You are on page 1of 3

KESULITAN BELAJAR

Pengertian dan Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Apa kalian pernah merasakan kesulitan belajar? Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya menjelaskan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar meliputi: a). Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi: Karena Sakit. Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih- lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah. Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Sebab karena cacat. Cacat tubuh dibedakan atas cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan dan gangguan psikomotor. Serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya. Inteligensi. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally defective).Anak inilah yang mengalami kesulitan belajar. Bakat. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak didik. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya.

Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Motivasi. Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. b). Faktor ekstern Faktor keluarga. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga juga merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar. Sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat anak- anak dalam menuntut ilmu. Unsurunsur yang ada didalamnya pun juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa. Media massa dan lingkungan social. Media massa seperti Handphone, TV, bioskop, tabloid, komik sangat mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan social seperti teman bergaul, keadaan masyarakat, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk

dalam jiwa anak. Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus, seperti sindrom psikologis berupa Learning Disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom adalah suatu gejala yang timbul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Misalnya: disleksia yaitu ketidakmampuan dalam belajar membaca, disgrafia yaitu ketidakmampuan menulis, diskalkulia yaitu ketidakmampuan belajar matematika. Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988: 430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system syaraf pusat. Kesulitan belajar matematika adalah adanya kesukaran dalam membuat konsep, memahami, serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika,

disebabkan oleh gangguan system syaraf pusat di otak. Menurut Larner, (1988: 430) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu : a) Gangguan Hubungan Keruangan Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang dan awal-akhir umumnya telah dikuasai anak pada saat mereka belum masuk SD. b) Abnormalitas Persepsi Visual Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. c) Asosiasi Visual-Motor Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangnya satu, dua, tiga, empat, lima. d) Perseverasi Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu. e) Kesulitan mengenal dan memahami symbol Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol-simbol matematika seperti +, =, -, >, < dan sebagainya. f) Gangguan penghayatan Tubuh Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan adanya gangguan

penghayatan tubuh (body image). Anak demikian merasa sulit untuk memahamai hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. g) Kesulitan dalam Bahasa dan membaca Metematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis, oleh karena itu kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak dibidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan belajar membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahakan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. h) Sekor PIQ jauh lebih rendah daripada skor VIQ Hasil tes inteligensi dengan menggunakan WISC menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ (Performance Intelligence Quatient) yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quatient). Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan memahammi konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visual-motor Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak. Karena membaca merupakan kunci utama belajar tentang berbagai bidang studi. Membaca adalah aktivitas kompleks yang mencakup fisik (gerak mata dan ketajaman penglihatan) dan mental

(ingatan dan pemahaman). Anak mampu membaca dengan baik jika mampu melihat hurufhuruf dengan jelas, mampu menggerakan mata dengan lincah, mengingat symbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Sedangkan anak yang berkesulitan membaca (disleksia) tidak mampu melakukan hal-hal tersebut. Anak yang mengalami kesulitan belajar biasanya dipengaruhi oleh factor instrinsik (disfungsi otak) dan factor ekstrinsik (lingkungan). Untuk membantu anak-anak disleksia, suatu sekolah seharusnya memiliki data yang lengkap tentang anak-anak tersebut. Data tersebut dapat diperoleh melalui asesmen melalui instrument informal dan instrument formal yang dilakukan oleh guru. Setelah memperoleh data dari assesmen maka disusunlah bagaimana metode pengajaran yang tepat bagi anak-anak disleksia. Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia) Pada awal anak belajar membaca, mereka menyadari bahwa bahasa yang biasa digunakan dalam percakapan dapat dituangkan dalam bentuk lambang tulisan. Dan dari situlah timbullah kesadaran pada anak perlunya belajar menulis. Menulis merupakan pengekspresian pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan, Menulis berguna bagi siswa untuk menyalin, mencatat dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah, selain itu menulis juga merupakan salah satu komponen system komunikasi. Jika seorang siswa tidak bisa menulis, maka siswa tidak akan bisa melakukan keempat aktivitas tersebut. Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca biasanya dipengaruhi oleh factor instrinsik (disfungsi otak, motorik, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross modal, penggunaan tangan dominan, dan kemampuan memahami instruksi) dan factor ekstrinsik (lingkungan). Untuk membantu anak-anak disgrafia, suatu sekolah seharusnya memiliki data yang lengkap tentang anak-anak tersebut. Data tersebut dapat diperoleh melalui asesmen melalui instrument informal dan instrument formal yang dilakukan oleh guru. Setelah memperoleh data dari assesmen maka disusunlah bagaimana metode pengajaran yang tepat bagi anak-anak disgrafia.

You might also like