You are on page 1of 2

SEJARAH CANDI KIDAL Candi kidal merupakan tempat pendarmaan Raja Anusapati yang diduga selesai dibangun pada

tahun 1260 bersamaan dengan upacara arwah yang terakhir. Didalam Negara Kertagama nama Anusapati adalah Anusanatha. Ia memerintah di Kerajaan Singosari sejak tahun 1227-1248. Pada masa pemerintahannya Kerajaan dalam keadaan aman sentausa dan ia meninggal pada tahun 1248 dan di Dharmakan di Kidal. Kemudian tempat pendharmaan ini dinamakan candi Kidal karena tempat ini bernama Kidal yang sekarang bernama Desa Kidal Rejo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Dalam berbagai pandangan, arti Kidal mempunyai banyak versi ada yang berpendapat bahwa Kidal berarti Kiri dan selatan, ada yang mengartikan kiri saja, ada pula yang mengartikan selatan saja. Sementara dalam kamus kecil bahasa Jawa, Kidal berarti kede ( kiri ), yang akhirnya dimasukkan dalam kamus Bahasa Indonesia yang berarti Kiri. ANALISIS BANGUNAN CANDI 1. BAGIAN KAKI CANDI KIDAL Nilai Fungsional: Bangian kaki ( Upapitha ) disebut Bhurloka. Kaki candi dihias dengan ornamen. Pada pipi tangga berbentuk lengkungan dengan berujung kepala naga atau ular bermahkota. Dalam mitologi Hindu dihubungkan dengan alam bawah yaitu tanah, air atau wanita yang di dalam mitos kesuburan, ular disebut sebagai kekuatan hidup dan pelindung utama dari segala kekayaan yang terkandung didalam tanah maupun air. Ornamen Jambangan Teratai, adalah lambang kesuburan atau daya hidup. Hiasan jambangan ini dimaknai sebagai kehidupan baru setelah bangkit dari kematian. Motif hiasan medalion yang didalamnya dihias dengan sulur teratai dan binatang. Motif ini mempertegas bahwa candi adalah suatu gambaran dari gunung suci. Motif Singa Setamba melambangkan sebagai sang penjaga yang buas dan kuat. Hiasan Garudea merupakan suatu adegan kunci dari suatu cerita Mahabarata pada Parwa pertama atau Adi Parwa yang menceritaan sang Garuda. Nilai Estetika: Ornamen Jambangan Teratai, adalah lambang kesuburan atau daya hidup. Hiasan jambangan ini dimaknai sebagai kehidupan baru setelah bangkit dari kematian. Motif hiasan medalion yang didalamnya dihias dengan sulur teratai dan binatang. Motif ini mempertegas bahwa candi adalah suatu gambaran dari gunung suci. Motif Singa Setamba melambangkan sebagai sang penjaga yang buas dan kuat. Hiasan Garudea merupakan suatu adegan kunci dari suatu cerita Mahabarata pada Parwa pertama atau Adi Parwa yang menceritaan sang Garuda. Nilai Religius: Masyarakat sekitar candi selalu memberikan sesajen dan diletakkan di bagian makam ( badan candi) sebagai sebuah kepercayaan masyarakat sekitar dan merupakan suatu tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Agama yang mendominasi didalam candi ini sendiri yaitu agama Hindu. Nilai Simbolis:

Simbol-simbol yang terdapat di bagian kaki candi menggambarkan Nlepasnya jiwa Raja Anusapati dari ikatan-ikatan duniawi.

2. BAGIAN BADAN CANDI Nilai Fungsional: Direlung sebelah kiri pintu, dahulunya berisi arca Mahakala yang dimana digambarkan sebagai dewa siwa yang memiliki sifat perusak. Oleh karena itu bentuk Mahakala berbentuk raksasa dengan membawa senjata Gada (pedang) serta menggendong ular. Nadicvara, adalah bentuk Antropomorpik dari lembu nandi kendaraan Siwa. Bentuknya seperti manusia yang membawa Tri Sula ( senjata Siwa ) yang menandakan bahwa ia masih dekat dengan Siwa. Kemudian diambang pintu terdapat ukiran dengan hiasan daun daunan, sedangkan pada ambang atasnya dihias dengan hiasan Kepala Kala atau biasa disebut dengan Banaspati. Terdapat hiasan Kepala Kala yang disebut Kirtimuka, yaitu muka yang ditugaskan untuk menjaga tempat sucinya. Dinding sisi Utara terdapat sebuah relung yang dahulunya berisi arca Gama Durgamahisasuramardini, yaitu Dewi Parwati sebagai Durga sedang membinasakan seorang raksasa yang menjelma sebagai kerbau. Arcanya berbentuk figur seorang Dewi yang berdiri diatas punggung kerbau. Pada dinding sisi Utara terdapat Kala Parijata. Hiasan ini menurut Bernet Kempers sebagai suatu gambaran dari pohon hayat (dalam kesenian Jawa Tengah dikenal sebagai pohon hayat Kalpataru, sedangkan di Jawa Timur dikenal sebagai Parijata). Pada dinding sisi timur terdapat relung yang kosong yang dulunya berisi arca Ganesya yang merupakan pemimpin kaum pemuda hewan gajah, maka dari itu hewan gajah ditingkatkan kedudukannya sebagai dewa yang juga masuk dalam kelompok keluarga siwa. Pada dinding selatan juga ada relung kosong yang dulunya arca Siwa Guru. Pada sisi dalam ruang candi kidal yang kosong yang hanya berisi bekas pembakaran dupa pemujaan seharusnya berisi arca siwa yang merupakan perwujudan dari raja Anusapati.

3. BAGIAN PUNCAK CANDI Nilai-nilai yang terkandung: Hiasan yang terdapat di puncak candi adalah motif tumpal, yaituu hiasan gunung terbalik yang diisi dengan sulur-sulur, motif simbar, motif pelipit, dan motif geometris lainnya. Desain dari puncak candi merupakan tingkatan-tingkatan yang berbeda yaitu semakin keatas semakin kecil

You might also like