You are on page 1of 6

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Indonesia memiliki keanekaragaman hewan yang melimpah.

Indonesia juga memiliki tempat tempat yang melindungi, merawat serta melatih hewan hewan tersebut seperti Taman Safari. Slah satu Taman Safari di Indonesia adalah Taman Safari Indonesia II. Taman Safari ini terletak di Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Di Taman Safari ini terdapat berbagai macam satwa dari berbagai belahan dunia seperti dari Afrika, Eropa dan dari Indonesia. Beberapa satwa yang ada disini merupakan hasil penangkaran satwa di Taman Safari Indonesia I yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Adapun satwa yang bukan asli Indonesia namun berasal dari Negara lain di datangkan langsung dari beberapa Negara seperti Ceko, Jerman, Australia dan Afrika. Dengan adanya beraneka ragam satwa yang cukup terbilang unik ini, maka dilakukan mini riset yang membahas mengenai karakteristik satwa satwa yang ada disini. Mini riset ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 November 2011 dibawah bimbingan mata kuliah Anatomi Hewan. PERMASALAHAN Adapun permalahan yang dapat dikonstruksikan pada mini riset ini adalah adanya berbagai macam satwa di Taman Safari ini memiliki keunikan karakter tersendiri. Keunikan karakter dapat dilihat berdasarkan morfologinya, struktur tubuh, pola tingkah laku, system tubuh, habitat dan lain sebagainya. Adapun habitat satwa telah disesuaikan dengan habitat satwa di daerah asalnya. Sehingga kita dapat mengetahui hubungan habitat tempat hidup dengan struktur tubuh dan keunikan karakter lainnya.

TUJUAN Mini riset ini bertujuan untuk mempelajari karakteristk beberapa satwa yang ada di Taman Safrai Indonesia II terutama pada Zona Eurasia dan Reptil. TINJAUAN PUSTAKA SEJARAH Taman Safari Indonesia II ini dkenal sebagai salah satu Safari Park terbesar di Asia. Taman Safari Indonesia II Prigen yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Arjuna, Prigen Pasuruan Jawa Timur juga dikenal luas sebagai pusat konservasi satwa ex-situ paling sukses dalam penyelamatan Banteng Jawa dan Gajah Sumatera di dunia. (Anonim, 2011). Taman Safari merupakan padang luas dan terbuka yang dijadikan sebagai kebun binatang. Dalam arti luas, taman safri adalah suatu lokasi terbuka yang luas yang dipakai untuk memelihara satwa. Perbedaannya dengan kebun binatang, di kebun binatang, satwa diletakkan di dalam kendang dengan kebebasan terbatas. Sedangkan di Taman Safari, satwa dibiarkan berkeliaran secara bebas di alam terbuka seperti di lingkungan asalnya (Anonim, 1999). Taman Safari Indonesia II ini dibangun atas orientasi keberhasilan Taman Safari Indonesia I di Bogor sebagai pusat konservasi satwa secara ex-situ. Taman Safari ini merupakan suatu badan usaha yaitu PT. Taman Safari Indonesia. Luas taman safri ini sekitar 400 hektar dengan berbagai zona (Anonim, 1999).

DESKRIPSI LOKASI Taman safari menempati areal seluas 340 Ha, berada pada ketinggian antara 800 sampai 1.500 dpl. Area taman satwa dibagi menjadi 3 (tiga) zona, yaitu : Zona Kehidupan Satwa Zona ini memperlihatkan kehidupan satwa dihabitatnya. Berdasarkan habitat asli masing-masing satwa dan kehidupannya di alam bebas, maka Taman Safari Indonesia II terbagi menjadi 3 zona yaitu kawasan Europa Amerika, kawasan Asia dan Kawasan Afrika (Niekmah, 2010). Pada zona Eropa Amerika terdapat satwa satwa yang berasal dari benua Eropa dan benua Amerika. Pada kawasan ini terdapat pepohonan pinus sebagai vegetasi utama yang telah berumur sekitar 35 tahun. Penanaman pohon pinus ini disesuaikan dengan habitat asli di Eropa dan Amerika yang merupakan kawasan dengan banyak pohon pinus. Pada kawasan Asia, terdapat satwa asli Asia yang umumnya berupa hewan bertanduk tajam. Hutan dibentuk sedemikian rupa di kawasan ini sehingga menjadi hutan terbuka yang harmoni. Hutan disini merupakan hutan permanen.Sedangkan di kawasan Afrika terdapat satwa khas benua Afrika. Habitat di kawasan ini berupa padang rumput terbuka mengikuti habitat asli di benua Afrika

Zona Rekreasi Merupakan tempat untuk pertunjukkan atraksi dari berbagai satwa, seperti atraksi yang dilakukan oleh gajah, beruang, monyet, anjing, kakatua, elang, macan, singa. Zona ini juga sebagai tempat untuk bermain anak-anak. Zona Baby Zoo (Niekmah, 2010). Di zona ini, pengunjung dapat melakukan pengenalan lebih dekat dengan anak satwa liar, dengan bermain dan berfoto bersama (Niekmah, 2010). (Anonim, 1999)

Koleksi Satwa Taman Safari Indonesia Di Prigen Antara lain koleksinya adalah : harimau putih, singa, gajah, orang utan, burung kakatua, kijang, beruang kutub, beruang madu, buaya, angsa, kambing gunung,kingkong, kera, badak, kuda nil, zebra dan lain-lainnya (Niekmah, 2010). Taman Safari yang menempati kawasan dengan pemandangan paling indah di salah satu sudut Taman Nasional Gunung Arjuna Prigen Jawa Timur ini, ditunjuk oleh pemerintah sebagai Stud Book Keeper (penjaga silsilah) bagi Gajah-gajah Sumatera dan Banteng Jawa yang sangat di lindungi diluar habitatnya. (Anonim, 2011). Visi & Misi Taman Safari Prigen Visi TSI Prigen adalah menjadi lembaga konservasi terbaik di Asia. Dan hal ini sudah dibuktikan dengan riset mendalam tentang penangkaran berbagai macam satwa langka seperti banteng Jawa, Burung Jalak Bali, Girrafe, Gajah Sumatera, Harimau Sumatera dan ratusan species satwa langka lainnya yang telah berhasil ditangkarkan di Taman Safari Prigen (Anonim, 2011). Taman Safari Indonesia menggelar banyak sekali pertunjukan edukasi tentang satwa, bahkan 5 diantaranya merupakan pertunjukan edukasi satwa terbaik di Asia Tenggara. Seperti Sumatran Elephant Education Show, Bird Of Prey Show, Dolphin Education Show, dan banyak show lainnya. Tentu saja agar lebih banyak lagi pengunjung yang datang berwisata ke Taman Safari Prigen dan semakin tahu, betapa luar biasanya satwa-satwa exotic tersebut, sehingga muncul kesadaran dari para pengunjung untuk ikut melestarikan keberadaan mereka (Anonim, 2011). METODE Mini riset ini dilakukan dengan metode Visual Encounter Survey (VES) yaitu suatu teknik lapangan yang mengutamakan waktu. Metode VES diresmikan oleh Campbell dan Christman (1982). Survei Visual Encounter digunakan untuk

mendokumentasikan kehadiran amfibi dan efektif dalam habitat bagi spesies yang berkembang biak di air lentic (non-mengalir) (Muths, 2011). Survei visual dilakukan oleh pengamat dengan berjalan melalui suatu area tertentu untuk waktu yang ditentukan. Untuk pengamatan hewan. Jumlah hewan ditemui dicatat bersama dengan waktu yang telah berlalu selama survey (Muths, 2011). VES juga berguna dalam survei spesies yang sulit untuk ditangkap.Metode ini kurang tepat bila digunakan di area berkanopi. Visual encounter Survey dapat menentukan kekayaan spesies, dan menyediakan informasi mengenai daftar spesies yang ada. Data yang dikumpulkan menghasilkan informasi pada keberadaan spesies tetapi tidak memberikan informasi estimasi kelimpahan. Data yang dikumpulkan selama minimal Ves meliputi, jumlah setiap spesies ditemui, ukuran (panjang misalnya atau areal) dari daerah dicari dan waktu pencarian total (Muths, 2011). Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan berupa : Lembar data, thermometer, kompas, GPS unit, Jam Tangan, Peta, Kaliper, Lampu sorot (Headlamps) bila dilakukan survey pada malam hari dan peralatan P3K (Muths, 2011). Adapun Langkah kerjanya sebagai berikut, pertama persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya adlah penentuan lokasi kajian. Semua hasil pengamatan di catat dalam lembar data yang telah disediakan. Masukan format waktu dimulainya pengamatan (ditentukan waktu awal pengamatan hingga batas waktu pengamatan). Lakukan pengamatan dengan menelusuri area kajian. Kemudian hasil pengamatan dicatat meliputi kondisi rekam cuaca setiap 2-10 menit, pengukuran jarak dan luas area kajian. Pada pengamatan ini dilakukan pengamatan pada karakteristik satwa meliputi morfologi, habitat, pemeliharaan dan perilaku yang teramati (Muths, 2011).

HASIL

You might also like