You are on page 1of 5

KORUPSI

Pendahuluan Sering kita mendengar kata yang satu ini, yaitu KORUPSI, korupsi ada di sekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun diintansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Mereka yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Hal ini sangat menghawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya.

Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat merusak bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah benalu sosial yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang pasti. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi berasal dari bahasa latin corupto cartumpen yang berarti; busuk atau rusak. Korupsi ialah prilaku buruk yang dilakukan pejabat publik secara tadak wajar atau tidak legal untuk memparkaya diri sendiri.

Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi: Kualitas moral dan kualitas karakter manusia yang buruk sehingga mudah tergoda oleh kemewahan korupsi Perilaku hidup mewah dan hedonisme dengan mengabaikan moral dan agama adalah jalan masuknya bibit korupsi seorang manusia

Modal sangat besar yang dikeluarkan saat menjabat menjadi walikota, gubernur atau presiden. Saat menjabat modal yang besar tersebut sering dikalkulasikan untuk menggantinya saat menjabat.

Lemahnya penegakkan hukum, baik sistem yang ada dan personil pelaku penegakkan hukum baik polisi, jaksa dan hakim Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum. Ketiadaan kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau sumbangan kampanye Kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan pemerintah Politik Biaya Tinggi. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman lama Tanggungjawab profesi, moral dan sosial yg rendah Sanksi yg lemah dan penerapan hukum yg tidak konsisten dari institusi penegak hukum, institusi pemeriksa/pengawas yg tidak bersih/independen; Rendahnya disiplin/kepatuhan terhadap Undang-undang dan Peraturan; Kehidupan yg konsumtif, boros dan serakah (untuk memperkaya diri); Lemahnya pengawasan berjenjang (internal) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi (TUPOKSI) pekerjaan; Kurangnya keteladanan dari atasan/pimpinan; Hilangnya rasa malu ber KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme); Wewenang yang besar tidak diikuti evaluasi laporan kinerja; Kesempatan yang terbuka; Lemahnya pengawasan eksternal; Belum efektifnya pengawasan masyarakat lembaga legislatif, terutama di daerah; Aturan tidak jelas; Budaya memberi upeti/tips; Pengaruh lingkungan sosial;

Sikap

permisif/serba

membolehkan

dalam

masyarakat,

dan

sungkan

utk

saling

mengingatkan; Rendahnya kepedulian terhadap kehidupan masyarakat; Lemahnya penghayatan Pancasila dan pengalaman agama.

Contoh kasus korupsi di Indonesia

Contoh kasus korupsi yang saat ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh masyarakat maupun seluruh media massa di Indonesia adalah kasus korupsi wisma atlet yang dilakukan oleh Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Terungkapnya kasus ini dimukai dengan ditangkapnya Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, pejabat perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo Rosalina Manulang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 21 April 2011, karena diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi suap menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp3,2 milyar di lokasi penangkapan. Keesokan harinya, ketiga orang tersebut dijadikan tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkait dengan pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang, Sumatera Selatan. Mohammad El Idris mengaku sebagai manajer pemasaran PT Duta Graha Indah, perusahaan yang menjalankan proyek pembangunan wisma atlet tersebut, dan juru bicara KPK Johan Budi menyatakan bahwa cek yang diterima Wafid Muharam tersebut merupakan uang balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek itu. Pada 27 April 2011, Koordinator LSM Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menyatakan kepada wartawan bahwa Mindo Rosalina Manulang adalah staf Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin menyangkal pernyataan itu dan mengatakan bahwa ia tidak mengenal Rosalina maupun Wafid. Namun, pernyataan Boyamin tersebut sesuai dengan keterangan Rosalina sendiri kepada penyidik KPK pada hari yang sama dan keterangan kuasa hukum Rosalina, Kamaruddin Simanjuntak, kepada wartawan keesokan harinya. Kepada penyidik KPK, Rosalina menyatakan bahwa pada tahun 2010 ia diminta Nazaruddin untuk

mempertemukan pihak PT DGI dengan Wafid, dan bahwa PT DGI akhirnya menang tender karena sanggup memberi komisi 15 persen dari nilai proyek, dua persen untuk Wafid dan 13 persen untuk Nazaruddin. Akan tetapi, Rosalina lalu mengganti pengacaranya menjadi Djufri Taufik dan membantah bahwa Nazaruddin adalah atasannya. Ia bahkan kemudian menyatakan bahwa Kamaruddin, mantan pengacaranya, berniat menghancurkan Partai Demokrat sehingga merekayasa keterangan sebelumnya, dan pada 12 Mei Rosalina resmi mengubah keterangannya mengenai keterlibatan Nazaruddin dalam berita acara pemeriksaannya. Namun demikian, Wafid menyatakan bahwa ia pernah bertemu beberapa kali dengan Nazaruddin setelah dikenalkan kepadanya oleh Rosalina

Penyelesaian Harus ada perbaikan di bidang penegakkan hukum, baik sistem yang ada maupun personil pelaku penegakkan hukum baik polisi, jaksa dan hakim Pengambilan setiap keputusan oleh pemerintah harus dilakukan secara transparan agar masyarakat tahu dan bisa melakukan control terhadap kemungkinan terjadinya

penyelewengan. Pada setiap proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar, harus dilakukan audit secara terbuka dan hasilnya diumumkan kepada masyarakat Perlunya ditingkatkan tanggungjawab profesi, moral dan sosial Penerapan sanksi hukum yg lebih konsisten dari institusi penegak hukum. Institusi pemeriksa/pengawas harus lebih bersih dan independen; Kedisiplinan/kepatuhan terhadap Undang-undang dan Peraturan harus lebih ditingkatkan Pengawasan berjenjang (internal) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi (TUPOKSI) pekerjaan harus diperkuat Atasan/pimpinan harus dapat memberikan teladan yang baik dan benar kepada bawahan dengan membudayakan rasa malu untuk melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme); Setiap kewenangan harus selalu disertai Evaluasi laporan kinerja Menghilangkan budaya memberi upeti/tips

Sikap

permisif/serba

membolehkan

dalam

masyarakat,

dan

sungkan

utk

saling

mengingatkan; Perlu ditingkatkannya kepedulian terhadap kehidupan masyarakat agar tidak semena-mena melakukan tindakan korupsi penghayatan Pancasila dan pengalaman agama harus lebih ditingkatkan

You might also like