You are on page 1of 65

Kesalahan Fatal Dalam Berjilbab dan berbusana muslim

Alfian Suleman

Daftar isi

Kata Pengantar

Pengertian Kewajiban Berjilbab


Dalam kehidupan umum, yaitu pada saat seorang wanita keluar rumah atau pun wanita di dalam rumah bersama pria yang bukan muhrimnya maka syara' telah mewajibkan kepada wanita untuk berjilbab. Pakaian jilbab yang diwajibkan tersebut adalah memakai khimar/kerudung, jilbab/pakaian luar dan tsaub/pakaian dalam. Jika bertemu dengan pria yang bukan mahromnya/keluar rumah tanpa menggunakan jilbab tersebut meskipun sudah menutup aurat maka ia dianggap telah berdosa karena telah melanggar dari syara'. Jadi pada saat itu wanita Muslimah harus mengenakan tiga jenis pakaian sekaligus yaitu khimar/kerudung, jilbab/pakaian luar dan tsaub/pakaian dalam.

Khimar (kerudung) Perintah syara' untuk mengenakan khimar bagi wanita yang telah baligh pada kehidupan umum terdapat dalam QS An Nuur: 31. "Kata juyuud dalam ayat tersebut merupakan bentuk jamak dari kata jaibaun yang berarti kerah baju kurung. Oleh sebab itu yang dimaksud ayat itu ''hendaklah wanita Mukminah menghamparkan penutup kepalanya di atas leher dan dadanya agar leher dan dadanya tertutupi''. Berkaitan dengan ini Imam Ali Ash Shabuni dalam Kitab Tafsir Ayatil Ahkam berkata: ''Firman Allah, hendaklah mereka mengulurkan kerudung mereka'' itu digunakan kata Adh dharbu adalah mubalaghah dan di muta'adikannya dengan harf bi adalah memiliki arti ''mempertemukan'', yaitu kerudung itu hendaknya terhampar sampai dada supaya leher dan dada tidak tampak (juz 2: 237) ". Wanita jahiliyah berpakaian berlawanan dengan ajaran Islam. Mereka memakai kerudung tetapi dilipat ke belakang/punggung dan bagian depannya menganga lebar sehingga bagian telinga dan dada mereka nampak (lihat Asy Syaukani dalam Faidlul Qodir dan Imam Al Qurtubi dalam Jaami'u lil Ahkam juz 12: 230). Di zaman jahiliyah apabila mereka hendak keluar rumah untuk mempertontonkan diri di suatu arena mereka memakai baju dan khimar (yang tidak sempurna) sehingga tiada bedanya antara wanita merdeka dengan hamba sahaya (Muhammad Jalaluddin Al Qasimi dalam Mahaasinut Ta'wil, juz 12:308).

Jilbab

Ada pun untuk mengenakan jilbab bagi wanita dalam kehidupan umum dapat kita perhatikan QS Al Ahzab: 59. "Allah SWT memberikan batasan mengenai pakaian wanita bagian bawah. Arti lafadz yudniina adalah mengulurkan atau memanjangkan sedangkan makna jilbab adalah malhafah, yaitu sesuatu yang dapat menutup aurat baik berupa kain atau yang lainnya. Dalam kamus Al Muhith disebutkan bahwa jilbab adalah pakaian lebar dan longgar untuk wanita serta dapat menutup pakaian sehari-hari (tsaub) ketika hendak keluar rumah". Ummu Atiya Ra: ''Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, baik para gadis yang sedang haid maupun yang sudah menikah. Mereka yang sedang haid tidak mengikuti shalat dan mendengarkan kebaikan serta nasihat-nasihat kepada kaum Muslimin. Maka Ummu Athiyah berkata: Ya Rasulullah, ada eseorang yang tidak memiliki jilbab maka Rasulullah SAW bersabda: ''Hendaklah saudaranya meminjamkan kepadanya''(HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Nasa'i).

Adapun jilbab/pakaian luar yang disyaratkan adalah: 1. Menjulur ke bawah sampai menutupi kedua kakinya (tidak berbentuk potongan atas dan bawah, baik rok atau celana (seluar) panjang) sebab firman Allah SWT: ''Dan hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'', yaitu hendaklah diulurkan jilbabnya ke bawah sampai menutup kaki bagian bawah. Sebab diriwayatkan dari Ibnu Umar Ra yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ''Barang siapa mengulurkan pakaian karena sombong maka Allah tidak akan memandangnya di hari kiamat.Ummu Salamah bertanya: 'Bagaimanakah wanita dengan ujung pakaian yang dibuatnya?' Rasulullah SAW menjawab: 'Hendaklah diulurkan sejengkal'. Ummu Salamah bertanya lagi: 'Kalau demikian telapak kakinya terbuka?' Maka jawab Nabi SAW: 'Jika demikian perpanjanglah sampai satu hasta dan jangan ditambah'.'' (HR Jamaah).Hadis ini menjelaskan bahwa jilbab diulurkan kebawah sampai menutup kedua kakinya. Meskipun kedua kakinya tertutup dengan kaus kaki atau sepatu, maka hal itu tidak menggantikan fungsi mengulurkan jilbab yang dihamparkan sampai ke bawah sehingga kakinya tidak tampak. 2. Bukanlah pakaian tipis sehingga warna kulit dan lekuk tubuhnya tampak. Dari Usamah bin Said Ra: ''Rasulullah SAW pernah memberikan kain qibthi (sejenis kain tipis). Kain ini telah beliau terima sebagai hadiah dari Dahtah Al Kalabi tetapi kemudian kain tersebut akan aku berikan kepada istriku, maka tegur Rasulullah kepadaku: ''Mengapa tidak mau pakai saja kain qibthi itu?'' Saya menjawab: ''Ya Rasulullah, kain itu telah saya berikan

kepada istriku''. Maka sabda Rasulullah: ''Suruhlah dia mengenakan pula baju di bagian dalamnya (kain tipis itu) karena aku khawatir nampak lekuk-lekuk tubuhnya'' (HR Ahmad). Dan diriwayatkan pula dari Aisyah Ra (HR Abu Daud). 3. Bukanlah pakaian yang menyerupai laki-laki (seperti celana (seluar) panjang), tetapi bila sebagai tsaub/pakaian adalah boleh. Sebagai pakaian dalam, celana panjang tersebut panjangnya hendaklah lebih pendek daripada jilbab itu sendiri. ''Rasulullah melaknat lakilaki yang berpakaian seperti wanita dan melaknat wanita yang berpakaian seperti pakaian laki-laki.'' '(HR Abu Daud). 4. Tidak memakai wangi-wangian yang sampai menyebarkan bau yang dapat menarik perhatian laki-laki. Sabda Rasul SAW: ''Siapa saja wanita yang memakai wewangian kemudian berjalan melewati suatu kaum dengan maksud agar mereka mencium harumnya, maka ia telah berzina.'' (HR Nasa'i, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah).

Pakaian tsaub Sedangkan kewajiban mengenakan pakaian tsaub (pakaian dalam, pakaian sehari-hari ketika di rumah yang tidak ada laki-laki asingnya) dapat dipahami berdasarkan pengertian dalalatul isyarah bahwa setelah dilepaskannya jilbab/pakaian luar bukan berarti wanita tua tersebut tanpa busana sama sekali. (Imam Muhammad Abu Dzahrah dalam kitab Ushulul Fiqh: 164147, Abdul Wahab Khallaf dalam kitab Ilmu Ushul Fiqh: 143-153, dan Syeikh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitab Asyakhshiyah Islamiyah juz 3: 178-179).

Model dan cara pemakaian jilbab Adapun mengenai model dan cara pemakaian dan jilbab haruslah sederhana dan tidak mencolok baik dari segi warna maupun bentuknya sehingga menarik perhatian laki-laki. Perhatikan Firman Allah SWT: ''Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyah dahulu (QS 33: 33). Dan diriwayatkan dari Ummu Salamah Ra: Nabi SAW pernah menemui Ummu Salamah Ra yang pada waktu itu sedang memperbaiki letak kerudungnya, maka sabda beliau SAW, ''Lipatlah sekali jangan dua kali'' (HR Abu Daud).

Jilbab, misalnya, dapat digunakan dengan memakai kancing, kain yang dilipat-lipat dan sebagainya, asalkan syarat jilbab tersebut di atas terpenuhi. Jadi tidak asal menutup aurat. Dengan demikian jelaslah bahwa syara' telah menetapkan bentuk khimar dan jilbab secara nyata. Khimar/kerudung adalah kain yang terhampar dapat menutupi bagian kepala (termasuk telinga selain wajah) sampai menutupi dada dan tidak menampakkan warna kulit. Sedangkan

jilbab adalah baju kurung atau jubah yang tidak terputus dari atas hingga bawah. Jika pakaian penutup aurat berupa baju potongan, yang terdiri dari beberapa potongan maka bukan termasuk dalam kategori jilbab. Jika wanita dalam kehidupan umum dengan tidak memakai jilbab dalam pengertian tersebut maka ia berdosa meskipun pakaiannya menutupi seluruh auratnya, sebab diwajibkan menggunakan pakaian luar yang diulurkan ke bawah sampai menutupi kedua kakinya.

Kesimpulan Dengan demikian telah jelas bahwa syariat berjilbab adalah wajib bagi kaum Muslimah sejak zaman Nabi SAW sampai sekarang. Jilbab dipahami sebagaimana adanya yaitu khimar, jilbab, dan tsaub. Jadi jilbab tidak hanya diwajibkan untuk wanita Muslimah di Aceh, akan tetapi jilbab telah diwajibkan oleh syara' bagi Muslimah Indonesia dan wanita Muslimah di seluruh dunia tanpa kecuali.

Sehingga pernyataan penulis (Sayed Mahdi) telah menyimpang dari kaidah-kaidah syara', yaitu: 1. Alquran tidak menyebut batas aurat. Bahkan para ulama --menurut penulis-- pun ketika membahasnya berbeda pendapat. Memang dalam Alquran secara eksplisit tidak menyebutnya, akan tetapi secara nyata telah memerintahkan kita agar mentaati apa-apa yang dibawa Rasulullah SAW (QS Al Hasyr:7). Menurut Hadis riwayat Abu Daud: ''Wahai Asma, sesungguhnya wanita itu apabila telah menginjak dewasa (baligh/haid) maka tidak boleh nampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjuk pada wajah dan telapak tangannya''. Dari Hadis ini para ulama salaf dahulu tidak berbeda pendapat bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Sedangkan perbedaan pendapat hanya terletak bahwa apakah muka juga termasuk aurat atau bukan sehingga pemakaian cadar pun masih diperdebatkan.

2. Jilbab (terlepas dari bagaimana bentuknya). Pernyataan tersebut secara eksplisit mengandung pengertian bahwa syara' tidak menyebutkan model jilbab secara jelas. Padahal dari ayat di tas dapat dipahami secara jelas bahwa syarat jilbab telah ditentukan oleh syara'.

3. Pemakaian kaidah ushul al hukmu yaduru ma'a illatihi wujudan wa 'adaman, dalam kasus jilbab ini bahwa jilbab sesuai dipakai dalam iklim kering dan panas ala gurun pasir Arabiyah dan sama sekali tidak kondusif di iklim tropis. Pemakaian kaidah ini mengandung kesalahan

sebab ia hanya digunakan ketika hukum-hukum syara' yang berkaitan dengan perbuatan manusia dalam hubungannya antara sesama manusia. Sedangkan masalah jilbab adalah hukum-hukum syara' yang berkaitan dengan pakaian. Dalam hal ini tidak boleh dicari-cari 'illatnya/memang bersifat tauqifi sebagaimana adanya. Dengan kata lain tidak boleh dikaitkan secara mutlak(An Nabhani, Mafaahiim, hal 29-31).

4. Kaidah ushul yang menyatakan bahwa hukum dapat sebab berbedanya waktu. Kaidah ini salah karena dua hal, yaitu Pertama, pemunculan kaidah ini ada mulai zaman keruntuhan negara Khilafah Islamiyah pertengahan abad ke-18 Masehi. Pada zaman ini berbagai pemikiran yang menyimpang dari syara' atas nama Islam telah banyak beredar di masyarakat. Jumlah para ulama pun yang selamat dari pemikiran yang rusak sangat sedikit. Sedangkan penulis menukil pendapat ulama seperti Ibnu'Abdin yang hidup di abad 19 M yang kemungkinan beliau telah terpengaruh pemikiran yang telah menyimpang dari kaidah-kaidah syara'. Kedua, kaidah ushul ini amat berbahaya sebab hukum syara'dapat berubah-ubah terus. Padahal ayat jilbab tersebut adalah qath'i. Yang seharusnya tidak memerlukan penafsiran lagi tentang kewajibannya. Oleh karena itu, saya sangat menyayangkan pemikiran penulis yang notabene adalah pemikir muda Islam yaitu Mahasiswa PTIQ Jakarta. Bukankah Allah SWT telah berfirman: ''Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuanketentuan-Nya niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka'' (QS An Nisaa': 14). Na'udzubillahi min dzalik!! Maka sadarlah wahai saudaraku. Semoga pemikiran yang Anda lontarkan adalah kesalahan yang tidak sengaja.

Hukum memakai Jilbab Masih saja ada yang menanyakan(menyangsikan) kewajiban berjilbab. Padahal dasar hukumnya sudah jelas yaitu:
o

Surat Al-Ahzab ayat 59 (33:59) : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan hijab keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebihi mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Surat An-Nuur: ayat 31 (24:31) : Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasanny, kecuali yang biasa tampak padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putri mereka atau putraputri suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau buda-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung (Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya. (An-Nuur:1) Ayat pertama Surat An-Nuur yang mendahului ayat-ayat yang lain. Yang berarti hukum-hukum yang berada di surat itu wajib hukumnya.

Al-Hafizh

Ibnu

Katsir

berkata

dalam

Tafsirnya:

Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi (yang bukan mahram/halal nikah), kecuali yang tidak mungkin disembunyikan.
o

Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya. Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.

Al-Qurthubi berkata: Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah shalallohu alahi wa

sallam sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini. Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Semoga Allah memberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya.
o

Juga

berdasarkan

sabda

Nabi

shalallohu

alahi

wa

sallam:

Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya. (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).

Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

Busana Muslimah

Dewasa ini muncul busana muslimah dengan beragam corak dan mode. Bahkan terpajang di outlet-outlet penjualan yang biasanya dipenuhi baju-baju pengumbar aurat. Namun, kebanyakan busana-busana muslimah tersebut masih mempertontonkan lekuk tubuh, sempit, lagi ketat. Demikian pula aneka jilbab gaul dengan desain seperti topi yang hanya menutupi rambut belaka. Di sisi lain, busana muslimah hanya dipakai dalam acara-acara tertentu atau kegiatan keagamaan. Misalnya hanya ketika shalat, seorang wanita muslimah berusaha menutupi tubuhnya dari atas sampai bawah sehingga rambut dan kaki tidak terlihat. Namun, begitu salam telah diucapkan, maka keadaannya akan kembali seperti semula. Mereka keluar rumah dengan mengenakan baju yang mereka sangka telah berdasarkan aturan Islam, akan tetapi kenyataannya tidak memenuhi syarat untuk menutupi aurat. Sehingga masuklah mereka ke dalam kategori berbusana tetapi telanjang. Seolah-olah menutup aurat hanya wajib ketika shalat semata atau sekedar kulit tidak terlihat lagi oleh mata lelaki lain. Wa ilallhil musytaka (kepada Allh Tala lah tempat pengaduan).

Apabila seseorang tidak mengenakan baju ketakwaan, ia menjelma menjadi manusia telanjang kendati tubuhnya tertutupi. Sebaik-baik pakaian adalah ketaatan kepada Rabbnya, tiada kebaikan pada orang yang berbuat kemaksiatan. RAHMAT ISLAM BAGI KAUM WANITA Kandungan ajaran Islam, secara khusus sangat memuliakan derajat kaum wanita setelah pada zaman jahiliyah berada dalam level yang sangat rendah dan hak-haknya terinjak-injak. Islam menetapkan aturan-aturan bagi dua jenis manusia, lelaki dan wanita sesuai dengan kodratnya.

Islam juga menyamakan kedudukan lelaki dan wanita dalam persoalan-persoalan tertentu, dengan berkaca pada hikmah Allh Taala. Aspek-aspek perbedaan antara keduanya pun diakomodasi dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Konsistensi kaum muslimah dalam menjalankan syariat Allh, adab-adab Islam dan moralitasnya, itulah metode paling utama dan sarana terpenting bagi pemberdayaan kaum wanita dalam pembangunan umat dan kemajuan peradaban. Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah, sehingga semestinya memperoleh dukungan dan penghargaan dari seluruh umat Islam. SLOGAN-SLOGAN MENYESATKAN BAGI KAUM MUSLIMAH Para musuh Islam sangat berkepentingan terhadap penyelewengan kaum muslimah. Pasalnya, mereka mengetahui benar posisi strategis seorang wanita muslimah dalam pembinaan dan pembentukan generasi Islam yang kuat. Melalui corong-corong (media massa) yang ada di negeri-negeri muslim, para musuh Islam itu melontarkan slogan-slogan yang bombastis, dalam rangka mengenyahkan kaum muslimah dari kesucian, benteng kehormatan dan peran penting pembinaan umat. Dengan mengatas namakan tahrrulmarah (kebebasan bagi kaum Hawa), arraghbah filistifdah min thqatil marah (pemberdayaan kaum wanita), inshfulmarah (keadilan bagi kaum wanita/emansipasi) dan slogan-slogan yang berdalih modernisasi, para musuh Islam dan antek-anteknya mencoba memperdaya kaum muslimah. Slogan-slogan dan propaganda-propaganda ini diarahkan kepada satu tujuan. Yakni menyeret kaum wanita Islam keluar dari manhaj syari, dan menyodorkannya kepada ancaman eksploitasi aurat, kenistaan, kehinaan dan fitnah. Sebagian dari kalangan muslimah ada yang bertekuk lutut menghadapi propaganda yang tampaknya baik, yakni untuk mengentaskannya dari penderitaan. Demikian yang dipersepsikan oleh kaum propagandis, baik dari kalangan sekularis maupun liberalis. Orang-orang semacam ini, yang menjauhi syariat Allh terancam dengan kehidupan yang sempit lagi menyesakkan. Allh Tala berfirman:

Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Qs Thh/20:124) TRAGEDI PELUCUTAN DAN PEMBAKARAN BUSANA MUSLIMAH Gerakan pembebasan wanita sering unjuk gigi menggalang dukungan untuk menjauhkan kaum muslimah dari jati dirinya yang terhormat. Mereka melakukan demonstrasi dan menolak aturan yang menjaga kehormatan wanita. Hal itu bukan baru muncul belakangan ini, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak tahun 1919 M. Pada waktu itu muncul demonstrasi kaum muslimah di Mesir tanggal 12 Maret 1919 di bawah komando Huda Syarawi untuk bersama-sama melepaskan hijab (pakaian muslimah yang sempurna). Ia adalah wanita Arab pertama yang melepaskan hijab. Selanjutnya, ia diikuti oleh istri Saad Zaghlul. Wanita ini bersama wanita-wanita yang sudah terperdaya melepaskan hijab dan menginjak-injaknya. Dan kisah ini berakhir dengan pembakaran bajubaju yang menjadi identitas kaum muslimah tersebut. Kebebasan yang mereka tuju, sebenarnya malah menjerumuskan mereka dalam kenistaan. Pasalnya, tindakan tersebut merupakan awal tercampaknya kehormatan dan keutamaan mereka. PERLAKUAN ISLAM DAN MUSUH ISLAM TERHADAP MUSLIMAH Allh Tala menciptakan wanita sebagai sumber ketenangan bagi lelaki dan menjadikannya sebagai tempat penyemaian benih. Seorang wanita juga bertanggung-jawab atas rumah suaminya. Allh Tala mentakdirkannya untuk mengandung dan bertugas mendidik anakanak. Lantaran sedemikian besar dan berat tanggung jawab tersebut, maka Allh Tala memberikan tanggung jawab kepada kaum lelaki untuk memimpin dan membimbing wanita.

Sementara itu, kaum kuffar Jahiliyyah sangat membenci keberadaan wanita di tengah mereka. Bahkan ketika seorang anak perempuan lahir, tindakan yang mereka ambil, ialah membunuh dengan cara sadis atau menguburkannya hidup-hidup. Atau membiarkannya dalam keadaan nista. Pada masa itu, wanita pun tidak mempunyai hak waris, pendapatnya tidak pernah diperhatikan. Adapun seorang lelaki, ia boleh menikahi wanita manapun yang diinginkannya. Dia pun bebas untuk menyatukan banyak wanita di pelukannya, dan bahkan bebas untuk berbuat tidak adil kepada istri-istrinya. Kemudian Islam datang untuk menyelamatkan kaum wanita dari kezhaliman masa Jahiliyah dan memberinya hak waris. Lelaki hanya boleh menikahi sampai empat wanita saja, dengan syarat sanggup berbuat adil kepada istri-istrinya. Jika tidak mampu, maka hanya boleh menikahi satu wanita saja. Pandangan kaum kuffar zaman ini terhadap wanita sama saja dengan masa lampau. Mereka ingin agar kaum wanita menangani pekerjaan-pekerjaan kaum lelaki yang di luar kodratnya, supaya kaum wanita terlepas dari kemuliaan, kehormatannya, dan tampil menarik di hadapan para lelaki. Hingga dapat dimanfaatkan dengan harga murah dan mudah selama masih mempunyai daya tarik. Sebaliknya, jika sudah surut pesonanya, maka ia pun dipinggirkan. BERBUSANA MUSLIMAH HUKUMNYA WAJIB Persoalan hijab (busana muslimah yang sempurna) tidak membutuhkan ijtihad seorang ulama. Sebab dasar perintahnya sangat jelas terdapat dalam Al-Qurn. Allh Tala berfirman :

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang

demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs al-Ahzb/33:59) Ibnu Katsir rahimahullh berkata: Allh berfirman untuk memerintahkan Rasul-Nya supaya menitahkan kaum muslimah mukminah secara khusus kepada istri-istri dan putri-putri beliau untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Supaya dapat dibedakan dengan wanita-wanita jahiliyyah dan ciri khas budak-budak wanita. Yang dimaksud dengan jilbab, yaitu kain yang berada di atas khimr (penutup kepala). Syaikh as-Sadi rahimahullh mengatakan: Inilah ayat yang disebut sebagai ayat hijaab. Allh memerintahkan Nabi-Nya supaya meminta kaum wanita (muslimah) secara umum, dan Allh memulainya dengan penyebutan istri-istri dan putri-putri beliau. Karena mereka merupakan pihak yang paling dituntut (untuk melaksanakannya) dibandingkan wanita lainnya. Orang yang akan memerintahkan orang (wanita) lain, seyogyanya mengawalinya dari keluarganya sebelum orang lain. Allh Tala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Qs at-Tahrm/66:6) Artinya, di sini mereka diminta untuk menutupi wajah-wajah, leher-leher dan dada-dada mereka. Kemudian Allh memberitahukan hikmah yang terkandung di balik aturan ini. Yakni Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Ini menunjukkan, munculnya gangguan itu terjadi ketika kaum wanita tidak mengenakan hijab. Pasalnya, ketika tubuh wanita tidak tertutup dengan sebaik-baiknya (wanita tidak berhijab), mungkin saja timbul prasangka bahwa wanita itu bukan wanita baikbaik.

Dampaknya, lelaki yang hatinya sakit akan mengganggu dan menyakiti mereka. Atau mungkin saja mereka akan dihinakan, karena dianggap budak. Karenanya, orang yang mengganggu tidak berpikir panjang. Jadi, hijab merupakan penangkis hasrat-hasrat para lelaki yang rakus kepada kaum wanita (Tafsir as-Sadi secara ringkas). KAUM WANITA MESTI BELAJAR AGAMA Usaha perlawanan terhadap gerakan-gerakan yang membahayakan keutuhan umat wajib ditempuh, terutama oleh kaum wanita itu sendiri. Faktor terpenting yang telah menyeret wanita sehingga mengikuti budaya-budaya yang tidak bermoral, ialah karena unsur jahlah (ketidaktahuan) terhadap agamanya. Kebaikan yang sebenarnya bagi kaum wanita, ialah munculnya motivasi dari diri mereka untuk mempelajari hukum-hukum agama, serta kewajiban-kewajiban yang wajib mereka pikul, supaya diri mereka suci dan terjaga dari moral rendah ataupun sumber-sumber kenistaan. Raslullh shallallhu alaihi wa sallam bersabda:

Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allh padanya, niscaya Dia akan mencerdaskannya dalam masalah agama. (HR al-Bukhari dan Muslim) Secara historis, konsistensi kaum muslimah dengan aturan-aturan Allh Tala dan nilai-nilai Islam dan moralitasnya merupakan jalan terbaik, dan sarana paling penting untuk memberdayakan kaum wanita dalam pembentukan keluarga, perbaikan dan pengokohan peradaban umat manusia. KEWAJIBAN ORANG TUA DAN ULAMA Adanya fenomena negatif yang telah menghinggapi dan menyelimuti kaum wanita (remaja maupun dewasa), maka menjadi kewajiban orang-orang yang memegang kendali perwalian (wilayah) untuk memperhatikan mereka dengan sebaik-baiknya. Memberinya pendidikan dan pembinaan, serta membentengi mereka dari segala pengaruh yang merusak.

Terutama pada masa belakangan ini yang sarat dengan gelombang fitnah dan godaan yang menyergap dari segala penjuru. Para wali itulah yang memikul tanggung jawab yang besar ketika anak perempuan, istri maupun wanita-wanita yang menjadi tanggung jawabnya melakukan tindak penyelewengan. Secara khusus, kebanyakan saluran informasi (media massa) yang beraneka-ragam bentuknya merupakan bagian dari panah beracun yang dibidikkan para musuh Islam untuk mengobrakabrik para pembina generasi Islam dan pencetak ksatria masa depan (kaum muslimah). Setidaknya, para musuh Islam telah berhasil merealisasikan tujuannya saat para wali kaum muslimah kurang semangat dalam memikul tanggung jawab dan menyia-nyiakan amanah yang luar biasa besarnya itu, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allh. Allh Tala berfirman:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. (Qs an-Nis/4:34)

Sungguh, para lelaki yang melihat kaum wanita, bak serigala-serigala yang mengitari setumpuk daging. Jika singa-singa tidak menjaga daging-daging itu, niscaya akan disantap tanpa timbalbalik maupun harga Melihat adanya sejumlah orang yang mengadopsi dan mempropagandakan pemikiran liberalisme di tengah masyarakat muslim, dan lantaran muatan negatifnya dalam bentuk penentangan kepada Allh dan Rasul-Nya, maka Syaikh Shalih Alu Syaikh berpesan, bahwa termasuk hal yang penting, yaitu adanya gerakan ulama, para mahasiswa, dan orang-orang yang mempunyai perhatian besar terhadap kebaikan untuk menghadang ancaman-ancaman itu, menumbangkan syubhat-syubhat mereka, dan membuka kedok mereka.

Kesalahan Dalam Berbusana Muslim


Bila kita perhatikan, dari masa-ke-masa semakin banyak saja wanita-wanita muslimah yang sadar akan indahnya berhijab (baca:menutup tubuh dengan busana muslim yang syari). Banyak kita dapati muslimah yang sebelumnya tidak berjilbab kemudian mulai mengenakan jilbab. Alhamdulillah, Rahimahunnallah. Walau begitu bukan berarti dawah tentang jilbab sudah berhasil, dan para dai berpuas diri. Pasalnya masih sangat disayangkan kebanyakan dari mereka belum berhijab dengan benar dan sesuai syariat. Bisa jadi dikarenakan mereka memakai jilbab hanya karena mengikuti trend, atau hanya agar terlihat islami, terlihat lebih anggun dan cantik, atau hanya ikut-ikutan saja. Maka mereka pun lebih mementingkan faktor keindahannya, keanggunan, ke-stylish-an, tanpa mempedulikan sudah-benar-atau-belum jilbab yang digunakannya. Maka ketahuilah wahai muslimah, Allah telah mewajibkan bagimu untuk berhijab, maka Allah pun telah memberikan ketentuan-ketentuannya. Dan ketahuilah berhijab yang syari tidak hanya sekedar menutup aurat saja. Dan hal ini yang banyak disalah-pahami kebanyakan muslimah. Sehingga dibuatlah berbagai macam model busana muslimah dengan prinsip yang penting menutup aurat. Sehingga dari salah paham ini muncullah banyak kesalahankesalahan dalam berbusana muslimah: 1. Tidak menutup aurat secara sempurna Banyak dari busana muslimah yang ada sekarang tidak menutup aurat secara sempurna, melainkan terdapat celah-celah yang memperlihatkan aurat walau hanya sedikit. Dan menurut jumhur ulama, bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Sebagaimana ulama ahli tafsir Imam Al-Qurthubi berkata : Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini. Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Allah Pemberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya. Maka, selain muka dan telapak tangan, tidak boleh terlihat walaupun sedikit. Aurat yang sering ditampakan dalam berbusana muslimah yang salah antara lain:

Leher Baik karena jilbab terlalu pendek atau karena jilbab yang diterpa angin, tidak boleh sampai terlihat lehernya. Lengan Beberapa muslimah hanya menggunakna baju berlengan panjang tanpa decker. Sehingga ada bagian lengan yang terlihat bila tangan digerakkan. Padahal dari ujung bahu sampai pergelangan tangan termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Rambut Baik rambut yang terurai didepan, dibelakang atau disekitar daerah telinga tidak boleh terlihat. Kaki Sungguh mengherankan, bahwa syariat memerintahkan laki-laki untuk menjauhi isbal dan wanita menjulurkan pakaiannya sampai melebihi mata kaki, namun yang banyak terjadi justru sebaliknya! Laki-laki banyak ber-isbal, dan wanita malah berpakaian lebih tinggi dari mata kaki, sehingga terlihatlah kakinya. Padahal kaki (semua bagian) termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Untuk hal ini dianjurkan memakai busana yang panjangnya melebihi mata kaki, atau bahkan sampai menyentuh tanah. Atau mengenakan kaus kaki, dianjurkan dengan warna gelap, bukan dengan warna kulit. 2. Ketat Hal ini yang banyak belum diketahui para muslimah, bahwa Islam melarang muslimah berbusana ketat. Lalu apa batasan ketat? Syaikh Al-Albani menjelaskan bahwa busana muslimah dikatakan ketat jika dapat menggambarkan bentuk anggota tubuhnya. Hal ini berdasarkan hadist Usamah: Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah ? Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan). Jadi, baju ketat bukan hanya baju yang kainnya menempel dengam erat dikulit, namun termasuk juga baju yang sedikit agak longgar namun

masih dapat menggambarkan siluet dan bentuk tubuh. Seperti pada beberapa baju gamis muslimah yang banyak digunakan sekarang, yang terdapat belahan pada bagian pinggulnya sehingga bila digunakan masih bisa memperlihatkan lengkung pinggang dan pinggul atau siluet si pemakai. Termasuk ketat juga jilbab yang terdapat karet atau ikatan dibagian lehernya yang bila digunakan dapat menggambarkan bentuk kepala, leher dan bahu si pemakai. Suatu kesalahan pula yang banyak dilakukan para jilbaber yang sudah berjilbab besar, yaitu memakai jaket di luar jilbabnya. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi jilbab yang menutupi bentuk tubuh bagian atas. Dengan memakai jaket di bagian luar jilbab, akan memperlihatkan bentuk tubuh, bentuk sliuet, bahu, lengan, dan lengkung pinggang si pemakai. Solusinya, pakailah jaket yang super-besar dan longgar atau bila memiliki jaket yang tidak besar, pakailah di dalam jilbab (jilbab menutupi jaket). 3. Jilbab terlalu pendek Sungguh mengherankan beberapa saudara kita muslimah, yang ia sudah menyadari wajibnya menutup aurat, namun di dalam hatinya masih ada keinginan untuk menonjolkan bagianbagian tubuhnya agar terlihat indah dimata laki-laki. Waliyyadzubillah. Sehingga mereka pun memakai jilbab sekadarnya saja, terlalu pendek. Lebih lagi gencarnya syiar busana muslimah gaul yang lengkap dengan jilbab pendek dan ketatnya. Bahkan kadang hanya sepanjang leher dan diikat-ikat dileher sehingga bagian dada (maaf) tidak tertutupi jilbab. Sungguh ini sebuah kesalahan fatal dalam berbusana muslimah. Padahal telah jelas dalil menyebutkan: Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab ke dada mereka (QS. An Nur : 31) Maka disini ulama berpendapat bahwa panjang minimal jilbab adalah sampai menutupi dada dengan sempurna. Namun ini bukan berati hanya ngepas sepanjang itu. Karena bila diterpa angin, maka bagian dada akan tersingkap, terutama bagi akhowat-akhowat pengendara motor. Maka, tidak ada pilihan lain bagi muslimah kecuali mengenakan jilbab yang lebih panjang dari itu. Bahkan sangat baik bila jilbab menjulur panjang sampai betis atau sampai kaki. Dan inilah pendapat sebagian ulama dengan mengambil zhahir dari perintah Allah pada surat AlAhzab ayat 59: Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin : Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS. Al Ahzab : 59)

Telah kita bahas pada tulisan yang lalu tentang beberapa kesalahan dalam busana muslimah yang banyak dilakukan oleh kebanyakan muslimah di masa ini. Kesalahan ini tentunya karena kebanyakan muslimah belum memahami dengan benar bagaimana ketentuan syariat mengenai busana bagi muslimah. Walau demikian kami bersyukur kepada Allah, bahwa sekarang mulai terlihat kesadaran dari para muslimah di negeri kita untuk mulai mengenakan busana Islami. Walaupun sebagian besar masih belum memenuhi kriteria syari, namun kami berharap saudari-saudari kita muslimah senantiasa berproses dan memperbaiki diri dalam berbusana hingga sesuai dengan apa yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berikut ini kami ilustrasikan beberapa kesalahan dalam busana muslimah: Hijab salah Model busana muslimah seperti ilustrasi di atas banyak digandrungi oleh remaja muslimah di masa ini. Wallahualam, sepertinya kebanyakan mereka mencontoh hal ini dari para artis dan selebritis di layar kaca yang menyebut busana seperti ini sebagai busana yang Islami. Sungguh ini adalah sebuah salah paham. Adapun kesalahan dari model busana muslimah yang demikian ditinjau dari dua sisi: 1. Ketat. Rasulullah shallallahualaihi wasallam melarang para wanita muslimah berpakaian ketat. Dan batasan ketat adalah tergambarnya bentuk salah satu anggota tubuh yang termasuk aurat. Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah ? Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya. (Ad-Dhiya Al-Maqdisi dalam AlHadits Al-Mukhtarah I/441; Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan). Dan kita perhatikan model busana di atas, bentuk kepala, pinggang, lengan, dada, dan pinggul masih tergambar dengan jelas. 2. Termasuk tabarruj. Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki (Fathul Bayan VII/19). Jadi tabarruj tidak harus memperliihatkan bagian tubuh yang termasuk aurat, bisa jadi seorang muslimah berpakaian yang menutup aurat namun pakaiannya di buat sedemikian rupa hingga menarik dengan kombinasi warna dan pernakpernik sehingga memancing pandangan kaum pria untuk melihatnya. Perhatikan, model

busana di atas masih memperlihatkan bentuk tubuh wanita yang merupakan perhiasan yang nampak indah di mata lelaki. Inilah tabarruj. Allah dan Rasul-Nya telah melarang tabarruj. Allah Taala berfirman yang artinya: Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka. (An Nur: 31). Banyak diantara mahasiswi muslimah berbusana seperti ilustrasi di atas. Jilbab agak lebar menjulur sampai pinggang, namun mereka memakai jaket dan jilbab mereka dimasukkan ke dalam jaket. Alhamdulillah mereka sudah memiliki kesadaran untuk memakai jilbab yang lebih besar dan berusaha menutup aurat dengan baik. Namun busana seperti ini pun belum memenuhi kriteria busana syari, karena: 1. Ketat. Telah kita bahas bahwa batasan ketat dalam syariat adalah memperlihatkan bentuk tubuh yang termasuk aurat. Dan ini dilarang oleh syariat. Dengan dipakainya jaket seperti ilustrasi di atas bentuk kepala, leher, pundak, lengan dan dada jadi terlihat. Dan semua ini termasuk aurat wanita yang harus disembunyikan. Maka ini termasuk pakaian yang ketat dari pandangan syariat. Dan perhatikanlah, model busana yang kedua ini tidak jauh berbeda dengan model yang pertama pada ilustrasi di atas. Sebagian muslimah sudah memiliki kesadaran untuk memakai busana muslimah yang lebar, tidak ketat dan menjulur menutupi auratnya. Namun dalam hati mereka masih ada keinginan tampil cantik sehingga dilirik oleh para lelaki. Akhirnya mereka pun berhias dengan jilbab mereka. Mereka pakai jilbab dengan warna-warni menarik, mereka pakai busana dengan variasi model, mereka pakai jilbab yang bercorak menarik, yang hal-hal ini malah membuat mereka tampak menarik di mata kaum pria yang melihatnya. Sehingga kaum pria pun bernikmat-nikmat memandangi mereka. Dan anehnya, dengan jilbab lebar yang mereka pakai, para muslimah itu senang dipandang. Hal ini sungguh bertentangan dengan perintah Allah: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya (An Nur: 30). Artinya semakin terhindar dari pandangan laki-laki semakin baik untuk seorang muslimah, karena laki-laki mumin diperintahkan untuk menjaga pandangan. Bagaimana mungkin para lelaki mumin bisa menjalankan perintah ini jika kaum muslimahnya malah berhias diri dan senang dipandang?? Dan itulah maksud syariat memeritahkan wanita memakai jilbab, yaitu untuk menjaganya dari pandangan kaum lelaki. Karena sungguh dahsyat fitnah (bencana) dari pandangan itu. Sebagaimana hadits Nabi: Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua

telinga adalah mendengar, zina lisan adalah bicara, zina tangan adalah memegang, dan zina kaki adalah melangkah. (Muttafaq alaih dengan lafazh Muslim). Maka sungguh aneh jika ada seorang muslimah, ia mau berjilbab tapi tetap ingin dipandang. Bahkan sepatutnya seorang muslimah, walaupun ia berjilbab, untuk menjaga diri dari pandangan lelaki. Bukan malah tampil dihadapan umum, turun ke jalan-jalan, berbicara di depan banyak lelaki, menempel fotonya dimana-mana atau lebih parah lagi bernyanyi dan bergoyang dihadapan banyak lelaki. iyyadzan billah. Perhatikanlah hadist Nabi: Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf terdepan dan sejelek-jeleknya adalah shaf terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf terakhir, dan sejelek-jeleknya adalah shaf terdepan. (HR. Muslim ). Shaf terjelek bagi wanita adalah yang terdepan karena akan lebih mudah terlihat oleh kaum lelaki. Ini dalam shalat, maka bagaimana lagi dalam kegiatan yang bukan ibadah?? Dan perhatikanlah firman Allah, yang artinya: Dan apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi) maka mintalah dari belakang tabir (hijab). Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. (Al-Ahzab : 53) Kita berharap semoga kaum muslimah kita yang dimuliakan oleh Allah, senantiasa memperbaiki diri dan menjaga kehormatan dirinya dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Beragama dengan metode yang benar sesuai Al Quran dan As Sunnah, bukan hanya mengikuti perasaan, atau mengikuti apa yang dianggap baik oleh kebanyakan orang.

Batasan Aurat
Bila kita perhatikan, dari masa-ke-masa semakin banyak saja wanita-wanita muslimah yang sadar akan indahnya berhijab (baca:menutup tubuh dengan busana muslim yang syari). Banyak kita dapati muslimah yang sebelumnya tidak berjilbab kemudian mulai mengenakan jilbab. Alhamdulillah, Rahimahunnallah. Walau begitu bukan berarti dawah tentang jilbab sudah berhasil, dan para dai berpuas diri. Pasalnya masih sangat disayangkan kebanyakan dari mereka belum berhijab dengan benar dan sesuai syariat. Bisa jadi dikarenakan mereka memakai jilbab hanya karena mengikuti trend, atau hanya agar terlihat islami, terlihat lebih anggun dan cantik, atau hanya ikut-ikutan saja. Maka mereka pun lebih mementingkan faktor keindahannya, keanggunan, ke-stylish-an, tanpa mempedulikan sudah-benar-atau-belum jilbab yang digunakannya. Maka ketahuilah wahai muslimah, Allah telah mewajibkan bagimu untuk berhijab, maka Allah pun telah memberikan ketentuan-ketentuannya. Dan ketahuilah berhijab yang syari tidak hanya sekedar menutup aurat saja. Dan hal ini yang banyak disalah-pahami kebanyakan muslimah. Sehingga dibuatlah berbagai macam model busana muslimah dengan prinsip yang penting menutup aurat. Sehingga dari salah paham ini muncullah banyak kesalahankesalahan dalam berbusana muslimah: 1. Tidak menutup aurat secara sempurna Banyak dari busana muslimah yang ada sekarang tidak menutup aurat secara sempurna, melainkan terdapat celah-celah yang memperlihatkan aurat walau hanya sedikit. Dan menurut jumhur ulama, bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Sebagaimana ulama ahli tafsir Imam Al-Qurthubi berkata : Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini. Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Allah Pemberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya. Maka, selain muka dan telapak tangan, tidak boleh terlihat walaupun sedikit. Aurat yang sering ditampakan dalam berbusana muslimah yang salah antara lain:

Leher Baik karena jilbab terlalu pendek atau karena jilbab yang diterpa angin, tidak boleh sampai terlihat lehernya. Lengan Beberapa muslimah hanya menggunakna baju berlengan panjang tanpa decker. Sehingga ada bagian lengan yang terlihat bila tangan digerakkan. Padahal dari ujung bahu sampai pergelangan tangan termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Rambut Baik rambut yang terurai didepan, dibelakang atau disekitar daerah telinga tidak boleh terlihat. Kaki Sungguh mengherankan, bahwa syariat memerintahkan laki-laki untuk menjauhi isbal dan wanita menjulurkan pakaiannya sampai melebihi mata kaki, namun yang banyak terjadi justru sebaliknya! Laki-laki banyak ber-isbal, dan wanita malah berpakaian lebih tinggi dari mata kaki, sehingga terlihatlah kakinya. Padahal kaki (semua bagian) termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Untuk hal ini dianjurkan memakai busana yang panjangnya melebihi mata kaki, atau bahkan sampai menyentuh tanah. Atau mengenakan kaus kaki, dianjurkan dengan warna gelap, bukan dengan warna kulit. 2. Ketat Hal ini yang banyak belum diketahui para muslimah, bahwa Islam melarang muslimah berbusana ketat. Lalu apa batasan ketat? Syaikh Al-Albani menjelaskan bahwa busana muslimah dikatakan ketat jika dapat menggambarkan bentuk anggota tubuhnya. Hal ini berdasarkan hadist Usamah: Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah ? Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan). Jadi, baju ketat bukan hanya baju yang kainnya menempel dengam erat dikulit, namun termasuk juga baju yang sedikit agak longgar namun

masih dapat menggambarkan siluet dan bentuk tubuh. Seperti pada beberapa baju gamis muslimah yang banyak digunakan sekarang, yang terdapat belahan pada bagian pinggulnya sehingga bila digunakan masih bisa memperlihatkan lengkung pinggang dan pinggul atau siluet si pemakai. Termasuk ketat juga jilbab yang terdapat karet atau ikatan dibagian lehernya yang bila digunakan dapat menggambarkan bentuk kepala, leher dan bahu si pemakai. Suatu kesalahan pula yang banyak dilakukan para jilbaber yang sudah berjilbab besar, yaitu memakai jaket di luar jilbabnya. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi jilbab yang menutupi bentuk tubuh bagian atas. Dengan memakai jaket di bagian luar jilbab, akan memperlihatkan bentuk tubuh, bentuk sliuet, bahu, lengan, dan lengkung pinggang si pemakai. Solusinya, pakailah jaket yang super-besar dan longgar atau bila memiliki jaket yang tidak besar, pakailah di dalam jilbab (jilbab menutupi jaket). 3. Jilbab terlalu pendek Sungguh mengherankan beberapa saudara kita muslimah, yang ia sudah menyadari wajibnya menutup aurat, namun di dalam hatinya masih ada keinginan untuk menonjolkan bagianbagian tubuhnya agar terlihat indah dimata laki-laki. Waliyyadzubillah. Sehingga mereka pun memakai jilbab sekadarnya saja, terlalu pendek. Lebih lagi gencarnya syiar busana muslimah gaul yang lengkap dengan jilbab pendek dan ketatnya. Bahkan kadang hanya sepanjang leher dan diikat-ikat dileher sehingga bagian dada (maaf) tidak tertutupi jilbab. Sungguh ini sebuah kesalahan fatal dalam berbusana muslimah. Padahal telah jelas dalil menyebutkan: Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab ke dada mereka (QS. An Nur : 31) Maka disini ulama berpendapat bahwa panjang minimal jilbab adalah sampai menutupi dada dengan sempurna. Namun ini bukan berati hanya ngepas sepanjang itu. Karena bila diterpa angin, maka bagian dada akan tersingkap, terutama bagi akhowat-akhowat pengendara motor. Maka, tidak ada pilihan lain bagi muslimah kecuali mengenakan jilbab yang lebih panjang dari itu. Bahkan sangat baik bila jilbab menjulur panjang sampai betis atau sampai kaki. Dan inilah pendapat sebagian ulama dengan mengambil zhahir dari perintah Allah pada surat AlAhzab ayat 59: Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin : Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS. Al Ahzab : 59)

Telah kita bahas pada tulisan yang lalu tentang beberapa kesalahan dalam busana muslimah yang banyak dilakukan oleh kebanyakan muslimah di masa ini. Kesalahan ini tentunya karena kebanyakan muslimah belum memahami dengan benar bagaimana ketentuan syariat mengenai busana bagi muslimah. Walau demikian kami bersyukur kepada Allah, bahwa sekarang mulai terlihat kesadaran dari para muslimah di negeri kita untuk mulai mengenakan busana Islami. Walaupun sebagian besar masih belum memenuhi kriteria syari, namun kami berharap saudari-saudari kita muslimah senantiasa berproses dan memperbaiki diri dalam berbusana hingga sesuai dengan apa yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berikut ini kami ilustrasikan beberapa kesalahan dalam busana muslimah: Hijab salah Model busana muslimah seperti ilustrasi di atas banyak digandrungi oleh remaja muslimah di masa ini. Wallahualam, sepertinya kebanyakan mereka mencontoh hal ini dari para artis dan selebritis di layar kaca yang menyebut busana seperti ini sebagai busana yang Islami. Sungguh ini adalah sebuah salah paham. Adapun kesalahan dari model busana muslimah yang demikian ditinjau dari dua sisi: 1. Ketat. Rasulullah shallallahualaihi wasallam melarang para wanita muslimah berpakaian ketat. Dan batasan ketat adalah tergambarnya bentuk salah satu anggota tubuh yang termasuk aurat. Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah ? Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya. (Ad-Dhiya Al-Maqdisi dalam AlHadits Al-Mukhtarah I/441; Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan). Dan kita perhatikan model busana di atas, bentuk kepala, pinggang, lengan, dada, dan pinggul masih tergambar dengan jelas. 2. Termasuk tabarruj. Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki (Fathul Bayan VII/19). Jadi tabarruj tidak harus memperliihatkan bagian tubuh yang termasuk aurat, bisa jadi seorang muslimah berpakaian yang menutup aurat namun pakaiannya di buat sedemikian rupa hingga menarik dengan kombinasi warna dan pernakpernik sehingga memancing pandangan kaum pria untuk melihatnya. Perhatikan, model

busana di atas masih memperlihatkan bentuk tubuh wanita yang merupakan perhiasan yang nampak indah di mata lelaki. Inilah tabarruj. Allah dan Rasul-Nya telah melarang tabarruj. Allah Taala berfirman yang artinya: Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka. (An Nur: 31). Banyak diantara mahasiswi muslimah berbusana seperti ilustrasi di atas. Jilbab agak lebar menjulur sampai pinggang, namun mereka memakai jaket dan jilbab mereka dimasukkan ke dalam jaket. Alhamdulillah mereka sudah memiliki kesadaran untuk memakai jilbab yang lebih besar dan berusaha menutup aurat dengan baik. Namun busana seperti ini pun belum memenuhi kriteria busana syari, karena: 1. Ketat. Telah kita bahas bahwa batasan ketat dalam syariat adalah memperlihatkan bentuk tubuh yang termasuk aurat. Dan ini dilarang oleh syariat. Dengan dipakainya jaket seperti ilustrasi di atas bentuk kepala, leher, pundak, lengan dan dada jadi terlihat. Dan semua ini termasuk aurat wanita yang harus disembunyikan. Maka ini termasuk pakaian yang ketat dari pandangan syariat. Dan perhatikanlah, model busana yang kedua ini tidak jauh berbeda dengan model yang pertama pada ilustrasi di atas. Sebagian muslimah sudah memiliki kesadaran untuk memakai busana muslimah yang lebar, tidak ketat dan menjulur menutupi auratnya. Namun dalam hati mereka masih ada keinginan tampil cantik sehingga dilirik oleh para lelaki. Akhirnya mereka pun berhias dengan jilbab mereka. Mereka pakai jilbab dengan warna-warni menarik, mereka pakai busana dengan variasi model, mereka pakai jilbab yang bercorak menarik, yang hal-hal ini malah membuat mereka tampak menarik di mata kaum pria yang melihatnya. Sehingga kaum pria pun bernikmat-nikmat memandangi mereka. Dan anehnya, dengan jilbab lebar yang mereka pakai, para muslimah itu senang dipandang. Hal ini sungguh bertentangan dengan perintah Allah: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya (An Nur: 30). Artinya semakin terhindar dari pandangan laki-laki semakin baik untuk seorang muslimah, karena laki-laki mumin diperintahkan untuk menjaga pandangan. Bagaimana mungkin para lelaki mumin bisa menjalankan perintah ini jika kaum muslimahnya malah berhias diri dan

senang dipandang?? Dan itulah maksud syariat memeritahkan wanita memakai jilbab, yaitu untuk menjaganya dari pandangan kaum lelaki. Karena sungguh dahsyat fitnah (bencana) dari pandangan itu. Sebagaimana hadits Nabi: Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah bicara, zina tangan adalah memegang, dan zina kaki adalah melangkah. (Muttafaq alaih dengan lafazh Muslim). Maka sungguh aneh jika ada seorang muslimah, ia mau berjilbab tapi tetap ingin dipandang. Bahkan sepatutnya seorang muslimah, walaupun ia berjilbab, untuk menjaga diri dari pandangan lelaki. Bukan malah tampil dihadapan umum, turun ke jalan-jalan, berbicara di depan banyak lelaki, menempel fotonya dimana-mana atau lebih parah lagi bernyanyi dan bergoyang dihadapan banyak lelaki. iyyadzan billah. Perhatikanlah hadist Nabi: Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf terdepan dan sejelek-jeleknya adalah shaf terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf terakhir, dan sejelek-jeleknya adalah shaf terdepan. (HR. Muslim). Shaf terjelek bagi wanita adalah yang terdepan karena akan lebih mudah terlihat oleh kaum lelaki. Ini dalam shalat, maka bagaimana lagi dalam kegiatan yang bukan ibadah?? Dan perhatikanlah firman Allah, yang artinya: Dan apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi) maka mintalah dari belakang tabir (hijab). Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. (Al-Ahzab : 53) Kita berharap semoga kaum muslimah kita yang dimuliakan oleh Allah, senantiasa memperbaiki diri dan menjaga kehormatan dirinya dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Beragama dengan metode yang benar sesuai Al Quran dan As Sunnah, bukan hanya mengikuti perasaan, atau mengikuti apa yang dianggap baik oleh kebanyakan orang. Wallahu taala alam. Ayat keenam (al-Ahzab (33): 59), termasuk ayat-ayat madaniyyah, sebab seluruh ayat dari surat al-Ahzab adalah madaniyayah. (Al-Qasimiy, 1978, XIII: 221). Adapun sebab nuzul ayat tersebut, menurut riwayat Abi Salih ialah sebagai berikut: Ketika Rasulullah saw datang di Madinah, jika isteri beliau dan para wanita muslimah keluar malam untuk sesuatu keperluan, sering diganggu oleh orang-orang laki-laki yang duduk di pinggir jalan. Setelah dilaporkan kepada Rasulullah , maka turunlah ayat ini (al-Ahzab (33): 59). (AtTabariy, t.t. Tafsir at-Tabariy, XXII: 34). Pada ayat sebelumnya, Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang yang menyakiti orangorang mukmin dan mukminat sebenarnya telah melakukan dosa besar dan sangat tercela. Maka pada ayat berikutnya (5), Allah memerintahkan kepada Nabi saw, agar para isteri

beliau dan para wanita muslimat menutup aurat dengan sebaik-baiknya, supaya mudah dibedakan antara orang yang terhormat dan orang yang tidak terhormat, untuk menjaga diri dari gangguan laki-laki jahat yang sering mengganggu di pinggir jalan. Pada permulaan masa Islam, di Madinah masih banyak orang jahat yang suka mengganggu wanita, sebab para wanita pada waktu itu masih selalu memakai pakaian harian sebagaimana pada masa jahiliyyah, sehingga tidak dapat dibedakan antara orang yang terhormat dan orang yang tidak terhormat. Kadang-kadang mereka mengganggu wanita muslimah dengan alasan tidak dapat mengenalnya, dan menyangkanya sebagai wanita yang tidak terhormat. Karena itulah wanita muslimah diperintahkan memakai mode pakaian yang berbeda dengan mode pakaian yang dipakai oleh wanita yang tidak terhormat. (Al-Qasimiy, 1978, XIII: 4908). Al-Qurtubiy dalam tafsrinya mengatakan, pakaian penutup aurat hendaklah terbuat dari bahan yang tidak tembus pandang., agar warna kulit tidak kelihatan, dan berbentuk long gar, agar bentuk badannya tidak tampak, kecuali apabila sedang bersama suaminya, sebab pakaian yang tembus pandang dan sempit, tidak memenuhi fungsinya sebagai penutup aurat. Maka Rasulullah saw pernah bersabda: Kadang-kadang wanita berpakaian di dunia, tetapi telanjang di akhirat. (Al-Qurtubiy, t.t. Al-Jami li Ahkam al Quran, VI: 5326). Sekalipun ayat tersebut (Al-Ahzab (33): 59), disampaikan dalam bentuk khabariyyah (berita), tetapi di dalamnya terkandung makna perintah yang menunjukkan kepada wujub (kewajiban). Menurut ilmu balagah, bentuk khabariyyah itu lebih balig (tegas dan tepat),daripada bentuk amr (perintah). Maka jelaslah bahwa menutup aurat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat, bukan hanya keluarga Nabi saw, dan para wanita Madinah, sebab ayat tersebut berlaku umum, sekalipun diturunkan karena sebab khusus. Allah memerintahkan Nabi-Nya agar umat Islam semuanya mentaati peraturan adab dan sopan santun Islam, petunjuknya yang mulia dan peraturan-peraturan yang bijaksana, untuk kebaikan bersama, baik untuk kehidupan perseorangan maupun kehidupan bermasyarakat. Allah mewajibkan orang-orang muslimah untuk menutup auratnya agar kehormatannya terjaga dari pandangan yang menyakitkan, kata-kata yang menyengat, jiwa yang sakit dan niat jahat laki-laki yang tidak berakhlak, sebagaimana ditegaskan pada surat an-Nur (24): 31. Maka kewajiban menutup aurat bukanlah merupakan adat kebiasaan atau tradisi Arab sebagaimana dikatakan oleh sebagian orang. Islam mewajibkan menutup aurat adalah bertujuan untuk memotong niat jahat para syaitan, sehingga mereka tidak dapat menggoda hati para laki-laki dan para wanita. Itulah yang dimaksudkan firman-Nya: Zalika azka lahum (yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka). An-Nur (24): 30).

Rasulullah SAW bersabda : "Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya. Yaitu laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip seekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya bergoyang bak punuk unta. Mereka tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu dapat tercium dari jarak yang sangat jauh".

Wanita-wanita yang dimaksud oleh Rasulullah, adalah wanita-wanita yang sering kita lihat, atau pun diri kita sendiri. Bahkan hal tersebut justru telah dianggap lumrah. Wanita-wanita tersebut adalah wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang. Yaitu wanita-wanita yang memakai pakaian namun masih menampakkan apa yang seharusnya ia tutupi. Wanita-wanita yang memakai pakaian namun lekuk tubuhnya masih jelas terlihat. Na'udzubillah min zalik.. Padahal sudah jelas tertera pada Al Qur'an surat An-Nuur yang artinya, "Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman. Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkkan khumur nya ke dadanya". Namun, mengapa banyak yang masih mengabaikannya? Apakah karena pengaruh budaya barat sehingga kita merasa "gengsi" dengan pakaian yang menutup seluruh aurat kita?Tidakkah kita mencermati kembali sabda Rasulullah SAW di atas? Bukankah itu berarti membuka aurat atau memperlihatkan aurat adalah dosa besar? Banyak di kehidupan kita, wanita-wanita yang tidak mau menutup auratnya hanya karena alasan "malu" atau "gengsi" karena tidak dapat mengikuti adat atau kebiasaan berpakaian yang semakin lama semakin menjorok pada budaya ke barat-baratan. Hey girls! Tidakkah kita mempertimbangkan dampak buruk yang akan kita dapatkan jika kita tidak menutup aurat kita? Sungguh, tidak ada satupun yang melarang kita memakai pakaian yang bermodel. Namun kita tetap harus memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan seperti berikut : menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, tidak transparan sehingga tidak menampakkan apa yang ada dibaliknya, longgar dan tidak membentuk lekuk-lekuk tubuh, bukan pakaian laki-laki dan tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan tidak berwarna dan memiliki motif yang terlalu mencolok. Adakah sebuah alasan lagi untuk tetap tidak menutup seluruh aurat kita? Akankah kita menundanya, padahal kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini..

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan batas aurat, karena perbedaan penafsiran terhadap ayat tentang aurat. Para ulama telah sepakat bahwa antara suami dan isterinya tidak ada aurah, berdasarkan firman-Nya: Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (Al-Muminun (23): 6). (As-Sabuniy, 1971, II: 154). Maka yang dibahas di sini adalah aurat laki-laki dan perempuan terhadap orang lain. 1. Aurat Laki-laki Terhadap Laki-laki. Menurut jumhur ulama, aurat laki-laki terhadap lakilaki antara pusat perut hingga lutut, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jurhud alAslamiy, ia berkata: Rasulullah saw duduk di antara kita dan paha saya terbuka, kemudian beliau bersabda: Ketahuilah bahwa paha adalah aurat. (Ditakhrijkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmuziy, dari Jurhud al-Aslamiy). 2. Aurat Perempuan Terhadap Perempuan. Jumhur ulama berpendapat bahwa aurat perempuan terhadap perempuan adalah sama dengan aurat laki-laki terhadap laki-laki. 3. Aurat Laki-laki Terhadap Perempuan. Jumhur ulama berpendapat bahwa aurat laki-laki terhadap perempuan adalah dari pusat perut hingga lutut, baik terhadap mahram maupun bukan mahram. (As-Asbuniy, 1971, II: 153). 4. Aurat Perempuan Terhadap Laki-laki. Para ulama berbeda pendapat tentang aurat perempuan terhadap laki-laki, dan di antara pendapat-pendapat tersebut ada dua pendapat yang diikuti oleh orang banyak, yaitu: a. Asy-Safiiyyah dan al-Hanabilah berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat, dengan alasan: 1. Firman Allah: Walaa Yubdiina Ziinatahunna (damn janganlah mereka menampakkan perhiasannya) (an-Nur (24): 31). Ayat tersebut dengan tegas melarang menampakkan perhiasannya. Mereka membagi zinah (perhiasan) menjadi dua macam: Pertama zinah khalqiyyah (perhiasan yang berasal dari ciptaan Allahj), seperti wajah, ia adalah asal keindahan dan menjadi sumber fitnah. Kedua zinah muktasabah (perhiasan yang dibuat manusia), seperti baju, gelang dan pupur. Ayat tersebut mengharamkan kepada wanita menampakkan perhiasan secara mutlak, baik perhiasan khalqiyyah maupun perhiasan muktasabah. Maka haram bagi wanita menampakkan sebagian anggota badannya atau perhiasannya di hadapan orang laki-lai. Mereka menawilkan firman Allah: Illaa maa zahara minha (kecuali apa yang biasa

tampak daripadanya), bahwa yang dimaksudkan dengan ayat tersebut ialah: menampakkan tanpa sengaja, seperti tersingkap karena angin, baik wajah atau anggota badan lainnya, sehingga makna ayat tersebut menjadi sebagai berikut: Janganlah mereka menampakkan perhiasannya selama-lamanya. 2. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. ia menceriterakan bahwa Nabi saw memboncengkan al-Fadl ibnul Abbas pada hari Nahr di belakangnya,dia adalah orang yang bagus rambutnya, dan berkulit putih. Ketika itu datanglah seorang wanita minta fatwa kepada beliau, kemudian al-Fadl melihatnya dan wanita itu pun melihat al-Fadl. Kemudian Rasulullah saw memalingkan wajah al-fadl ke arah lain.. (Ditakhrijkan oleh Al-Bukhariy, dari Ibni Abbas, Bab Hajji wada). 3. Apabila keharaman melihat rambut dan kaki telah disepakati oleh para ulama, maka keharaman melihat wajah adalah lebih pantas disepakati, sebab wajah adalah asal keindahan dan juga sumber fitnah, maka bahaya memandang wajah adalah lebih besar. b. Iman Malik dan Abu Hanifah berpendapat, bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan dua tapak tangan, dengan alasan: 1. Bahwa firman Allah SWT: Wa laa yubadiina ziinatahunna illa ma zahara minhaa (dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak dari padanya) (an-Nur (24): 31), ayat tersebut mengecualikan apa yang biasa tampak, yang dimaksudkannya ialah wajah dan dua tapak tangan. Pendapat tersebut dinukil dari sebagian sahabat dan tabiin. Said bin Jabir juga berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan apa yang biasa tampak adalah wajah dan dua tapak tangan, demikian pula Ata. (At-Tabariy, Tafsir at-Tabariy, XVIII: 118). 2. Mereka menguatkan pendapat tersebut dengan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah yang berbunyi teksnya sebagai berikut: Bahwa Asma binti Abi Bakr masuk ke tempat Rasulullah saw dengan memakai baju yang tipis, kemudian Rasulullah saw berpaling daripadanya dan bersabda: Hai Asma sesungguhnya apabila wanita itu sudah sampai masa haid, tidaklah boleh dilihat sebagian tubuhnya kecuali ini dan ini, dan beliau menunjuk kepada muka dan kedua tapak tangannya (Ditakhrijkan oleh Abu Dawud, dari Aisyah). 3. Mereka mengatakan, di antara dalil yang memperkuat pendapat bahwa wajah dan dua tapak tangan adalah bukan aurat, ialah bahwa dalam melakukan salat dan ihram, wanita harus membuka wajah dan dua tapak tangannya. Seandainya kedua anggota badan tersebut termasuk aurat, niscaya tidak diperbolehkan membuka keduanya pada

waktu mengerjakan salat dan ihram, sebab menutup aurat adalah wajib, tidak sah salat atau ihram seseorang jika terbuka auratnya. (As-Sabuniy, 1971, II:.155) Demikian pendapat para imam tentang aurat wanita; Asy-Syafiyyah dan Hanabilah berpendapat bahwa seluruh anggota badan adalah aurat, termasuk wajah dan kedua tapak tangan. Adapun imam Malik dan imam Abu Hanifah berpendapat bahwa wajah dan dua tapak tangan tidak termasuk aurat. Al-Qasimiy mengutip pendapat as-Siyutiy dalam Al-Iklil: Ibnu Abbas, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, berpendapat bahwa wajah dan dua tapak tangan adalah bukan aurat. Pendapat inilah yang dijadikan alasan bagi orang yang memperbolehkan melihat wajah dan tapak tangan wanita selama tidak menimbulkan fitnah. (Al-Qasimiy, 1978, XII: 195). Jika dihubungkan dengan sebab nuzul ayat 30-31 surat an-Nur dan ayat 59 surat al-Ahzab, perintah menutup seluruh tubuh bagi para wanita, karena kekhawatiran yang mendalam akan adanya fitnah, karena di Madinah pada waktu itu masih banyak orang fasik yang beradat kebiasaan jahiliyyah, dan suka mengganggu para wanita. Kekhawatiran Rasulullah saw pada waktu itu sangat masuk akal, karena beliau sangat paham terhadap adat istiadat jahiliyyah. Kekhawatiran akan adanya fitnah pada masa kini pun masih menghantui kita, apalagi pengaruh dari berbagai bangsa di dunia ini, yang tidak mengenal norma-norma Islamiyyah sangat besar. Maka menurut hemat penulis, menutup wajah dan dua tapak tangan adalah sangat terpuji, sekalipun penulis tidak lebih cenderung kepada pendapat Im,an Malik dan Imam Abu Hanifah, yang mengatakan bahwa wajah dan dua tapak tangan adalah bukan aurat, dan yang paling penting, menutup aurat dengan libasut taqwa (pakaian taqwa) adalah yang paling baik.

beberapa kaidah dan batasan tentang masalah batasan aurat yang boleh dilihat saat pengobatan. Pertama: Aurat lelaki adalah anggota tubuh antara pusar dan lutut, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam : "Apa-apa yang berada diantara pusar dan lutut adalah aurat" (Hadits hasan riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Daraquthni) dan ini merupakan pendapat jumhur ulama.

Kedua: Tubuh wanita seluruhnya aurat bagi lelaki bukan mahramnya. Berdasarkan firman Allah: Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir." (QS. An-Nuur :53) Dan berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam : "Tubuh wanita itu seluruhnya aurat." (H.R Tirmidzi dengan sanad yang shahih) Inilah pendapat yang benar dalam madzhab Hambali dan salah satu pendapat dalam madzhab Maliki serta salah satu pendapat juga dalam madzhab Syafi'i. Ketiga: Sengaja melihat aurat yang dilarang dilihat merupakan perkara yang sangat diharamkan, wajib menundukkan pandangan darinya, berdasarkan firman Allah: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka,. (QS. 24:30-31) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya dan janganlah juga seorang wanita melihat aurat wanita lainnya." (H.R Muslim) Beliau juga pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Janganlah melihat kepada paha orang yang masih hidup ataupun yang sudah mati." (H.R Abu Dawud dan hadits ini shahih) Keempat: Setiap aurat yang tidak boleh dilihat maka tidak boleh juga disentuh walaupun memakai penghalang. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

"Sesungguhnya aku tidak pernah menjabat tangan wanita." (H.R Malik dan Ahmad, hadits ini shahih) Beliau juga berkata: "Sekiranya kepala salah seorang kamu ditusuk dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (H.R Ath-Thabrani dan hadits ini shahih) An-Nawawi berkata: Menurut prioritas hukum, menyentuh wanita yang bukan mahram haram hukumnya sebagaimana juga haram melihatnya. Sebab menyentuh tentunya lebih lezat daripada sekedar melihat. Kelima: Ada beberapa jenis dan tingkatan aurat, diantaranya aurat yang vital. Yaitu qubul dan dubur. Dan aurat yang tidak vital, seperti paha (antara sesama lelaki). Aurat anak-anak yang masih berusia dibawah tujuh tahun tidak termasuk dalam cakupan hukum. Adapun aurat anak kecil yang telah mumayyiz (baligh) -antara tujuh sampai sepuluh tahun- adalah kemaluannya. Aurat anak perempuan yang masih kecil dan sudah baligh auratnya dari pusar sampai ke lutut. Demikian pula dalam kondisi aman. Aurat mayit sama seperti aurat orang yang masih hidup. Dan lebih amannya menggolongkan aurat banci (banci alami) sebagaimana aurat wanita, sebab berat dugaan ia seorang wanita. Keenam: Keadaan darurat membolehkan perkara yang terlarang. Para ulama sepakat bahwa seorang dokter boleh melihat bagian tubuh wanita yang sakit untuk kebutuhan pemeriksaan dan pengobatan dengan memperhatikan batasan-batasan syar'inya. Demikian pula para ulama membolehkan para dokter melihat bagian tubuh lelaki yang sakit. Ia boleh melihat bagian tubuh yang sakit sebatas kebutuhan. Dalam hal ini dokter wanita sama halnya dengan dokter pria. Hukum ini di dasarkan atas kaidah mendahulukan maslahat menyelamatkan jiwa daripada maslahat menjaga aurat jika kedua maslahat itu bertabrakan. Ketujuh: Kaidah selanjutnya adalah: "Darurat harus diukur sesuai batasnya." Meskipun melihat, menyingkap, menyentuh dan sebagainya dibolehkan karena darurat dan kebutuhan yang sangat mendesak, tetapi tidak dibolehkan melampaui dan melanggar batasa-batas syariat. Batas-batas itu sebagai berikut:

1. Pengobatan kaum lelaki hendaklah ditangani oleh dokter pria, dan pengobatan kaum wanita hendaklah ditangani dokter wanita. Jika seorang wanita terpaksa menyingkap auratnya untuk keperluan pengobatan, maka dianjurkan agar ditangani oleh dokter wanita muslimah. Jika tidak ada maka ditangani oleh dokter non muslimah, jika tidak ada maka ditangani oleh dokter pria muslim, jika tidak ada maka ditangani oleh dokter pria non muslim. Demikian pula jika bisa ditangani oleh dokter umum wanita muslimah maka tidak perlu ditangani oleh dokter spesialis pria. Jika diperlukan dokter spesialis wanita dan ternyata tidak ada, maka boleh ditangani oleh dokter spesialis pria. Jika dokter spesialis wanita tidak mencukupi dan sangat perlu ditangani oleh dokter spesialis pria yang mahir maka boleh ditangani oleh dokter pria tersebut. Jika terdapat dokter spesialis pria yang lebih mahir daripada dokter spesialis wanita, maka tetap tidak boleh ditangani oleh dokter pria kecuali jika spesialisasi dokter pria itu sangat dibutuhkan. Demikian pula halnya dalam proses pengobatan pria, yaitu tidak boleh ditangani oleh dokter wanita jika masih ada dokter pria yang mampu menanganinya. 2. Tidak diperkenankan melampaui batas aurat yang lazim untuk dibuka. Cukup membuka anggota tubuh yang perlu diperiksa saja. Dan hendaknya berusaha menundukkan pandangan semampunya. Dan hendaknya ia sesalu merasa melakukan sesuatu yang pada dasarnya diharamkan dan senantiasa minta ampun kepada Allah atas perbuatan melampaui batas yang mungkin terjadi. 3.Jika pengobatan bisa dilakukan hanya dengan mengidentifikasi penyakit saja (tanpa harus membuka aurat), maka tidak diperkenankan membuka aurat. Jika hanya dibutuhkan melihat tempat yang sakit saja maka tidak perlu menyentuhnya, jika cukup menyentuh dengan memakai penghalang saja maka tidak perlu menyentuhnya tanpa penghalang. 4. Jika yang menangani pasien wanita terpaksa harus dokter pria maka disyaratkan tidak dalam keadaan khalwat. Pasien wanita itu harus disertai suaminya, atau mahramnya atau wanita lain yang dapat dipercaya. 5. Hendaknya dokter yang menanganinya adalah seorang yang terpercaya, tidak cacat moral dan agamanya. Dalam hal ini cukuplah menilainya secara zhahir. 6. Makin vital aurat tersebut makin keras pula larangan melihat dan menyentuhnya. Penulis buku Kifayatul Akhyar berkata: "Ketahuilah bahwa kebutuhan yang sangat mendasar untuk

dilihat adalah wajah dan dua telapak tangan. Adapun bagian-bagian tubuh lainnya hanya boleh dilihat sesuai dengan kadar kebutuhan, terutama alat kelamin vital. Oleh sebab itu hal ini sangat perlu dijaga, terutama pada saat membantu kelahiran dan mengkhitan anak perempuan yang mulai tumbuh dewasa. 7. Kebutuhan pengobatan memang sangat mendesak. Seperti penyakit yang tidak dapat ditahankan lagi atau penurunan stamina dikhawatirkan akan membahayakan jiwanya. Adapun jika tidak begitu sakit atau tidak begitu mendesak maka janganlah membuka aurat (hanya untuk pengobatannya), sebagaimana dalam perkara-perkara yang bersifat dugaan dan perkara-perkara sekunder lainnya (yang mana tidak mesti membuka aurat). 8. Seluruh perkara di atas berlaku jika tidak menimbulkan fitnah dan tidak membangkitkan syahwat kedua belah pihak (yakni pasien dan dokternya). Terakhir, segala sesuatunya harus di dasari ketakwaan kepada Allah. Karena syariat telah menggariskan hukum-hukum yang jelas dan tegas bagi perkara-perkara sensitif seperti ini. Salah satu penyebab timbulnya musibah pada zaman ini adalah memandang remeh masalah membuka aurat di tempat-tempat kunjungan dan rumah-rumah sakit. Sepertinya para dokterdokter tersebut boleh melakukan segala sesuatu dan dihalalkan baginya segala yang terlarang. Demikian pula yang berlaku dalam program-program pendidikan yang seratus persen ditiru dari program-program pendidikan yang ada di negara-negara kafir. Hal ini termasuk kelengahan dalam berbagai pola pendidikan, latihan dan ujian. Kaum muslimin wajib mengajarkan berbagai keterampilan khusus bagi kaum wanita agar mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dan hendaknya menyusun jadwal yang rapi dan teratur di klinik-klinik dan rumah-rumah sakit agar wanita-wanita muslimah tidak jatuh dalam kesulitan. Dan hendaknya tidak menelantarkan wanita-wanita muslimah yang sakit atau merasa keberatan jika mereka meminta di tangan oleh dokter wanita. Hanya kepada Allah sajalah kita memohon agar menganugrahkan bagi kita pemahaman dalam agama dan menolong kita dalam melaksanakan hukum-hukum syariat dan dalam memelihara hak-hak kaum muslimin. Sesungguhnya Dia-lah yang kuasa memberi taufiq dan memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Tanya jawab masalah jilbab

Banyak pro dan kontra yang timbul karena maslah jilbab. Berdasarkan sumber yang saya peroleh, pemakain jilbab merupakan kewajiban bagi wanita yang beragama Islam. Namun, kenyataannya, saya melihat begitu banyak kaum wanita di Indonesia, khususnya gadis remaja yang tidak memakai jilbab meskipun mereka mengaku sebagai muslim. Saya memiliki begitu banyak teman remaja putri yang tidak memakai jilbab namun tetap teguh melaksanakan ajaran Islam. Hal inilah yang membuat saya cukup bersimpati kepada mereka. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan: 1. Dari beberapa sumber saya memperoleh info bahwa seorang wanita muslim yang tidak memakai jilbab berarti dosa dan Allah SWT menjauhkannya. Apakah benar seperti itu? Saya cenderung bersikap netral dan hanya memberi pendapat bahwa seseorang tidak bisa menghakimi orang lain bahwa orang tersebut berdosa hanya karena dia/mereka tidak memakai jilbab. Sebab, apabila seperti itu, maka begitu banyak gadis remaja (termasuk teman-teman saya) dan wanita muslim yang dianggap berdosa, bahkan murtad, termasuk ibu saya sendiri. Lagipula, yang dapat menilai seseorang berdosa atau tidak bagi saya hanyalah Allah SWT, bukan orang lain. 2. Saya mengetahui bahwa tujuan pemakaian jilbab adalah agar si pemakai terlihat sebagai wanita baik-baik. Apakah salah apabila seorang gadis remaja ingin memakai pakaian biasa tanpa jilbab dan bergaya layaknya remaja pada umumnya? 3. Apakah hal tersebut (no. 2) termasuk budaya yang salah karena adanya anggapan bahwa prilaku di atas terpengaruh budaya Barat? Saya rasa budaya tidak dapat diukur benar salahnya karena lingkungan dan kebutuhannya berbeda. 4. Seberapa tinggikah kadar kewajiban memakai jilbab? Saya melihat bahwa tidak semua negara-negara Arab atau negara-negara yang mayoritas Muslim kaum wanitanya memakai jilbab. Misalnya Turki. 5. Apakah pemakaian jilbab sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini? 6. Saya menganggap bahwa urusan beragama adalah urusan pribadi (intern) setiap orang sehingga orang lain tidak bisa mencampurinya, termasuk dalam pemakaian jilbab. Bagaimana pendapat Anda? 7. Pemakaian jilbab buat sebagian wanita mengekang mereka. Apakah benar seperti itu? Jawaban :

Saudara Ananda Ben Biran, sebelumnya Al-Islam mengucapkan banyak terima kasih atas pertanyaan yang begitu kritis dan tajam seputar jilbab. Mudah-mudahan jawaban di bawah ini cukup memuaskan "kenetralan" anda. 1. Seorang muslim, dari awal sudah berikrar untuk mengakui Allah sebagai tuhannya dan Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir. Ikrar atau syahadat yang diucapkan seorang muslim punya konsekwensi besar dalam hidupnya, yaitu bahwa ia tidak akan patuh dan tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada Allah dan Rasul-Nya. Di sinilah mungkin yang menjadi permasalahan hampir seluruh umat Islam. Ketaatan mutlak ini mencakup ketaatan kepada Kalam Ilahi yaitu Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya lewat Hadits-hadits Shahih. Nah, ketika Allah memerintahkan kepada kaum muslimat untuk berjilbab -buka surat An-Nur 31 dan Al-Ahzab 59- maka di sinilah ikrar taat dan patuh tadi diuji. Apakah muslimah akan taat ketika diperintah berjilbab, atau malah ogah dan menolak. Kalau taat, anda pasti akan mengatakan "Ia akan mendapatkan pahala" dan kalau menolak anda tentu bisa menyimpulkan "Ia pasti berdosa karena tidak taat kepada perintah Allah." 2. Pendapat anda di sini perlu kami ralat. Jilbab diwajibkan, agar para muslimah tidak diganggu, bukan agar kelihatan baik-baik. Di sini anda bisa membandingkan, perempuan berjilbab dengan cewek yang berpakaian seksi, kira-kira menurut anda siapa yang bakal disuitin cowok-cowok? Hal ini didukung pula riwayat yang menerangkan sebab turunnya ayat Jilbab, yaitu karena budak-budak perempuan zaman Nabi SAW, selalu mengarahkan kerudungnya ke arah punggung/belakang -seperti yang kita kenal dengan sebagai "jilbab gaul"- lalu lelaki-lelaki Yahudi Madinah, selalu mengganggu mereka. Ketika malam hari, Yahudi-yahudi ini tidak bisa membedakan, mana budak, dan mana perempuan merdeka, karena keduanya menjulurkan kerudung ke arah punggung, hingga terjadi beberapa muslimah diganggu oleh Yahudi pada malam hari, karena para Yahudi ini mengira perempuan merdeka tadi itu adalah budak. Maka turunlah ayat Jilbab tadi, agar muslimah yang merdeka bisa dibedakan dari budak-budak perempuan. Kalau begitu halnya, jika ada gadis remaja yang tidak berjilbab dan bergaya seperti layaknya "remaja" maka bisa dikatakan kasusnya mirip dengan para budak zaman Nabi SAW. 3. Seperti yang kami sebutkan di poin pertama, budaya Islam, tentu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya dan tidak mengikuti lingkungan ataupun kebutuhan pribadi-

pribadi. Hal ini karena seorang muslim sudah berikrar untuk taat dan patuh. Maka ketika Nabi bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka." Sudah tidak sepatutnya seorang muslim ataupun muslimah, meniru perilaku barat, perilaku lingkungan, ataupun perilaku "sesuai kebutuhan." Karena kalau tidak, tanpa disengaja seorang muslim akan terjerumus dalam pengingkaran janji patuh dan taat dalam syahadatnya. 4. Kadar kewajiban Jilbab, serupa dengan kadar kewajiban sholat. Karena keduanya, sama-sama diperintahkan Allah dalam Al-Qur'an. Perlu diingat pula, bahwa kebenaran tidak diukur dari banyaknya pengikut ataupun karena sekelompok orang atau bahkan satu negara tidak melakukannya. Kebenaran diukur dengan apakah hal tersebut menentang Qur'an dan Sunnah Rasul atau tidak. Tidak perduli apakah dia Arab, ataukah Turki, ataukah Muslimah Indonesia, selama ia tidak mau taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya dalam segala hal, maka ia menanggung dosa. Kalau saja boleh dan tidaknya sesuatu buat muslim ditentukan oleh orang Arab ataupun Turki, maka seandainya 80% orang Turki melakukan pencurian, apakah boleh kita katakan bahwa mencuri itu halal, karena kaum muslimin Turki melakukannya? tentu jawabnya tidak. 5. Al-Qur'an diturunkan untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat. Maka seluruh perintah yang ada dalam Al-Qur'an selalu relevan dengan zaman sampai berakhirnya zaman itu sendiri. Dan tidak ada alasan untuk mengkritik relevansi Jilbab yang diwajibkan dalam Al-Qur'an, selama orang tersebut telah berikrar untuk mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Sebab, ketika seorang muslim mempertanyakan relevansi jilbab, tidak jauh bedanya dengan mempertanyakan apakah Allah itu masih relevan sebagai tuhan. 6. Seseorang boleh memilih agama apa saja, dan Islam tidak memaksa orang untuk masuk Islam. Namun, sekali seseorang mengucap syahadat dan berikrar patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, maka urusan "pribadi" tadi berubah menjadi urusan Allah dan hanya Dia-lah yang memberi perintah atau larangan untuk begini atau untuk tidak begitu. Memang orang lain tidak bisa mencampuri urusan agamanya, tapi Allah? adakah seorang muslim yang mengatakan urusan agamanya tidak menjadi urusan Allah? 7. Jilbab justru membebaskan wanita. Coba anda fikirkan, betapa seorang perempuan gendut ingin menjadi langsing, justru karena dia ingin pakai rok mini yang seksi, atau pakai celana jins ketat, bukankah ini malah mengekang perempuan? Seakan-akan dia

dituntut untuk langsing? dan tidak bisa bertubuh tambun karena masyarakatnya akan mengatakan dia "gendut"? Maka kalau kita bicara jujur, mengekang atau tidak mengekang, tergantung kepada apakah perempuan itu ikhlas dan suka berjilbab atau tidak. Kalau merasa risih dengan jilbab, tentu ia akan menganggap jilbab sebagai suatu pengekang, sementara yang suka dan ikhlas berjilbab, maka dengan percaya dirinya akan ketaatannya kepada Allah, ia akan menikmati berjilbab, meski di rumah, di jalan, di kendaraan umum ataupun di pasar. Dan kami yakin anda sudah melihat muslimah-muslimah yang "PeDe" dengan jilbabnya itu. Sebagai tambahan, mengapa jilbab itu seperti susah diterima muslimah, tak lain dan tak bukan karena mereka jauh dari Qur'an dan Sunnah Nabi, mereka mengaku muslim, muslimah, tetapi sekedar pengakuan tanpa menerapkan "undang-undang menjadi muslim" yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. Kalau mereka mau menengok dan mempelajari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW, dijamin tidak ada satu orang muslimah pun yang tidak berjilbab.

Kesalahan Dalam Berjilbab


Jilbab bukan lagi menjadi kata yang asing didengar, terlebih belakangan ini, di mana wanita muslimah berbondong-bondong untuk mengenakan jilbab dengan prasangka baik bahwa mereka melakukannya sebagai wujud ketaatan akan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ada perasaan nyaman bagi sebagian orang yang mengenakannya, karena pakaian yang dikenakannya akan meninggalkan kesan yang lebih Islami, terlepas dari cara dan mode pakaian yang dia kenakan. Yang tidak banyak disadari, atau mungkin lebih sering diabaikan, bahwa jilbab bukan sekedar mengenakan pakaian lengan panjang, betis tertutup hingga tumit, dada dan leher terhalang dari padangan orang. Bahwa jilbab bukan sekedar membalut anggota-anggota tubuh yang tidak semertinya terlihat selain mahram. Tidak, Jilbab lebih dari itu! Allah subhanahu wataala berfirman:

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS AlAhzab [33] : 59) sejatinya adalah body covering, penutup tubuh (aurat) yang akan melindungi seorang wanita, dari pandangan dan penilaian orang lain, khususnya laki-laki, dan bukannya body shaping, pembalut tubuh yang menampilkan seluruh lekuk liku tubuh seorang wanita, membuat orang menoleh kepadanya. Jilbab, di tangan wanita muslimah masa kini, telah kehilangan esensinya. Seperti komentar seorang rekan kerja dulu, ketika melihat dua orang gadis remaja berboncengan dengan jilbab yang serba ketat, Yah.. jilbab sekarang kan untuk membalut aurat, bukan untuk menutup aurat! Padahal Allah subhanahu wa taala telah memperingatkan:

Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, (QS An-Nuur [24] : 31) Saat ini, di tangan wanita muslimah masa kini, jilbab itu sendiri adalah perhiasan. Sebagian orang yang mengenakannya justru mengundang orrang (baca: laki-laki) untuk melihatnya, Betapa tidak, pakaian terututup yang serba ketat justru menggoda orang ingin tahu apa yang ada di baliknya. Baju model baby doll berlengan pendek, dipadu dengan manset dan jeans atau bicycle pants super ketat, atau jenis pakaian ketat yang menampilkan lekuk tubuh lainnya. Jika sudah begitu lalu apa bedanya dengan pakaian yang lainnya? Tambahan sepotong kain yang dililitkan pada kepala dan leher tidak menjadikan sebuah pakaian dikatakan berjilbab, karena toh yang memakainya masih terlihat seperti telanjang. Padahal Rasulullah telah memberikan peringatan keras, kepada para wanita yang berpakaian tetapi telanjang: Ada dua golongan penduduk neraka yang sekarang saya belum melihat keduanya, yaitu: wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan memiringkan kepalanya seperti punuk unta, dimana mereka tidak akan masuk surga, bahkan mencium baunya pun tidak bisa (HR Muslim dan Ahmad) Hadits ini telah diabaikan, entah karena tidak tahu, atau mungkin tidak diperdulikan! Atau mungkin terlalu takut untuk mengetahui kebenaran yang akan menyebabkannya merasa terasing dari masyarakat, lalu membuatnya mentup mata, hati dan telinga. Atau bahkan yang lebih mengerikan lagi, dengan sengaja memberikan penafsiran berbeda mengenai perintah untuk menutup aurat itu, demi memenuhi hawa nafsunya! Aduhai, entah kemana perginya rasa takut itu, seolah-olah kehidpan di dunia ini akan berlangsung selamanya dan ancaman manusia mulia, hamba dan utusan Allah untuk memberikan peringatan kepada manusia, tidak berarti apa-apa kecuali hanya sekedar gertak sambak! Naudzubillah! Entah kemana perginya rasa malu yang seharusnya bermanifestasi pada prilaku dan cara berpakaian? Sebagian besar kita justru terlena pada penilaian kebanyakan orang. Berjilbab bukan berarti ketinggalan zaman. Atau, Dengan jilbab pun bisa tampil modis dan trendi. Entah mengapa, kita menjadi latah dengan penilaian orang kafir, mengenakan jilbab syarI adalah symbol keterbelakangan, bahkan yang lebih

menyedihkan lagi yang terjadi akhir-akhir ini, jilbab besar adalah cirri aliran sesat dan pengikut paham esktrimis! Islam telah memuliakan wanita, menjaga kehormatan wanita dengan menetapkan batasanbatassannya, bukan untuk menjadikan wanita terkekang, sebaliknya bahkan untuk melindungi kaum wanita. Tubuh seorang wanita adalah milik pribadinya, bukan properti umum yang dapat dilirik, ditaksir dan diberikan penilaian. Wanita sejatinya adalah individu yang bebas, ketika dia mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya bagi dirinya. Jangan mengira bahwa wania-wanita yang tampil trendi itu adalah orang-orang yang memiliki lebebasam memilih, karena toh mereka terkungkung oleh pandangan orang lain. Sederhana sekali, jika seseorang atau beberapa orang mengatakan kepada anda kamu cantik dengan baju ini, atau dengan warna itu, anda lalu mengikuti perkataannya. Padahal cantik adalah sebuah ukuran relatif yang senantiasa berfluktuasi sepanjang zaman. Layaknya mata uang, ia bisa mengalami devaluasi, Lalu di mana letak kebebasan itu, ketika seorang wanita membiarkan dirinya terbawa arus fluktuasi itu? Pilihan orang banyak adalah pilihannya? Pendapat orang banyak adalah pendapatnya? Pada kenyataannya, jilbab adalah sesuatu yang masih asing di kalangan wanita muslimah, karena yang bertebaran saat ini hanyalah sekedar penutup kepala, pembalut tubuh, trend mode dan bukannya jilbab yang seharusnya berfungsi untuk menutup aurat dengan sempurna. Wallahu alam. Allah SWT berfirman, Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri orang mumin, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih (QS Al Ahzab ayat 59).

Jilbab merupakan kain yang menutupi seluruh aurat wanita dari ujung kepala hingga ujung kaki atau bisa disebut dengan pakaian luar.

Jilbab tentu saja berbeda dengan apa yang kita kenal saat ini, karena kain yang digunakan untuk menutupi rambut bukanlah jilbab melainkan kerudung. Allah SWT telah memerintahkan hambanya untuk menggunakan jilbab agar seluruh auratnya terjaga. Namun, tidak banyak para wanita yang mengabaikan akan hal itu.

Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau memakai Jilbab. Padahal mereka sebenarnya akan mendapat siksaan yang berat sekali sebagai mana diceritakan Nabi Muhammad dalam hadits beliau yang artinya sebagai berikut : ...Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak dikepalanya didalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya.

Ketat, tansparan, dan membentuk tubuh, itulah ciri-ciri jilbab sebagian wanita masa kini. Tampil cantik dan trendi dengan jilbab menjadi moto sebagian muslimah zaman sekarang. Ya.. cantik.. dengan pakaian tipis dan ketat yang menggoda, pernak-pernik perhiasan yang menggelantung mulai dari kepala sampai pin besar di dada, sapuan make up di wajah, sepatu hak tinggi runcing dengan wangi parfum yang menggelitik sambil berlenggok laksana bandul jam. lengkaplah sudah wanita menjadikan dirinya layaknya etalase.

sadarkah engkau jilbab ketatmu itu adalah etalase auratmu? Seperti etalase toko yang memajang barang yang biasanya produk unggulan untuk menarik perhatian calon konsumen, seperti itulah jilbab ketat yang dipakai sebagaian kaum muslimah, etalase yang memamerkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Dan jika fungsi etalase untuk menarik perhatian calon pembeli lalu menurutmu apa fungsi jilbab ketatmu itu? Perhatian siapa yang hendak kau pancing agar menoleh ke arahmu? cobalah menatap dirimu lebih lama.. sedikit lebih lama di depan cermin, dengan perspekif berbeda. Perhatikan pakaianmu ketatmu. Apa yang terlintas di benakmu? Aurat sebelah mana yang berhasil kau sembunyikan dari pandangan orang lain yang bukan mahrammu dengan pakaian transparan atau pakaian ketatmu itu? Tanyakanlah pada dirimu, apa gunanya jilbab bagimu? Untuk siapa engkau mengenakannya? Jika engkau mengenakannya untuk memenuhi kewajiban menutup aurat, lalu di mana letak pakaian ketatmu dalam firman Allah berikut? Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu (QS Al-Araf : 26)

Dan Allah berfirman: (artinya): Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. (QS An-Nuur : 31) Dan juga firman Allah: (artinya) Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS Al-Ahzab [33] : 59).

Pernahkah terbetik di pikiranmu bahwa Sang Pembuat Syariat, memerintahkan wanita untuk menutup aurat agar kehormatannya terjaga? Bukankah lekuk liku tubuhmu yang engkau tampakkan dengan jilbab tipismu nan ketat itu justru memancing siulan dan pandangan maksiat dari lawan jenismu? Ataukah memang itu tujuannya?

jilbab diwajibkan bagi kita untuk menutup aurat, bukan sekedar menutupi kulit! Perintahnya adalah menutupnya dan bukan sekedar membalutnya sehingga tampak lekuk likunya. Menutupnya untuk menghalanginya dari pandangan orang lain, dan bukannya membiarkan orang lain dapat menerawang dan mengenali apa yang ada di baliknya.

Banyak kaum wanita meneriakkan protes atas nama kebebasan dan kesetaraan, agar hukum lebih melindungi wanita dari tindak pelecehan seksual, baik berupa perbuatan, perkataan, atau bahkan sekedar isyarat. Tidakkah terpikir olehmu, pakaian ketatmu itu justru mengundang pelaku pelecehan untuk beraksi? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak taat), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian. (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673).

Tetapi kecantikanmu akan terpancar dari ketakwaan, akhlak terpuji dan rasa malu, yang salah satunya akan tampak dari pakaian syari yang engkau kenakan. Ingatlah bahwa Allah telah berfirman: (artinya): Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudahmudahan mereka selalu ingat. (QS Al-Araaf : 26)

seiring berjalannya waktu, sekarang ini sudah banyak sekali wanita yang memakai kerudung. Memang untuk berkerudung secara sempurna butuh proses. Kita sering berkilah bahwa itu seperti ajang latihan. Untuk awalnya mungkin tak apa. Tapi jangan sampai kita kemudian terlena dan hanyut dengan pengaruh mode yang akhirnya malah membuat orang yang melihat berpikir atau malah sampai bilang pake jilbab tapi kok bajunya sexi ya? yang akhirnya malah akan memberi citra negatif pada wanita berkerudung pada umumnya. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan wanita ketika berjilbab :

Kesalahan gambar pertama :

Kerudung tidak menutupi dada. Rok yang digunakan kurang panjang. Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya :Hendaklah mereka memanjangkan barang sejengkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya. Hadits di atas cukup menjelaskan bahwa para wanita diharuskan memanjangkan apa yang seharusnya menutupi auratnya dan tidak diperbolehkan untuk memendekkannya.

2. Kesalahan gambar kedua :

Kerudung tidak menutupi dada. "..dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya.."(QS An-Nur : 31). Jelas sudah bahwa kerudung yang kita pakai HARUS menutupi dada kita sehingga jelas salah jika kita beranggapan "asalkan rambutnya nggak keliatan, berarti telah menggunakan jilbab".

3. Kesalahan gambar ketiga :

Kerudung tidak menutupi dada. Lengan kurang panjang.

Rok kurang panjang. "Dan katakanlah kepada para perempuan beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan (auratnya) kecuali yang bisa terlihat.."(QS An-Nur : 31). Maka dari itu hendaklah kita menutupi apa yang disebut sebagai aurat agar orang lain tidak akan bisa melihatnya.

4. Kesalahan gambar keempat :

Pakaian ketat sehingga menampakkan lekuk tubuh. Rasulullah bersabda, "hendaklah kamu meminjamkan dia baju yang panjang dan longgar itu".

Make up yang terlalu tebal. Wahai anak cucu Adam. Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan".(QS Al'Araf : 31)

5. Kesalahan gambar kelima :

Kerudung tidak menutupi dada. Pakaian ketat memperlihatkan lekuk tubuh. Blus yang dipakai pendek. "Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi yang telanjang yang condong kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya"(Riwayat Bukhari dan Muslim) 6. Kesalahan gambar keenam :

Lengan blus pendek. Rok yang dipakai berbelah di depan.

"Barang siapa yang memakai pakaian yang mencolok mata, maka Allah S.W.T akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti"(Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasai dan Ibnu Majah) Kesalahan yang umum lainnya adalah : Tidak memakai kaus kaki. Memakai kerudung, baju maupun celana yang tembus pandang. Memasukkan kerudung kedalam baju. Ketika memakai kerudung model segiempat, hanya memasangkan peniti pada bagian bawah leher dan setelah itu kedua ujung kerudung digantungkan pada kedua bahu. Hal ini salah karena dapat mengakibatkan tampaknya leher dan kerudung tidak menutupi dada. Memakai kerudung yang terikat pada bagian leher sehingga menampakkan bentuk leher.

"Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan"(H.R. Abu Daud) Tidak boleh menggunakan perhiasan-perhiasan Tidak diberi hiasan-hiasan yang dapat mengundang pria untuk melihatnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya: Katakanlah (ya Muhammad) kepada wanita-wanita yang beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan mata dan menjaga kemaluan mereka, dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa nampak darinya. Hendaklah mereka meletakkan dan menjulurkan kerudung di atas kerah baju mereka (dada-dada mereka) (An-Nuur: 31) Pakaian itu harus terbuat dari bahan yang tebal Rasulullah bersabda: Akan ada nanti di kalangan akhir umatku para wanita yang berpakaian tapi hakikatnya mereka telanjang Kemudian beliau bersabda ; laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat. (HR. Ath Thabrani dalam Al Mu`jamush Shaghir

dengan sanad yang shahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Albani dalam kitab beliau Jilbab Al Marah Al Muslimah, hal. 125) Ibnu Abdil Baar berkata bahwa: Yang dimaksud Nabi dalam sabdanya (di atas) adalah para wanita yang mengenakan pakaian dari bahan yang tipis yang menerawangkan bentuk badan dan tidak menutupinya maka wanita seperti ini istilahnya saja mereka berpakaian tapi hakikatnya mereka telanjang. Pakaian itu tidak boleh memperlihatkan bentuk tubuh Usamah bin Zaid c berkata: Rasulullah memakaikan aku pakaian Qibthiyah yang tebal yang dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau maka aku memakaikan pakaian itu kepada istriku. Suatu ketika beliau bertanya: Mengapa engkau tidak memakai pakaian Qibthiyah itu? Aku menjawab: Aku berikan kepada istriku. Beliau berkata: Perintahkan istrimu agar ia memakai kain penutup setelah memakai pakaian tersebut karena aku khawatir pakaian itu akan menggambarkan bentuk tubuhnya. (Diriwayatkan oleh Adl Dliya Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hasan, kata Syaikh Al-Albani t dalam Jilbab, hal. 131) Tidak boleh memakai parfum atau wangi-wangian Karena Rasulullah bersabda: Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian lalu ia melewati sekelompok orang agar mereka mencium wanginya maka wanita itu pezina. (HR. An Nasai, Abu Daud dan lainnya, dengan isnad hasan kata Syaikh Al-Albani dalam Jilbab, hal. 137) Tidak menyerupai pakaian laki-laki Abu Hurairah z mengatakan: Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Jilbab, hal. 141) Pada kenyataannya banyak dari kaum muslimah yang walau memakai jilbab, tetapi mereka memakai celana jeans. Tentu ini tidak sesuai dengan sunnah Rasul dan adalah dosa bagi mereka yang memakainya.

Tidak menyerupai pakaian wanita kafir Rasulullah dalam banyak sabdanya memerintahkan kita untuk menyelisihi orang-orang kafir dan tidak menyerupai mereka baik dalam hal ibadah, hari raya/perayaan ataupun pakaian khas mereka. Banyak dari para artish yang saya lihat dan juga termasuk ustadzah Irene Handono, yang mengaku memakai pakaian muslimah tetapi ternyata pakaian mereka itu mirip-mirip dengan biarawati Khatolik. Jelas ini adalah perbuatan yang sesat dan haram. Syarat lainnya Pakaian itu tidak dipakai untuk ketenaran, yakni pakaian yang dikenakan dengan tujuan agar terkenal di kalangan manusia, sama saja apakah pakaian itu mahal/ mewah dengan maksud untuk menyombongkan diri di dunia atau pakaian yang jelek yang dikenakan dengan maksud untuk menampakkan kezuhudan dan riya. Berkata Ibnul Atsir: Pakaian yang dikenakan itu masyhur di kalangan manusia karena warnanya berbeda dengan warna-warna pakaian mereka hingga manusia mengangkat pandangan ke arahnya jadilah orang tadi merasa bangga diri dan sombong. Rasulullah bersabda: Siapa yang memakai pakaian untuk ketenaran di dunia maka Allah akan memakaikannya pakaian kehinaan pada hari kiamat kemudian dinyalakan api padanya. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dengan isnad hasan kata Syaikh Albani dalam Jilbab, hal. 213)

Rambut tidak digelung Mungkin Anda tidak ingin membuat rambut Anda tersiksa dengan menggelungnya, namun rambut yang diurai atau hanya dikuncir saja bisa mencuat keluar dari pori-pori kain jilbab. Tentu mengganggu penampilan bukan? Oleh karena itu disarankan untuk selalu menggunakan ikat kepala agar rambut tersimpan rapi di balik kerudung dan posisi kerudung tidak mudah bergeser.

Ikat kepala tidak menyerap keringat Sebelum menggunakan kerudung, ada kain yang digunakan sebagai dasar yang diikatkan di

kepala, disebut juga ikat kepala. Bentuk ikat kepala ini bermacam-macam dan bahannya pun bermacam-macam. Kesalahan terjadi jika Anda memilih ikat kepala dari bahan yang tidak menyerap keringat. Hal ini akan membuat keringat terakumulasi di kulit kepala. Selain tidak nyaman, keringat ini juga membuat rambut mudah lepek dan akhirnya berketombe. Sebaiknya untuk di daerah panas, atau jika berencana keliling ke rumah tetangga-tetangga dengan berjalan kaki, Anda memilih ikat kepala yang berbentuk renda karena bahan ini memungkinkan sirkulasi udara yang baik di rambut dan kulit kepala.

Ikatan terlalu ketat Baik ikatan rambut maupun ikatan dasar kerudung yang terlalu ketat akan membuat Anda pusing. Oleh karena itu, ikatlah rambut dengan karet rambut yang elastis namun kuat. Sedangkan untuk ikat kepala, pilihlah yang pas benar di kepala dan tidak licin sehingga Anda tidak perlu mengikatnya kencang-kencang.

Rambut kurang dirawat Oleh karena sering ditarik dan tidak mendapat sirkulasi udara yang leluasa, rambut wanita yang berkerudung mudah stres. Walaupun tidak terlihat orang lain, perawatan rambut tetap penting, bahkan harus dilakukan ekstra pada wanita berkerudung. Cucilah rambut minimal dua hari sekali dengan mengaplikasikan kondisioner secukupnya. Lakukan hairmask setidaknya satu bulan sekali agar rambut tetap sehat dan cantik. Ketika sedang di rumah, saatsaat tidak harus menggunakan kerudung, sebaiknya rambut dibiarkan bebas terurai dan tidak diikat dengan ketat.

Ujung kerudung Mencoba berbagai gaya tentu membuat penampilan Anda selalu segar, namun jangan lupa untuk memperhatikan jatuhnya ujung kerudung Anda. Kesalahan yang sering terjadi adalah mengakhiri ujung kerudung dengan membiarkannya sedikit menjuntai di sisi belakang atau samping kepala padahal bahan kerudung tersebut cukup kaku. Hal ini membuat ujung kerudung tersebut terlihat tidak menyatu dengan keseluruhan bentuk kerudung Anda. Sebaiknya jika bahan tersebut cukup kaku, jangan dibiarkan menjuntai melainkan sematkan secara rapi dengan jarum.

Sesungguhnya agama Islam memerintahkan setiap orang muslim agar mencintai saudaranya bagaikan mencintai dirinya sendiri, kemudian menghindari mereka dari keburukan sebagaimana ia menghindarkan diri daripadanya, nasehat menasehati demi menaati kebenaran yang telah didatangkan dari Allah dan Rasul-Nya, baik itu berupa perintah maupun larangan, dengan hati rela mematuhinya. Di saat agama Islam tiba dan kaum Jahiliyah membenci bayi perempuan, bahkan tega buah hati sendiri dikubur hidup-hidup, tidak memberikan harta warisan kepada wanita, terkadang mempusakai wanita bagaikan harta yang lain dengan jalan paksa. Maka Allah serta Rasul-Nya melarang perbuatan keji tersebut, menjaga dan mengangkat derajat wanita bagaikan mutiara berharga dengan memberikan hak-haknya sebagaimana agama menghormati dan memberikan hak-haknya kepada seorang lelaki. Demi kesucian masyarakat serta demi keutuhan dan kehormatan seorang muslimah dari kemaksiatan dan dari kecerobohan orang jahiliah, maka Islam menganjurkan perkawinan dan mengharamkan perbuatan zina. Maka demi kesucian dan keutuhan, Allah Maha Penyayang memerintahkan para muslimah agar mengenakan hijab (jilbab), supaya berada di sisi Allah dan ditempat sejauh mungkin dari perbuatan keji yang dapat menimpa pada diri kaum muslimah. Allah berfirman dalam Al Quran: Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan pehiasaannya kecuali yang biasa nampak dari pandangan. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau kepada ayah mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara- saudara mereka, atau putra-putra suami mereka, atau wanita- wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap kaum wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat kaum wanita. dan janganlah mereka memukul kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Qs An Nur : 31)

Bagaimana jilbab yang dimaksud dalam ayat diatas, setidaknya harus memenuhi syarat-syarat hijab atau jilbab sebagai berikut dan inilah jilbab yang syari dan benar : 1. Menutupi seluruh tubuh, sebagaimana yang difirmankan Allah, Hendaklah mereka itu mengeluarkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (Qs Al Ahzab : 59)

2. Maksud dari berhijab adalah untuk menutup tubuh wanita dari pandangan laki-laki. Jadi, bukan yang tipis, yang pendek, yang ketat, membentuk tubuh, serupa dengan kulit, maupun yang bercorak dan yang bersifat mengundang penglihatan laki-laki.

3. Harus yang longgar, sehingga tidak menampakkan tempat- tempat yang menarik pada anggota tubuh.

4. Tidak diberi wangi-wangian, hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah saw : Sesungguhnya seorang wanita yang memakai wangi- wangian kemudian melewati kaum (laki-laki) bermaksud agar mereka mencium aromanya, maka ia telah melakukan perbuatan zina. (HR Tirmidzi)

5. Pakaian wanita tidak boleh menyerupai laki-laki, Nabi saw melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian wanita, dan seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki. (HR Abu Dawud dan An Nasai).

6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir, Siapa yang meniru suatu kaum, maka ia berarti dari golongan mereka. (HR Ahmad)

7. Berpakaian tanpa bermaksud supaya dikenal, baik itu dengan mengenakan pakaian yang berharga mahal maupun yang murah, jika niatnya untuk dibanggakan karena harganya ataupun yang kumal jika bermaksud agar dikenal sebagai orang yang taat (riya). Siapa yang mengenakan pakaian tersohor (bermaksud supaya dikenal) di dunia, maka Allah akan

memberinya pakaian hina di hari Kiamat lalu dinyalakan api pada pakaian tersebut. (HR Abu Dawud) Sungguh fenomena jilbab pada saat sekarang, membuat kita di satu sisi patut bersyukur, wanita sudah tidak malu lagi untuk berjilbab di manapun tempatnya sehingga jilbab benarbenar telah membudaya di masyarakat dan dianggap sesuatu yang lumrah.Namun di sisi lain jilbab yang sesungguhnya harus memenuhi prasyarat jilbab syari sebagaimana hal tersebut di atas seakan telah berubah fungsi dan ajaran, banyak sekali dan telah bertebaran dimana-mana jilbab yang bukan lagi syari tapi lebih terkesan trendy dan mode atau lebih dikenal dengan jilbab funky yang kebanyakan dari semua itu adalah menyimpang dari syarat-syarat syara jilbab yang sebenarnya. Diantara penyimpangan-penyimpangannya yang ada, antara lain:

1. Tidak ditutupnya seluruh bagian tubuh. Seperti yang biasa dan di anggap sepele yaitu terbukanya bagian kaki bawah, atau bagian dada karena jilbab diikatkan ke leher, atau yang lagi trendy, remaja putri memakai jilbab tapi lengan pakaiannya digulung atau dibuka hingga ke siku mereka.

2. Sering ditemui adanya perempuan yang berjilbab dengan pakaian ketat, pakaian yang berkaos, ataupun menggunakan pakaian yang tipis sehingga walaupun perempuan tersebut telah menggunakan jilbab, tapi lekuk-lekuk tubuh mereka dapat diamati dengan jelas.

3. Didapati perempuan yang berjilbab dengan menggunakan celana panjang bahkan terkadang memakai celana jeans. Yang perlu ditekankan dan telah diketahui dengan jelas bahwa celana jeans bukanlah pakaian syari untuk kaum muslimin apalagi wanita.

4. Banyak wanita muslimah di sekitar kita yang memakai jilbab bersifat temporer yaitu jilbab dipakai hanya pada saat tertentu atau pada kegiatan tertentu, kendurian, acara pengajian, dsb, setelah itu jilbab dicopot dan yang ada kebanyakan jilbab tersebut sekedar mampir alias tidak sampai menutup rambut atau menutup kepala.

Terkadang, kalau ditanyakan kepada mereka, mengapa kalian berbuat (melakukan) yang demikian, tidak memakai jilbab yang syari, padahal telah mengetahui bagaimana jilbab yang syari, sering didapati jawaban, Yaa, pengen aja , atau Belum siap , atau Mendingan begini daripada tidak memakai jilbab sama sekali , atau Jilbab itu kan tidak hanya satu bentuk, jilbab kan bisa dimodofikasi yang penting kan menutup aurat terkadang didapati juga jawaban, Kok kamu yang ribut, kan emang sudah menjadi mode yang seperti ini! atau aku ni yang pake kok kamu yang sewot? loh? berarti belum baca paragrap pertama note ini dengan serius dan memaknainya, piss.. Apa pandangan Allah terhadap kalian (para wanita) disaat akan menghadap pada-Nya (Shalat dan berdoa) barulah kalian menutup aurat kalian dengan sangat tertutup yang syari seperti mukena dan jilbab sebagai pakaian suci seorang akhwat sholehah? Sedangkan terhadap makhluk-Nya kalian membeberkan aurat didepan khalayak terutama kaum pria yang bukan muhrim dari kalian? Cukup sadarkah wahai kalian kaum hawa??!! Apakah pakaian sucimu itu hanya engkau kenakan disaat beribadah kepada-Nya saja? Sudah berapa banyak lelaki non-mahram yang dapat dengan sengaja maupun tidak sengaja kau buat melihat auratmu, kau seret mereka pada jurang kesesatan syaithan? Naudzubillah.. Seorang wanita muslim tidak boleh menunda berjilbab hanya karena merasa pengetahuan agamanya masih minim. Memakai jilbab adalah kewajiban setiap perempuan Muslim. Bisa baca ayat Al-quran tentunya? Coba buka Quran: Al-Araf: 26, An-Nuur: 31, AlAhzab: 59, kalaupun masih belum bisa coba liat tafsirnya dahulu. Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (QS. Al-Araf: 26) (QS. An-Nur: 24), udah ada diatas kan? Kalo dibaca itu juga.. :-/ wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya* ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59)

Padahal, dituntutnya jilbab dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai dengan hukum syara yang disebutkan di atas, sesungguhnya akan membawa kebaikan bagi diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat dan bukan didasari atas nafsu atau ditujukan untuk mengekang diri. Apabila kaum telah meremehkan hal ini, maka bagaimana dengan pandangan (penilaian) Allah dan Rasul -Nya terhadap wantia yang seperti ini? Tidakkah ada bedanya antara perempuan yang berjilbab dengan perempuan yang tidak berjilbab?

Jadilah Wanita Muslimah


Menjadi seorang wanita memanglah sebuah perjalanan yang tidak mudah. Wanita banyak sekali mengalami godaan yang mungkin susah untuk dihindari. Sebagian dari wanita atau perempuan terkadang menginginkan menjadi seorang pria atau seorang laki-laki karena halhal berikut :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki. 2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya. 3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki. 4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki. 5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak. 6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya. 7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri. 8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak Ada pada lelaki. Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA". Namun, pernahkah kita melihat sebaliknya (kenyataannya) Bahwa : 1. Benda yang Mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita. 2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya? 3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, IA perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak. 4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak,tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH

di muka bumi ini, dan tahukah jika ia meninggal dunia karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya. 5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung- jawabkan terhadap! 4 wanita, yaitu: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki,yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya. 6. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu: shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya. 7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggung-jawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

KEISTIMEWAAN WANITA MUSLIMAH Rasulullah SAW bersabda : Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim, Ahmad, dan An-Nasai). Disisi lain berhati-hatilah sebab Beliau SAW juga berpesan tentang fitnah terbesar dari kaum mu, Tidak ada suatu fitnah (bencana) yang lebih besar bahayanya dan lebih bermaharajalelaselepas wafatku terhadap kaum lelaki selain daripada fitnah yang berpunca daripada kaum wanita. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah). Namun, wanita juga memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya adalah :

1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda: Ibu lebih penyayang daripada Bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia. 2. Wanita yang solehah itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang saleh.

3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seperti orang yang senantiasa menangis karena takut Allah SWT dan orang yang takut Allah SWT akan diharamkan api neraka keatas tubuhnya. 4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang, makanan dari pasar kerumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah. 5. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukai akan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S 6. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya, akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam surga. 7. Barang siapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah surga. 8. Dari Aisyah r.a. Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya api neraka. 9. Surga itu di bawah telapak kaki ibu. 10. Apabila memanggilmu dua orang ibu bapamu maka jawablah panggilan ibumu dahulu. 11. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari manapun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab. 12. Wanita yang taat pada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya dan rekannya (serta menjaga sholat dan puasanya). 13. Aisyah r.a. berkata, Aku bertanya pada rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, suaminya. Siapa pula berhak terhadap lelaki? jawab Rasulullah SAW, Ibunya. 14. Perempuan apabila sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya, serta taat pada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki. 15. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia kedalam surga lebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun)

16. Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan. 17. Apabila seorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT. 18. Apabila seorang perempuan melahirkan anak, keluarlah ia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkan. 19. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari susunya diberi satu kebajikan 20. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT. Sungguh, tidak ada yang dapat mengingkari keistimewaan yang dimiliki seorang wanita yang muslimah. Lalu, alasan apa lagi yang harus diutarakan untuk tidak mencoba menjadi seorang wanita yang muslimah.

You might also like