You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Evaluasi merupakan salah satu cara dan bukti untuk mengetahui keberhasilan dari suatu pendidikan. Evaluasi pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar dan mengajar. Walaupun di antara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda, tapi diantara keduanya masih saling berhubungan. Mengukur adalah membandingan sesuatu dengan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk (kualitatif). Bahwa dalam suatu kelompok individu yang tidak dapat dipilih secara khusus memiliki karakteristik tertentu yang frekuensinya

berdistribusi normal. Begitu juga kepandaiannya dalam mata pelajaran tertentu. Dengan demikian suatu alat evaluasi yang baik, akan mencerminkan kemampuan sebenarnya dari siswa yang dievaluasi dan dapat membedakan kemampuan siswa yang diatas rata-rata, yang sedang, dan yang dibawah rata-rata, sedangkan penyebaran skor akan berdistribusi normal. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik diperlukan alat evaluasi yang baik pula, disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitas alatnya baik perlu diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi. Alat evaluasi yang baik dapat ditinjau dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembedanya yang baik pula. Penilaian tersebut juga meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan sedikit ilmu yang di miliki oleh penulis, maka penulis ingin mengajak segenap civitas akademik untuk berdiskusi serta

membahas permasalahan yang terkait dengan asas- asas filsafat pendidikan yang terangkum dalam sebuah makalah sederhana yang penulis memberikan judul dengan Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Sebelum penulis mengakhiri latar belakang yang penulis sampaikan kiraanya kita mengingat kembali suatu goresan tinta pepatah yang berbunyi tiada gading yang tak retak suatu goresan nan penuh makna ini bukan berarti tiada subtansi atau makna yang terkandung didalamnya. Bahwasanya penulis menyadari,semua yang ada di dunia ini tiada yang sempurna kecuali Allah SWT. Penulis mungucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para civitas akademik yang berkenan membaca dan mengoreksi makalah sederhana ini, apabila banyak kekurangan dan kesalahan yang berarti, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dan mohon nasihat agar makalah yang selanjutnya lebih baik dan lebih bermanfaat. Amien. B. RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi pokok permasalahan diatas adalah sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar ? b. Apa manfaat Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar ? c. Apa yang dimaksud Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotorik ? C. TUJUAN DAN MANFAAT PANULISAN 1. Tujuan Tujuan kami menulis makalah yang berjudul Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar ini ialah

a.

Mengetahui arti/ makna Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar.

b.

Mengetahui manfaat dai Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar.

c.

Mengetahui Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.

2. Manfaat Melihat tujuan-tujuan dari penulisan makalah sederhana ini kita bisa mengambil beberapa manfaat yang subtansional

diantaranya : a. Mengetahui bagaimana cara menganalisis instrumen

evaluasi hasil belajar. b. Menambah wawasan terutama civitas akademik dan calon pendidik tentang Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar. D. Metodologi penulisan Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah : Studi Pustaka Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara atau bagianbagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.1 Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Instrumen evaluasi hasil belajar adalah alat yang dipakai untuk mengambil atau merekam data hasil belajar. Sedangkan evaluasi mempunyai pengertian keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk memberikan informasi tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik.2 Instrumen evaluasi hasil belajar dibagi menjadi instrumen evaluasi bentuk soal atau tes dan bentuk non-soal atau non-tes. Instrumen evaluasi untuk ujian adalah soal; yang dapat berupa soal bentuk objektif atau soal bentuk uraian. Pembagian ini berdasarkan pada bentuk pertanyaanya. Bentuk bentuk instrumen evaluasi untuk teknik evaluasi jenis non-ujian adalah pedoman observasi, daftar cek, skala lajuan untuk teknik evaluasi observasi, pedoman wawancara untuk teknik evaluasi wawancara, serta lembar angket, skala sikap untuk teknik evaluasi
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 51. 2 Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Pendalaman Pembelajaran KBK, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 170.
1

angket. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya hasil belajar meliputi kompetensi kognitif, kompentensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Instrumen evaluasi hasil belajar berbentuk soal atau tes dan bentuk nonsoal atau non-tes.3 Sekalipun tidak sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar kedalam enam langkah pokok yaitu: 1. Menyusun rencana evaluasi belajar. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu: a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. b. Menetapkan aspek-aspek yang akan di evaluasi (Kognitif, Afektif dan Psikomotorik) c. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, misalnya dengan tes atau non-tes. d. Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil belajar. e. Menetukan tolak ukur, norma atauk riteria yang akan di jadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. f. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri. 2. Menghimpun data. 3. Melakukan verifikasi data.
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 117.
3

4. Mengolah dan menganilis data. 5. Memberikan interpretasi data. 6. Tindak lanjut evaluasi.4

B. Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Kognitif Dalam evaluasi hasil belajar kognitif sesuai dengan taksonomi Bloom, mempunyai enam ranah yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menyusun instrumen evaluasi hasil belajar kognitif kita bisa memberikan instrumen-isnstrumen tersebut sesuai aspek atau ranah belajar kognitif. 1. Tipe hasil belajar Pengetahuan Dalam hal pengetahuan kita bisa menyusun tes pengetahuan hafalan. Ternyata sukar menusun item ini, malahan para penyusun tes ujian belajar tidak sengaja banyak tergelincir atau terperosok masuk kedalam kawasan ini. Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isisan, dan tipe benar-salah. Karena kurang dipersiapkan dengan baik, banyak item tes yang ditulis secara tergesa-gesa sehingga terperosok kedalam pengunkapan pengetahuan hafalan saja. Aspek yang ditanyakan biasanya fakta-fakta seperti nama orang, tempat, teori, rumus istilah batasan, atau hukum. Siswa hanya dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 1996), hal. 59-62.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2. Tipe hasil belajar pemahaman Dalam menyusun item tes pemahaman, karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya beda. Sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram atu grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman. 3. Tipe belajar aplikasi Contoh tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi. a. Siswa dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. b. Siswa dapat menyusun problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. c. Siswa dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi. d. Siswa dapat mengenali hal-hal yang khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi. 4. Tipe hasil belajar Analisis. Dalam membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni: a. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau pertanyaan-pertanyaan kriteria analitik tertentu. dengan menggunakan

b. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas. c. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, tujua materi yang dihadapinya. 5. Tipe hasil belajar sintesis Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. a. Tipe pertama: adalah kemampuan menemukan hubungan yang unik. b. Tipe kedua: adalah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan. c. Tipe ketiga: adalah kemampauan mengabtrasikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lainnya. 6. Tipe hasil belajar evaluasi Kecakapan siswa dalam hal evaluasi setidak-tidaknya dapat dikategorikan dalam beberapa tipe diantaranya : a. Dapat memberikan evaluasi tentang tentang

ketepatan suatu karya atau dokumen. b. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan

memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan.

c. Dapat mengevaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ekplisit.5 C. Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Afektif Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual. Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan. Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu: 1. menentukan spesifikasi instrumen 2. menulis instrumen 3. menentukan skala instrumen
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada, 1990), hal. 23-29.
5

4. menentukan pedoman penskoran 5. menelaah instrumen 6. merakit instrumen 7. melakukan ujicoba 8. menganalisis hasil ujicoba 9. memperbaiki instrumen 10. melaksanakan pengukuran 11. menafsirkan hasil pengukuran 1. Spesifikasi instrumen Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu instrumen (1) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral. a. Instrumen sikap Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. b. Instrumen minat Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran. c. Instrumen konsep diri Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh.

10

d. Instrumen nilai Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan. e. Instrumen moral Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melalui pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral seseorang. Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan empat hal yaitu (1) tujuan pengukuran, (2) kisi-kisi instrumen, (3) bentuk dan format instrumen, dan (4) panjang instrumen. Setelah menetapkan tujuan pengukuran afektif, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi (blue-print), merupakan matrik yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Spesifikasi Instrumen adalah sesuatu yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki tester.6 Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan kompetensi dasar, yaitu kompetensi yang dapat diukur. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Indikator merupakan pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator bisa dikembangkan dua atau lebih instrumen. 2. Spesifikasi Instrumen Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Afektif NO Indikator Jumlah Butir Pertanyaan/pernyataan Skala

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 1996), hal. 139.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

11

1 2 3 4 5 a. Instrumen sikap Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui kuesioner. Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak,

menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini. Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya. Membaca buku matematika Mempelajari matematika Melakukan interaksi dengan guru matematika Mengerjakan tugas matematika Melakukan diskusi tentang matematika Memiliki buku matematika

Contoh pernyataan untuk kuesioner: Saya senang membaca buku matematika Tidak semua orang harus belajar matematika .

12

Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran matematika. Saya tidak senang pada tugas pelajaran matematika. Saya berusaha mengerjakan soal-soal matematika sebaikbaiknya. Memiliki buku matematika penting untuk semua peserta didik. b. Instrumen minat Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut. Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. Contoh indikator minat terhadap pelajaran matematika: Memiliki catatan pelajaran matematika. Berusaha memahami matematika Memiliki buku matematika Mengikuti pelajaran matematika

Contoh pernyataan untuk kuesioner: Catatan pelajaran matematika saya lengkap Catatan pelajaran matematika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran matematika Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika Saya senang mengerjakan soal matematika. Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran matematika

c. Instrumen konsep diri

13

Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. Definisi konsep: konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang

kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Contoh indikator konsep diri: Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik

Contoh pernyataan untuk instrumen: Saya sulit mengikuti pelajaran matematika Saya mudah memahami bahasa Inggris Saya mudah menghapal suatu konsep. Saya mampu membuat karangan yang baik Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika Saya bisa bermain sepak bola dengan baik Saya mampu membuat karya seni yang baik Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.

d. Instrumen nilai Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh nilai (value) peserta didik terhadap kegiatan tersebut. Misalnya, ada peserta didik yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak, ada yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak.

14

Semua ini dipengaruhi oleh nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian baik dan buruk. Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat atau keinginan berbuat. Nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap sesuatu merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya. Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit melakukan perubahan. Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif ditingkatkan sedang yang negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan. Contoh indikator nilai adalah: Memiliki keyakinan akan peran sekolah Menyakini keberhasilan peserta didik Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru. Mempertahankan keyakinan akan harapan masyarakat

Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik: Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan. Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal. Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi. Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat. Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah. Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah atas usahanya.

15

Selain melalui kuesioner ranah afektif peserta didik, sikap, minat, konsep diri, dan nilai dapat digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif peserta didik dilakukan di tempat dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif peserta didik, perlu ditentukan dulu indikator substansi yang akan diukur, dan pendidik harus mencatat setiap perilaku yang muncul dari peserta didik yang berkaitan dengan indikator tersebut. d. Instrumen Moral Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik. Contoh indikator moral sesuai dengan definisi tersebut adalah: Memegang janji. Memiliki kepedulian terhadap orang lain. Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas. Memiliki Kejujuran .

Contoh pernyataan untuk instrumen moral Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati. Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya. Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya. Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain. Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu. Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri. Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya. Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya. Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar. Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.7 3. Skala Instrumen Penilaian Afektif

http://www.penilaian ranah afektif.html/ diakses pada hari : Sabtu, 07 April 2012, pukul 14.05 WIB.

16

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: 1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian. 2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan. 3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai. 4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai, Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.8 Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah Tabel 2. Skala Thurstone Saya senang balajar sejarah Pelajaran sejarah bermanfaat Pelajaran sejarah membosankan Dst.
8

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal.

139.

17

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah Tabel 3. Skala Likert 1. Pelajaran sejarah bermanfaat 1. Pelajaran sejarah sulit 1. Tidak semua harus belajar sejarah 1. Sekolah saya menyenangkan SS S T STS

Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa Minat Membaca Nama Pembelajar:_____________________________ Tabel 4. Lembar Penilaian Diri Siswa No Deskripsi 1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain 2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca 3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya 4 Dst.. Ya/Tidak

4. Sistem penskoran

18

Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah. 1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1. Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat kelas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat kelas terhadap suatu mata pelajaran. 5. Telaah instrumen Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/ pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir

peranyaaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan untuk dibaca/dijawab. Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen. Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan/ pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata. Pertanyaan yang diajukan jangan sampai

19

bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif.

Contoh pertanyaan yang bias: Sebagian besar pendidik setuju semua peserta didik yang menempuh ujian akhir lulus. Apakah saudara setuju bila semua peserta didik yang mengikuti ujian lulus semua? Contoh pertanyaan yang tidak bias: Sebagian pendidik setuju bahwa tidak semua peserta didik harus lulus, namun sebagian lain tidak setuju. Apakah saudara setuju bila semua peserta didik yang menempuh ujian akhir lulus semua? Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kuesioner, yaitu: a. Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan responden b. Pertanyaannya jangan samar-samar c. Hindari pertanyaan yang bias. d. Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian.

Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perbaikan dilakukan terhadap konstruksi instrumen, yaitu kalimat yang digunakan, waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen, cara pengisian atau cara menjawab instrumen, dan pengetikan. 6. Merakit instrumen Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan

20

pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.

7. Ujicoba instrumen Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah peserta didik SMA, maka sampelnya juga peserta didik SMA. Sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih. Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran dari responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen. Waktu yang digunakan disarankan bukan waktu saat responden sudah lelah. Selain itu sebaiknya responden juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat bahwa pengisian instrumen penilaian afektif bukan merupakan tes, sehingga walau ada batasan waktu namun tidak terlalu ketat. Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai harapan, maka sebaiknya instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu lama. Berdasarkan pengalaman, waktu yang diperlukan agar tidak jenuh adalah 30 menit atau kurang. 8. Analisis hasil ujicoba Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan/ pernyataan. Jika menggunakan skala instrumen 1 sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7, maka butir pertanyaan/pernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda. Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, butir instrumen tergolong baik.

21

Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks keandalan yang dikenal dengan indeks reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimal 0,70. 9. Perbaikan instrumen Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Untuk itu butir

pertanyaan/pernyataan instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan terbuka. 10. Pelaksanaan pengukuran Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen. Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi responden, dan pedoman pengisian instrumen. 11. Penafsiran hasil pengukuran Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan. Misalkan digunakan skala Likert yang berisi 10 butir pertanyaan/ pernyataan dengan 4 (empat) pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor untuk butir pertanyaan/pernyataan yang sifatnya positif: Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju. (4) (3) (2) (1) Sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju.

22

(1) (2) (3) (4) Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 10 butir x 4 = 40, dan skor terendah 10 butir x 1 = 10. Skor ini dikualifikasikan misalnya menjadi empat kategori sikap atau minat, yaitu sangat tinggi (sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat kurang). Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu. Penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Kategorisasi sikap atau minat peserta didik untuk 10 butir pernyataan, dengan rentang skor 10 40. No 1. 2. 3. 4. Skor peserta didik Lebih besar dari 35 28 sampai 35 20 sampai 27 Kurang dari 20 Kategori Sikap atau Minat Sangat tinggi/Sangat baik Tinggi/Baik Rendah/Kurang Sangat rendah/Sangat kurang

Keterangan Tabel 5: 1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40. 2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x 40 = 28, dan skor batas atasnya adalah 35. 3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan skor batas atasnya adalah 27. 4. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20. Tabel 6 Kategorisasi sikap atau minat kelas No. 1. 2. Skor rata-rata kelas Lebih besar dari 35 28 sampai 35 Kategori Sikap atau Minat Sangat tinggi/Sangat baik Tinggi/Baik

23

3.
4.

20 sampai 27
Kurang dari 20

Rendah/Kurang
Sangat rendah/Sangat kurang

Keterangan Tabel 6 1. Rata-rata skor kelas: jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik di kelas ybs. 2. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40. 3. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x 40 = 28, dan skor batas atasnya adalah 35. 4. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan skor batas atasnya adalah 27. 5. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20. Pada Tabel 5 dapat diketahui minat atau sikap tiap peserta didik terhadap tiap mata pelajaran. Bila sikap peserta didik tergolong rendah, maka peserta didik harus berusaha meningkatkan sikap dan minatnya dengan bimbingan pendidik. Sedang bila sikap atau minat peserta didik tergolong tinggi, peserta didik harus berusaha mempertahankannya. Tabel 6 menujukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata pelajaran. Dalam pengukuran sikap atau minat kelas diperlukan informasi tentang minat atau sikap setiap peserta didik terhadap suatu objek, seperti mata pelajaran. Hasil pengukuran minat kelas untuk semua mata pelajaran berguna untuk membuat profil minat kelas. Jadi satuan pendidikan akan memiliki peta minat kelas dan selanjutnya dikaitkan dengan profil prestasi belajar. Umumnya peserta didik yang berminat pada mata pelajaran tertentu prestasi belajarnya untuk mata pelajaran tersebut baik. Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah

24

indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta didik berminat pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapihan dan kelengkapan catatan. Hasil observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan demikian informasi yang diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang ditempuh akan lebih tepat. D. Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Psikomotorik Tes untuk mengukur domain psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik.9 Dalam hal ini dapat berupa: 1. Tes paper and pencil: walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya, misal berupa desain alat, desain grafis. 2. Tes identifikasi: tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat. 3. Tes simulasi: tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah peserta didik sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan. 4. Tes unjuk kerja (work sample): tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut. 1. Penyusunan Tes Psikomotor Tes penampilan atau perbuatan, baik berupa tes identifikasi, simulasi ataupun unjuk kerja semuanya dapat diperoleh dengan

Ibid. Hal.182.

25

menggunakan daftar cek (check list) atau skala penilaian (rating scale) sebagai lembar penilaian (alat observasi). 2. Contoh Penyusunan Butir Soal Bentuk Daftar Cek Misal akan dikakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik menggunakan termometer badan. Dalam hal ini tentukanlah indikator-indikator yang menunjukkan peserta didik terampil menggunakan alat tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya. 2. Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya. 3. Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. 4. Peserta didik dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu melakukan urutan kegiatan tersebut dengan benar. Setelah diperoleh indikatorindikatornya, kemudian disusun butir soalnya dalam bentuk daftar cek sebagai berikut. Beri tanda V untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan peserta didik seperti yang diuraikan di bawah ini! . 1). Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa. . 2). Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya. . 3). Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut atau di ketiak) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh orang yang diukur suhunya. . 4).

26

3. Contoh Penyusunan Butir Soal Bentuk Skala Penilaian Dalam skala penilaian, setelah diperoleh indikator-indikator keterampilan, selanjutnya ditentukan skala penilaian untuk setiap indicator. Misal, skala 5 jika suatu indikator dikerjakan dengan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika tidak tepat, 1 jika sangat tidak tepat. Jadi pada prinsipnya ada tingkat-tingkat penampilan untuk setiap indikator keterampilan yang akan diukur. Contoh: Untuk mengukur keterampilan peserta didik menggunakan termometer badan disusun skala penilaian sebagai berikut. Lingkari angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika agak tepat, angka 2 jika tidak tepat atau angka 1 jika sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini. 54321 54321 54321 Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya. Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya. Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. 4. Teknik Penskoran Tes Psikomotor Misal terdapat 6 butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan skala penilaian. Jika untuk butir 1 seorang peserta didik memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 4 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti

27

kurang benar dan butir 6 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, maka skor totalnya adalah (5 + 4 + 4 + 3 + 3 + 3). Seorang peserta didik yang gagal akan memperoleh skor 6 dan yang berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30, maka median skornya adalah (6 + 30)/2 = 18. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka yang memperoleh skor 6 12 dinyatakan gagal, skor 13 18 dinyatakan kurang berhasil, skor 19 24 dinyatakan berhasil, skor 25 30 dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian peserta didik yang memperoleh skor 22 dapat dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna. Jika sifat keterampilannya absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala 5). Oleh karena itu hanya peserta didik yang memperoleh skor 30 yang dinyatakan berhasil dengan kategori sempurna.

28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara atau bagianbagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.10 Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Instrumen evaluasi hasil belajar adalah alat yang dipakai untuk mengambil atau merekam data hasil belajar. Sedangkan evaluasi mempunyai pengertian keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk memberikan informasi tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik. Menurut para pakar dalam bidang evaluasi pendidikan, kegiatan evaluasi hasil belajar ada 6 langkah pokok utama yaitu: 1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar. 2. Menghimpun data. 3. Melakukan verifikasi data. 4. Mengolah dan menganilis data. 5. Memberikan interpretasi data. 6. Tindak lanjut evaluasi.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 51.

10

29

B. SARAN Kajian tentang berbagai analisis tentang instrumen evaluasi hasil belajar itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan pada gilirannya kelak dapat memberikan kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu sendiri, terutama dalam bidang evaluasi. Dan tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan tindakan sehari-hari khususnya dalam bidang evaluasi hasil belajar siswa.

30

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip-Teknik-Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Buchori, Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan), Bandung: Jemmars. 1980. Mudijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Raka, T. Joni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Malang: YP2LPM. 1984. Shirran, Alex, Evaluating Students/ Mengevaluasi Siswa, Jakarta: Grasindo. 2008. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:

PT.RajaGrafindo Persada. 2008. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1990. Suharno , Testologi Pengantar, Jakarta: Bina Aksara. 1984. Wardani, Sri, Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Dari Internet: Anonymous. 2009. Aspek Penilaian dalam KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif). (Online) http://massofa.wordpress.com/feed/. Diakses Tanggal 10 April 2012

31

Anonymous. 2009. Sistem Penilaian. (Online) http://smak.yski.info/. Diakses Tanggal 10 April 2012 Anonymous. 2009. Pengembnagan Perangkat Penilaian Psikomotor dan Prosedur Penilaian.(Online) http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/17/pengembanganperangkat-penilaian-psikomotor/. Diakses Tanggal 10 April 2012 Anonymous. 2009. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. (Online) http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitifafektif-dan.html. Diakses Tanggal 12 April 2012

32

You might also like