You are on page 1of 12

1

MANGROVE : SOLUSI EKONOMIS AIR BERSIH Arimbi Gadih Ranti, Tri Kuncoro Riyadi, Hashfi Moch. Adam Jurusan Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan di Indonesia yang memiliki banyak manfaatnya, yaitu manfaat ekonomi, manfaat ekologi, dan fisik. Keberadaan hutan mangrove telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam mendukung kehidupan manusia. Akhir-akhir ini kebutuhan terhadap air tawar terus meningkat, sementara sekitar 163,84 x 109 m3 air yang terdapat di atas dan di bawah bumi, tidak lebih dari 0,5 persen yang dapat dipergunakan manusia. Dari jumlah ini, 97 persen terdapat di lautan dan sisanya dalam bentuk air tawar (Saeni,1986). Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya intrrusi air laut yang menurunkan kualitas air tawar yang berasal dari tanah, khususnya daerah pesisir pantai. Untuk memperoleh air tawar dari air laut dapat dilakukan dengan cara desalinasi. Desalinasi dapat dilakukan secara alami oleh pohon mangrove. selain tidak memerlukan biaya yang besar, keberadaanya juga dapat mencegah intrusi air laut ke daratan. Dasar pengembangan gagasan ini adalah teori konservasi sumber daya hayati, suistanable forest management dan multiply use. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M.S Saeni pada tahun 1986, kami beranggapan bahwa mangrove dapat melakukan desalinasi melalui akar-akar yang mangrove miliki dan menyimpan kristal garam pada daun mangrove, sehingga tidak hanya air bagian atas mangrove saja yang tawar,tetapi hasil desalinasi hutan mangrove mampu membentuk mata air tawar baru di daratan sekitar hutan mangrove. Melalui konservasi hutan mangrove ini diharapkan kebutuhan terhadap air bersih dapat terpenuhi. Untuk ke depannya, semua pihak terkait mampu bekerjasama saling membantu sehingga konservasi mangrove ini dapat berjalan dengan baik sehingga bumi ini menjadi baik kembali dan hutan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan air tawar dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia seharihari sangat tinggi. Untuk masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia dibutuhkan 12 liter per orang setiap hari. Padahal jumlah dan ketersediaan air tawar yang ada tidak mencukupi kebutuhan tersebut. Dari sekitar 163,84 x109 m3 air yang terdapat di atas dan di bawah bumi, tidak lebih dari 0,5 persen yang dapat dipergunakan oleh manusia. Dari jumlah ini 97 persen terdapat dalam lautan dan sisanya dalam bentuk air tawar. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya instrusi air laut yang menurunkan kualitas air tawar yang berasal dari air tanah khususnya untuk daerah di pesisir. Untuk memperoleh air tawar dari air laut dapat dilakukan dengan cara destilasi atau desalinasi. Destilasi adalah penguapan air laut, mengembunkan uapnya kemudian ditampung air tawarnya. Sedangkan desalinasi memisahkan kandungan air garam garam yang ada dalam air laut sehingga tidak layak konsumsi menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi. Desalinasi bisa dilakukan dengan deionisasi air, osmosis balik dan saringan arang abu. Tetapi cara ini memerlukan biaya dan energi yang cukup besar. Oleh karena itu ditawarkan alternatif lainnya yakni dengan menggunakan tumbuhan yang dapat mendesalisasi air laut tersebut secara alami. Mangrove merupakan salah satu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhnya bertoleransi terhadap garam. Tumbuhan ini merupakan kelompok jenis tumbuhan yang hidup dan tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dengan bentuk lahan berupa pantai. Tanaman mangrove ini diduga dapat mendesalinasi air laut. Hal ini disebabkan oleh kemampuan tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Bagian dari tanaman seperti akar dan daun akan mengalami peningkatan kadar garam selama proses desalinasi. Tujuan Tujuan dari gagasan tertulis ini adalah memberikan solusi untuk menggunakan mangrove sebagai alternatif alami untuk desalinasi air laut. Manfaat Adapun manfaat dari gagasan tertulis ini adalah: 1. Memberikan solusi nyata bagi masyarakat pesisir untuk mendapatkan air tawar. 2. Memberikan pengetahuan tentang teknik konservasi hutan mangrove. 3. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya tanaman mangrove dan fungsinya. 4. Memecahkan masalah kekurangan air bersih.

GAGASAN Kondisi Terkini Keberadaan Hutan Mangrove Kini Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.508 buah pulau besar dan kecil memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 km dimana sebagian daerah pantai tersebut ditumbuhi hutan mangrove dengan lebar beberapa meter sampai beberapa kilometer. Berdasarkan luasnya kawasan, hutan mangrove Indonesia merupakan hutan mangrove terluas di dunia. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mecapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah keanekaragaman jenis yang tertinggi di dunia. Mangrove tersebar di berbagai pesisir di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun demikian, kondisi mangrove Indonesia baik secara kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia tercatat seluas 4,25 juta ha, dan pada tahun 2005 tinggal 1,5 juta ha berdasarkan riset Drs. Pramudji, M.Sc, lalu berapa luas hutan mangrove saat ini? Fungsi istimewa mangrove untuk desalinasi alami semakin lama akan semakin menurun seiring dengan berkurangnya luas hutan mangrove sendiri. Sementara jumlah penduduk tidak pernah mengalami penurunan sehingga kebutuhan air bersih/tawar pun ikut mengalami peningkatan. Kerusakan mangrove secara umum dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor antrogenik, faktor alami, dan faktor biologis. Penyebab terbesar adalah faktor antrogenik dimana manusia menjadi pelaku utama pengrusakan tersebut. Eksploitasi hutan mangrove yang berlebihan, adanya penebangan liar, pembukaan lahan mangrove untuk areal pertambangan, pertanian dan pemukiman, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap manfaat mangrove, termasuk juga persepsi negatif masyarakat terhadap keberadaan mangrove sudah merupakan contoh konkrit bahwa manusia lah sesungguhnya yang punya andil besar merusak ekosistem mangrove tersebut. Dengan adanya gagasan tertulis ini, diharapkan kepada masyarakat yang berinteraksi langsung dengan mangrove menyadari pentingnya keberadaan mangrove tersebut. Hal ini bukan berarti mangrove tidak bisa dimanfaatkan, namun dalam pelaksanaannya harus bijaksana. Dalam pemanfaatan hasil hutan terdapat tata cara yang baik dan teratur sehingga kelestarian hutan tetap terjaga tanpa mengurangu manfaatnya secara ekonomi. Solusi yang Pernah Dicoba Sebelumnya Luas laut di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan luas daratannya dimana jumlah air laut pun lebih banyak dari air tawar. Sementara kebutuhan air tawar terus meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Pengurangan jumlah air tawar salah satunya diakibatkan adanya intrusi air tawar oleh air laut. Untuk menyeimbangkannya, maka dibutuhkan metode untuk mengubah air laut/asin menjadi air tawar. Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:

1. Destilasi Merupakan proses pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik didih dari komponen-komponen yang akan dipisahkan. Destilasi sering digunakan dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen cair atau merupakan penguapan air laut, mengembunkan uapnya kemudian ditampung air tawarnya. 2. Deionisasi Deionisasi adalah sebuah proses fisika yang menggunakan mesin penukar ion khusus yang mengikat dan menyaring garam garam mineral dari air. 3. Osmosis Balik Teknologi ini menerapakan sistem osmosis yang dibalik yaitu dengan memberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis air asin/payau. Air asin/payau ditekan supaya melewati membran yang bersifat semi-permiabel, molekul yang mempunyai diameter lebih besar dari air akan tersaring. Dengan ini maka molekul garam akan terpisah dari air, sehingga air yang tersaring menjadi tawar. Dari banyak metode yang bisa digunakan untuk mendapatkan air tawar dari air laut ini, sebagian besar membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jika melihat tingkat ekonomi masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir dekat dengan pantai maka akan kesulitan mendapatkan alat-alat tersebut. Oleh karena itu metode desalinasi dengan mangrove menjadi pilihan yang bijaksana, selain dapat menjaga kelestarian lingkungan juga memperoleh air tawar secara alami. New Solution Kondisi air di Indonesia tidak terlepas dari kondisi air secara global. Secara hidrologis memang kita diuntungkan dengan kondisi curah hujan yang tinggi, namun kondisi ini tidak bisa diandalkan mengingat air merupakan bagian dari lingkungan yang keberadaannya cukup terancam saat ini. Ancaman kekurangan air di dunia jelas masih nyata. National Geographic memperkirakan hingga 2025 diperkirakan 1,8 milyar orang akan hidup di daerah langka air. Air tanah pada faktanya merupakan bagian dari siklus hidrologi (daur air), dalam skala yang lebih mikro, dimana daerah dataran rendah yang memiliki pasokan run-off cukup dari hulunya. Dengan demikian, seharusnya input dan outputnya dapat berjalan seimbang, mengingat ada pasokan dan ada kebutuhan. Namun demikian, karena intervensi manusia yang besar terhadap lingkungan, menyebabkan proses recharge (pengisian ulang) air tanah untuk masuk ke dalam kantong-kantong air (aquifer) menjadi terganggu. Intervensi ini lebih besar terjadi di dearah perkotaan, sehingga limpasan akan lebih besar daripada infiltrasi. Limpasan ini akan berujung ke outlet (laut), sehingga jumlah air laut yang tak terbatas akan lebih banyak sedangkan pasokan air tanah semakin sedikit. Oleh karena itu pemanfaatan air laut menjadi air tawar selalu diupayakan untuk memenuhi kebutuhan manusia bahkan semua mahkluk hidup. Salah satunya adalah reverse osmosis atau osmosis balik, yaitu proses untuk untuk mengubah air laut menjadi air tawar. Caranya dengan mendesakkan air laut melewati membranmembran semipermiabel untuk menyaring kandungan garamnya. Kandungan garam yang tersaring disisihkan. Sebagian air laut digunakan untuk melarutkannya. Umumnya cara seperti ini membutuhkan modal yang besar untuk

membeli perlengkapan mesin yang digunakan, selain itu membrane yang digunakan akan mudah rusak jika tidak dilakukan perawatan yang baik dan rutin. Biasanya tenaga ahli yang dapat mengoperasikan reserve osmosis tersebut. Selain itu untuk mengoperasikannya dibutuhkan energi listrik sebesar 4,72 Kwh per meter kubik. Jika per Kw mencapai harga Rp 1.000,00 maka lebih besar lagi modal yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian tiap harinya karena mesin akan berproduksi secara terus menerus. Untuk memproduksi air bersih melalui proses ini membutuhkan biaya sebesar Rp 4.700,00 per liternya, jauh lebih murah air bersih yang mencapai Rp 12.000,00 per meter kubiknya. Berbeda halnya jika menggunakan mangrove sebagai desalinasi air laut menjadi air tawar, lebih konservatif dibandingkan dengan reserve osmosis . Hal ini dikarenakan pada tanaman mangrove memiliki adaptasi yang baik terhadap salinitas terhadap air laut yang tinggi sehingga mempunyai kemampuan desalinasi secara alami. Bagian mangrove yang berfungsi sebagai mesin desalinasi adalah akar dan daun mangrove. Jenis yang tanaman mangrove yang digunakan untuk kebutuhan desalinasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Xylocarpus granatum, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M.S. Saeni pada tahun 1986. Mangrove tidak membutuhkan modal yang besar untuk melakukan desalinasi. Caranya adalah dengan menanam dan menjaga mangrove secara lestari pada daerah pesisir. Air tawar yang dihasilkan dari desalinasi mangrove akan diperoleh pada daerah di belakang hutan mangrove yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu peran serta masyarakat akan dilibatkan dalam pengolahan sehingga akan membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Banyak manfaat yang akan diperoleh dengan desalinasi mangrove, meliputi fungsi fisik yaitu menjaga garis pantai dari abrasi, perluasan lahan, mengendalikan intrusi air laut, mengelola limbah organik dan melindungi daerah di belakang mangrove dari hampasan gelombang, dan fungsi ekologi yaitu tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan,udang, dan biota laut lainnya, tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung, dan sumber plasma nutfah. Fungsi ekonominya yaitu hasil hutan berupa kayu, hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman, dan makanan. Selain itu sebagai lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain seperti pemukiman, pertambangan, infrastruktur, transportasi, dan lain-lain.

Gambar 01. Fungsi Pelindungan dari Hutan Mangrove

Pihak-pihak Terkait Pemerintah Pusat Pemerintah sudah seharusnya melihat persoalan ini sebagai ancaman yang akan dihadapi oleh Indonesia di masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Keterbatasan sumber daya air bukanlah persoalan yang sederhana. Pemerintah sudah seharusnya mengintervensi semua pihak yang terkait, yang berhubungan dengan air, untuk menjamin adanya keselamatan siklus air bersih untuk masa yang akan datang. Di dalamnya juga termasuk membuat kebijakan peraturan mengenai air bersih, peraturan tentang hutan mangrove dan lingkungannya yang bersifat mengikat dan dapat diterapkan oleh semua masyarakat agar terciptanya pengelolaan hutan mangrove secara lestari. Selain itu pemerintah pusat menyediakan anggaran yang digunakan untuk proses desalinasi air laut meliputi penanaman bagi daerah-daerah pesisir atau daerah yang mengalami kerusakan hutan mangrovenya. Hal ini adalah sebagai upaya untuk konservasi hutan mangrove. Pemerintah Daerah Pemerintah dearah bertugas untuk mewujudkan program yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat, mengawasi pelaksanaanya, serta mengevaluasi program hasil akhirnya. Pemerintah daerah bekerja sama dengan masyarakat / penduduk pantai sebagai stakeholder utama bertanggung jawab dan berwewenang untuk memelihara, memperbaiki, dan menjaga kelestarian ekosistem hutan bakau di daerahnya. Selain itu pemerintah daerah turut andil memberikan informasi pengetahuan mengenai pentingnya hutan mangrove dan memberikan penyuluhan tata cara pengelolaan mangrove, mulai dari penanaman, hingga penebangan sebagai pengaplikasian pemerintah daerah di lapangan.

Gambar 02. Daerah Aliran Sungai Bagian Hilir, Tempat Penanaman Mangrove

Pengusaha Swasta Industri yang dikelola oleh pihak-pihak pengusaha swasta yang mencemari lingkungan, air, tanah, dan udara, harus memulai untuk mengambil langkah untuk mencoba berbagai macam program yang pro lingkungan. Hal ini bertujuan untuk keselamatan lingkungan, termasuk di dalamnya keselamatan air bersih. Pihak swasta harus mendukung program pemerintah, atau program pemerintah mengikat pihak swasta untuk menjaga air dari limbah pabrik yang bersifat kimia yang

beracun bagi tanaman. Tanaman mangrove yang berada di hilir sungai akan ikut terkontaminasi pula oleh limbah beracun ini. Maka dari itu perlunya peran pengusaha agar lebih bijak dalam pengelolaan limbahnya, tidak membuangnya langsung ke sungai, tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu. Bukan hanya industri pabrik saja, pihak pengusaha lainnya juga ikut terlibat untuk mengelola usahanya dengan baik, jangan sampai merusak lingkungan. Misalnya pembudidaya ikan, penambangan di areal pantai (mangrove), dan penggalian pasir. Masyarakat Masyarakat sejauh ini adalah elemen yang turut serta menyumbang permasalahan air yang cukup signifikan, diantaranya, pencemaran air oleh limbah rumah tangga, atau memanfaatkan hasil hutan kayu dari hutan mangrove secara berlebih sehingga hutan mangrove mengalami degradasi dan terjadinya intrusi air laut ke darat. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarkat yang dipengaruhi oleh persepsi kayu mangrove adalah barang gratis yang mudah didapat. Oleh karena itu, masyarakat harus mengerti akan pentingnya hutan mangrove untuk keberlangsungan kebutuhan air bersih, sehingga beramai-ramai masyarakat berperan untuk menjaga kelestarian hutan mangrove dan memanfaatkannya secara lestari. Langkah-langkah Stategis Penanaman Mangrove Tujuan Penanaman Mangrove Tujuan penanaman mangrove antara lain rehabilitas lahan untuk mengembalikan fungsi ekologis dari lahan mangrove yang rusak, atau meremajakan kembali hutan mangrove yang telah dieksploitasi.

Gambar 03. Mari Menanam Mangrove

Tujuan kegiatan penanaman harus didefinisikan dengan jelas sejak awal, sebab penanamannya akan mempengaruhi hasilnya, mulai dari jenis yang akan ditanam, jarak tanaman, penyuluhan ke masyarakat, dan sebagainya. Sebagai contoh, penanaman untuk tujuan rehabilitas lahan, maka jarak tanam harus lebih sempit dibandingkan dengan penanaman tumbuhan lain. Selain itu, spesies tanaman yang digunakan bersifat pionir, misalnya Avicemnia marina dan Somneratia alba. Untuk kayu yang digunakan untuk pertukangan, jenis yang digunakan adalah Brugeira gymnorrizha, Rhizophora mucronata, Rhizophora mucronata, Rhyzophoda stylosa, atau Rhizophoda apiculata. Pemilihan jenis yang ditanam juga harus memperhatikan kondisi ekologi setempat, dan cara-cara pemeliharaannya.

Pemilihan Lokasi Penanaman Mangrove Dalam penanaman mangrove, mula-mula ditentukan terlebih dahulu areal tanam yang bisa ditanam mangrove. Tidak semua lahan kosong di suatu dataran lumpuran kawasan estuaria bisa ditanami mangrove. Berikut beberapa pedoman untuk memilih lokasi yang bias ditanam mangrove. Lokasi terbaik untuk penanaman mangrove terletak pada ketinggian lahan diantara permukaan laut rata-rata sampai permukaan rata-rata pasang tertinggi (pasang purnama). Anakan mangrove yang baru saja di tanam di lapangan, harus terkena pasang surut (tergenang). Mangrove akan tumbuh lebih baik pada lahan yang sedikit miring (yang akan mengalirkan kembali air pasang ke arah laut) dibanding pada lahan yang benar-benar datar dimana air cenderung menggenang dan tidak mengalir. Adanya tumbuhan rumput laut (lamun), anakan alam mangrove, serta tumbuhan rumput yang toleran (tahan) terhadap salinitas tinggi, merupakan indikasi bahwa lokasi tersebut kemungkinan besar cocok untuk di tanam mangrove. Mangrove akan tumbuh lebih baik pada tanah yang stabil (tanah yang sudah matang), baik tanah itu berlumpur, berpasir, atau tanah liat (clayey). Walaupun demikian, pada tanah yang belum stabil jika ditanami mangrove, dan berhasil, tanah tersebut akan stabil. Lokasi yang akan ditanam mangrove harus terlindungi dari ombak laut yang kuat dan terhindar dari erosi. Angin yang kencang dan arus pasang surut yang teralu kuat pun dapat menurunkan kemampuan hidup dan pertumbuhan mangrove. Tempat- tempat tertentu yang tanahnya hitam dan mengeluarkan bau yang menyengat seperti bau telur busuk tidak bisa ditanami mangrove. Tanah-tanah tersebut dibiarkan terbilas dulu oleh arus pasang surut selama beberapa waktu sampai baunya hilang.

Pemilihan Spesies yang Akan Ditanam Pemilihan spesies yang akan ditanam di suatu lokasi tertentu, bergantung pada banyak faktor. Walaupun demikian, secara praktis, pada kenyataannya hanya beberapa faktor saja yang akhirnya bisa digunakan untuk pertimbangan pemilihan spesies. Beberapa faktor tersebut yang sering digunakan secara praktis untuk pemilihan spesies adalah kelas penggenangan oleh pasang surut air laut, tipe substrat (sifat tanah) lokasi yang bersangkutan, dan topografi. Selain mempertimbangkan faktor fisik lokasi yang ditanam, beberapa pakar menunjukkan penggunaan spesies yang mempunyai sifat-sifat berikut ini (diurutkan berdasarkan sifat dengan prioritas tinggi ke rendah): 1. Sudah ada atau sudah pernah ada secara alami di sekitar atau di wilayah penanaman. 2. Ketersediaan propugal (bahan tanaman) dan bibit yang memadai. 3. Sesuai dengan tujuan penanaman. Perencanaan Penanaman 1. Perencanaan areal penanaman dan jumlah bahan tanaman.

Luas areal yang benar-benar ditanam perlu diketahui untuk merencanakan secara pasti jumlah bahan tanaman yang dibutuhkan (propugal atau bibit dalam pot). 2. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman bervariasi, tergantung kondisi masing-masing lokasi. Dalam perencanaan kebutuhan tenaga kerja ini, perlu diingatkan bahwa jumlah jam kerja efektif per hari untuk kegiatan penanaman, tergantung pasang surut air laut. Sebab pada pasang yang terlalu tinggi, kegiatan penanaman tidak dapat dilakukan. Penjajaran Penjajaran tanaman merupakan tindakan pemeliharaan tegakan dengan cara mengurangi jumlah batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon. Penjajaran dilakukan pada saat tingkat persaingan antar pohon dalam pengambilan unsur hara, air, dan cahaya terjadi sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Pohon-pohon yang dimatikan pada kegiatan penjajaran adalah pohon-pohon berbatang cacat atau sakit, berbentuk jelek dan pohon-pohon yang tertekan oleh pohon lain. Manfaat lain yang dapat diambil dari penjajaran ini adalah kayu hasil penjajaran yang dapat digunakan sebagai kayu bakar dan kayu arang. Jumlah pohon yang dikurangi saat penjajaran tergantung dari standing stock yang ada dan dibandingkan dengan pohon normal pada setiap bonita tanah. Urutan kerja penjajaran adalah memulai penentuan blok tanaman yang akan dijajari, kemudian dengan menggunakan peta blok tanaman dibuat titik-titik plot coba penjajaran. Berdasarkan peta ini, maka titik-titik plot coba penjajaran dibuat di lapangan. Kegiatan Penanaman Kegiatan penanaman mangrove meliputi tahap-tahap yang dijelaskan pada diagram berikut.
Persiapan lahan dan pengumpulan bibit tanaman Pengangkutan bibit tanaman ke pesisir pantai

Membilas tanah yang sudah tercemar atau terkontaminasi

Penanaman

Propugal

Bibit dalam pot Penanaman propugal

Membuat lubang tanam

Penanaman

Pemeliharaan

10

Penebangan Penebangan pohon adalah proses awal pemanenan hutan mangrove yang bertujuan untuk mengubah pohon berdiri menjadi kayu bulat yang dapat diangkut keluar hutan dan dimanfaatkan. Penebangan pohon ini selain mengaktualkan nilai potensi pohon juga mengefisiensikan fungsi mangrove dalam mencegah intrusi dan bisa mendesalinasi air laut, sebab pohon mangrove yang sudah mencapai batas maksimum dalam pertumbuhannya tidak mampu lagi melaksanakan dengan baik dan bisa dimanfaatkan serta dilakukan penanaman kembali. Wilayah hutan mangrove yang boleh ditebang adalah bagian wilayah hutan produksi. Daerah jalur hijau tidak boleh dilaksanakan penebangan adalah daerah pada jarak 50 meter dari tepi hutan yang menghadap kearah pantai, dan 10 meter dari tepi hutan yang menghadap ke arah sungai, kecuali untuk lokasi TPN dan pondok kerja. Dalam pelaksanaan penebangan hutan mangrove, harus ditinggalkan pohon induk sebanyak 40 pohon per hektar yang tersebar secara merata atau setiap jarak 17 meter harus ada satu pohon induk. Diameter pohon yang boleh ditebang, mulai dari diameter pohon 10 cm keatas. Rotasi tebang sesuai dengan tipe hutannya ditetapkan 30 tahun. KESIMPULAN Gagasan yang Diajukan Seperti yang sudah dibahas pada pokok bahasan di atas, gagasan yang kami ajukan adalah menggunakan mangrove untuk proses desalinasi. Cara ini lebih alami dan mudah digunakan serta lebih ekonomis. Teknik yang Diajukan Jenis mangrove yang cocok untuk desalinasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Xylocarpus granatum. Proses penanamannya pun cukup mudah, serta bibit tanaman yang ekonomis dan mudah didapat. Prediksi Hasil yang Akan Didapat Dengan mangrove, kita mampu mendapatkan air bersih dengan mudah. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, perlu dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya kegunaan mangrove sebagai alternatif solusi mendapatkan air bersih. Kalau program ini berhasil, maka kesulitan air bersih di daerah pesisir pada khususnya, atau di Indonesia pada umumnya akan dapat teratasi. DAFTAR PUSTAKA Haryoto, RI 1999. Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Sistem Osmosis Balik. Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jakarta: BPP Teknologi. Huda, Nurul. 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjng Jabung Timur Jambi. [Tesis]. Semarang: Fakultas Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

11

Kusmana C, dkk. 2009. Manual Slvikultur Mangrove Indonesia. Korea International Cooperation Agency: The Rehabititation Mangrove Forest and Coastal Area Demaged by Tsunami in Aceh Project. Matheis, FJDPT. 1997. Desalination of Sea Water by Mangrove. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Murdiyanto, Bambang. 2003. Mengenal, Memelihara, dan Melestarikan Ekosistem Bakau. Jakarta : COFISH Project. Tomlinson, P. B., 1986: The Botany of Mangroves, Cambridge University Press.
www.google.com/alamendah.wordpress.com/2010/10/05/desalinasi-memanfaatkanair-laut-untuk-minum/

LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PELAKSANA

Ketua Pelaksana Nama lengkap : Arimbi Gadih Ranti Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu/03Mei 1993 NIM : 21090111060011 Alamat rumah : Padan, Kauman Polanharjo, Klaten No HP : 085742342638 Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi Muara Bengkulu (1997-1999) 2. SDN 85 Bengkulu (1999-2001) 3. SDN 1 Kauman Polanharjo Klaten (2001-2005) 4. SMPN 1 Polanharjo Klaten (2005-2008) 5. SMAN 1 Karanganom Klaten (2008-2011) 6. Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan UNDIP (2011-Sekarang) Pengalaman Organisasi : 1. Sie. Keamanan Pramuka SMAN 1 Karanganom (2009-2010). 2. Ketua Kelompok Ilmiah Siswa SMAN 1 Karanganom (2009-2010). 3. Panitia UKM EXPO 2011, Start to be Pro, Badan Eksekutif Mahasiswa KM Universitas Diponegoro (2011). 4. Panitia Harmoni Diponegoro Badan Eksekutif Mahasiswa KM Universitas Diponegoro (2011). 5. Peserta Magang di Kementrian Minat dan Bakat BEM KM Universitas Diponegoro (2011). 6. Taekwondo Universitas Diponegoro (2011-Sekarang). 7. Tarung Derajat Kota Semarang (2011-Sekarang). 8. Pengurus Cabang Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila Kota Semarang Divisi Minat dan Bakat (2011-Sekarang). Prestasi yang pernah diraih : 1. Juara 1 Putri Taekwondo POPDA Tingkat Kabupaten Klaten (2009) 2. Juara 1 Putri Taekwondo POPDA Tingkat Kabupaten Klaten (2010) 3. Peserta Invitasi Taekwondo Gubernur Cup III Tingkat Nasional (2011)

12

Anggota Nama lengkap : Tri Kuncoro Riyadi Tempat/Tanggal Lahir : Blora/17 April 1993 NIM : 21090111060034 Alamat rumah : Ds. Jeruk Kec. Randublatung Blora No HP : 085225587404 Riwayat Pendidikan : 1. SDN 2 Jeruk Randublatung (1999-2005) 2. SMPN 2 Randublatung (2005-2008) 3. SMK Muhammadiyah 1 Blora (2008-2011) 4. Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan UNDIP (2011-Sekarang) Pengalaman Organisasi : Pengurus Cabang Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila Kota Semarang Divisi Minat dan Bakat (2011-Sekarang).

Nama lengkap : Hashfi Moch. Adam Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali/08 Mei 1993 NIM : 21090111060006 Alamat rumah : Boyolali No.HP : 085725280686 Riwayat Pendidikan : 1. TK Bustanul Atfal 2. SDN 8 Boyolali 3. SMPN 2 Boyolali 4. SMAN1 Boyolali 5. PSDIII Teknik Perkapalan UNDIP

You might also like