You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK DERMATO MUSKULO SKELETAL Pengukuran Aktivitas CK-NAC dengan Metode Optimasi UV Test

Kelompok 2 TESA AGRAWITA OLGA CANTIKA P.I ANDRIAN NOVATMIKO SILVIA ROSYADA WINDARTO NURVYNDA PRATIWI SANIA NADIANISA M. VICI MUHAMMAD A Asisten Maulana Rizqi Yuniar G1A009089 G1A010002 G1A010014 G1A010025 G1A010035 G1A010036 G1A010066 G1A010083 G1A010091

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2011

Lembar Pengesahan

Pengukuran Aktivitas CK-NAC dengan Metode Optimasi UV Test

Oleh: Tesa Agrawita Olga Cantika P.I Adrian Novatmiko Silvia Rosyada Windarto Nurvynda Pratiwi Sania Nadianisa M G1A010002 G1A010014 G1A010025 G1A010035 G1A010036 G1A010066 G1A010083

Vici Muhammad A. G1A010091

Disusun untuk memenuhi persyaratan ujian praktikum Biokimia Kedokteran Blok Dermato Muskulo Skeletal di Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkan Purwokerto, November 2011 Asisten

Maulana Rizqi Yuniar G1A009089

BAB I PENDAHULUAN I. Judul Praktikum Pengukuran Aktivitas CK-NAC dengan Metode Optimasi UV Test II. Tanggal Praktikum Jumat, 18 November 2011 III. Tujuan Praktikum A. Mahasiswa akan dapat mengukur aktivitas CK-NAC dengan metode Optimasi UV Test. B. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan aktivitas CKNAC pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal. C. Mahasiswa akan dapat melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan aktivitas CK-NAC abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kreatin adalah asam amino yang terdapat pada jaringan vertebrata, khususnya pada otot, kreatin yang terfosfolirasi adalah bentuk penyimpanan fosfat berenergi tinggi. Kreatin Kinase merupakan enzim yang mengkatalisis proses fosforilasi kreatin oleh ATP untuk menghasilkan fosfokreatin. Sedangkna kreatinin adalah bentuk anhidra kreatin hasil akhir metabolisme fosfokreatin (Dorland, 2002). Kreatin maupun bentuk simpanan energinya, yaitu fosfokreatin , terdapat dalam otot, oak dan darah. Kreatinin (kreatin anhidrida) terbentuk dalam otot dari kreatin fosfat melalui proses dehidrasi nonenzimatik yang ireversible dan hilangnya fosfat. Ekskresi kreatinin dalam urin 24 jam pada orang akan erlihat konstan tiap harinya dan sebanding dengan massa ototnya . kreatin dengan jumlah renik juga terdapat secra normal di urine (Murray, 2003). Glisin ,arganin dan metionin seluruhnya turut serta pada biosintesis kreatin . pemindahan gugus guannidini dari argini kepada glisin, yang membentuk senyawa guinidoasetat (glikosiamina) , berlangsung didalam ginjal tetapi tidak terjadi di hati atau otot jantung. Sintesis kreatinin diselesaikan lewat reaksi metilasi guanidoasetat oleh senyawa S-adenosil metionin dihati (Murray, 2003). Kreatin Kinase (CK) adalah enzim yang terdiri dari isoenzim terutama di otot berupa CK-M dan di otak dikenal sebagai CK-B. CK pada serum berupa CK total berbentuk dimer yaitu CK-MM, CK-MB, CK-BB sebagai makroenzim. Peningkatan kadar CK diobservasi pada kerusakan otot jantung dan penyakit otot skeletal. CK terutama digunakan untuk monitoring infark miokard dalam diagnosis bersama dengan pemeriksaan CK-MB (Asscalbias, 2011). Metabolisme Kreatinin ATP disintesi ulang dari ADP dengan penambahan satu grup fosfat. Sebagian energi yang dibutuhkan untuk reaksi endometrik ini diperoleh dari penguraian glukosa menjadi CO2 dan H2O, tetapi di otot juga ada senyawa fosfat bernergi tinggi lain yang dapat memasok energi dibutuhkan ini untuk jangka

pendek. Senyawa fosfat itu adalah fosforilkeratin yang dihidrolisis menjadi kreatin dan grup fosfat dengan melepaskan sejumlah energi. Dalam keadaan istirahat, sebagian ATP di mitokondria melepaskan fosfatnya pada kreatin, sehingga terbentuk simpanan fosforilkreatin. Pada waktu kerja, fosforilkreatin mengalami hidrolisis di tempat pertemuan kepala miosin dengan aktin, membentuk ATP dari AD, yang menyebabkan proses konstraksi dapat berlanjut (Ganong, 2001). Fosforilkreatin + ADP Kreatin + ATP

Dalam keadaan istirahat dan selama kerja ringan otot menggunakan lipid dalam bentuk asam lemak bebas sebagai sumber energi. Bila intensitas meningkat dan sumber energi cepat tidak hanya diperoleh dari lipid, sehingga pemakaian karbohidrat menjadi penting sebagaikomponen campuran bahan bakar otot. Jadi selama kerja berlangsung, sebagian besar energi untuk fosforilkreatin dan sintesis ulang Atp berasal dari penguraian glukosa menjadi CO2 dan H2O. Gula darah masuk ke dalam sel dan mengalami degradasi melalui serangkaian reaksi kimia menjadi piruvat. Bila terdapat oksigen cukup, piruvat masuk ke siklus asam sitrat dan mengalami metabolisme menjadi CO2 dan H2O. Proses ini dinamakan

glikolisis anaerob. Penguraian glukosa atau glikogen menjadi CO2 dan H2O melepaskan energi yang cukup besar untuk membentuk sejumlah besar ATP dari ADP. Bila pasokan O2 tidak cukup, piruvat yang dibentuk dari glukosa tidak masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat, melainkan direduksi menjadi laktat. Proses ini disebut glikolisis anaerobik yang berkaitan dengan dihasilkannya sejumlah kecil ikatan-ikatan fosfat berenergi tinggi, tetapi proses ini tidak membutuhkan adanya O2. Kreatin ini nanti akan diekskresi melalui urin dengan kadar normal kreatin urin pada Laki-laki 24-190 U/I dan pada wanita 24-170 U/I (Ganong, 2001).

Kontraksi otot dan pasokan energi. Glikogen otot dan glukosa dapat menyediakan substrat untuk glikolisis. Glikolisis dan siklus Krebs (melalui fosforilasi oksidatif) menyediakan ATP yang dapat digunakan dalam kontraksi otot atau dalam pembentukan kreatin fosfat. Kreatin fosfat ini bertindak sebagai menyimpan energi yang dapat digunakan untuk merebut kembali ATP (Baker, 2001). Sintesis Kreatin Kinase Kreatin kinase adalah senyawa alami yang berasal dari glisin dan arginin. Senyawa ini banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot rangka, dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak. Sumber makanan yang mengandung banyak senyawa kreatin kinase yaitu ayam, daging sapi, telur. CK adalah suatu molekul dimerik yang terdiri dari sepasang monomer berbeda yang disebut M (berkaitan dengan otot), dan B (berkaitan dengan otak), sehingga terdapat tiga isoenzim yang dapat terbentuk : CK1 (BB), CK2 (MB), dan CK3 (MM). Isoenzim-isoenzim tersebut dibedakan dengan proses elektroforesis, kromatografi pertukaran ion, dan presipitasi imunokimia. Distribusi isoenzim CK relatif spesifik jaringan. Sumber jaringan utama CK adalah otak dan otot polos

(BB), otot jantung (MB dan MM), dan otot rangka (MM; otot rangka normal juga memiliki sejumlah kecil MB, kurang dari 1%) (Riswanto, 2010). Sintesis kreatin dalam tubuh diawali dengan pembentukan guanidinoasetat di tubulus proksimal ginjal dari arginin dan glisin, dengan bantuan enzim Larginin:glisin amidinotransferase (AGAT). Selanjutnya di hati, guanidinoasetat akan menjalani proses berikutnya menjadi kreatin dengan penambahan satu gugus metil dari S-adenosil-L-metionin yang dikatalisis oleh enzim S-adenosil-Lmetionin:N-guanidinoasetat metil transferase (GAMT). Kreatin yang telah

terbentuk kemudian masuk ke sirkulasi dan jaringan yang memerlukannya dengan bantuan creatine transporter (pengangkut kreatin). Di jaringan,

sebagian kreatin akan mengalami degradasi menjadi kreatinin dan kemudian diekskresikan melalui ginjal. Sebagai perkiraan, orang dengan berat badan 70 kg akan memiliki 120 gram kreatin (bentuk bebas dan bentuk fosfat), dan 2 gram/hari dari kreatin tersebut diubah menjadi kreatinin. Degradasi sebanyak 2 gram/hari ini harus digantikan melalui makanan sehari-hari. Sebagian besar

(90%) kreatin dalam tubuh disimpan di otot, 40% di antaranya dalam bentuk kreatin bebas dan 60% dalam bentuk kreatin fosfat. Apabila otot berkontraksi dimana diperlukan energi yang siap pakai dalam waktu cepat, kreatin fosfat akan mengalami defosforilasi menjadi kreatin dan fosfat berenergi tinggi untuk

menghasilkan ATP. Sebagian kreatin akan mengalami refosforilasi kembali menjadi kreatin fosfat dan sebagian lagi akan mengalami degradasi menjadi kreatinin (Marks, 2000).

BAB III METODE PRAKTIKUM I. Alat 1. Spuit 3 cc 2. Torniquet 3. Plakon 4. Eppendorf 5. Sentrifugator 6. Tabung reaksi 3 ml 7. Mikropipet (10 l 100 l) 8. Mikropipet (10 l 1000l) 9. Yellow tip 10. Blue tip 11. Kuvet 12. Spektofotometer II. Bahan : 1. Sampel (serum) 2. Working reagen (4 bagian enzim + 1 bagian substrat) III. Cara Kerja : 1. Persiapan sampel: a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit. b. Dimasukkan darah ke dalam tabung vacum met (tutup ungu dengan EDTA) dan sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian ambil plasma untuk sampel c. Sampel (serum) sebanyak 20 l kemudian dicampur dengan reagen CK NAC sebanyak 1000l (4 : 1) dan inkubasi 5 menit homogenkan d. Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektofotometer pada 340 nm dan nilai faktor 8095.

Serum 20 l

Reagen 1000 l

Dihomogenkan & Inkubasi selama 5 menit

Baca di spektrofotometer

IV. Nilai Normal Laki-laki Wanita : 24 190 mg/dl. : 24 170 mg/dl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I.

Hasil Nama Probandus Jenis kelamin Umur : Andrian Novatmiko : Laki-laki : 20 tahun Volume Volume Working Serum Reagen 20 l 1000 l 79 U/1 24-190 U/I Normal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

II.

Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran DK NAC yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa kreatin kinase probandus adalah 79 U/I. Hasil yang didapatkan masih dikatakan normal, karena nilai normal untuk pria adalah sebesar 24-190 U/I. Kreatinin merupakan produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi sebagian kreatin fosfat (CP). Dalam sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (CK) (Sacher, McPherson, 2004). Peningkatan nilai dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya kemungkinan dari pasien tersebut yang mengalami kerusakan baik otot ataupun otak, kemungkinan adanya cedera, infark miokardium, miokarditis, miositis, hipotiroidisme, hipertiroidisme, dan perikarditis detelah serangan jantung. Selain itu, nilai CK juga akan menunjukkan peningkatan pada orang yang lebih muda (Nozaki, 2009 ; Levy, 2011).

Penurunan nilai CK dapat terjadi pada pemeriksaan CK. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena pasien dalam keadaan telah minum secara berlebihan, alkohol, penyakit hati serta rhematoid arthritis (Brewster, 2009). III. Aplikasi Klinis A. Infark Miokardium Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner; prosesnya mula-mula berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral (Santoso, 2005). 1. Hubungan infark miokardium dengan kreatin kinase Jaringan jantung mengandung isoenzim MM dan merupakan satu-satunya jaringan yang memiliki isoenzim campuran MB. Munculnya isoenzim di darah adalah khas bagi kerusakan jantung akibat infark miokardium. Untuk selanjutnya, hanya akan dibahas mengenai infark miokardium (Marks, 2000). Selain kreatin kinase MB (CK-MB), terdapat beberapa biomarker yang dapat digunakan untuk mendeteksi infark

miokardium, yaitu troponin jantung, mioglobin dan mieloperoksidase (Reichlin, 2009). 2. Gejala klinis a. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri. b. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin i. Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.

ii. Rasa nyeri kadang di daerah epigastrikum dan bisa menjalar ke punggung. iii. Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas B. Distrofi Otot Duchenne Distrofi otot Duchenne adalah kelainan genetik yang

menyebabkan kelemahan pada otot. Merupakan kelainan serius yang dimulai sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya terdeteksi ketika anak mengalami kesulitan dalam berjalan, menaiki tangga dan otot betis juga dapat diperbesar. (Sherwood, 2001). Penyakit ini disebabkan oleh defek genetik resesif pada kromosom X. Gen defek penyebab kelainan tidak menghasilkan distrofin, yaitu suatu zat protein yang normal dihasilkan dan erat kaitannya dengan pengaturan aliran Ca2+ ke dalam sel-sel otot melalui saluran kebocoran Ca2+ . Tidak adanya protein ini menyebabkan kebocoran Ca2+ terus menerus ke dalam sel-sel otot melalui saluran kalsium yang tidak terkontrol. Hal ini akan mengaktifkan berbagai protease, enzim-enzim pemutus protein yang merusak serat otot. Kerusakan yang terjadi menyebabkan penyusustan otot dan akhirnya fibrosis yang merupakan karakteristik penyakit ini. (Sheerwood, 2001). C. Polimiositis Suatu peradangan otot, yang biasanya mengenai otot-otot proximal (yang dekat dengan batang tubuh seperti, sendi bahu, leher, pinggul, pangkal paha) dan termasuk penyakit gangguan sistem kekebalan tubuh (autoimun) dimana terbentuk sistem kekebalan yang menyerang tubuh sendiri, hingga otot-otot lemah sampai tidak bisa lagi berfungsi. Penyebab penyakit ini masih belum jelas. Penyakit ini umumnya terdapat pada umur dua puluhan dan lebih banyak terdapat pada perempuan. Pengobatan biasanya menggunakan prednison yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan menekan gangguan imunitas. Selain itu juga ada metotrexat, obat ini termasuk obat anti

kanker dan berfungsi untuk menghambat penggunaan asam folat (Yatim, 2006).

BAB V KESIMPULAN 1. Metode pemeriksaan aktivitas CK-NAC adalah optimasi UV test 2. Dari hasil praktikum pengukuran kadar CK-NAC adalah normal yaitu 79 U/I karena rentang kadar kolesterol darah normal yaitu 24-190 U/I. 3. Aplikasi klinis yang terjadi pada kadar kolesterol darah yaitu infark miokard, atrofi otot, fraktur tulang yang menyebabkan gangguan otot.

DAFTAR PUSTAKA Brewster, Lizzy M., et al. 2009. Low creatine kinase is associated with a high population incidence of fainting. Clin Auton Res 19:231236. Diakses tanggal 19 November 2011. Levy, Michael M.D., et al.2011.Prognostic Value of Troponin and Creatine Kinase Muscle and Brain Isoenzyme Measurement after Noncardiac Surgery: A Systematic Review and Meta-analysis. Anesthesiology: Volume 114 - Issue 4 - pp 796-806. Diakses tanggal 19 November 2011. Marks, Dawn B., Allan D. Marks dan Collen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC. Nozaki K., Pestronk A. 2009. High aldolase with normal creatine kinase in serum predicts a myopathy with perimysial pathology. J Neurol Neurosurg Psychiatry 80:904909. Diakses tanggal 19 November 2011. R. ROY BAKER, PhD. ROBERT K. MURRAY, MD, PhD. 2001. PDQ Biochemistry. University of Toronto Faculty of Medicine. Toronto, Ontario. Reichlin, T., et all. 2009. Early Diagnosis of Myocardial Infarctionwith Sensitive Cardiac Troponin Assays. The New England Journal of Medicine, vol 361, No. 9 : 858-867. Robert K. Murray. 2009. Biokimia Harper Edisi ke-24. Jakarta: EGC. Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC. Santoso dan Setiawan. 2005. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Hlm. 233.

Yatim, dr. Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta : Pustaka Populer obor.

You might also like