You are on page 1of 13

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal, agar individu dapat hidup mandiri dilingkungannya Begitupun bagi remaja yang berkebutuhan khusus mereka memiliki potensi untuk dikembangkan. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didiknya, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Remaja autistik termasuk salah satu anak berkebutuhan khusus yang masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang akademik maupun non akademik, meskipun komunikasi, interaksi sosial, perilaku terhambat., namun pada dasarnya anak autistik pun memiliki kebutuhan yang sama dengan anak-anak lain pada umumnya. Mereka masih mempunyai potensi untuk menguasai mata pelajaran, bahkan banyak yang dapat mandiri di masyarakat. Untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada diri remaja autistik, maka mereka berhak untuk memperoleh pendidikan sesuai kondisi dan kemampuannya, yaitu melalui layanan pendidikan luar biasa. Dalam PP 72 tahun 1991 bab 2 pasal 2 disebut bahwa tujuan pendidikan luar biasa adala ....membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Salah

satu

penerapan

dan

pengembangan

keterampilan

adalah

keterampilan menyulam. Ada beberapa SLB yang mengembangkan keterampilan

bagi anak autistik, salah satunya di SLB-C Sukapura memiliki program keterampilan menyulam bagi anak autistik. Keterampilan menyulam tidak terlalu sulit untuk diajarkan bagi remaja pada umumnya tetapi bagi remaja autistik akan menjadi sesuatu yang tidak mudah karena butuh konsentrasi, komunikasi dan interaksi yang baik. Autistik adalah individu yang memiliki hambatan pada komunikasi, interaksi sosial, kosentrasi dan perilaku, sehingga berdampak pada aspek akademik dan non akademik. Anak autistik adalah gangguan pada masa anak-anak yang ditandai oleh hendaya signifikan dalam interaksi sosial dan komunikasi, dan oleh pola-pola perilaku, interes, dan aktivitas terbatas (Durand, 2004). Dengan adanya keterampilan menyulam taplak meja bagi anak autistik dapat melatih kemampuan memusatkan perhatian satu objek yang sedang dikerjakan, selain itu dapat memberikan suatu kecakapan vokasional agar dapat melatih kemandirian hidupnya. Berdasarkan permasalahan tersebut serta dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai Latihan Keterampilan Menyulam Taplak Meja Bagi Anak Autistik di SLB C Sukapura.

Fokus Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, Bagaimana Pelaksanaan Latihan Keterampilan menyulam taplak meja bagi Anak Autistik di SLB Sukapura ? Dari fokus permasalahna tersebut maka dikembangkanlah beberapa masalah yang dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: bagaimana kemampuan remaja autistik dalam keterampilan menyulam taplak meja? bagaimana program pembelajaran menyulam yang diberikan oleh guru ? bagaimana pelaksanaan latihan keterampilan menyulam taplak meja bagi anak autis ?

hambatan apa saja yang dialami siswa pada saat latihan keterampilan menyulam taplak meja ? bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan tersebut ? Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan TujuanPenelitian secara umum Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai Latihan Keterampilan Menyulam Taplak Meja di SLB-C Sukapura. Tujuan Penelitian secara Khusus Mengetahui bagaimana kemampuan anak autistik dalam keterampilan menyulam taplak meja. Mengetahui bagaimana latihan keterampilan yang diberikan oleh guru. Mengetahui bagaiman pelaksanaan serta evaluasi latihan keterampilan menyulam taplak meja bagi anak autistik. Mengetahui bagaimana hambatan apa saja yang dialami anak autistik dalam pelaksanaan latihan keterampilan menyulam taplak meja. Mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan yang dialami anak autistik dalam pelaksanaan latihan keterampilan menyulam taplak meja. Kegunaan Penelitian Dalam tataran teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan informasi mengenai bagaimana mengerjakan keterampilan menyulam taplak meja bagi anak autistik sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak autistik Pada tataran praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang besar. Secara empiris di lapangan temuan penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai masukan bagi orang tua dan guru dalam keikutsertaan dalam membimbing

anaknya di rumah ataupun di sekolah. Serta sebagai bahan pertimbangan dan pemahaman serta kajian bagi peneliti selanjutnya. Kerangka Teori Untuk menyamakan persepsi tentang pengertian dan pemahaman mengenai masalah yang akan diteliti, berikut konsep dasar beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah yang akan diungkap, yaitu mengenai latihan keterampilan menyulam taplak meja bagi anak autistik. Terampil adalah cakap adalah menyeslesaikan tugas, mampu dan cekatan. Menampilkan adalah membuat menjadi terampil, memberikan

keterampilan. Keterampilan dalam kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Menyulam adalah membuat suatu hiasan yang di buat diatas kain atau bahan-bahn lain dengan menggunakan jarum ataupun tidak menggunakan jarum dan menggunakan benang. Taplak adalah kain yang dipakai sebagai penutup meja. Meja adalah perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya (bermacam-macam bentuk dan gunanya); Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Pada tahun 1943, Leo Kanner mengemukakan tentang anak-anak dengan gejala autistik yang disebut early infantile autism atau autistik usia dini. Autism is a developmental disorder that affects many aspects of how a child sees the world and learn from his or her experiences. Children with autism lack the usual desire for social contact. The

attention and approval of others are not important to them in the usual way. Autism not an absolute lack of desire for affiliation, but relative one(Siegel, B.1996 : 9). Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Powers (1989) karakteristik anak autistik adalah adanya enam (6) gejala/gangguan, yaitu dalam bidang: 1. Interaksi sosial: a. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan c. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum. 2. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi): a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. b. Senang meniru atau membeo (echolalia); Bila senang meniru, dapat hafal betul katakata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya c. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi sirna d. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya e. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain; bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi f. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. Metode Penelitian Menurut Denzin dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (2009:5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar almiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Salah satu kegunaan penelitian kualitatif adalah menghasilkan deskripsi dan analisis

tentang kegiatan, proses atau peristiwa-peristiwa penting. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai latihan keterampilan bagi remaja autistik di SLB-C Sukapura. Dengan demikian, maka metode yang relevan digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan karena masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan bersifat deskriptif yang berkaitan dengan subjek penelitian yang diteliti. Pemecahan masalah melalui metode deskriptif ini dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sistematis sehingga dapat menggambarkan situasi secara objektif. Tempat Penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi melainkan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) (Sugiyono, 2007:297). Penelitian ini dilakukan di SLB-C Sukapura Bandung. Teknik Penelitian Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: Wawancara Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur, dimana pelaksanaannya mirip dengan percakapan informal. Adapun wawancara ini dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas, dan siswa. Dengan maksud untuk mengumpulkan data dan mendapat informasi mengenai latihan keterampilan menyulam taplak meja.

I. Djumhur dan Muh. Surya , (1985) mengemukakan bahwa wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan maupun tidak langsung. Observasi Dalam penelitian ini peneliti mengamati dan mencatat secara teliti mengenai latihan keterampilan menyulam taplak meja. Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989 : 109 ) mengemukakan: Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2010 :145) : Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (participant observation). Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diproleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak . Dalam penelitian ini peneliti mengamati dan mencatat secara teliti mengenai pelaksanaan latihan keterampilan menyulam taplak meja mulai dari (1) kemampuan remaja autistik dalam keterampilan menyulam, (2) persiapan KBM dikelas,(3) penyampain materi sesuai dengan kurikulum, (4)penerapan metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi, (5) pendekatan pembejaran yang digunakan, (6) media yang digunakan dalam KBM, (7) prosedur tes yang digunakan dalam mengevalusi latihan keterampilan menyulam taplak meja, (8) bentuk tes yang digunakan dalam mengevaluasi latihan keterampilan menyulam taplak meja.

Studi Dokumentasi Titik perhatian utama dalam kegiatan ini adalah dokumen yang mendukung dan mempertegas data hasil wawancara dan observasi. Dokumen yang dikumpulkan adalah berupa foto-foto yang produk hasil kerja selama latihan keterampilan menyulam taplak meja oleh remaja autis itu sendiri. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering di analisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti itu sendiri (Bogman dan Biklen, 1982 : 102). Penguji Keabsahan Data/Triangulasi Teknik penelitian keabsahan data dilakukan dengan triangulasi, yaitu teknik pengujian keabsahan data yang dimanfaatkan sesuatu dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data yang telah diperoleh (Moleong, 2007:17). Dalam mengecek keabsahan data, peneliti membandingkan data hasil observasi dan hasil wawancara serta studi dokumentasi berupa foto dan dokumen-dokumen mengenai rumusan masalah intervensi dini bagi anak berkesulitan belajar membaca permulaan di Resource Center Kesulitan Belajar (RCKB) yang tepat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya Berikut ini adalah teknik yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya:

Keterangan : membandingkan data hasil wawancara terhadap subjek penelitian (informan utama) dengan data hasil wawancara dengan sumber informasi (informan) lain dalam penelitian membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan penelitian melakukan member chek, melakukan perbaikan-perbaikan jika ada kekeliruan dalam pengumpulan informasi atau menambah kekurangan-kekurangan, sehingga informasi yang diperoleh dapat dilaporkan sesuai dengan apa yang dimaksud informan. Proses Pencatatan Data Pencatatan Awal Pencatatan awal dilakukan dalam pengumpulan data yang masih berupa data mentah dan catatan kecil dilapangan yang belum rinci melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi sebagai data yang sekunder. Bentuk catatan masih mentah dan tidak tersusun.

Pencatatan Formal Tahap pencatatan formal, peniliti menyusun data-data yang masih mentah ke dalam bentuk susunan yang lengkap dan sistematis berdasarkan

informasi yang di dapat dari lapangan dan sesuai dengan masalah penilitian. Pencatatan formal disusun ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : Menggorganisasi data Mengabstraksikan data kedalam setiap matrik Memilah temuan-temuan tambahan Temuan tambahan adalah data yang didapat dari lapangan yang tidak menunjukan korelasi dekat dengan permasalahan penelitian namun dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Penambahan Catatan Sepanjang Waktu Penambahan catatan ini terjadi pada saat perolehan data atau informasi yang baru hingga penilitian ini berakhir. Pelaksanaan tahap ini tidak jauh beda dengan koreksi terhadap langkah-langkah yang telah dilalui sebelumnya. Teknik Analisis Data Analisis data ini djadikan pegangan dalam proses penelitian selanjutnya, karena dapat mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, permasalahan apa atau mana yang belum terpecahkan, teknik apa yang perlu digunakan untuk mencari informasi baru dan kesalahan apa yang perlu dan harus diperbaiki. Nasution (2003:129) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis data yaitu (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan. Reduksi data Pada tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dan yang kurang relevan dengan tujuan penelitian. Laporan yang telah di dapat dalam lapangan ditulis / diketik dalam bentuk uraian ataupun laporan yang terperinci. Laporan-laporan itu di reduksi, di rangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, sehingga mudah dikendalikan.

Display data Pada tahap ini diusahakan menyajikan data dalam bentuk tematema singkat yang langsung diikuti dengan analisis pada setiap tema, sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan dari setiap responden. Penarikan kesimpulan Sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti mencari makna dari data yang telah dikumpulkan. Data yang telah diperoleh dibuat kesimpulan. Kesimpulan yang pada mulanya masih kabur dan diragukan akan tetapi dengan bertambahnya data yang di dapat maka kesimpulan itu sesuai dan tidak diragukan.

DAFTAR PUSTAKA Buckley, C. (2009). Sulam Untuk Pemula.Bintang Pustaka : Jakarta

Delphie, Bandi.(2009). Pendidikan Anak Autistik.PT Intan Sejati Klaten : Sleman Durand, V. Mark dan David H. Barlow.(2007).Psikologi Abnormal.Pustaka Pelajar : Yogyakarta Ichsan . Karakteristik Anak Autis.(tunas63 wordpress.com) Kamus Besar ( tersedia online www.kamus besar.com ) Moleong, J. Lexy.( 2007). Metode Penelitian Kualitatif. PT Rosda : Bandung. Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. PT. Tarsito : Bandung. Pengertian Remaja Menurut Para Ahli.(tersedia online di belajar psikologi.com) Peeters, Theo.(2009). Panduan Autisme Terlengkap. PT Dian Rakyat : Jakarta Somantri, Sutjihati. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Reflika Aditama : Bandung Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta : Bandung Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme pranalar luar http://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/sindrom-gangguan-autisme artikel http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=172299 perpus

PROPOSAL PELAKSANAAN LATIHAN KETERAMPILAN MENYULAM TAPLAK MEJA

BAGI REMAJA AUTISTIK DI SLB-C SUKAPURA BANDUNG

Oleh : Nisa Hayatilhaq 0705010 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

You might also like