You are on page 1of 10

Laporan Tugas

EL NINO DAN LA NINA

Dikerjakan oleh: Benedict Lukas Tahyar Alvin Jonathan Wijaya

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN

2. ISI

3. KESIMPULAN

4. KOMENTAR/PENDAPAT

PENDAHULUAN
Pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan 2 buah fenomena alam yaitu El Nino dan La Nina. El Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai anak lelaki. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti anak perempuan. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.

ISI

El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan

kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah)

Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya

Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900

sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti ElNino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina. untuk melihat kelanjutan cerita ini, bisa melihat tulisan lain yang berjudul El Nino dan La Nina serta dampaknya di Indonesia. El Nino dan La Nina serta dampaknya di Indonesia

Seperti yang sudah kita semua ketahui sebelumnya, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi yang

menyebabkan indonesia menjadi sangat unik lokasinya. Lokasi yang unik ini juga menyebabkan fluktuasi iklim, khususnya curah hujan yg juga unik. Misalnya, indonesia merupakan lokasi terjadinya konvergensi dua buah sirkulasi utama di dunia yaitu sirkulasi walker dan sirkulasi hadley. Karena terletak di antara dua benua, maka aktifitas hangat dan dingin di kedua benua akibat dari pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o LU ke 23.5o LS setiap tahun menyebabkan negeri kita ini juga di lewati oleh angin monsoon. Selain itu Indonesia juga di penuhi oleh gunung-gunung, hutan, dan ladang yang juga unik bentuknya. Semua itu mempengaruhi hujan di Indonesia. Apa hubungannya dengan El Nino dan La Nina? Akibat dari interaksi semuanya itu menyebabkan pengaruh El Nino dan La Nina semua tempat di Indonesia berbeda-beda. Contohnya saja di Bali. Pengaruh fluktuasi nilai indeks osilasi selatan yang menggambarkan kejadian El Nino/La Nina antara bagian selatan dan utaranya. Karena di tengah-tengah pulau Bali ada gunung yang membentang dari timur ke barat (As-syakur, 2007). Aldrian and Susanto (2003) juga menyimpulkan bahwa pengaruh El Nino/La Nina juga berbeda pada setiap daerah dengan pola hujan yang berbeda, dimana di daerah dengan pola hujan monson pengaruh fenomena iklim ini kuat, pada daerah berpola hujan equatorial pengaruhnya lemah, sedangkan pada daerah berpola hujan lokal tidak jelas. Hasil yang sama juga di ungkapkan oleh Hamada et al. (2002), walaupun Hamada et al. membagi pola hujan di Indonesia dengan 4 pola yang berbeda, tapi intinya dia jua mengungkapkan bahwa setiap daerah dengan pola hujan yang berbeda, responnya terhadap El Nino/La Nina juga berbeda-beda. Gambar di bawah adalah pola spasial efek El Nino 1997/1998 terhadap curah hujan di dunia (Bell et al., 1999). Bila di lihat dari gambar tersebut terlihat penurunan hujan di indonesia sangat drastis di tahun 1997/1998.

Artikel yang menarik untuk melihat distribusi efek El Nino ini secara lengkap khususnya kejadian El Nino 1997 adalah publikasi Gutman et al. (2000) yang berjudul Using NOAA/AVHRR Products to Monitor El Nio Impacts: Focus on Indonesia in 199798 dan diterbitkan di Bulletin of the American Meteorological Society No. 81. Beliau merangkum banyak hal di sana mulai dari kondisi sebaran SST saat itu dan efeknya terhadap sebaran hujan, bagaimana sebaran kekeringan, sebaran kebakaran hutan, sebaran suhu permukaan daratan serta tutupan vegetasi. Secara umum kesimpulan beliau adalah pada saat El Nino suhu permukaan laut meningkat, periode kekeringan yang berkepanjangan, dengan keadaan jumlah awan, curah hujan serta uap air yang rendah. Akibatnya fluktuasi penyerapan gelombang pendek dan kehilangan gelombang panjang adalah meningkat secara signifikan. Karena saat awal kejadian El Nino biasanya bertepatan dengan masa pembakaran lahan pertanian di daerah-daerah yang melakukan sistem perladangan berpindah, maka kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kebakaran serta banyak menghasilkan asap yang sebarannya sangat luas serta dengan konsentrasi yang tinggi dan waktu tinggal asap tersebut di udara yang cukup lama. Hal ini

menyebabkan turunnya tingkat kesehatan di sekitar. Selain itu juga menyebabkan bentuk dan jumlah butiran-butiran air di awan juga berubah. Pada bidang pertanian kejadian El Nino menyebabkan penurunan rata-rata kehilangan peluang produksi pangan selama tahun 1968-2000 sekitar 1.79 juta ton atau sekitar 3.06 % dari seluruh peluang produksi pangan (Irawan, 2006). Pengaruh umum El Nino di perairan laut Indonesia adalah mendinginnya suhu permukaan laut di sekitar perairan indonesia akibat dari tertariknya seluruh masa air hangat ke bagian tengah samudra pasifik. akibat buruk dari kondisi ini adalah berkurangnya produksi awan di wilayah indonesia yang sudah pasti efek sampingnya adalah menurunnya curah hujan, tapi segi positifnya adalah meningkatnya kandungan klorofil-a di perairan laut indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa semakin rendah suhu permukaan laut, maka kandungan klorofil-a semakin tinggi serta akibat lainnya adalah kemungkian terjadinya proses upwelling semakin besar di sekitar perairan indonesia. keadaan ini menyebabkan meningkatnya pasokan makanan ikan, jumlah ikan di sekitar perairan lebih banyak dari biasanya dan yang ujung-ujungnya mampu meningkatkan pendapatan para nelayan. Sangat sedikit bahan yang menjelaskan dampak La Nina di Indonesia. Hanya terdapat di Bell et al. (1999 dan 2000) yang mengatakan bahwa La Nina menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat pada saat musim kemarau serta menyebabkan majunya awal musim hujan. Akan tetapi hasil penelitian baru-baru ini memperlihatkan pola spasial anomali hujan saat La Nina 1998 serta saat awal La Nina 2010. hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa fenomena La Nina 1998 di mulai pada saat bulan April dan mulai berkurang dampaknya terhadap anomali curah hujan di Indonesia pada bulan November serta puncak kejadian terjadi pada bulan Agustus dan September. Selain itu, pola spasial anomali hujan saat La Nina ternyata bergerak secara dinaims yang dimana pada saat awal kejadian La Nina dampaknya di Indonesia akan di mulai di daerah selatan Indonesia dan berakhir di daerah timur Indonesia (As-syakur,

2010). Awal kejadian La Nina 2010 pun di mulai pada bulan April dan peningkatan curah hujan di mulai dirasakan juga oleh wilayah Indonesia bagian selatan (As-syakur dan Prasetia, 2010). Peningkatan curah hujan saat kejadian La Nina 1998 dan 2010 bisa mencapai di atas 300 % dari curah hujan normal (Gambar di bawah). Karena cenderung meningkatkan curah hujan pada musim kemarau serta majunya awal musim hujan tersebut, menjadikan efek La Nina bisa bersifat positif seperti naiknya rata-rata produksi pangan sebesar 521 ribu ton atau 1.08 % dari total rata-rata produksi (Irawan, 2006). Kondisi wilayah laut Indonesia juga terjadi sebaliknya dari kondisi La Nina. Laut menjadi lebih hangat dari biasanya, pasokan klorofil-a menurun sehingga nelayan pun ikut merasakan dampaknya yaitu berkurangnya hasil tangkapan ikan.

Pola spasial anomali hujan 1998/1999

Anomali hujan selama musim MAM, JJA, SON, dan DJF 1998/1999

Anomali hujan saat awal La Nina 2010

Menurut Aldrian (2003) dan As-syakur (2010) pengaruh El Nino/La Nina di Indonesia dimulai pada bulan April dan akan mencapai puncak pada bulan Agustus dan September serta terus menurun sampai bulan November/Desember. Akan tetapi setiap para peneliti di dunia menarik kesimpulan yang sama bahwa efek El Nino/La Nina pada setiap kejadian tidak akan pernah sama karena kompleksnya interaksi antara atmosfer dan laut, berbeda-bedanya pengaruh dominan dari faktor-faktor penyebab El Nino/La Nina, serta adanya pengaruh lokal yang berbeda-beda pada setiap kejadian El Nino/La Nina.

KESIMPULAN
El Nino dan La Nina merupakan dua fenomena alam yang terutama dipengaruhi oleh Upwelling/arus naik permukaan laut. Pengaruh El Nino dan La Nina berbeda-beda di setiap tempat tergantung dari curah hujan masing-masing tempat.

KOMENTAR/PENDAPAT
Benedict Lukas Tahyar :
Berdasarkan penjelasan di atas, dampak El Nino dan La Nina di setiap tempat berbeda-beda, terutama disebabkan oleh perbedaan curah hujan di setiap tempat. Dijelaskan pula bahwa kedua fenomena di atas juga mempengaruhi curah hujan. Berdasarkan dua pernyataan di atas saya dapat menyimpulkan bahwa curah hujan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan La Nina.

Alvin Jonathan Wijaya :


Fenomena El Nino dan La Nina di Samudera Pasifik berdampak besar bagi kawasan Indonesia, terutama karena lokasi Indonesia yang terletak di antara 2 benua dan 2 samudera. Dampak tersebut bervariasi mulai dari perubahan curah hujan, sampai pengaruh terhadap kegiatan perekonomian masyarakat (terutama di bidang pertanian). Hal ini menunjukkan betapa besarnya dampak yang ditimbulkan oleh El Nino dan La Nina terhadap kawasan Indonesia secara umum.

You might also like