You are on page 1of 46

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Ahdony Asfiansyah, S.E.,Ak


Auditor pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Timur

Permasalahan Utama dalam Pengelolaan Aset Daerah


1. Belum ada inventarisasi seluruh aset yang ada. 2. Inefisiensi dalam pemanfaatan aset. 3. Landasan hukum yang belum terpadu dan
4. 5. 6. 7. 8.
menyeluruh. Tersebarnya lokasi dan hak penguasaannya. Koordinasi yang lemah. Pengawasan yang lemah. Beragam kepentingan dan distorsi lainnya. Mudahnya terjadi penjarahan aset.

Keharusan Pengelolaan aset disebabkan sebagai berikut :


(Menurut Doli D Siregar)

1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.

8. 9.

Jumlah aset yang banyak. Jenis aset yang bervariasi. Letak aset tersebar secara geografis. Dokumen pendukung aset yang harus ter-record secara sistematik. Kondisi legal yang beragam. Perbedaan penanganan masing-masing aset (existing). Banyak idle asset dan belum dimanfaatkan secara optimal. Pengelolaan data yang masih manual. Proses pengambilan keputusan terhadap pemanfaatan dan optimalisasi aset yang harus dilakukan secara tepat dan benar.

Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Definisi Barang Milik Daerah


Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

RUANG LINGKUP BARANG MILIK DAERAH ADALAH : (PASAL 2 AYAT 2 PP 38 TAHUN 2008)

1. barang yang diperoleh dari

2.
3.

4.

hibah/sumbangan atau yang sejenis ; barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

ASAS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH asas kepastian nilai yaitu pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing; asas kepastian hukum yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundangundangan asas transparansi yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dala memperoleh informasi yang benar

ASAS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

asas efisiensi yaitu pengelolaan barang milik

daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal asas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat asas fungsional yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah

PEJABAT PENGELOLA
BARANG MILIK DAERAH
1.
2. 3. 4.
KEPALA DAERAH sebagai Pemegang Kekuasaan Pegelolaan Barang Milik Daerah
SEKRETARIS DAERAH sebagai Pengelola Barang ASISTEN BIDANG ADMINISTRASI UMUM sebagai Koordinator Pembantu Pengelola Barang KEPALA BPTB sebagai Pembantu Pengelola Barang dalam rangka pengelolaan Tanah dan Bangunan KEPALA BAGIAN PERLENGKAPAN sebagai Pembantu Pengelola Barang dalam rangka pengelolaan selain Tanah dan Bangunan KEPALA SKPD sebagai Pengguna Barang

5.
6.

7.

KEPALA UNIT KERJA sebagai Kuasa Pengguna Barang

PEJABAT PENGELOLA
BARANG MILIK DAERAH

Lanjutan
8. PENYIMPAN BARANG Pegawai/Pejabat yang
ditunjuk sebagai Penyimpan Barang pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

9. PENGURUS BARANG Pegawai/Pejabat yang


ditunjuk sebagai Pengurus Barang, pada :
a. b. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD-SKPD) atau Unit Kerja seperti : Bagian pada Sekretariat Daerah, Sekolah pada Dinas Pendidikan, Puskesmas/Pustu pada Dinas Kesehatan, atau UPTD pada Dinas

RUANG LINGKUP PENGELOLAAN


BARANG MILIK DAERAH
7. 8. 9. 10. 1. perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2. pengadaan; 3. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; 4. penggunaan; 5. penatausahaan; 6. pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan ; pembinaan, pengawasan dan pengendalian; pembiayaan; dan tuntutan ganti rugi

11.

12. 13.

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


KEPALA SKPD STANDAR KEBUTUHAN DAN STANDAR BARANG
MENYUSUN RENCANA KEBUTUHAN BARANG DAN KEBUTUHAN PEMELIHARAAN BARANG SKPD

APBD
PROSES PENGESAHAN

RKB-SKPD

R-APBD

RKPB-SKPD
TIM ANGGARAN KEPALA BAGIAN PERLENGKAPAN
MENGHIMPUN DAN MENYUSUN RENCANA KEBUTUHAN BARANG DAN PEMELIHARAAN BARANG DAERAH

RKB-DAERAH RKPB-DAERAH

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


KEPALA SKPD MENYUSUN DAFTAR KEBUTUHAN BARANG DAN DAFTAR KEBUTUHAN PEMELIHARAAN BARANG SKPD

APBD

DKB-SKPD DKPB-SKPD

KEPALA BAGIAN PERLENGKAPAN MENGHIMPUN DAN MENYUSUN KEBUTUHAN BARANG DAN PEMELIHARAAN BARANG DAERAH

DKB-DAERAH DKPB-DAERAH

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMELIHARAAN BARANG SERTA STATUS PENGGGUNAANNYA


KEPALA SKPD
MEMBUAT LAPORAN HASIL PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMELIHARAAN BARANG, BESERTA USUL PENGGUNAAN

DKB DAERAH DKPB DAERAH

KEPALA DAERAH

LAPORAN PENGADAAN BARANG LAPORAN PEMELIHARAAN BARANG

PENGELOLA BARANG
ASISTEN BID. ADM. UMUM

KEPUTUSAN WALIKOTA TTG PENGADAAN BARANG DAN STATUS PENGGUNAANNYA

KEPALA BAGIAN PERLENGKAPAN


MENGHIMPUN DAN MEREKAP PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMELIHARAAN BARANG DAERAH, DAN USUL PENGGUNAANNYA

KONSEP KEPUTUSAN WALIKOTA LAPORAN PENGADAAN BARANG LAPORAN PEMELIHARAAN BARANG

PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PENYALURAN


KEPALA BAGIAN PERLENGKAPAN PENYEDIA BARANG KARTU BARANG GUDANG KARTU INVENTARIS BARANG (KIB) KARTU INVENTARIS RUANGAN (KIR)

KEPALA SKPD BPP atau PEMERIKSA BARANG

PENYIMPAN BARANG

GUDANG

PENGURUS BARANG

RUANGAN

PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PENYALURAN

PENYEDIA BARANG KEPALA DAERAH KEPALA SKPD

PENGELOLA BARANG

PENGURUS BARANG

KEPALA BAGIAN PERLENGKAPAN

KARTU INVENTARIS BARANG (KIB)

KEPALA SKPD

KEPALA BADAN PENGELOLAAN TANAH DAN BANGUNAN

PEMANFAATAN ASET

Tujuan Pemanfaatan Aset


Agar tidak membebani Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah khususnya biaya dikaitkan dengan segi pemeliharaan dan pengamanannya, terutama untuk mencegah kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab. Jika barang daerah tersebut dimanfaatkan secara optimal akan dapat meningkatkan atau menciptakan sumber PAD. Pemanfaatan barang milik daerah yang optimal akan menambah peluang penyerapan tenaga kerja dan akan menciptakan sumber pendapatan masyarakat.

Prinsip Pemanfaatan Aset


Tidak akan membebani anggaran belanja
daerah khususnya untuk pemeliharaan, Menghindari penyerobotan oleh pihak lain Dengan harapan dapat menjadi sumber tambahan untu PAD.

Kebijakan Pemanfaatan Aset Memiliki 2 fungsi :


FUNGSI PELAYANAN : fungsi direalisasikan
melalui pengalihan status penggunaan barang milik daerah dialihkan penggunaannya dari satu SKPD ke SKPD lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. FUNGSI BUDGETER : fungsi ini direalisasikan melalui pemanfaatan dalam bentuk sewa, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna yang dapat akan menjadi sumber tambahan PAD.

BENTUK PEMANFAATAN
BARANG MILIK DAERAH PEMANFAATAN

PINJAM PAKAI

SEWA

KERJASAMA PEMANFAATAN

BANGUNAN GUNA SERAH DAN BANGUNAN SERAH GUNA

SEWA
Penyerahan hak penggunaan/ pemakaian atas aset daerah kepada Pihak Ketiga dalam hubungan sewa menyewa dengan ketentuan Pihak Ketiga tersebut harus memberikan imbalan/sewa berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu, baik secara berkala maupun sekaligus, disamping itu Pemeritah Daerah dapat pula memungut restribusi sesuai dengan peraturan daerah (Pasal 34 Permendagri No.17 Tahun 2007)

Hal-hal yang dijadikan pertimbangan :


Untuk tujuan mengoptimalkan daya guna dan hasil
guna barang daerah. Untuk sementara waktu barang/aset tersebut belum dimanfaatkan oleh SKPD yang bersangkutan/memiliki. Barang Daerah dapat disewakan kepada pihak lain/Pihak Ketiga sepanjang menguntungkan

Jenis barang yang dapat disewakan ditetapkan oleh

daerah.

Kepala Daerah yang bersangkutan. Harga sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah berdasarkan hasil perhitungan Tim Penaksir. Hasil penyewaan merupakan penerimaan daerah dan seluruhnya disetor ke Kas Daerah.

PROSES PENYEWAAN
Unit / Satuan Kerja

Kepala Daerah Melalui Kabiro perlengkapan


Pokok-Pokok mengenai Penyewaan Dibentuk Panitia Apabila diperlukan

Keputusan Kepala Daerah

Data Barang yang disewakan Hak dan Kewajiban Kedua belah pihak Jumlah dan Besarnya Sewa Jangka Waktu Sangsi Ketentuan Lain

SURAT PERJANJIAN

Pinjam Pakai.. (Definisi)


Penyerahan penggunaan barang/aset milik daerah dari instansi/satuan unit kerja kepada instansi pemerintah lainnya yang ditetapkan peraturan perundang-undangan untuk jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan/sewa dan setelah jangka waktunya berakhir, barang/aset tersebut diserahkan kembali kepada instansi pemiliknya dalam keadaan baik.

RUANG LINGKUP PINJAM PAKAI


PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH / ANTAR PEMERINTAH DAERAH PALING LAMA 2 TAHUN DAN DAPAT DIPERPANJANG DITETAPKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA DAERAH ATAS USULAN PENGELOLA BARANG

PIHAK-PIHAK PERJANJIAN;

YANG

TERIKAT

DALAM SURAT PERJANJIAN PINJAM PAKAI

NAMA, JENIS, DAN LUAS/JUMLAH BARANG YANG DIPINJAMKAN; JANGKA WAKTU PINJAM PAKAI; TANGGUNG JAWAB PEMINJAM ATAS BIAYA OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN SELAMA JANGKA WAKTU PINJAM PAKAI; PERSYARATAN LAIN YANG DIANGGAP PERLU.

Peminjaman dapat dilakukan apabila..


Barang/aset tersebut sementara waktu belum
dimanfaatkan oleh instansi/satuan unit kerja yang memiliki. Hanya boleh digunakan peminjam sesuai dengan peruntukannya. Tidak mengganggu kelancaran tugas pokok dan fungsi instansi/satuan unit kerja yang bersangkutan. Harus merupakan barang yang tidak habis dipakai. Peminjam wajib memelihara dengan baik barang/aset yang dipinjamnya termasuk menanggung biaya-biaya yang diperlukan selama peminjaman.

Peminjaman dapat dilakukan apabila.. (lanjutan)


Jangka waktu peminjaman maksimal selama 2

(dua) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang kembali. Untuk keperluan tertentu jangka waktu ini dapat diberikan lebih dari dua tahun, khususnya tempat ibadah disesuaikan dengan peruntukan rencana kota. Khusus pinjam pakai tanah yang dipergunakan oleh instansi Pemerintah, jangka waktu peminjamannya ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pengembalian barang/aset yang dipinjam pakaikan harus dalam keadaan baik.

KERJA SAMA PEMANFAATAN (Definisi)


Perikatan antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dalam kerja sama pemanfaatan/pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain atas tanah dan/atau bangunan atau atas barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan, dimana Pihak Ketiga menanamkan modal yang dimilikinya. Selanjutnya kedua pihak secara bersama-sama atau sendiri-sendiri ataupun bergantian mengelola manajemen dan proses operasinya untuk jangka waktu tertentu dan keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya sharing masing-masing atau berdasarkan yang telah disepakati kedua belah pihak sebelumnya. Disamping itu Pihak Ketiga diharuskan membayar kontribusi tetap setiap tahunnya.

Bentuk-bentuk Kerja sama pemanfaatan


Kerja Sama Pelayanan
Dimana mitra kerja swasta diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan jasa untuk suatu jenis pelayanan tertentu untuk suatu jangka waktu tertentu misalnya: perawatan jaringan, pencatatan meteran, penagihan rekening, pemungutan uang parkir kendaraan dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Kerja sama pemanfaatan

Kerja Sama Pengelolaan


Merupakan bentuk kerjasama dimana kepada mitra kerja diberikan wewenang dalam pengelolaan suatu aset/BMD secara keseluruhan atau sebagian
Misalnya: pengelolaan sampah (mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan akhir)

Bentuk-bentuk Kerja sama pemanfaatan

Kerja Sama Produksi


Merupakan bentuk kerjasama dimana kepada mitra kerja diberikan wewenang untuk memproduksi sesuatu produk yang disetujui bersama berdasarkan jumlah dan kwalitas tertentu dengan menggunakan aset/BMD yang ada sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak, misalnya: kerjasama industri aset daerah (seperti industri genteng dan bata press, dan sebagainya.);

Bentuk-bentuk Kerja sama pemanfaatan Kerja Sama Bagi Keuntungan


Merupakan bentuk kerjasama dimana kepada mitra diberikan wewenang untuk mengelola, mengusahakan, meningkatkan (up grade) suatu usaha/ perusahaan/ industri/ pusat perbengkelan yang merupakan aset daerah sesuai dengan perjanjiansebelumnya dimana keuntungan dibagi berdasarkan perjanjian yang sudah dinegosiasi sebelumnya.

Bangun, Guna, Serah dan Bangun, Serah, Guna


Bangun Guna Serah (BGS)
adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian digunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah serta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

Bangun, Guna, Serah dan Bangun, Serah, Guna Bangun Serah Guna
adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah kemudian Pemerintah Daerah menyerahkan kembali untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

Dasar Pertimbangan BGS dan BSG 1. Barang milik daerah belum


2.
3. 4. 5.

dimanfaatkan; Mengoptimalisasikan barang milik daerah; Dalam rangka efisiensi dan efektifitas; Menambah/meningkatkan Pendapatan Daerah; dan Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan Pemerintah Daerah.

Ketentuan umum
Kerjasama pemanfaatan dilaksanakan dengan ketentuan
tidak cukup/ tdak tersedianya dana dalam APBD untuk memenuhi biaya operasional/pemeliharaan/perbaikan yang diperlkan terhadap barang milik daerah tersebut. Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan mengikut sertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/ peminat, apabila setelah 2 kali berturut-turut diumumkan, peminatnya kurang dari 5, dapat dilakukan proses pemilihan langsung atau penunjukan langsung melalui negosiasi baik teknis maupun harga. Mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap kerekening Kas Umum Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan.

Ketentuan umum (lanjutan)


Besarnya pembayaran kontrbusi tetap dan pembagian

keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan ditetapkan dari hasil penghitungan Tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah. Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik daerah yang menjadi obyek kerjasama pemanfaatan. Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 30 (limapuluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.(PP. No.6 Tahun 2006 Pasal 29 ayat 1) dan 30 (tiga puluh) tahun sejak dimulai masa pengoperasian (Permendagri No.17 Tahun 2007)

Ketentuan umum tersebut tidak berlaku untuk :


(Pasal 26 ayat (3) PP 38/2008)

a.infrastruktur transportasi meliputi pelabuhan

laut, sungai atau danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api; b.infrastruktur jalan meliputi jalan tol dan jembatan tol; c. infrastruktur sumber daya air meliputi saluran pembawa air baku dan waduk/bendungan; d.infrastruktur air minum meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan instalasi pengolahan air minum;

Ketentuan umum tersebut tidak berlaku untuk :


(Pasal 26 ayat (3) PP 38/2008)

e. infrastruktur air limbah meliputi instalasi pengolah air

f.
g.

h.

limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan; infrastruktur telekomunikasi meliputi jaringan telekomunikasi; infrastruktur ketenagalistrikan meliputi pembangkit, transmisi,atau distribusi tenaga listrik; atau infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan distribusi minyak dan gas bumi

Jangka waktu kerjasama pemanfaatan barang milik negara/daerah untuk penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud diatas paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani.
Pasal 26 ayat (4) PP 38/2008

Skema Optimalisasi Aset


Data dari Aset Data Teknis Data Lingkungan Identifikasi Data Legal Data Ekonomis Data Sosial
Potensi Aset Potensi Teknis Potensi Lingkungan Potensi Legal Potensi Ekonomis Potensi Sosial
Analisa Potensi/kemampuan marketability Profitability Technical viability Dukungan lingkungan Landasan Legal

PROGRAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN BARANG/ ASET DAERAH

PEMINDAHTANGANAN Pengalihan kepemilikan barang milik daerah kepada pihak lain sebagai tindak lanjut dari penghapusan aset dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau dipesertakan sebagai modal pemerintah.

Bentuk-bentuk pemindahtanganan
Penjualan
Pengalihan Kepemilikan barang milik daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang Hibah Pengalihan Kepemilikan barang Milik daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya atau kepada pihak lain tanpa melalui penggantian

Bentuk-bentuk pemindahtanganan
Tukar menukar
Pengalihan Kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat atau antar pemerintah daerah, atau antara BUMN/D atau badan hukum lainnya atau dengan pihak swasta atau pihak lainnya dengan menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang. Penyertaan Modal Pemerintah Pengalihan Kepemilikan barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan daerah yang dipisahkan dalam bentuk saham atau penyertaan modal

Atas Perhatiannya Kami Ucapkan

TERIMA KASIH

You might also like