Professional Documents
Culture Documents
Teruntuk
Antologi Puisi
Antologi Puisi
Laut
Laut . . . Kau adalah pemandangan yang sangat indah Laut... Kaulah sumber pencaharian bagi nelayan Kau lah tempat ikan-ikan bersarang Kaulah penghasil karang-karang yang indah Kaulah tempat rumput laut tumbuh Kaulah penghasil garam Laut...... Kaulah tempat dimana para bule-bule berjemur Kaulah tempat terapi bagi mereka Kau lah dimana para manusia bisa merasakan asiknya keindahan yang kau paparkan
Antologi Puisi
Antologi Puisi
Antologi Puisi
Angin Malam
Semilir hembusan angin malam ini Menerpa hingga kedalam dadaku Dingin nya angin malam,menambah keheningan Kunang-kunang berterbangan Mencari pedoman,tempat berpijak dalam kehidupan Gemerlap,kelap-kelip nan terang Menambah sunyinya malam Ku termenung ,dalam larut suasana malam Indahnya kekerabatan yang damai dalam kehidupan Ku takjub akan karunia tuhan Angin malam bawa lah angan dan cita ku dalam kehidupan damai Ku kan berjalan menerjang menggapai cita-cita
Antologi Puisi
Antologi Puisi
Pagiku Saat ku bangun tidur Ku buka cendela Ku pandang langit begitu indah Dengan menghirup udara sejuk Heemmm.....Udara begitu segar Di atas langit ku lihat Awan-awan gelantungan di peraduan Hiasi rumahku dengan cahaya pagi Diudara burung-burung berkicau Akan indahnya pemandangan itu Percikan hatimu lantunkan keindahan jiwa Jiwa yang hilang akan kerasukan Ya........kerasukan Akan indah warnamu wahai pagiku
Antologi Puisi
Pantaiku Dari kejauhan terlihat indah Tarian ombak menecah pantai berpasir putih Birunya lautan,samudra hindia Membuat setiap insan terkagum-kagum Gemuru gelombang, seakan bersorak ria Yang datang menerjang keheningan Perahu layar kecil pencari ikan Mulai berdatangan Para nelayan bersuka cita Menyambut pantai indah menawan Di depan mata memandang ,seakan berjuta juta ikan buruan Dalam hati mereka berdoa Lindungilah pantai indah ini kawan
Antologi Puisi
Laut Laut begitu indah, Laut begitu mempesona, Lautlah yang memberikan manusia kehidupan. Tapi, mengapa kau rusak laut?? Mengapa engkau cemari laut yang begitu indah ini? Wahai mnusia,,,, Sadarlah! Wahai manusia,,, Jagalah kindahan laut Janganlah engkau rusak laut Agar suatu saat nanti, Anak cucu kita masih bisa melihat Indahnya laut....
Yunita (X 8)
10
Antologi Puisi
Alamku yang Indah Alamku yang indah Kau begitu megah Kau begitu mempesona Kau memikat hatiku Dengan hutan mu yang hijau Dan dengan lautmu yang biru Andai tak ada alam ini Kami tak tau nasib kami Kami tak tau bagai mana hidup kami Kami tak tau dimana tempat tinggal kami Oh.., alamku yang indah Ya, tuhan terimakasih Engkau telah menciptakan Alam yang indah ini untuk kami
11
Antologi Puisi
Alamku Kau sungguhlah indah Tanah yang subur Membuat tanaman hijau tumbuh Laut yang membentang biru Dan di dalam nya terdapat hasil yang melimpah Sungguh indah alam ku Pesona yang kau berikan Membuat seisi alam Terlihat sangat indah
Musripah (X8)
12
Antologi Puisi
Biji Ataukah Pohon Aku resah menantimu dan terus berharap Menjadi sesuatu ataukah bukan apa-apa Bagiku kamulah sumber kehidupan Biji kecil yang kutanam di sore hari Hidup yang tenang anaku sayang Akan kusiram dengan permata dunia Chofif Dwi Pramandika (XI IPA 1)
13
Antologi Puisi
Bunga Mawar Bunga mawar Kau sungguh indah Warnamu merah Lambang keberanian Bunga mawar Kau memiliki mahkota Yang begitu indah Dan duri yang sangat tajam Bunga mawar Aku ingin memeliharamu Karna kau memiliki duri yang tajam Yang akan melindungi diri sendir
14
Antologi Puisi
Sampah
Jika bisa ku berkata Pasti sumpah serapah terlontar Jika bisa ku mengeluh Pasti keluh kesahku untukmu manusia Aku yang selalu jadi kambing hitam Aku yang selalu kau salahkan Jika disekitarmu kotor Jika bencana banjir menerpa Tak sadarkah kau manusia Aku hanyalah benda Yang bisa kau taruh dimana saja Tapi mengapa aku kau hardik Tapi mengapa aku kau cela Jika bencana telah menerpa Jika banjir dimana-mana Berkacalah hai manusia Bukan aku penyebab semua Bukan aku pengganggu etika Kaulah yang tak pandai mengelola Agar aku lebih bermakna
Ika Dyah Oktaviani (XI IPA 1)
15
Antologi Puisi
16
Antologi Puisi
Kehidupan
17
Antologi Puisi
18
Antologi Puisi
Budaya Malu Malu aku malu Pada anak kecil itu Mengeja tulisan penuh padu Tujuh budaya itu Bagai berbisik pada teman yang tuli Sampai kapan ia kan mengerti Bagai tersenyumpada sobat yang buta Sampai kapan kan mendapat balasannya Aku malu melihat warna-warni dibawah meja, didalam laci Sungguh indah mengisi hati Sampai kapan ini terjadi Budaya malu seakan hanya slogan Penghias tembok jadi pemandangan Sampai kita melaksanakan Sampai kita wujudkan
19
Antologi Puisi
Ketika Cinta Mengetuk Ketika cinta mengetuk Cinta menawarkan selubung indah terkutuk Ia melekat lemah lembut dan erat Ia mengeluarkan akar hasrat penuh jerat Ketika cinta pergi Ia mencabik dengan keji Luka dan gurat seakan tak terobati Dan abadi berada di hati.
Yunita (X8)
20
Antologi Puisi
Hilang Telah lama... Hampaku jadi kebutuhan Sepiku jadi teman Heningku slalu berdampingan Hujan menderas Badai menderu Seringkali menghampiri Namun tak ada yang membawa kabar darimu Sudahkah kau menerima pesanku Yang ku titipkan Lewat ombak yang berkejaran Lewat angin yang berlalu lalang Lewat awan yang berarakan Bahkan lewat udara yang kian menghilang Bisikan hati kusampaikan Lewat simphony nyanyian alam Keredupan jiwa tak kunjung sirna Kesunyian diri tak kunjung pergi Sudahlah... Kemungkinan kini jadi kepastian Kepastian kini jadi keputusan Biarkan rindu ini menari-nari di atas kepiluan hati Dan biarkan namamu terkenang Kini, esok, dan selamanya Ritmika Serenady (XI IPA 2)
21
Antologi Puisi
Pengamen Kecil Kaki kecil menapak aspal Tak kau hirau panasnya itu Wajah sayup ceria yang tergambar Dengan berbekal alat sederhana Kau lantunkan sebuah lagu
Berharap lampu cepat berganti Dan Kendaraan berhenti sekejap Mulailah kau bernyanyi Berharap uluran tangan dari jendela Tak Mengharap yang lebih Hanyalah uang koin yang kau pinta Widiayastuti (XI IPA 2)
22
Antologi Puisi
Malamku yang Sunyi Tak ada celah sinar untukku Tak da senyuman yang menjemput malamku Aku terbangun dalam bayangan Angan"ku terbang seakan ingin membunuhku Dalam mimpi burukku Aku tersenyum perih, pahit, dalam hati Seakan tiada teman curahan hati Teman yang selalu menaungi Malamku.. Lagu syahdu aku lantunkan dalam sepi Walau sakit dalam hati tapi ku punya rasa di dalam malam Kesunyian hati ini....
23
Antologi Puisi
SAHABAT Ketika waktu membawaku Pada sebuah kenyataan indah Sebuah kenyataan bahagia Antara aku dan engkau Memang tak pernah aku mengerti Apa arti kebahagiaan itu Saat terasa sendiri Sampai kutemukan engkau dalam hidupku Seringkali ku rasa rindu Meski terkadang kita berbeda Dan kaupun jauh Tanpa dapat kulihat Tetapi selalu terbayang Aku mohon kembali Itulah pintaku Saat engkau tak kunjung ada dihadapku Seakan-akan ingin hengkang dari hidupku Seringkali ku rasa rindu Meski terkadang kita berbeda Dan kaupun jauh Tanpa dapat kulihat Tetapi selalu terbayang Aku mohon kembali Itulah pintaku Saat engkau tak kunjung ada dihadapku Seakan-akan ingin hengkang dari hidupku Jagalah aku... Jagalah ikatan ini Torehkan pena emas pada kertas putihmu Agar kelak saat kita tak bertemu lagi Dapat ku kenang sejarah ini Sebagai kisah persahabatan sejati... Via Martiani (XI IPA 4)
24
Antologi Puisi
Belum Ada Judul Sore itu Kau memilih tuk akhiri semuanya Kau benar-benar akan pergi meninggalkan aku Meninggalkan aku dan semua kenangan kita Haruskah aku menangis? Haruskah air mata ini terbuang sia-sia untukmu? Untuk kamu yang telah sakiti hatiku? Kurasa tidak..! Nur Cholis Irfan (X8)
25
Antologi Puisi
Ibuku Sayang Ibu...... betapa manisnya senyunmu betapa lembutnya tuturkatamu betapa tulusnya hatimu Ibu.... nasihatmu adalah pedoman hidup kami kasih sayangmu adalah hidup kami hanya satu yang tak akan bisa terganti di hati kami ibu.... Ibu, selamanya kami sayang ibu Shinta Oktaviani (X8)
26
Antologi Puisi
Ayahku Sayang Engkau sungguh mulia Dengan tulus dan ikhlas Engkau mempertaruhkan hidupmu Demi keluargamu. Ayah.... Kami tak tau Harus dengan apa kami membalasmu Hanya cinta dan kasihlah Yang dapat kami berikan untuk ayah Ayah..... Terimakasih dari kami untuk ayah. Selamanya kami sayang ayah
27
Antologi Puisi
Guru Guru..... Betapa besar jasamu Membimbing dan mengajarku Memberiku setiap hari ilmu Untuk bekal dihari tuaku Guru..... Sungguh aku mengagumimu Dengan penuh sabar kau membimbingku Tanpa rasa mengeluh dan ragu Mencerdaskan siswa siswimu Dwi Nurul Hidayani (X8)
28
Antologi Puisi
Bunda Sembilan bulan kau mengandungku Dengan susah payah kau melahirkanku Hingga aku terlahir di dunia ini Bunda.......,,,, Sejak kecil kau merawatku Hingga kini aku dewasa Kau memberikanku kasih sayang yang tulus Bunda................... Tangisanmu adalah dosa bagiku Cintamu adalah anugrahku Ucapanmu adalah doa bagiku Belaianmu adalah kasih sayang untukku Bunda.... Bagiku kau segalanya
29
Antologi Puisi
Curhatanku Mengapa... Kau menjauhiku Mengapa... Kau meninggalkan ku Ternyata, kamu selingkuh Selingkuh di belakangku Lalu apa kau memanggilku Tiba-tiba kau minta maaf padaku Aku ingin engkau pergi Dalam hidupku tanpa dirimu Tapi, aku tak rela meninggalkan dirimu cyank Harus ku akui sulit cari penggantimu Yang menyayangiku Terbayang di saat kita bersama Di saat penuh cinta, canda dan tawa Tak mungkin mudah untuk aku lupa Masa-masa yang indah suatu kita bersama Aku yakin tak kan mungkin terjadi Karna kau telah bersamanya Tinggalkan diri ku
30
Antologi Puisi
Ayah
Ayah...... Kau adalah tauladanku Engkau juga adalah pelita dalam hidupku Hingga aku dewasa nanti Ayah...... Kau telah meneteskan keringat Demi sesuap nasi Untuk anak dan istrimu Tapi kini engkau telah tiada Untuk selama - lamaya Terima kasih ayah Atas pengorbananmu
31
Antologi Puisi
Menanti Detik-detik waktu berjalan menjahui diriku Aku tak tau apa yang aku mau Tapi dirimu selalu datang membawa cintamu Aku tak mengerti, Apakah ini isyrat hati Tuk rasakan cinta yang kau beri Disini aku selalu menanti Jeritan hati selau memanggil Tapi sekarang kau jauh disna Ingin aku berlari tuk memeluk dirimu Karna ku takut kehilangan drimu........
32
Antologi Puisi
Cinta ~ Cinta... kan selalu hadir dalam pelukanku ~ Cinta... dirimu bagaikan cahya keindhan yang penuh pesona ~ Ku ukir namamu di dalam jwa yang penuh kehampaan ~ Aura cinta ini kan selalu menbarkan buih-buih kedamaian ~ Dengan kata cinta, hadirkan dalam tidurku
33
Antologi Puisi
Sang Mantan Dulu kau mencintai ku Dulu kau menyayangiku Dulu kau berjanji padaku Bahwa kau akan setia Tapi...... Kini kau tinggal kan ku Kau tinggal kan sebuah luka di hati ku Yang membuat ku menangis Kini Kau bersamanya Bersama seseorang Yang mungkin lebih baik dari ku Musripah (X8)
34
Antologi Puisi
IBU Ibu Jasamu sungguh Luar biasa Aku sangat salut kepadamu ibu Ibu begitu banyak kisah yang kau perjuangkan untukku Oh Ibu Sungguh besar kasih sayangmu untuk aku Aku tak akan melupakan mu ibu Ada dan tiada dirimu kan selalu ada untukku ibu Semua ini dpat tersimpan dan tidak akan aku Lupakan selamanya Terimakasih ibu Berkat perjuangan'mu aku bisa seperti sekarang ini.
Ulfa X8
35
Antologi Puisi
Saya Saya adalah saya Bukan kamu atau siapapun Mau kemanapun hidup ini membawa kita Tetaplah jadi diri sendri Namun bukan berarti kita harus menutup diri dari orang lain Lihatlah perbedaan yang ada Sebagai bahan referensi pribdi kita Gunakan cermin unutk intropeksi diri Mungkin cermin dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. . .
36
Antologi Puisi
Ajakan Seorang Teman Kuberi jiwaku untuk dirimu Janganlah pergi wahai sahabat Kuingin kau tetap hidup bersamaku Kuberi seluruh harapan untukmu Janganlah tersesat oleh dunia Kembalilah bersamaku Chofif Dwi Pramandika (XI IPA 1)
37
Antologi Puisi
Ibu
Ibu.. Berjalan tanpa alas kaki Membanting tulang tanpa henti Ikhlas merawatku dariku bayi Sampai akhir hidupku mati Ibu.. Semua yang engkau lakoni Hanya untuk kelak ku nanti Walau berjuta rintang menghadang engkau tetap menerjang Dan bertarung melawan rintang ibu.. Ingin rasanya ku dekat denganmu Menangis dipangkuanmu Sampai ku tidur bagai masa kecil dulu Ku hanya bisa membalasnya dengan berdoaa memohon kepada sang pencipta Untuk ibuku tercinta..
38
Antologi Puisi
Penghianatanmu Waktu terus berjalan Air mata terus mengalir Membsahi kedua pipiku Pikiranku pun selalu mengingatmu Aku pun tak mengerti Apa yang ada dipikiranmu saat ini Hingga kau begitu tega Membiarkanku menangisi semua kenyataan ini Kau tak pernah sedikit pun memikirkan kenyataan ini Dipikiranmu hanya ada wanita lain Kau tak pernah menyadari Betapa sakitnya hatiku saat kau bersamanya
39
Antologi Puisi
Semangat Seorang Siswi Hari kini kian pagi Tibalah saat ku menunaikan tugas ku sebagai seorang siswi Jalan berliku harus ku lalui Kulangkakan kaki dengan jiwa yang gemi Semata hanya tuk ilmu yang harus ku miliki Hari-hari ku penuh dengan materi Tapi bagiku itu sangat berarti Karna ku ingin menjadi Orang yang terbaik tuk negeri Yang kini sedang ku tempati
40
Antologi Puisi
Generasiku
Kala mentari bersinar terang Menerangi alam maya Cerah cerianya dunia ini Embun pagi menyejukkan hati Hai remaja!! Bangunkanlah jiwamu , segera!! Masa depan mu untuk generasi terpuji Langkah maju kemuka, berkarya dan berjasa Isi jiwa sesama manusia Secerah mentari pagi Sinarnya datang Nama bangsa mahsyur dipenjuru dunia Bangkitkan jiwamu wahai remaja Sambutlah masa depan untuk meraih CITA
41
Antologi Puisi
42
Antologi Puisi
BUSUK!
43
Antologi Puisi
44
Antologi Puisi
Tikus Negara
Wahai tikus negara Pernahkah engkau merasa Pernahkah engkau melihat Pernahkah engkau mengaca Bagaimana engkau menjajah rakyat kecil Betapa kejamnya engkau Betapa rendahnya engkau dihadapan sang tuhanmu Apakah engkau tidak malu Apakah engkau tidak kasihan kepada mereka Begitu rakusnya dirimu Tak peduli milik orang miskin Tak peduli milik orang kaya Kau ambil semua yang mereka miliki Bermilyar-milyar uang negara engkau ambil Bermilyar-milyar orang kau buat terlantar Kau buat mereka yang miskin tambah miskin Kau buat dirimu yang kaya menjadi tambah kaya Betapa rakusnya hai kau tikus negara Kapan kau kan sadar Kapan kau kan insyaf Senangmu hanya di dunia sesaat Sedangkan panasnya api neraka tlah menunggu kedatanganmu Kartika Juwita Sari (XI IPA 2)
45
Antologi Puisi
Koruptor Koruptor Adakah kini orang jujur Untuk negara yang hancur Dimana kesejahteraan kita yang kini makin merata Koruptor janganlah engkau makan nasi Engkau hidup disisi-sisi Rakyat yang makan hati Si tikus berdasi kian beraksi Perut buncitmu menjadi saksi
46
Antologi Puisi
Elite Politik
Bersinggah mewah mereka di sana Tertawa terbahak Tak menghiraukan kami Yang Berada di teras bumi Tak sadarkah mereka Apa jadinya mereka tanpa kami Mungkin, akan sama seperti kami Ingatlah janji manismu Tak sedikit dari mereka Menjadi srigala yang menerkam mangsa Bila ada yang menjamah dengan kritik Dan Akhirnya kami yang kalah Kami yang lemah. . . . . . Yang Akan menerima hukum rimba Widiyastuti (XI IPA 2)
47
Antologi Puisi
Cicak Vs Buaya Rakyat bengong melongo melompong menonton, Saat para penguasa melangkah berdebam Bum bum bum Menghentakkan bumi pertiwi, mengibaskan ekornya Menggeram memamerkan taringnya, berlumuran darah Saling ejek, saling hina dan saling terkam, demi uang Rakyat hanya berdecak, Ck ck ck Seakan memberi santunan, malah memakan, bermuka dua Seakan membantu rakyat, malah tersenyum menjerat, taktik pemangsa Seakan ikut berduka, sebenarnya menangis tertawa, air mata buaya Dan sekali lagi, Rakyat diam, mendinding dan berdecak
48
Antologi Puisi
Kejujuran LIhatlah......!!!!! Masih adakah kejujuran Dalam pribadi kita Masih adakah kejujuran Dalam hati orang-orang Untuk mendapatkan hasil yang puas Seperti penjabat pemerintah dan anak pelajar Apakah mereka jujur.......????? TIDAK.....!!!!!!!! Mereka tidak memiliki kejujuran Dengan hasil yang mereka kerjakan Seperti adanya Korupsi,contekan,dan Membodohi orang yang rendah Itu semua bukan kejujuran Tetapi keegoisan yang hanya Mementingkan diri sendiri Untuk hidupnya... Hanya ada satu menuju kesuksesan Dan kedamaian yaitu KEJUJURAN.
49
Antologi Puisi
Kentut
Omongan yang keluar seenaknya tanpa ada tanggung jawab... Yah.. ini yang ingin aku sampaikan untuk negeri ini, politiknya seperti "kentut". Cuma membual, yang kentut tidak merasa salah dan yang di kentuti merasakan dampaknya.
50
Antologi Puisi
Selama minoritas itu meneriakkan kebenaran Selalu didustai kaum mayoritas Kita mampu meneriakkan suatu kebenaran Dan bertahanlah walau kita sedikit atau bahkan sendiri Teriakkan kita yang sedikit ini Bagaikan sebuah cahaya lilin di kegelapan Berteriaklah demi kebenaran Karena kebenaran untuk di beberkan Bukan untuk di sembunyikan...
51
Antologi Puisi
KURSI PANAS Aku yang kau puja Aku yang kau damba Mengatas namakan Kepentingan rakyat jelata Hai politikus-politikus serakah Kau perebutkan aku Dengan menghalalkan segala cara Kau ingin duduk diatasku Bertahtakkan kekuasaan semu Bermandikan darah kaum jelata Yang rela menumpah darah duka Untuk kekuasaan semu belaka Tempatku bukan untuk kaum durja Tempatku bukan untuk para munafik Kursi panasku bukan untuk politikus antagonis Aku rela jika diduduki politikus bijak Ika Dyah Oktaviani (XI IPA 1)
52
Antologi Puisi
53
Antologi Puisi
Kepalsuan Politik
Pembicaraan yang aku simak tiada berati Perencanaan tiada buah Kepastian penuh kebohongan Sungguh aku tak mengerti Kau ajarkan aku tentang arti sebuah kata pasti Semua itu aku rasakn hanya sebuah politik palsu Ku tunggu kepastian tak knjung datang Politikmu sungguh menyakitkan Pasrah ku hanya sebuah doa Keyakinan politik jalan pintas mu kan di cela tuhan
54
Antologi Puisi
Koruptor
Koruptor Kenapa didunia ini masih ada koruptor? Yang selalu menggerogoti uang negara? Mengapa! Koruptor Mereka selalu mengambil hak milik orang lain Tanpa memperdulikannya Apakah itu pantas? Koruptor Engkau sungguhlah kejih Engkau bagaikan noda dalam kertas Yang hanya membuat kertas itu tidak menjadi putih lagi
55
Antologi Puisi
56