You are on page 1of 25

1.

Bahan Pemanis Buatan Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan buatan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis. Makanan olahan yang biasa menggunakan pemanis buatan antara lain sirop, es mambo, kue atau roti.

BTP PEMANIS BUATAN


Definisi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Yang dimaksud dengan BTP Pemanis Buatan adalah BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Bahan ini hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu. Pemanis buatan pada awalnya diproduksi komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya. Dalam perkembangannya, pemanis buatan juga digunakan untuk meningkatkan rasa manis dan citarasa produk-produk yang mengharuskan rasa manis dan di dalamnya sudah terkandung gula. Ketentuan terkait pemanis buatan dikeluarkan BPOM berupa SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. Peraturan Teknis ini terdiri dari : a) Ketentuan Umum berisi definisi dan informasi yang perlu diketahui. b) Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. Penggunaan Umum Pemanis Buatan. Penggunaan Pemanis Buatan Golongan Poliol. Persetujuan Penggunaan Pemanis Buatan. Larangan Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. c) Ketentuan Label. d) Pengawasan dan Pembinaan. e) Sanksi. f) Ketentuan Peralihan. Selanjutnya Peraturan Teknis ini dituangkan dalam bentuk SNI 01-6993-2004. Jenis Pemanis Buatan SNI 01-6993-2004 mengatur 13 jenis pemanis buatan. Dalam hal ini, batas maksimum penggunaan pemanis buatan dibuat per katagori pangan

Tabel 1. Jenis BTP Pemanis Buatan beserta Nilai Kalori dan ADI No Jenis BTP Pemanis Buatan Alitam Asesulfam-K Aspartam Isomalt Nilai Kalori Kka KJ/g l/g 1,4 5,85 0 0 0,4 1,67 2 8,36 ADI* Mg/kg BB 0,34 15 50 tidak dinyatakan karena termasuk Generally Recognized as Safe (GRAS) tidak dinyatakan karena termasuk GRAS tidak dinyatakan karena termasuk GRAS tidak dinyatakan karena termasuk GRAS 2 5 11 tidak dinyatakan karena termasuk GRAS tidak dinyatakan karena termasuk GRAS 15

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12 13

Laktitol Maltitol Manitol Neotam Sakarin Siklamat Silitol Sorbitol Sukralosa

2 2,1 1,6 0 0 0 2,4 2,6 0

8,36 8,78 6,69 0 0 0 10,03 10,87 0

* ADI : Acceptable Daily Intake (Asupan harian yang dapat diterima) yaitu istilah untuk menentukan jumlah maksimum suatu pemanis buatan yang dinyatakan dengan mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. Pemanis Non Kalori Pemanis non kalori umumnya dibuat dari bahan sintetis atau bahan kimia. Pemanis non kalori mempunyai kadar manis yang kuat, jauh lebih kuat dari manis gula alami atau sukrosa. Beberapa pemanis buatan yang masuk pada pemanis non kalori adalah : a) Alitam (INS 956) Memiliki rumus kimia (C14H25N3O4S.2.5H2O.) Dibuat dari sintesis asam amino L-asam aspartat dan Alanin. Kadar manis 2.000 kali tingkat sukrosa. b) Asesulfam-K (INS 950) Memiliki rumus kimia C4H4KNO4S. Kadar manis 200 kali tingkat sukrosa c) Aspartam (INS 951) Memiliki rumus kimia C14H18N2O5. Kadar manis 220 kali tingkat sukrosa d) Siklamat (INS 952) Memiliki rumus kimia C6H13NO3S. Kadar manis 30 kali tingkat sukrosa.

e) Sakarin (INS 954) Memiliki rumus kimia C14H8CaN2O6S2. 3H2O atau C7H4KNO3S. 2H2O atau C7H4NaNO3S. 2H2O Kadar manis 300 sampai 500 kali tingkat sukrosa f) Neotam (INS 961) Memiliki rumus kimia C20H30N2O5 Kadar manis 7.000 sampai 13.000 kali tingkat sukrosa. g) Manitol (INS 421) Memiliki rumus kimia C6H14O6. Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati. Kadar manis 0,7 kali tingkat sukrosa. Dapat menimbulkan efek laksatif jika dikonsumsi lebih dari 20 g/hari. h) Sorbitol (INS 420) Memiliki rumus kimia C6H14O6. Kadar manis 0,5-0,7 kali tingkat sukrosa. Dapat menimbulkan efek laksatif, jika dikonsumsi lebih dari 50 g/hari. i) Silitol (INS 967) Memiliki rumus kimia C5H12O5. Umum terdapat pada buah dan sayur. Kadar manis sama dengan sukrosa. j) Laktitol (INS 966) Memiliki rumus kimia C12H24O11. Dibuat dari proses reduksi glukosa yang berasal dari disakarida laktosa. Kadar manis 0,3-0,4 kali tingkat sukrosa. Dapat menimbulkan efek laksatif jika dikonsumsi lebih dari 20 g/hari. k) Isomalt (INS 953) Dibuat dari sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik, mengandung gluko-manitol dan gluko-sorbitol. Kadar manis 0,45-0,65 kali tingkat sukrosa. l) Maltitol (INS 965) Memiliki rumus kimia C12H14C11. Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati. Kadar manis 0,9 kali tingkat sukrosa. m) Sukralosa (INS 955) Memiliki rumus kimia C12H19Cl3O8. Kadar manis 600 kali tingkat sukrosa. zat pemanis sintetik atau dikenal dengan pemanis buatan, yaitu pemanis buatan natrium siklamat 120 mg/cup (ADI: 11 mg/kg Berat Badan). natrium siklamat merupakan salah satu jenis pemanis buatan yang masih diijinkan penggunaannya di indonesia,(pemanis buatan lainnya spt:sakarin,neotam,asesulfam K,aspartam) Penggunaan pemanis buatan (artificial sweetener)yang semula hanya ditujukan pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan. Pemanis buatan diperoleh

secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik. Misalnya hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksamina merupakan senyawa karsinogenik (senyawa yg dapat merangsang terjadinya tumor dan kanker), pada pengujian dengan tikus pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya tumor kandung kemih pada tikus, akan tetapi terhadap beberapa galur tikus dan hamster ternyata menunjukkan hasil negatif terhadap sifat merangsang terjadinya tumor kandung kemih. Model eksperimen hewan juga tidak selalu cocok dengan kondisi manusia karena manusia tidak selalu memiliki mekanisme fisiologis dan biokimiawi yang sama dengan hewan coba. Hanya kira-kira 60-70% reaksi pada hewan yang mirip dengan reaksi pada manusia. Dengan demikian efek yang terlihat pada hewan seringkali juga terlihat pada manusia secara kualitatif. Karena itu kita masih sering berpegang pada data hewan bila data manusia tidak ada. Selain itu eksperimen pada hewan dilakukan dalam situasi yang berbeda dari lingkungan manusia. Juga penggunaan dosis pada eksperimen hewan biasanya sangat besar; hal ini untuk memprovokasi (jiah bahasanya agak gmnaaaaaaaa gituuuuuu?!) agar kelainan dapat terlihat dalam waktu yang lebih singkat dan dengan menggunakan hewan coba yang sesedikit mungkin. Dalam ketidakpastian seperti disebutkan di atas, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu batasan jumlah suatu Bahan tambahan pangan yang dapat dikonsumsi per kg berat badan per hari seumur hidup tanpa suatu resiko . Nilai ADI untuk pemanis buatan natrium siklamat adalah: 11 mg/kg berat badan. (untuk jenis pemanis lainnya, biasanya tercantum pada kemasan) jadi sangat bergantung pada berat badan si pengkonsumsi, untuk anak yang baru 27 bulan (2 tahun 3 bulan), maka perhitungannya: o Jumlah aman konsumsi natrium siklamat/hari = ADI natrium siklamat x Berat Badan = 11 mg/kg Berat Badan x 12,9 kg (perkiraan berat badan anak umur 2 thn,3 bln) =141,9 mg natrium siklamat/hari. Jika Di konversi kedalam jumlah cup minuman perhari, maka: Jumlah cup minuman perhari = (Jumlah aman konsumsi natrium siklamat/hari)/kandungan Natrium siklamat per cup = (141,9 mg natrium siklamat per hari)/(120 mg/cup) = 1,18 cup, dibulatkan menjadi = 1 cup/ hari *kandungan siklamat biasanya tercantum dalam komposisi (seperti contoh komposisi diatas) Jadi,sbnrnya minuman dgn sejenis sampel diatas,kurang cocok buat anak2 balita, jika pun anaknya terus menerus minta minum itu produk, maka pastikan si adik tidak mengkonsumi minuman atau makanan lain yg mengandung siklamat sepanjang hari yg sama.

So,besok2 cobalah lebih care terhadap apa saja sih yg di konsumsi anak-anak anda (makanya klo udah jadi bunda sayang jangan malas2,biar anak2nya gak jajan di luar)

http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/08/10/mengenal-pemanisbuatan/ PEMANIS

A. Definisi Pemanis Buatan Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan berupa senyawa kima yang dapat menyebabkan rasa manis pada yang tidak atau hamper tidak mempunyai nilai gizi dan biasanya digunakan untuk keperluan olahan pangan, industri serta minuman dan kesehatan. Digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Pemanis sintesis adalah pemanis yang dihasilkan melalui proses kimia. Contoh : siklamat, aspartame, sakarin 2. Pemanis natural adalah pemanis yang dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolated dari tanaman danbuah atau melalui enzimatis. Contoh : sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol. 2.1. Pemanis nutritive adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Contohnya sorbitol dan laktosa. 2.2. Pemanis non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cites shaved produk-produk tertentu tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sekali tidak ada.

B. Manfaat atau fungsi Pemanis Buatan 1. Sebagai pengganti gula sukrosa atau fruktosa (pemanis buatan). 2. mengembangkan jenis makanan dan minuman dengan jumlah kalori terkontrol. 3. mengontrol program pemeliaharan dan penurunan berat badan. 4. mengurangi kerusakan gigi. 5. utnuk menderita diabetes atau gula tinggi sebagai bahan sibrtiusi gula reduksi lain. C. Mekanisme Kerja Senyawa yang menpunyai rasa manis strukturnya sangat bergam meskipun fiture yang mirip, yaitu memiliki system donor/akseptor proton (system Ahs/Bs) yang cocok dengan system restor (AHrBr) pada indra manusia.

PEMANIS BUATAN

A. Macam-macam Pemanis Buatan

1. ASPARTAME Aspartame adalah peptide yang mengandung asam amino fenilanin dan asam aspartat dengan gugus metal ester pada fenilalanin. Aspartam masuk secara normal dalam proses metabolisme. Secara fisik aspartame sebagaian besar berbentuk serbeuk putih. Larut kedalam air dan lebih larut dalam asam dibandingkan dalam larutan minyak dan lemak . Lebih larut dalam suhu panas dari pada suhu dingin. Intensitas kemanisan 180 200 kali sukrosa. Mudah terhidrolisis pada suhu tinggi, sehingga rasa manisnya akan berkurang. Batas konsumsi perhari yang aman atau (ADI) adalah 2,5mg/kg bb. 2. SAKARIN

Sakarin berupa Ca atau Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama dikenal, sakarin merupakan senyawa benzosulfinida atau O-sulfobenzimida dengan rumus molekul C7H5nO3S. Na-sakarin diserap kedalam tubuh dan tidak mengalami metabolisme sehingga dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan. Sakarin tidak stabil jika dipanaskan dan pada konsentrasi tinggi sakarin mempunyai afterfaste pahit. Intensitas kemanisa sakarin 200-700 kali gula. Batas konsumsi perhari yang aman atau (ADI) adalah 2,5mg/kg bb.

3. SIKLAMAT

Mempunyai rumus molekul C6H11NHSO3Na. Siklamat biasanya biasa dipakai dalam bentuk garam natrium dan asam siklamat. Tahan panas serta mudah larut dalam air. Stabil pada kisaran yang luas baik dalam temperature maupun Ph. Digunakan sebagai pemanis bagi penyandang DM, dalam perdagangan dikenal sebagai sucaryi dan saccoit. Pada konsentrasi rendah dapat menutupi kegetiran dari beberapa buah-buahan. Intensitas kemanisanya 30-80 kali gula dan tidak memberikan after tante. Konsumsi perhari yang aman (ADI) dari siklamat adalah 0-1 1mg/kg bb.

4. SORBITOL Sorbotil merupakan alcohol polihidrik degan rumus molekul C6H11O6. Banyak ditemukan pada ganggang laut serta biah-buahan. Mempunyai sifat larut dalam air dan tidak mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme. Fungsinya sebagai humektan zat teksturizing pun tak terbantahkan. Mempunyai bertahan pada temperature tinggi dan ikut serta dalam reaksi mailllard. Intensitas kemanisan 0,6 kali gula dam memberi energi 3,994 kalori pergram. 5. ACESULFAM K Merupakan kristal putih mempunyai sifat hidroskopis stabil dalam suhu kamar dan larut dalam air. Tidak mengalami metabolisme didalam tubuh sehingga dapat diekskresikan keluar tubuh bersama urine dengan sempurna. Bebas dari sifat karsinogenik dan tidak meniggalkan rasa pahit. Intensitas kemanisan 200 kali sukrosa. 6. XYLITOL

Merupakan bentuk alcohol pentahidrat dari xylon atau disebut juga gula alcohol dan mempunyai rumus kimia C5H7(OH)5. Berbentuk serbuk, berwarna putih, dan tidak berbau. Xylitol tersa dingin apabila mencair dalam mulut dan stabil terhadap udara dan panas, hanya sedikit higroskopis terutama diatas kelembahan 75%. Titik lelehnya rendah ( 94 derajat celcius ), sehingga sering digunakan dalam produksi sifat larut dalam air dan sulit difermentasikan oleh khamir dan kurang baik oleh mikroorganisme umurnya. Intensitas kemanisannya 0,7 kali gula sehingga pemberiannya dibatasi antara 30-50 g/ hari. 7. ERITHOL

Merupakan anggota kelompok polyol terbaru. Berbentuk keristal bubuk, berwarna putih,non-higroskopis, serta mempunyai tingkat kelarutan yangbaik dalam air. Stabil dalam temperature tinggi dan mempunyai efek dingin yang sedang dimulut. Intesitas kemanisanya 2 kali gula.

8. LAKTISOL Mampu menutupi rasa pasca mengkonsumsi (aftertaste) yang tidak dikehendaki. Bersifat non-higroskpik,satabil pada temperature tinggi saat proses pengolahan makanan. Laktisol tidak menyentuh usus besar dan dapat digunakan sebagai sumber energi bagi mikroflora intestinal. Intensitas kemanisannya 0,4 kali gula.

9. MALTITOL Merupakan tepung dengan kristal putih yang sidat kemanisannya mirip dengan gula. Secara subtansial non-higroskopik dan thermosstabil. Tidak menunjukan adanya efek pendinginan dan dapat digunakan untuk menggantkan lemak. Intensitas kemanisanya 0.5 kali gula. 10. MANITOL

Sifatnya non-higroskopik. Adakah digunakan sebagai platicier untuk membantu memperbaiki tekstur yang lembut dari gum. Mempunyai titik leleh yang tinggi (165-169C) Funginya sebagai bahan pengisi dalam tablet kunyah atau hisap. Intensitas kemanisannya 0,7 kali gula

No 1. 2.

NAMA DTM Aspartam Sakarin

Jenis/Bahan makanan - Bahan pangan - Permen Karet - Saus - Es lilin - Minuman ringan - Permen - Es cream - Minuman yoghurt - kismis - jem dan jeli

Batas Max Penggunaan

50 mg/kg (sakarin) 100 mg/kg (Na-sakarin) 200 mg/kg(Na-sakarin) 200 mg/kg(Na-sakarin) 1g/kg (as. Siklamat) 2g/kg (as. Siklamat) 3g/kg (as. Siklamat) 5g/kg 300g/kg

3.

Siklamat

4.

Sorbitol

Penyalahgunaan / efek negatif Secara tidak langsung gula pasir juga dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung koroner. Hal ini terjadi karena kelebihan gula yang masuk kedalam tubuh akan ditimbulkan sebagai cadangan energi degeneratif dalam bentuk lemak. Penyakit degeratif lainnya yang mungkin terjadi adalah diabetes militus. Orang yang telah menderita diabetes militus harus menghindari gula pasir karena dapat meningkatkan kadar gula darahnya secara cepat. Aspartame Tidak dapat digunakan untuk kondisi tubuh yang tidak dapat mencerna asamamino fenilalanune karena kelainan metabolisme sejak lahir. Penyakit ini ditandai dengan pusing dan mual bila mengkonsumsi fenilalanie. Sakarin FDA melarang penggunaanya karena sakarin berkaitan dengan timbulnya kanker pada kandung kemih hewan percobaan. Pemakaian sakarin oleh ibu hamil /menyusui harus dibawah izin dokter. Siklamat Di AS pengunaannya telah dilarang karena menimbulkan kanker.

Waspada Pemanis Buatan!


November 2, 2009

Terlalu banyak minum minuman ringan dengan pemanis buatan akan mengakibatkan kerusakan pada ginjal.

Sebuah penelitian yang melibatkan tiga ribu perempuan yang ambil bagian telah menunjukkan efeknya. Dalam penelitian mengenai gaya hidup dan investigasi kesehatan di Amerika ini membandingkan penggunaan pemanis asli dan pemanis buatan. Hasilnya menunjukkan bahwa dua atau lebih meminum minuman dengan pemanis buatan dalam satu hari akan mempunyai resiko lebih cepat merusak fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan setelah menghitung faktor resiko lainnya, seperti umur, tekanan darah, diabetes, merokok dan sakit jantung. Baru-baru ini, penemuan ini telah dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Masyarakat Nephrology Amerika di San Diego California TEMPO Interaktif , London Up Date 1 November 2009 Makanan manis yang dikombinasikan dengan warna-warna menarik sungguh membuat anak kecil tertarik. Apalagi kalau makanan itu empuk sehingga mudah dikunyah. Belum lagi kalau dibentuk sebagai minuman dingin yang dibekukan, seperti es krim atau serbuk es yang dituangi sirup. Meski banyak digemari anak-anak, makanan manis yang banyak dijual di pasaran ini perlu diwaspadai. Pasalnya, banyak produk makanan, terutama produk industri rumah tangga, yang menggunakan pemanis buatan sebagai pengganti gula. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) RI Dedi Fardiaz mengungkapkan, di Indonesia masih banyak permasalahan terkait dengan penggunaan pemanis buatan. Meski sudah ada ketentuan batas maksimum yang diizinkan, penggunaan pemanis buatan masih sering dilakukan semena-mena melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) RI Dedi Fardiaz mengungkapkan, di Indonesia masih banyak permasalahan terkait dengan penggunaan pemanis buatan. Meski sudah ada ketentuan batas maksimum yang diizinkan, penggunaan pemanis buatan masih sering dilakukan semena-mena melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Sakarin dan siklamat harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti aspartam, acesulfam, alitam, dan neotam. Makanan Anak Indonesia Biang Kanker Kapanlagi.com Sebuah penelitian lembaga konsumen di Jakarta menemukan pelanggaran hukum produsen makanan anak-anak di Indonesia yaitu penggunaan pemanis buatan yang bisa berakibat fatal bagi kesehatan anak di antaranya kanker dan keterbelakangan mental. Survey yang kami lakukan Juni-Juli 2006 pada 49 makanan anak-anak membuktikan makanan itu mengandung pemanis buatan berbahan kimia. Penggunaan bahan pemanis buatan kimia ini mempunyai aturan dan ketentuan khusus yang dilanggar oleh para produsen makanan anak-anak itu, kata Direktur Program Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) Asad Nugroho, dalam konferensi pers LKJ di Jakarta, Rabu (09/08). Makanan yang diteliti melalui metode survey dan uji laboratorium pada makanan anak itu terdiri dari produk makanan jenis jelly, minuman serbuk dan permen, mulai dari produk yang sudah maupun belum ternama. Makanan tersebut paling banyak dikonsumsi anak-anak karena rasa manisnya tinggi, kata Asad.

Hasil penelitian membuktikan ketiga jenis makanan yang digandrungi anak-anak itu mengandung aspartam, Sakarin dan Siklamat, bahan kimia yang dalam jangka panjang bisa mengakibatkan penyakit fatal bagi bocah. Ketiga bahan kimia tersebut penggunaannya telah diatur dalam Permenkes No.208 1985 Pasal 10 dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No HK 00.05.5.1.4547 tahun 2004. Peraturan itu menentukan bahwa makanan yang mengandung pemanis buatan harus mencantumkan jenis dan jumlah pemanis buatan dalam komposisi bahan atau daftar tabel. Tiga pemanis kimia itu juga merupakan pemanis buatan kimia non kalori yang penggunaannya sesuai ketentuan Permenkes No.208 1985 hanya diperuntukkan bagi penderita diabetes mellitus, dan orang yang sedang diet kalori akibat obesitas. Tapi pemanis buatan kimia di lapangan industri makanan cenderung digunakan produsen karena alasan efisiensi. Bayangkan saja, sakarin mempunyai tingkat kemanisan 200-700 kali kemanisan gula, siklamat tingkat kemanisannya 30-80 kali kemanisan gula dan aspartam 200 kali kemanisan gula, kata Asad. Menurut Keputusan Kepala BPOM No HK 00.05.5.1.4547 Th 2004 pasal 2 butir 2 menyebutkan bahwa pemanis buatan digunakan pada pangan rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Dari hasil penelitian LKJ pada 49 makanan anak-anak itu, semua makanan anak tersebut mengandung pemanis buatan (sakarin, aspartam dan siklamat) duapuluh di antaranya merupakan campuran antara pemanis alami dan pemanis buatan yang melanggar ketentuan dalam Keputusan BPOM. Dua di antara produk minuman serbuk tidak mencamtumkan peringatan pada penderita fenilketonuria padahal dua minuman itu mengangung aspartam. Penderita penyakit fenilketonuria tidak diperkenankan mengkonsumsi aspartam. Menurut peneliti di LKJ, dr.Nurhasan, ketiga bahan kimia itu boleh dikonsumsi tubuh manusia yang berusia lebih dari 15 tahun atau sesuai ketentuan nilai ADI (Acceptable Daily Intake; jumlah pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang boleh dikonsumsi tiap hari sepanjang hidup). Permasalahannya, ketentuan ADI dibuat untuk ukuran tubuh dalam taksiran berat tubuh orang dewasa atau mengambil rata-rata 45 kg, sedangkan tubuh anak-anak rata-rata di bawah 35 kg. Tubuh anak-anak belum dapat mentoleransi kandungan kimia dari pemanis buatan itu, kata Nurhasan. Dia mengatakan, Sakarin aspartam dan siklamat dapat mengakibatkan anak menjadi hiperaktif, keterbelakangan mental dan dalam jangka panjang beresiko kanker. Sementara peneliti LKJ, Lies Purnama Sari mewakili LKJ mengatakan sudah saatnya pemerintah berlaku tegas dalam mengawasi dan menertibkan klaim atau pelabelan produk-produk pengan yang mengandung pemanis buatan, termasuk menegakkan peraturan-peraturan mengenai pemanis buatan dengan sungguh-sungguh. Selain itu, LKJ juga meminta pemerintah membatasi penggunaan pemanis pada produk pangan anak-anak dan penggunaan pemanis buatan hanya dikhususkan bagi penderita diabetes dan diet obesitas.

Ia mengajak msyarakat untuk tidak mengkonsumsi makanan berpemanis buatan. Selama masih ada pemanis alami, penggunaan pemanis buatan sebisa mungkin dihindari masyarakat, katanya. (*/rit) http://melileaku.com/?p=192

ABSTRAK

Pemanis Buatan adalah Suatu zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau meningkatkan rasa manis, sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula dimana tingkat kemanisan pemanis buatan berkisar antara 50-3000 kali lebih tinggi daripada gula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pedagang es krim di beberapa pasar Kota Medan tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat deskriptif yang dilakukan pada beberapa pedagang es krim, dengan berjumlah 30 orang. Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner tentang gambaran pengetahuan dan sikap tentang penggunaan pemanis buatan. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 19 orang (63,3%), sikap dengan kategori sedang yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) dan diketahui bahwa pada umumnya menggunakan pemanis buatan yaitu sebanyak 23 orang (76,7%). Berdasarka n penelitian ini disaranka n agar dinas kesehatan terkait (puskesmas, dinas kesehatan) memberikan penyuluhan secara berkala kepada seluruh pedagang es krim keliling sehingga pedagang lebih mengetahui tentang bahan pemanis buatan dan dampak yang diakibatkan, dilakukan pemeriksaan terhadap es krim yang dijual di beberapa pasar kota Medan dan juga sebaiknya pedagang es krim

tidak menggunakan bahan pemanis buatan melebihi batas maksimum yang diizinkan sesuai peraturan 200mg/kg.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap dan Pedagang Es Krim, Penggunaan Pemanis Buatan.

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

Artificial sweetener is a substance that can provide or increase sweetness while the calorie it produces is much less than that of sugar but the level of sweetness of the artificial sweetener ranges between 50 3000 times higher than that of sugar. This is an analytical survey study with cross-sectional design describing the relationship between the characteristics (education, length of time selling ice-cream, daily income), knowledge, attitude of the ice-cream sellers using the artificial sweetener at several markets in Medan in 2010. This result is research of survey have the character of descriptive which at some of ice-cream seller, amounted to 30 people. Primary data from this research was gotten by interview that using questionnaire of the descriptions of knowledge,

attitude about concerning usage of sweetener made in. The data wich was taken then was processed, analysed and presented in distribution of frequenty table. the result of this study showed that, the stage knowledge of respondence was in middle of category that countain 19 person ( 63,3%), attitude of respondence was in middle of category that countain 19 person ( 63,3%) and known that in general use sweetener made in that is counted 23 people ( 76,7%). Based on this research suggest for related on duty health (puskesmas, on duty health) giving periodical counselling to all merchant of ice-cream circle so that merchant more know about sweetener made in and resulted impact, to be inspection to sold ice-cream in some Medan town markets as well as of ice-cream seller do not usage of artificial sweetener made in exceeding maximum boundary which permitted according to regulation 200mg / kg.

Keyword : Knowledge, Attitude and Ice-Cream seller, Usage of Artificial Sweetener

Universitas Sumatera Utara http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31569/6/Abstract.pdf

Sakarin, Pemanis Buatan Dari Batubara

Mengenal sakarin Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Karena tidak strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste pahit atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat dicampurkan dengan siklamat (akan dibahas di bagian 4) dalam perbandingan 1:10 untuk siklamat. Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Fahlberg pada tahun 1879 secara tidak sengaja dari industri tar batubara. Penggunaannya secara komersial sudah diterapkan sejak tahun 1884. Namun sakarin baru terkenal oleh masyarakat luas setelah perang dunia I, di mana sakarin berperan sebagai pemanis alternatif pengganti gula pasir sulit diperoleh. Sakarin menjadi lebih populer lagi di pasaran pada tahun 1960-an dan 1970-an. Saat itu, sifatnya sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi faktor penarik utama dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan. Sifat yang penting untuk industri minuman kaleng atau kemasan. Karena itulah, sakarin dalam hal ini sering digunakan bersama dengan aspartame; agar rasa manis dalam minuman tetap bertahan lama. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, aspartame tidak bertahan lama dalam minuman kemasan. Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam; sehingga sakarin tidak menyebabkan erosi enamel gigi. Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus, karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya; sehingga gula darah akan turun. Penggunaan Sakarin sempat digunakan secara luas sebagai pemanis dalam produk makanan kemasan (minuman atau buah kalengan, permen karet, selai, dan permen), bahan suplemen (vitamin dan sejenisnya), obat-obatan, dan pasta gigi. Selain itu sakarin juga digunakan sebagai gula di restoran, industri roti, dan bahan kosmetik.

Keamanan Sakarin mulai diteliti sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ahli yang pertama kali menentang penggunaan sakarin, karena dianggap merugikan kesehatan; adalah Harvey Wiley. Menurut beliau, sakarin memang manis seperti gula pasir biasa, namun karena struktur kimianya yang menyerupai tar batubara; tetap saja yang dikonsumsi adalah tar batubara yang seharusnya tidak dimakan. Namun pernyataan terus dibantah keras oleh presiden Amerika Serikat saat itu, Theodore Roosevelt. Memang sejak pertama diperkenalkan secara luas kepada masyarakat sampai saat itu, belum ada efek buruk sebagai akibat konsumsi sakarin. Sejak saat itu, keamanan penggunaan sakarin terus diperdebatkan sampai sekarang. Adapun bahaya yang ditimbulkan sakarin adalah efek karsinogenik. Pada sebuah penelitian di tahun 1977, mencit percobaan mengalami kanker empedu setelah mengkonsumsi sakarin dalam jumlah besar. Penentuan efek serupa pada manusia lebih sulit, karena sebagian besar produk makanan yang ada saat ini menggunakan beberapa pemanis buatan sekaligus. Penelitian oleh Weihrauch & Diehl (2004) menunjukkan bahwa konsumsi kombinasi pemanis buatan dalam jumlah besar (>1.6 gram/hari) meningkatkan risiko kanker empedu sebanyak hanya 1.3 kali lipat pada manusia. Namun pemanis manakah yang menimbulkan efek ini tidak diketahui. Setelah beberapa tahun meneliti, sebagian besar ahli akhirnya menyimpulkan bahwa sakarin tidak bersifat karsinogenik pada manusia. Referensi 1. Saccharin (from Calorie Control Council, Atlanta (GA), United States). Link URL: www.saccharin.org/facts/sach_broch_final_406.pdf 2. Saccharin (from Wikipedia). Link URL: en.wikipedia.org/wiki/Saccharin 3. Weihrauch & Diehl. Artificial sweeteners do they bear a carcinogenic risk. Annals of Oncology 2004 (15): 1460-1465. http://artikelbiboer.blogspot.com/2009/12/sakarin-pemanis-buatan-dari-batubara.html

efek sakarin
Posted on 1 AMpTue, 25 Mar 2008 10:23:14 +000023Selasa 2008 by yellashakti | 10 Komentar

Mula-mula saya tertarik dengan kemasannya yang eye catching. Sempat melumerkan air liur saya. Bahan dasar industri minuman bersoda adalah gula yang dibuat menjadi

karamel. Selain menimbulkan rasa manis, karamel juga dimanfaatkan untuk zat warna. Warna coklat kehitaman dari minuman cola berasal dari karamel. Coca dibuat dengan mencampur karamel dengan air berkarbonasi untuk menimbulkan rasa segar. Bahan tambahan lain digunakan kafein yang berfungsi untuk menimbulkan rasa ketagihan (seperti pada rokok). Saya penasaran juga dengan kompisisinya. Beberapa waktu lalu saya secara tidak sengaja mampir ke salah satu supermarket. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk melihat komposisi cola. Saya coba beli satu. Ternyata memang benar gak pake gula. Tahukah anda apa yang digunakan untuk menggantikan gula? TENTU SAJA sakarin. Ngomong-ngomong saya sudah mencicipi sedikit dari minuman COLA ZERO, rasanya agak pahit dan lebih encer. Ini merupakan efek dari sakarin. Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 kali gula biasa. Oleh karena itu sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula. Dalam perdagangan dikenal dengan nama Gucide, Glucid, Garantose, Saccharimol, Saccharol, dan Sykosa. Harga sakarin paling murah dibanding dengan pemanis buatan lainnya. Sakarin dapat menghemat biaya produksi. Harga pemanis buatan jauh lebih murah dibandingkan dengan gula asli. Pemanis buatan hanya sedikit ditambahkan untuk memperoleh rasa manis yang kuat. Bahaya penggunaan sakarin yang berlebihan : Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. 1. migrain dan sakit kepala 2. kehilangan daya ingat 3. bingung 4. insomnia 5. iritasi 6. asma 7. hipertensi 8. diare 9. sakit perut 10. alergi 11. impotensi dang gangguan seksual 12. kebotakan

13. kanker otak 14. kanker kantung kemih Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup). Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki. Oleh karena itu Food and Drug Administation (FDA), AS menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya. Sakarin diambil dari sumber : http://yellashakti.wordpress.com/2008/03/25/coca-cola-zero-sugar-tidak-mengandung-gulatapi%E2%80%A6/

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan manusia

diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan. Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-

undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia1.

Penyakit yang ditimbulkan karena pangan yang tercemar telah menjadi masalah

di dunia. Berdasarkan analisis data yang berhasil dihimpun saat penyakit keracunan ini, bawaan makanan kasus-kasus (foodborne disease) atau masih

makanan

cukup tinggi2. Kasus keracunan makanan di Indonesia terus meningkat tahun3 dari tahun ke

Masalah keamanan pangan perlu ditangani secara bersama baik oleh pemerintah, produsen, maupun konsumen. Produsen pangan bertanggung jawab untuk mengendalikan keamanan pangan yang dihasilkan, konsumen bertanggung jawab untuk memantau keamanan pangan yang ada di sekitarnya, sedangkan pemerintah bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi keamanan pangan yang beredar di masyarakat4. Salah satu masalah keamanan pangan di Indonesia adalah masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab produsen pangan tentang mutu dan keamanan pangan, terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga5. Masalah keamanan pangan tersebut juga terjadi pada makanan tradisional. Makanan-makanan yang selama ini diduga sebagai penyebab terjadinya kasuskasus penyakit bawaan makanan dan keracunan makanan berasal baik dari makanan keluarga maupun makanan-makanan yang diperjualbelikan di tempat-tempat pengelolaan makanan (TPM), di antaranya adalah makanan jajanan tradisional. Makanan jajanan tradisional pada umumnya dijual oleh pedagang kaki lima di tempat-tempat keramaian, terutama di pasar-pasar. Makanan ini umumnya dijual

dengan harga murah dan dikonsumsi secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat. Makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar untuk tujuan-tujuan tertentu banyak yang ditambah dengan bahan-bahan lain, misalnya bahan pemanis, bahan penyedap, bahan pengawet, dan bahan pewarna. Di antara bahan-bahan yang

ditambahkan itu sering ada yang membahayakan kesehatan manusia, misalnya boraks dan bahan-bahan pewarna yang dilarang. Boraks banyak digunakan dalam pembuatan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan selain dimaksudkan untuk bahan pengawet juga dimaksudkan untuk membuat bahan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan4. Hasil pemeriksaan laboratorium Badan POM Denpasar terhadap bakso menunjukkan 54,29% bakso yang digunakan sebagai sampel mengandung boraks. Jumlah kandungan boraks yang ditemukan dalam bakso bervariasi antara 0,63 ppm sampai 132,142 ppm8. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 722/MenKes/ Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, boraks termasuk bahan yang berbahaya dan beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai bahan tambahan makanan9. Penggunaan bahan pewarna yang dilarang pada pembuatan makanan jajanan pada umumnya dimaksudkan untuk memberikan warna yang mencolok pada makanan sehingga menarik. Untuk itu digunakan bahan-bahan pewarna yang dapat memberikan warna yang mencolok, misalnya: Rhodamin B (warna merah), dan Methanyl Yellow (kuning). Bahan-bahan pewarna tersebut merupakan bahan pewarna yang tidak boleh diberikan pada makanan4. Pada umumnya para pembuat makanan jajanan tidak menyadari bahaya penggunaan bahan tambahan yang dilarang. Hal ini terutama disebabkan ketidaktahuan para pembuat makanan jajanan baik mengenai sifat-sifat maupun

bahaya penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak sesuai dengan peraturan. Pembuat makanan jajanan tradisional biasanya adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah. Dari hasil studi pendahuluan di pasar-pasar dapat diketahui bahwa hampir semua pembuat makanan jajanan tradisional berpendidikan Sekolah Dasar. Bahkan ada di antaranya yang tidak tamat Sekolah Dasar. Sebagai akibatnya dalam praktek mereka kurang memperhatikan masalah keamanan pangan yang dibuatnya. Pengetahuan, sikap, dan praktek seorang pembuat makanan memiliki pengaruh yang besar terhadap citra dan kualitas makanan yang dibuatnya6. Usaha di bidang makanan jajanan tradisional telah berkembang dengan pesat. Hal ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan makanan yang murah, mudah didapat, dan disenangi oleh sebagian besar golongan masyarakat. Dari hasil survei pada tahun 1990 menunjukkan bahwa usaha makanan jajanan telah menyerap 64,2% dari 19% angkatan kerja dalam sektor informal (pedagang kaki lima). Dengan perkataan lain bahwa sebagian dari sektor informal (pedagang kaki lima) berusaha di bidang makanan jajanan2. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha di bidang makanan jajanan menarik minat masyarakat. Namun di sisi yang lain makanan jajanan mengandung risiko yang cukup potensial untuk terjadinya gangguan kesehatan. Keadaan ini terutama berkaitan dengan pengelolaan makanan jajanan tradisional yang tidak atau kurang memenuhi syarat kesehatan. Pengelolaan makanan jajanan oleh siapapun dan dalam bentuk usaha apapun perlu memperhatikan kaidah-

kaidah kebersihan (hygiene) dan sanitasi serta persyaratan kesehatan agar tidak

menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Atas dasar potensi yang dimiliki dan tingkat kerawanan yang tinggi pada makanan jajanan tradisional maka perlu adanya pembinaan agar makanan jajanan tradisional dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi syarat-syarat kesehatan. Demikian juga halnya dengan perkembangan usaha dalam bidang jajanan tradisional. Hal ini ditandai dengan banyaknya jenis-jenis makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar, misalnya: gendar, cendol, lopis, cenil, kueku, bolu kukus, getuk, dan sebagainya. Untuk pembinaan makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar, perlu diketahui jenis-jenis makanan jajanan apa saja yang dijual beserta kualitasnya.

Selain itu juga perlu diketahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pembuatan jenis-jenis makanan jajanan tradisional tersebut. Usaha untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi pembuatan makanan mempunyai arti penting untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan. Hal ini sesuai dengan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) dalam rangka mencegah dan mengendalikan tahap-tahap rawan terhadap risiko keamanan makanan selama proses pengolahan makanan7. Dalam penelitian ini tidak dikaji semua aspek kualitas makanan jajanan tradisional, tetapi hanya mengkaji satu aspek saja, yaitu yang berkaitan dengan penggunaan bahan tambahan yang bersifat toksik, khususnya boraks dan zat-zat

pewarna yang dilarang. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa boraks dan zat-zat

pewarna yang dilarang merupakan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan makanan jajanan. Penggunaan boraks dan zat-zat pewarna terlarang dalam makanan dapat mengganggu kesehatan. Dari hasil percobaan dengan menggunakan tikus menunjukkan bahwa boraks bersifat karsinogenik 10. Pada dosis yang cukup tinggi dalam tubuh boraks akan menyebabkan gejala pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, cyanis, dan kompulsi. Pada dosis 10-20 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa11. Zat-zat pewarna yang dilarang seperti halnya Methanyl Yellow dan Rhodamin B bersifat sangat toksis. Methanyl Yellow bila dikonsumsi dapat menyebabkan terjadinya diare, kerusakan ginjal dan hati. Konsumsi Rhodamin B secara terus menerus dapat menyebabkan kanker hati dan kerusakan ginjal12.

You might also like