You are on page 1of 21

BAB 4

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA


4.1 VISI DAN MISI
4.1.1 Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013
Visi dan Misi Pembangunan Daerah sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pembangaunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut: A. VISI Terwujudnya masyarakat adil Nusa dan Tenggara demokratis, Timur dalam yang Bingkai

berkualitas, sejahtera,

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Provinsi Nusa

Tenggara Timur yang ingin diwujudkan dalam lima tahun mendatang adalah Nusa Tenggara Timur yang memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas, memperhatikan keseimbangan antara kewajiban dan hak, menghargai pendapat dan menerima pendapat orang lain. Berkualitas. Mengandung makna bahwa dalam lima tahun kedepan terjadi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia NTT yang diukur berdasarkan perbaikan angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), angka Buta Aksara serta Tingkat Partisipasi Sekolah, Usia Harapan Hidup Penduduk; Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Nisbah Sarana Kesehatan per Penduduk.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 1

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Sejahtera. Mengandung makna peningkatan dalam lima tahun ke yang depan akan terjadi dengan

kesejahteraan

masyarakat,

diindikasikan

meningkatnya pendapatan perkapitan penduduk NTT yang berdampak pula pada menurunnya angka kemiskinan, serta peningkatan ketersedianaan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai guna mendukung pertumbuhan ekonomi di NTT Adil. Mengandung pelayanan makna pembangunan Kesamaan hak dalam hukum dan yang

kemasyarakatan,

pemerintahan

dan

pembangunan

mencerminkan keterwakilan agenda pembangunan yang berdampak pada terjadinya pemerataan distribusi dan akses terhadap sumberdaya dan hasilhasil pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat NTT. Demokratis. Mencerminkan pembangunan keterwakilan yang dilakukan proses secara dan sustansi dan agenda-agenda obyektif dengan

rasional partisipasi

mempertimbangan

aspek keterbukaan,

publik dan kesamaan

dengan demikian menjamin adanya partisipasi masyarakat, transparansi, akuntabel sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Dalam Bingkai Negara Republik Indonesia. Mengandung makna bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. MISI Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan tahun 2008-2013 adalah: a. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan

efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. b. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui

pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 2

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

c.

Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku

ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal. d. Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat

memiliki aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. e. Meningkatkan penegakan supremasi yang bersih hukum dan dalam bebas rangka

menjelmakan

pemerintahan

KKN serta

mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum. f. Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata ruang dan

lingkungan hidup. g. Meningkatkan akses perempuan dan anak dalam sektor publik,

serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak. h. Mempercepat penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan

perbatasan, pembangunan daerah kepulauan, dan pembangunan daerah rawan bencana alam.

4.1.2 Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT


Dengan mengacu kepada visi dan misi pembangunan Provinsi NTT 20092014, serta dengan berlandaskan kepada hasil kajian risiko bencana Provinsi NTT; maka Visi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT adalah: NTT yang Siaga, Tangguh, Solid, dan Responsif dalam

Penanggulangan Bencana Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Misi Penanggulangan Bencana NTT yang perlu dilaksanakan dan dicapai adalah: 1. Mengurangi kesiapsiagaan terpadu 2. Membangun budaya keselamatan dan ketahanan bencana berbasis pemberdayaan masyarakat, penguatan kearifan lokal, serta pengembangan pendidikan, pengetahuan, dan inovasi. 3. Memperkuat kapasitas, kerja sama, dan koordinasi antar lembaga dalam penanggulangan bencana 4. Meningkatkan kapasitas dan kesigapan dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana risiko bencana dengan diseluruh lini dengan secara membangun terencana dan

dan infrastruktur

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 3

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

4.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana NTT


Dengan mengacu kepada visi dan misi penanggulangan bencana NTT, maka dapat diformulasikan kebijakan penanggulangan bencana NTT. Kebijakan penanggulangan bencana ini disusun atas dasar regulasi daerah, kelembagaan daerah dan perencanaan.

4.2.1 Regulasi
Regulasi terkait penanggulangan bencana di Provinsi NTT adalah: 1. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi NTT Tahun 2005 - 2025 2. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 16 Tahun 2008 tentang Penanggulangan Bencana di Provinsi NTT 3. Peraturan Daerah NTT Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTT Tahun 2009 2013 4. Peraturan Organisasi Daerah Provinsi NTT Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur 5. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT 2010-2030

4.2.2 Kelembagaan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, lembaga utama yang khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat provinsi adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BPBD Provinsi NTT dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 3 tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. BPBD Provinsi NTT memiliki tugas sebagai berikut: 1. menetapkan penanggulangan setara sesuai pedoman bencana kebijakan dan yang pengarahan mencakup daerah terhadap usaha bencana, Nasional

pencegahan dan Badan

penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan pemerintah Penanggulangan Bencana;

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 4

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

2. menyusun

standarisasi

serta

kebutuhan

penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan; 3. menyusun, bencana; 4. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; 5. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; 6. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang; 7. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBD; dan 8. melaksanakan kewajiban lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sementara fungsi BPBD Provinsi NTT adalah: 1. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien; 2. pengkoordinasian pelaksanaan penanggulangan bencana secara menetapkan, dan menginventarisasikan peta rawan

terencana, terpadu dan menyeluruh; Dalam menjalankan tugasnya, BPBD Provinsi NTT tidak bekerja secara individu; melainkan berkoordinasi juga dengan institusi terkait lainnya; baik institusi pemerintah ataupun non-pemerintah. Pelaksanaan partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat dilakukan oleh instansi/lembaga terkait berkoordinasi dengan BPBD sesuai dengan kewenangannya. Susunan Organisasi BPBD terdiri dari : a. Kepala; b. Unsur Pengarah; dan c. Unsur Pelaksana. Unsur Pelaksana BPBD Provinsi berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala BPBD. Unsur Pelaksana BPBD Provinsi dipimpin Kepala

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 5

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Pelaksana yang membantu Kepala BPBD Provinsi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi unsur pelaksana BPBD Provinsi sehari-hari. Unsur Pelaksana BPBD Provinsi mempunyai tugas melaksanakan

penanggulangan bencana secara terintegrasi meliputi pra bencana, saat tanggap darurat; dan pasca bencana. Unsur Pelaksana BPBD menyelenggarakan fungsi : a. pengkoordinasian; Fungsi koordinasi merupakan fungsi koordinasi Unsur Pelaksana BPBD dilaksanakan melalui koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, lembaga usaha, dan/atau pihak lain yang diperlukan pada tahap pra bencana dan pasca bencana. b. pengkomandoan; Fungsi komando merupakan fungsi komando Unsur Pelaksana BPBD dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. c. pelaksana. Fungsi Pelaksana merupakan fungsi Pelaksana BPBD dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPBD dalam melaksanakan tugasnya wajib menyelenggarakan koordinasi dengan instansi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja serta wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antara satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.

4.2.3 Perencanaan
Dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana, selain dari Rencana Penanggulangan Bencana, setiap daerah perlu menyusun serangkaian

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 6

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

rencana terkait lainnya baik untuk kondisi pra-bencana, saat terjadi bencana maupun pasca bencana. Rencana yang perlu diformulasikan meliputi: 1. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) yang merupakan tindak lanjut dari RPB NTT 2. Rencana Kontijensi 3. Rencana Operasional 4. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan) Agar tersusun suatu mekanisme Penanggulangan Bencana terpadu, maka seluruh rencana tersebut perlu disusun dan dilaksanakan secara holistik dan sinergis.

4.3 Strategi / Pilihan Tindakan Pencegahan


Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di tingkat provinsi memiliki keterbatasan kewenangan; dimana peranan institusi ini lebih kepada fungsi koordinasi, motivasi dan katalis bagi institusi di tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Peran teknis yang dimiliki pemerintah provinsi hanya terbatas pada asset provinsi yang berada di daerah serta pelaksanaan tanggap darurat bencana jika kabupaten/kota tidak mampu mengatasi bencana yang terjadi. Sehubungan dengan hal ini, maka diperlukan suatu kebijakan dan strategi khusus dalam menyusun RPB NTT agar kemudian pelaksanaannya dapat mengurangi risiko bencana di dalam wilayah Provinsi NTT. Secara umum, terdapat 4 strategi Penanggulangan Bencana NTT, yakni: a. Penguatan regulasi dan kapasitas kelembagaan b. Perencanaan Penanggulangan Bencana terpadu c. Penelitian, pendidikan dan pelatihan d. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat Keempat strategi ini beserta sasaran yang ingin dicapai akan dijabarkan sebagai berikut.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 7

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

4.3.1 Strategi

Penguatan

Regulasi

dan

Kapasitas

Kelembagaan
Strategi ini memiliki sasaran terbentuknya kelembagaan penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan kapasitas yang memadai pada sistem, desentralisasi kewenangan dan kemitraan; yang ditunjang dengan dasar hukum yang kuat dalam pelaksanaannya. Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada: a. Penguatan Dasar Hukum untuk Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang Terkoordinasi Penguatan dasar hukum untuk mensinergiskan penyelenggaraan

penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui penyusunan peraturan dan serangkaian dokumen rencana yang meliputi: 1. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) yang merupakan tindak lanjut dari RPB NTT 2. Rencana Kontijensi 3. Rencana Operasional 4. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan) Selain itu, penguatan kerangka regulasi juga bisa dilakukan melalui

penyusunan prosedur-prosedur tetap (protap) Penyusunan dokumen dan peraturan di tingkat provinsi tersebut tentunya harus tetap berpegang kepada pedoman dan peraturan mengenai kebencanaan yang ada di tingkat pusat. Koordinasi juga perlu dilakukan dalam menyusun mekanisme penggalangan anggaran penanggulangan bencana partisipatif untuk mengatasi keterbatasan anggaran di tingkat provinsi.Keberadaan mekanisme ini diharapkan dapat menarik kontribusi dari pemangku kepentingan non-pemerintah ataupun negara donor dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.Mekanisme ini perlu dituangkan ke dalam bentuk peraturan agar memiliki kepastian hukum. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membentuk kerangka hukum yang kuat serta memberikan arahan yang jelas dalam juga penyelenggaraan dapat penanggulangan bencana.Langkah tersebut diharapkan

meningkatkan kapasitas serta kontribusi berbagai pihak dalam pelaksanaan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 8

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

b. Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Penanggulangan Bencana dan Sistem Pendukungnya Provinsi NTT perlu meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan daerah dalam penanggulangan bencana. Secara umum, upaya penanggulangan bencana di provinsi ini berada di bawah tanggung jawab BPBD Provinsi NTT. Namun untuk mengimplementasikan penanggulangan bencana yang terpadu diperlukan peningkatan kapasitas personil BPBD dan institusi terkait lain dalam menghadapi situasi pra-bencana, saat tanggap darurat dan saat pemulihan pasca bencana. Koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan daerah, termasuk masyarakat, juga akan ditingkatkan dalam rangka mewujudkan penanggulangan bencana yang holistik dan terpadu. Salah satu prioritas utama dalam penguatan kapasitas adalah pembentukan dan pemberdayaan forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko bencana yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.

4.3.2 Strategi Terpadu

Perencanaan

Penanggulangan

Bencana

Sasaran dari strategi ini adalah diterapkannya upaya-upaya yang terpadu untuk mengurangi dampak bencana melalui perencanaan yang holistik dan pembangunan sistem pendukung pada bencana yang berpotensi terjadi dalam skala provinsi. Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada: a. Penguatan Dokumen Kajian Risiko Daerah dan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Saat ini telah terusun Dokumen Kajian Risiko Bencana Daerah untuk Provinsi NTT. Dokumen ini disusun berdasarkan data ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk setiap potensi bencana di wilayah NTT. Namun untuk penerapan di level kabupaten masih memerlukan kajian risiko dengan kedalaman data yang lebih detail. Untuk lebih memperkuat hasil kajian ini maka perlu dikaji risiko bencana yang lebih detail di level kabupaten, juga risiko-risiko lintas batas; baik lintas kecamatan maupun lintas kabupaten; dalam rangka menggalang kerjasama antar daerah untuk pengurangan risiko.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 9

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Penanganan

bencana

yang

dilaksanakan

selama

ini

seringkali

tidak

mempertimbangkan risiko lintas batas, sehingga tidak jarang terjadi irisan kegiatan dan miskoordinasi antar pemerintah daerah. Sebagai akibatnya, penanganan bencana menjadi kurang optimal. Dengan adanya penguatan terhadap dokumen kajian risiko daerah termasuk kejelasan dalam pembagian kewenangan, diharapkan akan dapat menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten yang akan menghasilkan formulasi kebijakan penanggulangan bencana di level kabupaten dan menghasilkan pola koordinasi kelembagaan di level kabupaten yang akan berbeda dengan di level provinsi. b. Penyusunan Bencana di NTT Rencana kontijensi bencana disusun untuk semua bencana yang berpotensi terjadi di wilayah NTT. Berdasarkan hasil kajian risiko daerah, terdapat 11 jenis bencana yang berpotensi terjadi di provinsi ini. Rencana kontijensi ini akan menjadi acuan bagi daerah dalam melaksanakan upaya penanganan darurat bencana. Penting untuk diperhatikan bahwa penyusunan rencana kotijensi harus mengikuti suatu standar dan aturan tertentu yang berlaku di tingkat pusat. Proses penyusunan rencana kontijensi harus melibatkan seluruh pemangku kepetingan yang terkait di tingkat daerah. Sebagai turunan dari rencana kontijensi ini, perlu disusun program-program tanggap darurat bencana serta prosedur tetap yang terkait. Latihan evakuasi secara berkala perlu dilakukan sebagai media evaluasi bagi prosedur dan program ini. Pelaksanaan latihan ini juga dapat bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan masyarakat. Implementasi langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat Rencana Kontijensi Bencana untuk Setiap Potensi

kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat. c. Menerapkan Perencanaan dan Pengelolaan Permukiman Manusia yang Memuat Unsur-Unsur Pengurangan Risiko Bencana Sektor permukiman penduduk memerlukan perencanaan dan pengelolaan yang memadai, terutama dari aspek tata ruang dan struktur bangunan agar faktor risiko bencana dapat dikurangi. Diperlukan penguatan aturan mengenai kawasan yang aman sebagai lokasi permukiman, sehingga perumahan tidak akan berlokasi di area yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap bencana.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 10

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Selain

itu,

diperlukan

juga

pemberlakuan

syarat

dan

Izin

Mendirikan

Bangunan (IMB) untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building codes). Diperlukan standarisasi struktur bangunan untuk area-area tertentu, terutama untuk daerah yang rawan bencana; dimana standar ini harus berbeda untuk area dengan tingkat risiko bencana yang berbeda. Misalnya saja syarat untuk mendirikan bangunan di area yang berisiko benjir akan berbeda dengan syarat untuk area berisiko puting beliung. Berkaitan juga dengan hal ini adalah pengintegrasian AMDAL dan Kajian Risiko Bencana. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menurunkan risiko bencana bagi masyarakat, termasuk menurunkan kerugian yang potensial untuk diderita. d. Memformulasikan Sistem Distribusi Logistik untuk Penanganan Darurat Bencana dan Pemulihan Pasca Bencana Di dalam kondisi darurat dan pemulihan pasca bencana, pemenuhan

kebutuhan sehari-hari masyarakat (baik logistik maupun finansial) merupakan hal yang utama. Hal yang perlu diperhatikan tidak hanya ketersediaan kebutuhan tersebut, tetapi juga sistem distribusi yang paling optimal untuk dijalankan. Oleh karena itu diperlukan penyusunan suatu sistem pendukung dan mekanisme yang diarahkan pada optimalisasi distribusi cadangan logistik untuk penduduk dan kelompok rentan. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan mempercepat bencana. Selain pendistribusian logistik, sistem pendukung yang diformulasikan juga perlu berisikan mekanisme yang dapat menjamin stabilitas harga barangbarang kebutuhan pokok setelah terjadinya bencana. Selama ini, cenderung terjadi kenaikan harga barang setelah kejadian bencana. Penyusunan pola kerjasama antara pemerintah dengan produsen kebutuhan pokok yang digunakan saat darurat maupun saat pemulihan menjadi kunci keberhasilan yang perlu dicapai dalam membangun sistem ini. Ketersediaan cadangan finansial dan logistik serta penyusunan sistem masa penanganan darurat bencana dan membantu meningkatkan kemampuan daerah untuk bangkit kembali setelah darurat

pendukung ini akan membantu dalam membangun sistem penanganan darurat dan pemulihan pasca bencana yang efektif. e. Pembangunan Infrastruktur pendukung Mitigasi Bencana

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 11

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Pencegahan bencana dilaksanakan dengan memberikan perlakuan di sumber bencana sehingga dapat menurunkan, jika tidak menghilangan, ancaman bencana tersebut. Mitigasi bencana dilakukan dengan membangun suatu zona penghalang antara potensi bencana dengan faktor risiko yang ada. Mitigasi berupa mitigasi struktural (memperkuat struktur bangun, memformulasikan kode bangunan dsb.) f. Memperkuat Sistem Peringatan Dini yang handal Kesiapsiagaan merupakan tindakan yang perlu diambil jika upaya pencegahan dan mitigasi dirasa belum optimal. Kunci dari kesiapsiagaan adalah berjalan dengan optimalnya proses evakuasi masyarakat yang didukung oleh sistem pendeteksian ancaman dan sistem peringatan dini. Penggabungan antara teknologi dan kearifan lokal merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem kesiapsiagaan yang efektif.Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan pembangunan sistem peringatan dini yang efektif, peningkatan kapasitas evakuasi masyarakat termasuk latihan evakuasi, serta pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesiapsiagaan bencana. g. Meningkatkan kapasitas dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana Penanganan bencana merupakan kebijakan yang perlu diambil saat masa krisis, masa darurat dan masa pemulihan dilaksanakan. Penanganan bencana dilaksanakan untuk menyelamatkan korban bencana sekaligus melakukan normalisasi kehidupan korban bencana dalam waktu sesingkat-singkatnya. Terkait dengan sasaran ini, maka program akan difokuskan pada tanggap darurat bencana serta upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Evaluasi juga terus dilakukan pada proses rehabilitasi dan rekonstruksi sehingga pembelajaran baru mengenai upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang mengefisienkan sumber daya akan terus dihasilkan.

4.3.3 Strategi Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan


Sasaran dari strategi ini adalah pemanfaatan jalur penelitian, pendidikan dan pelatihan secara terukur dan terencana untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan bencana di masyarakat NTT. Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada: a. Pengintegrasian Konsep Kebencanaan di dalam Kurikulum Sekolah

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 12

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Konsep mengenai kebencanaan perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah untuk memperkenalkan masyarakat kepada isu bencana sejak dini. Penggunaan lembaga pendidikan formal merupakan salah satu strategi yang efektif di dalam membangun memori kolektif masyarakat secara berkelanjutan, sehingga diharapkan pengetahuan ini akan terus terbawa dan diimplementasikan oleh siswa. Materi kebencanaan yang disampaikan di sekolah tidak hanya berdasarkan kajian dan temuan ilmiah saja, tetapi juga kearifan lokal agar pengetahuan lokal tersebut tidak hilang di masa yang akan datang. Penggabungan kedua jenis materi ini akan memberikan suatu konsep kebencanaan yang komprehensif untuk disampaikan kepada siswa dalam upaya penanggulangan bencana. Kurikulum yang disusun juga perlu menyeimbangkan antara teori dengan praktik agar pemahaman dan keterampilan teknis siswa tetap berimbang b. Pelatihan Kebencanan untuk Peningkatan Kapasitas Pemerintah Diperlukan standarisasi kompetensi minimal yang perlu dimiliki oleh setiap orang sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing institusi di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Untuk mencapai standar ini, maka diperlukan suatu pelatihan yang mampu meningkatkan kapasitas individu pelaksana penanggulangan bencanadi tataran pemerintahan. Materi pelatihan tersebut harus mencakup konsep-konsep dan praktik-praktik mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan pasca bencana. Pelaksanaan pelatihan ini akan membantu meningkatkan pemahaman dan ketrampilan indidvidu tersebut, sehingga penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah akan berjalan dengan optimal. c. Peningkatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Lokal Kemitraan dalam akan dibangun dengan alasan dengan perguruan tinggi agar pihak

tersebutmemiliki peranan di dalam upaya penanggulangan bencana, terutama kaitannya dengan pengembangan bahwa pihak pengetahuan tersebut serta teknologi memiliki kebencanaan di tingkat daerah. Pemberdayaan perguruan tinggi lokal juga dilakukan tentunya pemahaman yang lebih mendalam mengenai karakteristik daerah, jika dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berada di daerah lain.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 13

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Langkah ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi terkait kebencanaan di Provinsi NTT. Selain itu, langkah ini juga diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kerja sama antar pemangku kepentingan daerah.

4.3.4 Strategi

Peningkatan

Kapasitas

dan

Partisipasi

Masyarakat
Sasaran dari strategi ini adalah berkembangnya budaya keselamatan dan ketahanan bencana di segenap masyarakat NTT dengan meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. a. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk melaksanakan

penanggulangan bencana yang partisipatif Perlu diperhatikan bahwa salah satu strategi pembangunan Provinsi NTT adalah Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people-centered development), yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory-based development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri. Oleh karena itu, upaya penanggulangan bencana Provinsi NTT akan menerapkan prinsip partisipatif; dimana masyarakat memiliki peran aktif di dalam program dan kegiatan penanggulangan bencana. Dengan demikian, pelaksanaan penanggulangan bencana di NTT akan turut mempertimbangkan aspek kearifan lokal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan berbagai program dan kegiatan dampak yang dapat membantu dari meningkatkan kapasitas dan masyarakat; terutama mempertimbangkan posisi masyarakat sebagai pihak yang terkena langsung bencana.Pembentukan pemberdayaan forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko bencana dapat menjadi salah satu prioritas untuk mencapai sasaran ini. Pendekatan partisipatif disini tidak hanya berlaku untuk masyarakat yang berstatus layanan publik, tetapi juga dari kalangan akademisi dan lembaga non pemerintah lainnya. Kerja sama dan diskusi aktif dengan pihak-pihak tersebut diperlukan untuk merangkum masukan demi tercapainya visi dan misi penanggulangan bencana NTT. Bentuk diskusi aktif dapat berupa pembentukan dan operasionalisasi forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko bencana.Dengan dilaksanakannya langkah-langkah

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 14

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

tersebut, diharapkan agar penanggulangan bencana di Provinsi NTT dapat berjalan dengan sinergis, efektif dan optimal. b. Membangun dan Menggiatkan Penggunaan Media Informasi Untuk Isu Kebencanaan Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat tidak hanya didapat dengan pelibatannya di dalam forum-forum khusus kebencanaan, namun juga dengan menggunakan media informasi. Media informasi yang dimaksud dapat berupa jejaring, pengembangan sistem untuk berbagi informasi, penggunaan situs ataupun bulletin board dsb. Media tersebut akan berisi informasi-informasi yang terkait dengan isu kebencanaan, termasuk time series kejadian bencana di NTT serta langkah adaptasi dan mitigasi sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Media ini diharapkan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan.

4.4 Kaidah Pelaksanaan


Kaidah pelaksanaan dari RPB NTT dibatasi pada pelaku, pendanaan dan strategi untuk menjamin pelaksanaan RPB NTT.

4.4.1 Pelaksana
RPB NTT bukanlah tanggung jawab BPBD Provinsi NTT semata, namun tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan Provinsi NTT. BPBD Provinsi NTT berperan sebagai leading sector dalam pelaksanaannya. Secara umum, peran dan fungsi setiap SKPD/UPT serta instansi terkait lainnya di Provinsi NTT dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT

mengkoordinir, melaksanakan sekaligus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh upaya penanggulangan bencana di NTT b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mendukung perencanaan, pengawasan dan evaluasi program-program pembangunan yang peka risiko bencana bersama dengan dinas-dinas terkait c. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) melakukan pengawasan dan pengendalian serta penataan hukum lingkungan dalam pencegahan bencana terkait konservasi alam dan lingkungan hidup

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 15

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

d. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) melakukan upaya mitigasi bencana kerawanan pangan dan pemberdayaan petani e. Badan Pusat Statistik (BPS) menyediakan data-data yang diperlukan bagi perencanaan, pemantauan, dan evaluasi penanggulangan bencana f. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

melakukan upaya mitigasi dan mediasi bagi penyelesaian konflik sosial g. Dinas Sosial (Dinsos) merencanakan dan melaksanakan penyediaan kebutuhan logistik untuk korban bencana terutama kelompok rentan h. Dinas Kesehatan (Dinkes) merencanakan pencegahan, penyuluhan, kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan termasuk obat-obatan, logistik kesehatan dan tenaga medis. i. Dinas Pertanian dan Perkebunan meningkatkan kapasitas petani terutama petani kecil dalam mengantisipasi perubahan iklim serta melakukan rehabilitasi dan pendayagunaan lahan kritis j. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop-UKM)

menyelenggarakan program-program usaha kecil dan kegiatan ekonomi produktif pasca bencana bagi warga masyarakat miskin di daerah untuk mempercepat pemulihan k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menyelenggarakan kegiatan ekonomi produktif serta menjalin kerjasama dengan dunia usaha untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dalam rangka memepercepat proses pemulihan pasca bencana l. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) merencanakan dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan darurat untuk daerah yang terkenan bencana dan pemulihan sarana-prasarana pendidikan, serta mengkoordinasikan pendidikan sadar bencana m. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) melakukan upaya mitigasi dalam melindungi aset-aset budaya dan pariwisata n. Dinas PU Pengairan pelaksanaan pembinaan, pengelolaan,

pengawasan dan pengendalian di bidang pengairan dalam upaya mitigasi dan penanganan bencana o. Dinas PU Cipta Karya merencanakan, mengendalikan dan menyiapkan lokasi dan jalur evakuasi, kebutuhan pemulihan sarana/prasarana publik,

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 16

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

dan pengadaan fasilitas darurat serta mengkoordinasikan pengadaan perumahan untuk warga yang menjadi korban bencanan serta melaksanakan pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana tata ruang daerah yang peka terhadap risiko bencana p. Dinas Pertambangan dan Energi merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasi di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah manusia yang terkait dengan bencana geologi q. Dinas Kehutanan (Dishut) merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasi, khusunya kebakaran hutan dan lahan r. Dinas Kelautan dan Perikanan merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasi di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai s. Dinas Perhubungan (Dishub) merencanakan dan melaksanakan

dukungan kebutuhan transportasi t. Dinas Informasi dan Komunikasi (Dinas Infokom) merencanakan dan melaksanakan dukungan kebutuhan komunikasi dan informasi u. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan membangun dan mengembangkan lapangan kerja padat karya bagi masyarakat terdampak bencana v. Biro Hukum mendorong peningkatan dan penyelarasan perangkatperangkat hukum terkait kebencanaan w. Biro Kesejahteraan Sosial memperkuat koordinasi dan mendorong kesigapan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan sosial yang mendukung upaya pengurangan risiko bencana x. Biro Perekonomian memperkuat koordinasi dan mendorong kesigapan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi yang mendukung upaya pengurangan risiko bencana y. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantu dalam bidang pemantauan potensi bencana yang terkait dengan meteorologi, klimatologi dan geofisika z. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat; Angkatan Laut; Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia membantu dalam kegiatan kesiapsiagaan, pencarian dan penyelamatan (SAR) dan mendukung pengkoordinasian upaya saat terjadi bencana

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 17

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

aa.

Gereja memberikan dukungan personil dalam pelaksanaan nilai-nilai lokal serta agama ke dalam upaya

tanggap darurat bencana serta membantu dalam menguatkan dan mengintegrasikan penanggulangan bencana bb. Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan bantuan medis dan

logistik pada kondisi darurat bencana cc.Badan SAR Provinsi NTT memberikan dukungan personil dalam pelaksanaan tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca bencana; termasuk mendukung dalam mengkoordinasikan menyelenggarakan kegiatan pencarian dan penyelamatan dd. Perguruan Tinggi memberikan dukungan teknis, alih

pengetahuan, dan riset-riset untuk meningkatkan upaya penanggulangan bencana di Provinsi NTT ee. bencana; Taruna Siaga Bencana (Tagana) memberikan dukungan personil termasuk mendukung dalam mengkoordinasikan

dalam pelaksanaan tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca menyelenggarakan kegiatan pencegahan bencana hingga pencarian dan penyelamatan ff. Perhimpunan Masyarakat Peduli Bencana (PMPB) memasyarakatkan upaya-upaya kepada berkelanjutan luas mengenai sehingga pengurangan membantu risiko bencana masyarakat dapat meningkatkan

kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana gg. Lembaga Donor Internasional seperti UNFPA, UNICEF, GTZ,

CARE, INTERNATIONAL, WVI, WFP, dan lainnya memberikan dukungan kapasitas finansial dan penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana serta dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi hh. Pelaku usaha memberikan dukungan logistik dan finansial di

dalam pelaksanaan penanggulangan bencana ii. Pemerintah kabupaten/kota melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab/Kota berkewajiban mengkoordinir penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten / Kota, yang akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 18

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Perangkat Daerah dengan memperhatikan RPB NTT dan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014.

4.4.2 Pendanaan
Sumber pendanaan untuk pelaksanaan RPB NTT diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dukungan dunia usaha serta lembaga donor. Anggaran yang berasal dari dana APBD dialokasikan secara rutin setiap tahun melalui anggaran setiap SKPD/UPT untuk menjaga keberlanjutan pelaksanaan penanggulangan bencana. Anggaran untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana bukan merupakan dana tambahan terhadap anggaran Renstra SKPD, tetapi terintegrasi ke dalam anggaran yang terkait dengan kepentingan penanggulangan bencana. Dengan demikian sebagian besar sumber daya dan pembiayaan untuk kegiatan penanggulangan bencana terpadu ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan pemerintah daerah yang dibiayai dari APBD. Program dan kegiatan di dalam RPB NTT yang spesifik untuk suatu instansi dibiayai dari anggaran instansi terkait; sementara programpenanggulangan bencana yang bersifat umum dibiayai melalui anggaran BPBD. Pendanaan yang berasaldari APBD mengacu pada sistem penganggaran yang diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri yang berarti pelaksanaan program dankegiatan dalam RPB NTT ini harus disesuaikan dengan nomenklatur anggaran terkaitpenanggulangan bencana dari SKPD/UPT yang mengacupada dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Di samping pendanaan dari pemerintah, anggaran kegiatan penanggulangan bencana juga dapat berasal dari bantuan donor, dunia usaha ataupun swadaya masyarakat. Mekanisme pendanaan yang berasal dari anggaran nonpemerintah diatur sesuai aturan masing-masing lembaga atau instansi. Bantuan dana dari pihak asing, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana, harus disampaikan atau dikirimkan secara langsung kepada BPBD Provinsi NTT. Sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dana penanggulangan bencana digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BNPB dan/atau BPBD sesuai tugas

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 19

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

pokok dan fungsinya. Dana penanggulangan bencana digunakan untuk tahap tidak ada bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam situasi tidak terjadi bencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk programprogram pengurangan risiko bencana. Dalam situasi ada potensi terjadinya bencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk kegiatan kesiapsiagaan, pembangunan sistem peringatan dini dan kegiatan mitigasi bencana. Untuk mengantisipasi situasi tanggap darurat, pemerintah daerah mengalokasikan dana siap pakai yang harus selalu tersedia untuk kebutuhan saat tanggap darurat. Sementara untuk tahap pasca bencana, pemerintah dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat melalui BNPB untuk memperoleh dana bantuan sosial berpola hibah yang telah dialokasikan oleh pemerintah.

4.4.3 Strategi Pelaksanaan RPB NTT


Untuk menjamin terlaksananya program dan kegiatan RPB NTT secara terpadu dengan RPJMD Provinsi NTT 2009-2014, strategi pelaksanaan akan difokuskan pada monitoring intensif pelaksanaan RPB NTT oleh institusi terkait penanggulangan bencana di NTT. Mekanisme yang akan dilakukan adalah: 1. Advokasi penerapan RPB NTT kepada masyarakat dan tataran

pemerintah daerah. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terlaksananya program dan kegiatan RPB NTT oleh SKPD terkait 2. Rapat kerja tahunan untuk membahas laporan monitoring dan laporan tahunan pelaksanaan RPB NTT. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya laporan monitoring yang berisi keberhasilan, kendala, pembelajaran dan rekomendasi untuk pelaksanaan RPB NTT yang lebih baik di tahun berikutnya 3. Melaksanakan pengalihan prioritas penanggulangan bencana yang tidak mampu ditangani oleh APBD kepada lembaga donor. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya anggaran bagi program yang sebelumnya tidak memiliki anggaran.

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 20

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Contents
4.1 VISI DAN MISI.................................................................................1 4.1.1 Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013..........................................................................................1 4.1.2 Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT......................3 4.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana NTT............................................4 4.2.1 Regulasi.....................................................................................4 4.2.2 Kelembagaan.............................................................................4 4.2.3 Perencanaan..............................................................................6 4.3 Strategi / Pilihan Tindakan Pencegahan..............................................7 4.3.1 Strategi Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan...............8 4.3.2 Strategi Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu...............9 4.3.3 Strategi Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan...............................12 4.3.4 Strategi Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat...........14 4.4 Kaidah Pelaksanaan........................................................................15 4.4.1 Pelaksana ................................................................................15 4.4.2 Pendanaan...............................................................................19 4.4.3 Strategi Pelaksanaan RPB NTT...................................................20

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV - 21

You might also like