You are on page 1of 14

Sentra seni Mewarnai dan mengecat Di sentra seni, anak-anak menghabiskan waktu mereka dengan menggubakan alat-alat seperti

crayon, kuas, cat, kapur, spidol, cap, pensil, dan berbabagai macam benda lain yang dapat digunakan untuk menggambar. Kesenian anak dimulai dengan tahap mencoret-coret yaitu berkisar antara usia 2-3,5 tahun. Pada usia 3 dan 5 tahun anak mulai menggambar bentukbentuk potongan, membuat garis lurus dan lingkaran, dan berbagai macam bentuk yang lebih kompleks seperti kotak dan segitiga. Kemudian mereka menyusun potongan-potongan tersebut menjadi sebuah bentuk atau konstruksi. Tahap perkembangan ini akan muncul pada anak normal baik dengan bantuan orang dewasa maupun tidak. Namun, pada anak berkebutuhan khusus mungkin akan membutuhkan bantuan dalam waktu yang cukup lama. Anak-anak yang mempunyai tingkat perkembangan yang lemah mungkin mempunyai kemampuan yang sesuai dengan usianya dan kadang tidak. Terus terima semua kemampuan yang dikuasai anak dan tetap mengajarinya untuk naik di tingkat perkembangan selanjutnya. Bagi anak yang mengalami keterlambatan belajar, dalam mempelajari keterampilan baru harus diulang-ulang sampai dia benar-benar menguasainya. Hal ini dikarenakan anak yang mengalami keterlambatan belajar bisa saja menguasai keterampilan baru pada hari tersebut, tapi dilain hari dia belum tentu berhasil mengulangi lagi keterampilan tersebut. Kita harus berhati-hati karena sering kali kejadian seperti ini disimpulkan bahwa anak tersebut bodoh atau pemalas. Mendorong anak yang mengalami keterlambatan perkembangan untuk mengikuti kegiatan seni di awal dan penutup pembelajaran. Dengan memperagakan, membagi tugas menjadi beberapa bagian, dan bantuan dari tangan ketangan. Memperagakan terlebih dahulu aktifitas yang akan dilakukan anak. Membagi tugas menjadi komponen tugas yang lebih kecil atau pertahap. Hal ini dapat membantu anak untuk menyelesaikan satu tugas sebelum berpindah ke tugas selanjutnya. Beberapa anak akan membutuhkan bantuan langsung untuk meletakan kuas ketangannya lalu menggerakannya di atas kertas. Bagi anak dengan kemampuan otot tangan yang lemah dan genggaman yang lemah, pendek, biasanya lebih mudah menggunakan krayon, spidol, dan kuas. Untuk mempermudah menggenggam kita dapat menyiasati peralatan yang akan digunakan dengan membuatnya menjadi lebih besar dan membuat pegangan yang nyaman. Ada banyak benda yang dapat digunakan sebagai pegangan. Misal untuk membuat pegangan pada krayon, pensil, kuas, dan kapur dapat menggunakan busa, kain yang dililitkan, karet, gelondong sisa benang, dan lainya.

Beberapa anak yang belum matang, kepalan genggamannya mungkin terlihat lebih baik dengan alat tulis dan gambar yang kecil. Ada berbagai variasi ukuran dan bentuk untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tiap anak berkebutuhan khusus.

Mewarnai pita atau menggambar garis yang berwarna dengan cat permanen, posisi jari memegangi batang kuas sekitar 3 cm dari ujung kuas. Cara mendorong anak membiasakan genggaman : dengan meletakan kuasa antara jari telunjuk dan jari tengah lalu membantu posisi genggaman tangan anak samapai benar. Pelatihan genggaman ini cocok untuk anak yang memiliki tangan yang lemah dan kesabaran yang rendah dalam kegiatan mewarnai. Menambahkan tekstur atau aroma dalam menggambar seperti pasir, glitter, aroma ektrak makanan (ekstrak jeruk atau vanilla) untuk meningkatkan kepekaan anak. Menggunakan kertas berukuran besar dan membebaskan anak untuk menggambar dengan gerakan tangan yang lebar. Hal ini cocok untuk anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Kertas diletakan secara mendatar seperti di atas meja, lantai, atau ditempelkan ada pintu dan dinding. Anak-anak yang perkembangannya terlambat biasanya mengalami kesulitan dalam mengenal batasan dalam permainan. Sentra kesenian didefinisikan Kerusakan tulang Beberapa anak dengan ketidakmampuan fisik memilih alat tulis yang pendek dan gendut. Namun, terkadang lebih baik dengan menggunakan krayon tradisional, pensil, marker, dan kuas. Bagi anak dengan kekurangan fungsi tangan, menempelkan sepotong kertas pada piring putar, lalu biarkan anak menggambar dengan krayon, pensil, atau kuas melawan kertas yang diputarkan. Menggunakan botol, wadah bumbu, garam, merica bekas dan membiarkan membuat satu garis melingkari wadah tersebut dengan jarinya. Menstabilkan posisi kertas dengan mengelem pinggiran kertas, lalu dorong anak untuk meletakan tangan yang tidak digunakan untuk menulis di atas kertas, seolaholah menahan kertas. Hal ini sangat bermanfaat bagi anak cerebral palsy untuk memperkenalkan penggunaan tangan yang tidak dipakai untuk menstabilkan kertas saat menggambar.

Membuat tataan kertas berbentuk setengan balok yang dipotong secara diagonal, kemudian tempelkan kertas pada potongan diagonalnya. Menggunakan cat yang lebih kental dengan menambahkannya kanji, garam, gula, abu kayu, dan pasir. Bagi anak cerebral palsi harus diperhatikan bahwa dalam menggunakan cat kental harus lebih kreatif, tapi hal ini tidak memberikan konstribusi untuk meningkatkan kekebalan otot tangan. Saat menggambar dengan posisi vertical, tangan harus diberi tumpuan dibawahnya untuk membantu menegakan tangan saat menggambar. Posisi ini membuat kondisi kepala dan leher anak tegak lurus dan mempermudah anak melihat gambar. Posisi ini juga membantu pergerakan tangan, lengan, dan pundak menjadi lebih matang.

PDD dan Autis Banyak anak yang menderita PDD tidak menyukai berbagai bahan-bahan gambar baik dari tekstur dan baunya karena mereka sangat sensitive. Kapur, crayon, dan cat biasanya tidaj disukai, marker biasanya lebih cocok untuk menggambar dan mewarnai bagi mereka. Alternative lain untuk menyiasati sentuan yaitu dengan memasukan cat plakat kedalam kantong plastic, kemudian anak dapat menggambarkan sesuatu di atasnya dengan tangan atau batang es krim. Mengenalkan bahan-bahan secara pelan-pelan dan membiarkan anak mengeksplor bahan tersebut dipikirannya, kemungkinan itu pertama kalinya anak melihat dan merasakan atau baru melihat guru dan teman-temannya bermain dengan bahan tersebut. Membantu dari tangan ke tangan untuk memandu aktivitas anak Jika anak tidak merasa nyaman duduk terlalu lama, biarkan mereka berdiri untuk menyelesaikan gambarnya. Jangan menggunakan instruksi yang panjang biasanya anak lebih bisa merespon isyarat pendek, gambar, atau symbol untuk digambarkan di kertas daripada menggunakan perintah yang panjang.

Gunakan hanya satu atau dua warna saja. Coklat dan hitam adalah warna yang dianjurkan. Memberikan hadiah yang nyata.

ADHD dan behavior issue Bagi anak ADHD kegiatan seni seperti menggambar, fingerpainting, dan melukis sangat menarik perhatian anak. Anak-anak merasa senang karena diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sendiri secara non-verbal dan tidak mengancam tingkahlaku mereka. Akan sangat sulit bagi anak ADHD untuk mengerti bahwa mereka harus beralih keaktifitas lain setelah waktu di sentra seni habis. Kita bisa menggunakan isyarat sebagai penanda bahwa waktu kegiatan sudah selesai. Misalnya dengan menyanyikan lagu penutup kegiatan sebelum menyanyikan lagu membersihkan peralatan. Bagi anak yang sering tidak memperhatikan waktu, bisa disiasati dengan memberikan arahan sebelum memulai aktivitas di sentra seni. Misal berkata bahwa anak-anak memiliki waktu 50 menit untuk bekerja dan akan diberi tanda peringatan 5 menit sebelum waktu habis, jadi anak harus menggunakan waktu seefektif mungkin. Perbolehkan anak untuk memilih menggambar dengan berdiri atau dengan berlutut dilantai. Posisi ini memberikan kemudahan bagi anak ADHD, tapi jika ada yang menginginkan untuk duduk dikursi berilah kursi agak tinggi sehingga kaki anak dapat menyentuh lantai dengan nyaman. Jika anak masih belum nyaman biarkan mereka duduk dan menggambar di kursi dengan memberikan bantuan untuk mengurangi geliatan-geliatan. Melatih anak 4-5 tahun dengan gangguan kesulitan mengatur menggunakan kertas stensil. Kertas stensil mempunyai berbagai bentukbentuk geometri seperti kotak, lingkaran, segitiga, serta mempunyai berbagai desain seperti daun, bunga, manusia, kuda, dan mobil. Saat menggunakan kertas stensil dapat mengurangi kekecewaan saat ada pameran karya seni. Posisi bagi anak ADHD tidak hanya dengan duduk, berlutut, dan berdiri, tapi mengerjakan tugas dengan tengkurap dilantai juga dapat dilakukan. Hal ini dapat memberikan tekanan pada perut anak sehingga dapat

mengurangi aktifitas gerak yang berlebih. Menawarkan pilihan kepada anak tapi masih dalam control pendidik. Misalnya bertanya anak ingin menggunakan alat apa untuk menggambar, kertas warna putih atau kuning, dll. Hal ini dapat mengurangi keluhan bagi anak. Anak ADHD sering kali mengganggu kerja teman yang lain atau merebut tempat temannya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan tempat yang cukup dan memberikan batasan yang jelas. Misal dengan mempersilakan anak untuk bekerja sendiri dimejanya, memindahkan meja kerja anak ke pojok ruangan saat terjagi gangguan, atau memberi penghalang disekitar meja kerjanya dengan memotong kerdus bagian atas, bawah, dan salah satu sisinya hingga tertinggal 3 sisi saja.

Gangguan Motorik Anak-anak dengan gangguan motorik mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas motorik dan sering keliru bahwa mereka dianggap Slow learner padahal biasanya mereka memiliki kemampuan intelegen rata-rata bahkan ada yang diatas rata-rata. Hasil dari kegiatan menggambar saat usia 2-3 tahun belum terlalu terlihat karena pada masa ini anak masih belajar mencoret-coret. Namun, saat anak beusia 4-5 tahun akan mulai meresa gelisah karena mereka tidak bisa mengambarkan bentuk yang mereka keinginkan atau pikirkan. Bagi tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, contohkan kepada anak secara jelas dan biarkan anak menirukan apa yang dicontohkan sampai anak menyelesaikan bagian-bagian tersebut. Gunakan petunjuk verbal selama pembelajaran berlangsung. Sesuaikan posisi menggambar anak dengan keadaan anak. Misal saat menggambar dimeja, letakan kertas diatas meja, saat anak berdiri letakan kertas di meja lukis yang berdiri atau tempelkan kertas pada tembok. Meningkatkan kemampuan koordinasi motorik pada anak 4-5 tahun bisa dengan menggunakan kertas stensil, yaitu menyusun kertas stensil menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. Menstimulus kemampuan sensori anak dengan menggunakan kertas pasir, kertas jaring-jaring, atau kantong bawang untuk menyediakan tekstur permukaan gambar yang berbeda.

Anak-anak dengan kemampuan koordinasomotorik yang lemah sering mengalami kesulitan untuk memulai sebuah gambar. Jika anak ingin menggambar dirinya sendiri, kita dapat membantun dengan member arahan untuk menggambar lingkaran untuk kepala terlebih dahulu, kadang hanya mencontohkan gambar lingkaran juga sudah cukup atau mencontohkan lingkaran dengan tangan kita. Merubah kekentalan cat dengan menambahkan pasir, serbuk gerjaji, atau kanji. Kita juga bisa menambahkan bantalan pada alat gambar (pensil, kuas, spidol) dengan mur, kain, atau spon sehingga alat tersebut nyaman untuk digenggam.

Gangguan pada Mata Anak-anak yang mempunyai ganggauan pada penglihatannya belajar tentang objek dan manusia berdasarkan apa yang dia sentuh,cium, rasa, dan dengar. Mereka tidak mampu untuk mengobservasi dan mengamati objek lain, karena itu merena membutuhkan bantuan kita untuk mmeneliti dunia disekitarnya. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan keterangan secara deskriptif tentang ruangan yang ditempati seperti apa, letak perabotan dan alat permainan, dan apa ang orang-orang lakukan di ruangan tersebut. Meja belajar anak harus memiliki permukaan yang tidak mengkilap dan memiliki penerangan yang penuh untuk mengurangi adanya kilapan dan bayangan. Menggunakan peralatan dengan warna-warna yang kontras seperti warna gelap atau terang pada kertas yang cerah. Merah, kuning, dan orange adalah warna yang paling mudah dilihat oleh anak dengan daya penglihtan yang rendah. Letakan kertas yang lebih kasar pada lembar kerja anak saat anak mewarnai, sehingga anak akan merasakan tekstur kertas sebagai penanda bahwa gambarnya sudah jadi. Untuk mengurangi kilauan cahaya lampu, menggunakan kertas dengan warna pastel akan terasa lebih baik dari pada kertaswarna putih. Apabila ada anak belum pernah meggunakan crayon, atau spidol sebelumnya, pengajar harus mengajarinya memegang krayon atau spidol dan keguannya, Letakan kertas pada tempat lukis atau di pojokan dan ditempel di dinding dengan posisi vertical sejajar dengan kepala atau mata anak. Jaga agar terlihat realistik yaitu jika anak ingin menggambar pohon maka harus ada batang dan daun pada bagian atas dan akar pada bagian bawah.

Akan lebih mudah menggunakan krayon atau spidol dalam mewarnai. Saat menggunakan cat anak akan lebih mudah mengubah orientasi penglihatannya saat dia melihat kertas kemudian kea rah cat dan kembalilagi kekertas. Spidol dan krayon dapat mengurangi jumlah pergerakan penglihatan. Menambahkan kemampuan stimulus sensori saat melukis dengan kekentalan dan aroma. Disarankan untuk menambahkan pasir, garam, bumbu, kanji, serbuk gerjaji, jus jeruk, ektrak vanilla, dan kayu manis. Mengingat kegiatan dalam sentra seni bisa sangat melelahkan bagi anak-anak dengan gangguan penglihatan, disarankan untuk mempersilahkan anak beristirahat dan bersantai lalu melanjutkan aktivitasnya lagi.

Kolase : Bekerja Dengan Perekat dan Lem Keterlambatan Perkembangan Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan membutuhkan susunan, guru pendamping, konsisten, dan pengulangan. Pengajar harus mengenal tahap perkembangan anak untuk memberikan penanganan dalam memeperkenalkan kemampuan baru. Misalnya membuat kolase bola salju dengan menggunakan lingkaran dan menempelinya dengan kapas. Anak-anak biasanya tertarik untuk mengikuti karya yang dicontohkan pengajarnya. Jika penggunaan lem atau perekat menyulitkan bagi anak, maka dapat menggunakan kertas yang lengket. Jadi anak hanya menambahkan kapas pada kertas dan tidak ada lem atau perekat. Jangan memberikan terlalu banyak pilihan, berikan satu atau dua penawaran bahan apa yang akan dipakai pada saat itu. Gunakan material yang memperkuat tema awal dan berikan informasi pada anak tentang bahan yang sedang digunakan. Misalnya kapas ini rasanya lembut kamu hanya menggunakan selembar kertas merah. Bantu anak menyusun bahan dengan menggunakan wadah, satu wadah untuk satu jenis bahan kolase. Memberikan lembar kolase yang besar untuk mengimbangi masalah penempatan yang berkaitan dengan koordinasi mata dan tangan. Menyuruh anak untuk menggunakan kayu atau batang lem untuk mengontrol anak saat mengambil lem ke kertas kerjanya.

Berikan demonstrasi yang jelas dan seperlunya, gunakan kalimat dan ungkapan yang sederhana. Doronglah agar anak-anak mau meniru contoh yang diberikan.

Lemah Tulang Kegiatan kolase sering menjadi favorit bagi anak-anak lemah tulang yang memiliki kemampuan control tangan, lengan, dan jari yang lemah. Mereka hanya butuh genggaman yang kasar kemudian menempeli pola dengan bahan kolase dan merasa berhasil. Menstabilkan dasar kolase saat anak-anak bekerja untuk mencegah adanya slip pada kertas kerja anak. Kita dapat menambahkan dasar kolase dengan bahan anti slip atau dengan mengunci lembar kerja anak di atas meja dengan pin. Menggunakan wash lap atau batang es krim untuk menyebarkan lem pada kertas. Bisa juga dengan menggunakan potongan kayu yang sudah diberi spons dibagian ujungnya, cara ini bisa lebih mudah digunakan bagi anak-anak yang mempunyai genggaman yang lemah. Cara lain dengan menggunakan kuas dengan ukuran yang besar. Tempatkan lem pada piring alumunium, piring ini akan menyediakan tempat yang luas bagi anak yang kemampuan mengontrol motoriknya lemah sehingga lem tidak mudah berceceran. Tempatkan semua bahan tidak jauh dari jangkauan anak, karena ada beberapa anak yang tidak mampu mengulurkan tangannya dan mereka hanya mengambil bendabenda yang dekat dengan jangkauannya. Meminimalis kelelahan dengan mengurangi tahapan dalam proses kolase. Jika anak mengalami kelemahan fisik yang berat dan hanya sanggup menyelesaikan kolase dengan bantuan guru pendamping, latihlah anak tersebut dengan sebuah kemampuan lain. Misalnya menekan tombol on-off pada mainan.

PDD dan Autis

Mencoba menggunakan kertas temple sebagai dasar untuk membuat kolase sehingga anak tidak perlu menggunakan lem. Dukung anak untuk menaburkan bahan kolase

diatas kertas yang lengket tersebut agar anak terbiasa untuk tidak menyentuh kertas. Jika menginginkan kolase yang dibuat lebih tersusun, potong kertas tempel sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan letakan didasar kolase. Gunakan kertas bekas pada gulungan tisu toilet atau gulungan kapas sebagai bahan kolase. Letakan potongan double tape pada bahan tersebut, sehingga anak hanya butuh menekan objek pada dasar kolase tersebut (pada double tape). Beberapa anak terlihat baik saat menulis, bentuk yang mudah dikenal dan penggambaran garis sederhana. Mereka mungkin jadi lebih perhatian terhadap satu kegiatan kolase jika mereka diijinkan untuk mengelem potongan kertas, kata, dan potongan kartun dari majalah daripada bahan yang umum seperti manic-manik, tali, dan kancing.

ADHD anak-anak dengan ADHD dan behavioral issue sering tidak mampu menggorganisasikan kemampuan. Satu anak mungkin memperhatikan hasil kolase milik temannya dan ia ingin membuatnya. Namun saat dia mencoba untuk membuat dia akan frustasi, menyerah, dan marah. Hal ini sangat penting diketahui untuk menyediakan bimbingan dari orang dewasa yang cukup dan memastikan agar mereka berhasil. Menyiapkan guru pendamping duduk disebelah anak-anak ADHD, memberi arahan dalam kegiatan ini, memberikan penghargaan, dan timbal balik dalam setiap lengkah dalam kegiatan. Jangan meletakan semua bahan diluar meja karena akan mengganggu dan membingungkan anak. Perkenalkan hanya bahan-bahan yang dibutuhkan, saat sudah menyelesaikan satu langkah baru perkenalkan bahan untuk langkah selanjutnya. Tempat bahan kolase di kotak yang terpisah dan letakan bahan dasar kolase yang dibutuhkan pada kotak kecil untuk memudahkan anak melakukan pekerjaannya. Terkadang kita bisa memindahkan meja kerja anak pada sebuah dinding saat mulai ada kekacauan sehingga anak dapat bekerja dengan sedikit gangguan. Memberikan penghalang disekitar meja kerja anak dengan memotong kerdus bagian atas, bawah, dan salah satu sisinya hingga tertinggal 3 sisi saja.

Mengubah kegiatan awal kolase dan membiarkan anak melakukan ketrampilannya untuk menyelesaikan kolasenya.

Gangguan Motorik Anak-anak dengan gangguan motorik mengalami kesulitan dalam mengatur tangan agar jari-jarinya mampu menekan botol lem. Hasilnya adalah banjir lem yang terkadang mengenai furniture dan lantai. Gunakan lem yang kental untuk meningkatkan kemampuan timbale balik sensoriknya sehingga anak dapat mengatur penggunaan lem. Tangan anak-anak dengan gangguan motorik sering terbalut lem karena mereka kesulitan dalam mengontrol genggaman, pelepasan, dan penempatan bahan kolase, yang terpenting berikan instruksi secara lisan untuk membantu mengarahkan tangan dan jari-jari mereka. Gunakan isyarat lisan yang sederhana misalnya satu dan turun atau cubit dan tekan. Hal ini juga meningkatkan kemampuan anak dalam menggunakan istilah yang sama. Anak-anak dengan gangguan perencanaan motorik memiliki ketenangan otot yang lemah. 63

Gangguan Penglihatan Kedua anak yang mengalami kebutaan dan kemampuan melihat yang lemah menikmati mengumpulkan kolase. Mereka sanggup menggunakan indra peraba untuk mengarahkannya pada tugas kolase dan mereka akan merasa menyelesaikan tugasnya sampai akhir. Tambahkan pewarna makanan atau cat berwarna kuning pada lem sehingga mudah terlihat dipermukaan kolase. Gunakan kertas berwarna biru gelap sebagai dasar kolase. Tambahkan pasir, serpihan gergaji, atau bahan lain dalam memberikan tekstur pada lem untuk meningkatkan kemampuan merabanya. Gunakan piring sebagai tempat lem untuk member batasan pada anak mengenai

tempat lem. Buat batasan gambar kolase yang jelas dengan memberikan warna yang cerah, spidol, atau isolasi. Berilah anti slip pada dasar panci lalu letakan bahan-bahan kolase didalam panci. Arahkan tangan anak dan tuntun mereka untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan. Misalnya aku menggerakan tangan ku kekanan bawah panci sampai kepinggir lalu menemukan kancing.

TAPING Keterlambatan Mental Anak-anak dengan keterlambatan mental menggunakan isolasi merupakan sebuah tantangan. Siapkan potongan-potongan isolasi dengan panjang sekitar 3 cm. Tempelkan pada tepi wadah plastik. Letakan pasir atau benda lain untuk pemberat wadah sehingga anak dapat menarik isolasi tanpa harus menggoyang wadah. Gunakan kertas penghubung sebagai dasar kolase dan kertas perekat sebagai bahan kolase untuk memudahkan anak menempelkan kolase. Gunakan kertas tempel dengan sisi yang berbeda warna agar mempermudah anak membedakan mana yang harus ditempel dan mana yang berada di atas.

Kelemahan tulang Anak dengan gangguan tulang mungkin akan mengalami kesulitan saat bekerja dengan menempel karena diperlukan keceketanan motorik yang bagus, terlebih saat menempelkan isolasi dari jari-jari. Meskipun kita menyarankan berbagai modifikasi, tapi menggunakan kertas gabung atau lem akan lebih mudah bagi anak dengan gangguan tulang. Stabilkan tempat isolasi sehingga anak dapat mengambilnya dengan satu tangan. Siapkan potongan-potongan isolasi dengan panjang sekitar 3 cm. Tempelkan pada tepi wadah plastik. Letakan pasir atau benda lain untuk pemberat wadah sehingga anak dapat menarik isolasi hanya dengan satu tangan.

Gunakan double tape untuk mengurangi ,,,,

PDD DAN AUTISM Anak dengan PDD dan Autism biasanya tidak suka bekerja dengan kegiatan menempel. Jangan mencoba memberikan panduan bantuan dari tangan ke tangan pada anak saat melakukan kegiatan menempel, karena anak bisa saja menjadi sangat terganggu. Alihkan perhatian anak dengan bahan yang lain saat anak mulai merasakan kejengkelan. Letakan double tape pada permukaan kolase sehingga anak bisa menempatkan bahan kolase pada isolasi tanpa harus menyentuhnya. Gunakan kertas perekat dengan ukuran besar sebagai dasar kolase. Letakan bagian kertas yang lengket di sebelah atas agar anak dapat dengan mudah menempelkan bahan kolase. Konsultasikan kepada terapis tentang penggunaan teknik desensitization sebelum melakukan kegiatan menempel. Siapkan kegiatan penenang sebelum melakukan kegiatan menempel. Kegiatan penenang ini bisa antara lain berayun-ayun di kursi, melilit selimut, berbaring di atas kapet atau benda yang halus dan beran lainnya.

ADHD dan Behavioral Issue Bagi anak-anak ini kegiatan menempel bisa menjadi pengalaman yang menyebalkan. Sama seperti penderita PDD atau autism yang tidak menikmati kegiatan menempel. Siapkan potongan-potongan isolasi dengan panjang sekitar 3 cm. Tempelkan pada tepi wadah plastik. Letakan pasir atau benda lain untuk pemberat wadah sehingga anak dapat menarik isolasi dengan mudah. Gangguan Perencanaan Motorik Mengurangi langkah dalam tahapan menempel. Letakan potongan isolasi pada wadah yang berat. Berilah tanda X pada permukaan label.

Gunakan plastik, logam, atau kertas yang tidak lengket ada permukaan kolase. Berikan isyarat pendek atau sederhana untuk mengarahkan anak. Berilah isyarat dengan suara lantang mengingat terkadang anak bersuara lirih.

Gangguan Penglihatan Gunakanlah double tape, anak dapat meletakan potongan double tape pada permukaan kolase dan meletakan bahan kolase di atas double tape. Berilah tanda X untuk meningkatkan penglihatannya pada kertas tugasnya. Gunakan isolasi atau labeldengan warna yang mencolok, hindari penggunaan warna yang transparan. Kegiatan menempel dapat diselesaikan dengan arah vertical, jadi gunakan tempat lukis berdiri atau tempelkan kertas kerja pada tembok. Gunakan arahan secara lisan untuk mendeskripsikan pekerjaan anak.

Memotong dengan Gunting Pastikan anak duduk di kursi kecil sampai kakinya enyentuk lantai dengan nyaman. Letakan siku anak di atas meja untuk membantu menopang tubuh bagian atas saat menggunting. Siapkan secarik kertas yang agak tebal seperti kartu undangan. Menambahkan kegiatan lain untuk membantu memperkuat otot dalam latihan menggunting, seperti menggali pasir, menarik sesuatu, mendorong teman didalam kardus, mengumpulkan kacang atau baut, menempa pasak, dan menyobek. Pilih gunting yang sesuai dengan tangan kecil, tajam, dan bersih. Alangkah baiknya mengganti gunting setiap 2 tahun sekali, karena gunting bisa jadi sudah tumpul, berkarat, dan terbalut lem. Menggunakan gunting yang baik dengan posisi ibu jari pada satu lubang dan jari tengah pada lubang lainnya. Jari telunjuk menekan batang gunting, dan posisi tangan seperti saat berjabat tangan, yaitu ibu jari berada di atas.

Bagi beberapa anak menggan tangan merupakan usaha sederhana untuk meningkatkan kemampuannya. Jika tangan tangan terasa sulit, mungkin tangan kiri bisa melakukan pengguntingan lebih baik. Beberapa anak yang mengganti tangan bisa diidentifikasi sedang kelelahan, memiliki masalah perencanaan motorik, atau belum berkembangnya tangan dominan. Pedoman umum untuk mengatasi masalah pergantian tangan selama kegiatan menggunting antara lain: jika anda menemukan anak yang mengganti tangannya, suruhlah anak untuk meletakan guntingnya di atas meja untuk istirahat sejenak. Anda dan anak bisa menghitung sampai sepuluh untuk menggunakan kembali gunting tersebut. Misal gunting ini perlu istirahat sejenak. Letakan di atas meja dan biarkan dia duduk. Dua, empat, enam, delapan, sepuluh, dan gunting sudah siap untuk digunakan lagi. Amati penggunaan tangan anak pada aktivitas lainnya, seperti melukis, makan, manunjuk, dan lainnya. Ketika sudah menemukan tangan mana yang sering digunakan oleh anak, guru bisa membantu mengarahkan tangan tersebut sebagai tangan yang dominan bagi anak.

You might also like