You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata, terhadap kejadian kejadian yang langsung. Kelompok kami melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 07 Matraman, yang terletak di Jl. Kebon Manggis, Matraman- Jakarta Timur. Di sekolah ini terdapat siswa berkebutuhan khusus diantaranya siswa Tunarungu, Autis, serta Tunagrahita. Dewasa ini sarana dan prasarana anak berkebutuhan khusus di sekolah sekolah umum, cenderung minim dan kurang memadai, bahkan di sekolah yang khusus menangani anak anak berkebutuhan khusus yang seharusnya sudah mengetahui dan menyediakan sarana dan prasaraa yang mendukung pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Inilah yang melatar belakangi kelompok kami melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa, yaitu SLBN 07 Matraman. Tujuan kami melakukan observasi atau pengamatan di SLBN 07 Matraman ini untuk memberikan kami gambaran mengenai fasilitas / sarana dan prasarana apa saja yang tersedia di SLB yang kami pilih ini.

BAB II PEMBAHASAN

Observasi mata kuliah Pembelajaran Autis I dilakukan di SLB Negeri 07 Matraman Jakarta Timur. Observasi yang kami lakukan meliputi Metode

Pembelajaran, Kurikulum, Tenaga Kepengajaran, Fasilitas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan setting kelas pada saat pembelajaran. Adapun, fokus observasi yang kami lakukan adalah pada bidang Fasilitas / sarana dan prasarana di sekolah tersebut. a. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat sehingga membantu dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan di SLBN 07 Matraman, untuk menangani anak autis adalah sebagai berikut : 1. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang disertai dengan penjelasan lisan. Adapun proses pembelajaran metode demonstrasi yang kami amati yaitu guru menggambar buah buahan, kemudian siswa diperintahkan untuk mewarnai sambil menjelaskan mengenai buah tersebut, contohnya buah mangga yang berwarna hijau, apel berwarna merah, anggur berwarna hijau. 2. Metode Pelatihan ( Drill) Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dan keterampilan dari apa yang telah dipelajari oleh siswa. Proses pembelajaran dengan metode pelatihan yang kami amati adalah pada pertemuan sebelumnya, guru telah mengajarkan tentang Pancasila kemudian siswa diperintahkan untuk menulis Pancasila, dan hasilnya siswa bisa

menghafalkan dan menuliskan pancasila dengan baik dan benar. 3. Metode One on One
2

Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara satu guru hanya menangani satu siswa, mengingat siswa autis mengalami kesulitan konsentrasi, sehingga metode ini merupakan metode yang cukup efektif dalam pembelajaran untuk anak autis.

b. Kurikulum Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan sekolah atau lembaga pedidikan beserta staff pengajarnya. Kurikulum yang digunakan di SLBN 07 Matraman ini adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yaitu rambu rambu tau batasan batasan yang berasal dari pemerintah yang dibuat oleh Puskur ( Pusat Kurikulum), dan dimodifikasi oleh pihak sekolah sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Tenaga Kepengajaran Tenaga kepengajaran di SLBN 07 Matraman ini berjumlah 19, yaitu terdiri dari 15 tenaga pengajar, 1 Speech Therapy, 1 pengajar tari, 1 guru olahraga, dan 1 pelatih Bina Diri.

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP untuk siswa autis di SLBN 07 ini di buat setiap satu semester sekali. RPP yang kami amati adalah RPP siswa autis kelas VII ( kelas 1 SMPLB), dan RPP tersebut masih menggunakan RPP tematik, yang biasa digunakan untuk siswa kelas 1-3 Sekolah Dasar (SD).

e. Setting Kelas Kelas yang kami amati sebanyak 2 kelas, yaitu kelas II dan kelas VII,. Setting kelas pada saat pembelajaran untuk kelas II, yaitu tempat duduk guru berada di bagian tengah, dan siswa duduk mengelilingi guru, dengan 1 papan tulis, dan gambar- gambar yang tertempel di dinding ruangan tersebut, sebagai media pembelajaran. Untuk kelas VII terdiri dari siswa autis dan tunagrahita, adapun setting kelas pada saat pembelajarannya yaitu seperti kelas- kelas pada umumnya, dengan guru duduk di depan kelas sebagai pusat perhatian.
3

f. Fasilitas / sarana dan prasarana SLBN 07 Matraman ini merupakan SLB negeri yang siswa nya terdiri dari Tunagrahita, Tunarungu, dan Autis. Bangunannya terdiri dari 2 lantai, dilantai 1 terdapat 8 ruangan, yaitu 4 ruang kelas, 1ruang Assesmen, 1 ruang UKS, 1 Mushola, dan 1 dapur dan tiak lupa 2 ruang toilet Lantai 2 terdiri dari 8 ruangan, yaitu 1 ruang kepala sekolah, 1 perpustakaan, 1 ruang Bina Diri dan 5 ruang kelas di mana setiap 1 ruang kelas tersebut digunakan oleh 2 kelas sekaligus, yang di bagi menjadi kelas pagi dan kelas siang, yaitu kelas 2b Autis di gabung dengan kelas 3 dan 4 C1, kelas 6 C digabung dengan kelas 1C, kelas 1 & 2 B digabung dengan kelas 3 & 4 B, dan 1 ruangan kelas lagi yaitu kelas SMPLB 1 B. Fasilitas yang ada di SLBN 07 Matraman ini pada dasar nya cukup lengkap dari segi alat alat (media) pembelajaran, akan tetapi ruangan khusus penunjang pembelajaran untuk anak autis belum memadai. Ruang yang telah tersedia hanya ruang bina diri, ruang assesmen, dan ruang mushola yang merangkap menjadi ruang Speech Therapy. Media pembelajarannya terdiri dari media gambar yang terdapat di dinding-dinding kelas,media tersebut digunakan untuk siswa dapat warna, mengenal buah buahan, organ tubuh, jenis- jenis mengenal

binatang, macam-

macam profesi, dan kegiatan sehari-hari yang biasa dan akan setiap hari dilakukan oleh siswa.

BAB III KESIMPULAN


Kesimpulan dari penagamatan kelompok kami mengenai hal-hal

penunjang pembelejaran yang berada di SLB Negeri 7 Matraman khususnya di bidang sarana dan prasarana atau fasilitas yang ada di SLB tersebut adalah sudah cukup lengkap pada dasarnya hanya saja ruangna yang masih sangat minim memaksa para pengajar dan siswa memanfaatkan kelas yang masih bisa digunakan dengan kondisi yang memenga tidak buruk tapi juga tidak begitu kondusif. Misalnya,ruang musholah yang seharusnya hanya digunakan untuk tempat anakanak beribah digunakan juga untuk anak-anak melakukan speech therapy. Ruang asesmen yang memanfaatkan sisa ruang kelas yang hanya disekat papan kayu triplek yang jika proses asesmen dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar mengajar pasti kedua proses tersebut tidak akan kondusif. Sama halnya dengan ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS) yang memanfaatkan sisa kelas yang disekat kayu triplek yang juga tidak begitu kondusif. Namun dari segala kekurangan yang terdapat di SLB Negeri 07 Matraman terdapat banyak kebaikan didalamnya. Yaitu usaha para pengajar dan staffnya untuk menggunakan segala fasilitas yang ada di SLB Negeri 07 Matraman semaksimal mungkin untuk dapat melayani kebutuhan anak-anak murid dengan sabaikbaiknya,sehingga murid-murid mendapatkan pelayanan yang terbaik yang mereka dapat dari para pengajar di sekolahnya untuk mereka dapat belajar dengan baik dan merasa nyaman.

You might also like