, namun ia tidak bisa digunakan untuk pengeluaran umum negara. Dalam konteks Indonesia, potensi zakat sangat luar biasa. Berdasarkan riset Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Institut Pertanian Bogor (IPB), potensi zakat di Indonesia pada tahun 2011 mencapai Rp 217 triliun, yakni Rp 117 triliun dari rumah tangga dan Rp 100 triliun dari perusahaan milik muslim. Jumlah itu akan mencapai empat kali lipat atau Rp 868 triliun bila infak, sedekah, dan wakaf juga tergarap baik. Melihat angka tersebut, tentu potensi zakat bisa menjadi modal penggerak ekonomi umat. Karena, selain didistribusikan secara langsung kepada kaum muslimin, dana zakat juga bisa dikelola sebagai bahan investasi. Sebagai perbandingan, potensi dana zakat yang ada di Indonesia ini, hampir setara dengan rencana APBN-P 2011 untuk sektor subsidi. Secara umum, pemerintah mengajukan APBN-P untuk berbagai macam subsidi sebesar 237 triliun (14%). Sementar angka potensi zakat kita sebesar 217 triliun. Seandainya potensi zakat ini bisa dikelola dengan benar, bayangkan dampak ekonominya bagi permbangunan umat. Oleh karena itu, di bulan yang suci ini, sudah sepatutnya kita melakukan refleksi terhadap kemauan kita untuk berzakat dan menyalurkan zakat secara benar. Sudah bukan zamannya lagi kita menyalurkan zakat dengan tanpa perantara (amil). Sudah cukup banyak saudarasaudara kita yang jadi korban akibat pengeluaran zakat yang tidak terorganisasi secara rapi. Sebaiknya, kita mempercayakan zakat kita kepada badan yang kredibel dalam mengelola zakat. Lebih dari itu, mengeluarkan zakat melalui amil (lembaga zakat) akan menjauhkan kita dari sifat pamer (riya), apalagi kita diperintahkan untuk memberi dengan tangan kanan,

tanpa tangan kiri mengetahuinya. Ini merupakan prinsip agar kegiatan berbagi, termasuk dalam berzakat, kita betul-betul meniatkannya ikhlas karena Allah SWT. Dengan berzakat secara benar dan disalurkan secara baik, maka potensi untuk pemberdayaan ekonomi umat bisa digerakkan secara maksimal. Implikasinya tentu kita berharap bisa meningkatkan kesejahteraan masyaraka

ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A. Pengertian Zakat Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat merupakankata dasar (masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji, yangsemua arti ini digunakan didalam menerjemahkan Al-Quran dan hadits.Menurut terminologi syariat(istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah hartatertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratantertentu pula. 1 Kaitan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu bahwasetiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk kekayaan,tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya,zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya. 2 Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. 3 A. Qodri Azizy dalam bukunya menyimpulkan bahwa zakat hendaknya tidak sekedar konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat. Penggunaanzakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat. Artinya,ketika ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk mempunyaiusaha mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak, maka penggunaankonsumtif dapat dilakukan.

2 B. Urgensi dan Tujuan Zakat Zakat pada era emasnya merupakan instrumen fiskal negara yang berfungsi bukan hanya untuk mendistribusikan kesejahteraan umat secara lebih adil danmerata tetapi juga merupakan bagian integral akuntabilitas manusia kepada AllahSWT atas rezeki yang telah diberikan-Nya. Namun dalam era modern saat ini,yang dikarenakan sistem pajak telah menjadi instrumen fiskal bagi suatu negaramenyebabkan zakat hanya menjadi representasi tanggung jawab umat manusiaatas limpahan rezeki dari Allah SWT sekaligus tidak jarang hanya menjadi ritual budaya periodik umat Islam.Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapimempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. 5 Salahsatu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup di akheratadalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk menanggulangi masalah sosialtersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satusumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yangdikelola oleh Badan

Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatantertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat puladimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasankemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridhadan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berartimekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya Zakat dan Ekonomi Umat 11 Fakta sejarah membuktikan di zaman sahabat, ummayah dan Abbasiah,ekonomi umat, bila potensi zakat umat digali secara optimal. Di zaman Umar binAbdul Aziz dalam tempo 30 bulan tidak ditemukan lagi masyarakat miskin,karena semua muzakki mengeluarkan zakat dan distribusi zakat tidak sebataskonsumtif, tetapi juga produktif. Kenyataan itu harus kita wujudkan saat ini agar kemiskinan yang menjadi musuh kita dapat diatasi.Ali bin Abi Thalib pernah berkata, Seandainya kemiskinan berwujudseorang manusia, niscaya aku akan membunuhnya. Makna ucapan khalifahkeempat tersebut ialah bahwa ia mendeklarasikan secara tegas perang terhadapkemiskinan. Pada masa krisis ekonomi yang masih berlangsung masalah kemiskinan sedang menjadi isu penting, karena jumlah rakyat miskinmembengkak secara luar biasa, dari 22,5 juta menjadi hampir 100 juta jiwa.Islam menyediakan seperangkat ajaran yang komprehensif utnuk memecahkan masalah kemiskinan, diantaranya melalui lembaga zakat, infaq,sedekah (ZIS) tersebut. G . Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 12 Zakat sebagai instrumen ekonomi dalam Islam tampaknya belum dapatdikelola dengan baik dan profesional di negeri ini. Banyak faktor bisadikemukakan untuk mendukung statemen tersebut. Mulai dari tidak efektifnya UU No 38/ 1999, hingga kinerja Badan/Lembaga Amil Zakat yang tidak optimal.Potensi zakat di Indonesia sesungguhnya sangat besar. Kalau negeri yangmayoritas penduduknya beragama Islam, boleh jadi 210 juta dari 220 juta wargaitu muslim. Implikasinya kalau 39%-nya miskin, maka bagian terbesar wargamiskin adalah beragama Islam. Yang termasuk kategori sedang dan kaya 61%.Menurut penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta bekerja sama dengan The Ford Foundation, potensi zakat di Indonesiatahun 2006 adalah Rp 19,3 triliun; Rp 5,1 triliun dalam bentuk barang dan Rp14,2 triliun tunai. Penelitian yang melibatkan 1.500 responden di 11 provinsi,yang terdiri dari 50 BAZ dan 50 LAZ menemukan bahwa zakat fitrah menempati33 % dari total dana sosial/pertahun (Rp 6,2 triliun), dan sisanya zakat maal.Lebih lanjut penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 61% zakat fitrah,diberikan langsung kepada penerima, sisanya dititipkan melalui Badan/LembagaAmil Zakat. Untuk zakat mal, 93 % diberikan langsung kepada penerima, tanpamelibatkan Badan/Lembaga Amil Zakat yang sudah profesional.Dengan kata lain, penerima zakat fitrah dan mal 70% adalah masjid.Walhasil, Badan Amil Zakat (BAZ) hanya mampu menghimpun sebanyak 5% 9

zakat fittrah, dan 3% zakat mal. Sementara Lembaga Amil Zakat (LAZ) hanyamenghimpun 4% zakat mal.Alasan yang dikemukakan dari responden bermacam-macam, pertama,membagi sendiri lebih mudah dilakukan. Kedua, nilai zakat yang dibayarkanrelatif kecil. Ketiga, sulit mengakses layanan BAZ/LAZ, dan keempat, 10 %masyarakat tidak percaya kepada BAZ/LAZ.Penelitian Pirac mengasumsikan potensi zakat di Indonesia adalah Rp 20triliun/tahun. Angka tersebut belum terurus dengan baik, karena masih kecilnya penyaluran zakat melalui BAZ/LAZ, yang antara lain faktor kedekatan jarak.Karena 80% responden lebih senang menyalurkan dana zakat ke panitia setempat. H. Pengaruh Zakat Terhadap Perekonomian Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif.Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaandan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan,ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanyamasalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkanzakat bersifat produktif tersebut. 13 Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakatsebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supayafakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten.Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap,meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabungDana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakanLembaga Amil Zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modalkerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak danmandiri.Dengan berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal darizakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran bisadikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak padameningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa,meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.Zakat dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk modal bagi usaha kecil.Dengan demikian, zakat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam berbagai halkehidupan umat, di antaranya adalah pengaruh dalam bidang ekonomi. Pengaruhzakat yang lainnya adalah terjadinya pembagian pendapatan secara adil kepadamasyarakat Islam.Dengan kata lain, pengelolaan zakat secara profesional dan produktif dapatikut membantu perekonomian masyarakat lemah dan membantu pemerintahdalam meningkatkan perekonomian negara, yaitu terberdayanya ekonomi umatsesuai dengan misi-misi yang diembannya. Diantara misi-misi tersebut adalah: 14 1. Misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuranekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal.2. Misi pelaksanaan etika bisnis dan hukum;3.

Misi membangun kekuatan ekonomi untuk Islam, sehingga menjadisumber dana pendukung dakwah Islam

You might also like