You are on page 1of 29

Konservasi Kawasan Perkotaan

Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini kota-kota di dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat, dalam perubahan tersebut bangunan, kawasan mupun objek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan untuk hilang dan hancur, dan dengan sendirinya akan digantikan dengan bangunan, kawasan atupun objek lainnya yang bersifat ekonomis-komersial. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut, dengan mudah diamati pada kawasan kota-kota tersebut pada umumnya berada dalam tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang, budaya membangun pun telah mengalami perbedaan nalar, hal ini terjadi karena kekuatankekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses urbanis yang pragmatis. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan sert permintaan akam lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan. Bagian dari permasalahn itu, akan membuat kawasan kota yang menyimpan nilai kesejahteraan semakin terdesak dan terkikis. Petentangan dan kontradiksi antara pembangunan sebgai kota modern dengan mempertahankan kota budaya yang masih mempunyai kesinambungan dengan masa lalu, telah menjadikan realitas permasalahan bagi kawasan kota. Kini, negara maju dan berkembang sama-sama menyadari bahwa sumbangan kebudayaan seperti arsitektur tradisional, bentuk jalan yang unik, dan tempat bersejarah merupakan sumber ekonomi yang penting. Kota-kota dunia kini berlomba meningkatkan konservasi dan manajemen pusaka kota mereka. Sebab hal itu tak hanya penting bagi pelestarian sejarah itu sendiri tapi juga penting bagi potensi kota untuk meningkatkan pendapatan warganya, menumbuhkan daya saing sehingga menjadikan kota yang lebih hidup.

1.2 1.3

Tujuan Memahami konsep konservasi perkotaan Memahami aspek ekonomi kota dalam konservasi perkotaan Sistematika Penulisan

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang Tujuan Sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI BAB III PEMBAHASAN 3.1 3.2 Kawasan Perkotaan Aspek Ekonomi dalam Konservasi Lingkungan

BAB IV KESIMPULAN BAB V DAFTAR PUSTAKA

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

BAB II Landasan Teori


2.1 Pengertian Konservasi Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resources (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Di Asia Timur, konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan. Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi inventarisasi dari sumberdaya alam milik kerajaan. Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk

konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I melakukan pengelolaan sumberdaya alam hayati atas dasar adanya data yang akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana. Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH) adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa konservasi lingkungan adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, Conservation yang bermakna pelestarian atau perlindungan. 2.2 Konflik Kepentingan Dalam suatu ekosistem, seperti ekosistem hutan, biasanya konflik kepentingan konservasi muncul antara satwa endemik dan pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Oleh karena habitat hidupnya satwa menjadi menciut dan kesulitan mencari sumber makanan, akhirnya satwa tersebut ke luar dari habitatnya dan menyerang manusia. Konflik kepentingan konservasi muncul karena: 1. Penciutan lahan & kekurangan SDA (Sumber Daya Alam) 2. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada SDA meningkat (sebagai contoh, penduduk Amerika butuh 11 Ha lahan per orang, jika secara alami) 3. SDA diekstrak berlebihan (over exploitation) menggeser keseimbangan alami. Kemudian, konflik semakin parah jika : 1. SDA berhadapan dengan batas batas politik (mis: daerah resapan dikonversi utk HTI, HPH (kepentingan politik ekonomi) 2. Pemerintah dengan kebijakan tata ruang (program janka panjang) yang tidak berpihak pada prinsip pelestarian SDA dan lingkungan Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut: Karakteristik atau keunikan ekosistem (rain forest, dataran rendah, fauna pulau endemik, ekosistem pegunungan) Species khusus yang diminati, nilai, kelangkaan, atau terancam (badak, burung) Tempat yang memiliki keanekaragaman species Landscape atau ciri geofisik yang bernilai estetik, scientik Fungsi perlindungan hidrologi, tanah, air, dan iklim global Fasilitas rekreasi alam, wisata, misalnya danau, pantai, satwa liar yang menarik 2.3 Sasaran Konservasi 1) Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan 2) Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini 3) Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian 4) Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi 2.4 Lingkup Kegiatan Kategori obyek pelestarian : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2.5 Lingkungan Alami (Natural Area) Kota dan Desa (Town and Village) Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor) Kawasan (Districts) Wajah Jalan (Street-scapes) Bangunan (Buildings) Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

Manfaat Pelestarian 1) 2) 3) 4) 5) Memperkaya pengalaman visual Memberi suasana permanen yang menyegarkan Memberi kemanan psikologis Mewariskan arsitektur Aset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Ekosistem alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya harus berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan secara serasi dan seimbang yang ditujukan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian dan keseimbangan ekosistem sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang merupakan tanggung jawab dan kewajiban semua pihak yang dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya serta melalui usaha pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistem secara lestari. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mendifinisikan Hutan konservasi sebagai kawasan hutan yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap dengan ciri khas

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang terdiri dari : a. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang mencakup : 1) Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. 2) Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunik an jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. 3) Di kedua kawasan tersebut tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan kawasan kecuali kegiatan-kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. b. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tum buhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang mencakup: 1) Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Umumnya zonasi dapat berupa : (a) zona inti yaitu bagian wilayah taman nasional yang mutlak atau harus dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia, (b) zona pemanfaatan yaitu zona wilayah yang digunakan untuk kepentingan wisata, (c) zona rimba yaitu zona yang berada diantara areal inti dan areal pemanfaatan yang memungkinkan adanya kegiatan manusia yang menunjang budaya dan,

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan (d) zona lainnya yaitu zona yang ditetapkan sesuai kepentingan-kepentingan tertentu seperti zona pemanfaatan tradisional, zona pemulihan, zona rehabilitasi, zona pemanfaatan khusus dan lain -lain. 2) Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. 3) Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi. c. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. Dalam UU No.26 Tahun 2007 Pasal 17 Ayat (6) menjelaskan tentang keterkaitan, yang meliputi 1. Keterkaitan antarwilayah merupakan wujud keterpaduandan sinergi antarwilayah, yaitu wilayah nasional, wilayahprovinsi, dan wilayah kabupaten/kota. 2. Keterkaitan antarfungsi kawasan merupakan wujudketerpaduan dan sinergi antarkawasan, antara lain,meliputi keterkaitan antara kawasanlindung dan kawasan budidaya. 3. Keterkaitan antarkegiatan kawasan merupakan wujudketerpaduan dan sinergi antarkawasan, antara lain,meliputi keterkaitan antara kawasan perkotaan

dankawasan perdesaan.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Konservasi Perkotaan Pemahaman tentang konservasi Ada beberapa pemahaman dan pengertian mengenai conservation (konservasi), adalah tindakan untuk memelihara sebanyak mungkin secara utuh dari bangunan bersejarah yang ada, salah satunya dengan cara perbaikan tradisional, dengan sambungan baja, dan atau dengan bahan-bahan sintetis. Pendapat lain mengenai konservasi adalah upaya untuk melestarikan bangunan, mengefisiensikan penggunaan dan mengatur arah perkembangan di masa mendatang. Dari Piagam Burra, pengertian konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan da sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan dapat pula mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi adaptasi dan revitalisasi. Kegiatan konservasi/preservasi pun haruslah dapat memberikan manfaat yang tidak sedikit terhadap kota dan komponen-komponen yang ada didalamnya. Manfaat tersebut antara lain sebagai atraksi yang menarik bagi wisatawan mancanegara, merupakan media untuk mempelajari perkembangan arsitektur dan kota, dan sebagai wadah pembelajaran sejarah kota bagi masyarakat. Konsep konservasi dalam kawasan heritage Konsep awal dari pelestarian adalah konservasi, yaitu pengawetan benda-benda monument dan sejarah (lazimnya dikenal sebagai preservasi), dan akhirnya hal itu berkembang pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Pada dasarnya, maka suatu konservasi dan preservasi tidak dapat terlepas dari makna budaya (Kerr, 1992). Untuk itu, konservasi merupakan upaya memlihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya (Danisworo, 1991). Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, social, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dalam perencanaan suatu lingkungan kota, unit dari konservasi dapat berupa sub bagian wilayah kota bahkan keseluruhan kota sebagai sistem kehidupan yang memang meiliki ciri atau nilai khas. Dengan demikian, peranan konservasi bagi satu kota bukan semata bersifat fisik, namun mencakup upaya mencegah perubahan social.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Konsep yang dirumuskan untuk melakukan pekerjaan konservasi hendaklah disusun dalam suatu rencana (conservation), berdasarkan : 1. Penetapan objek konservasi, suatu upaya pemahaman dalam manila aspek budaya suatu objek dengan tolak ukur estetika, kesejarahan, keilman, kapasitas demonstrasi serta hubungan asosiasional 2. Perumusan kebijakan konservasi suatu upaya merumuskan informasi tentang nilainilai yang perlu dilestarikan untuk kemudian dijadikan sebagai landasan penusunan strategi pelaksanaan konservasi Konservasi merupakan bagian integral dari perancangan kota, menurut shirvani (1985), meliputi rumusan kebijakan, rencana, pedoman, dan program. Dapat diuraikan berikut : 1. Kebijakan perancangan kota, merupakan kerangka strategi pelaksanaan yang bersifat spesifik. 2. Rencana perancangan kota, merupakan produk penting dalam perancangan kota yang berorientasi pada produk maupun proses. 3. Pedoman perancangan kota, dapat berupa pengendalian bahan, setback, proporsi, gaya arsitektur , dan sebagainya 4. Program perancangan kota, biasanya mengacu pada proses pelaksanaan atau pada seluruh proses perancangan. Menurut Shirvani (1985), menggunaka terminology tersebut unutk mengacu ada aspek perencanaan dan perancangan yang dapat memlihara dan melestarikan lingkungan yang telah ada maupun yang hendak diciptakan. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan : a) Kegiatan konservasi dan preservasi sebagai bagian dari pelestarian merupakan ketinggian bangunan, sebgai

usaha meningkatkan kembali kehidupan lingkungan kota tanpa meninggalkan makna cultural maupun nilai social dan ekonomi kota b) Arahan konservasi suatu kawasan berskala lingkungan maupun bangunan, perlu dilandasi motivasi budaya, aspek estetis, dan pertimbangan segi ekonomi c) Preservasi dan konservasi yang mengejawantahkan simbolisme, identitas suatu kelompok ataupun asset kota, perlu dilancarkan. Pada bagian lain, sasaran konservasi perlu dirumuskan secara tepat diantaranya (Budiharjo, 1989) :

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Mengembalikan wajah objek konservasi Memanfaatkan objek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota dalam wujud tiga dimensi.

Akan tetapi dalam penjabaran konsep diatas, perlu dirumuskan : tolak ukur, krteria, dan motivasi dari konservasi serta bagian-bagian bangunan tempat yang kan dikonvservasi, atau bagian kota yang akan dilestarikan. Beberapa criteria yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi adalah sebagai berikut : Kriteria Arsitektural, suatu kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau dikonservasikan memiliki kriteria kualitas arsitektur yang tinggi, disamping memilik proses pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan keanggnan (elegance) Kriteria Historis, kawasan yang akan dikonservasikan memiliki nilai historis dan kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaanya yang memudar Kriteria Simbolis, kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota. Kategori mempertimbangkan objek yang akan dikonservasi dapat dikategorikan sebagai berikut : Nilai (value) dari objek, mencakup nilai estetik yang didasarkan pada kualitas bentuk maupun detailnya. Suatu objek yang unik dan karya yang mewakili gaya zaman tertentu, dapat digunakan sebagai contoh, suatu objek konservasi Fungsi objek dalam lingkungan kota, berkaitan dengan kualitas lingkungan secara menyeluruh. Objek merupakan bagian dari kawasan bersejarah dan sangat berharga bagi kota. Objek juga merupakan landmark yang memperkuat karakter kota yang memiliki keterkaitan emosional dengan warga stempat Fungsi lingkungan dan budaya, penetapan kriteria konservasi tidak terlepas dari keunikan pola hidup satu lingkungan social tertentu yang memiliki tersebut. tradisi kuat,

karena suatu objek akan berkaitan erat dengan fase perkembangan wujud budaya

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

3.2

Aspek Ekonomi dalam Konservasi Lingkungan

Konservasi Lingkungan Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, Conservation yang bermakna pelestarian atau perlindungan. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah: Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan

Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya. Beberapa difinisi dan batasan konservasi, sebagai berikut :
1. konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan

manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal

secara sosial (Randall, 1982).


3. konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup

termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian,

administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan
4. konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat

memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980). Secara keseluruhan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam, yang dimaksud sebagai konservasi sumber daya alam hayati adalah suatu pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut: Karakteristik atau keunikan ekosistem (rain forest, dataran rendah, fauna pulau endemic, ekosistem pegunungan) Species khusus yang diminati, nilai, kelangkaan, atau terancam (badak, burung) Tempat yang memiliki keanekaragaman species Landscape atau ciri geofisik yang bernilai estetik, scientik Fungsi perlindungan hidrologi, tanah, air, dan iklim global Fasilitas rekreasi alam, wisata, misalnya danau, pantai, satwa liar yang menarik Penetapan suatu wilayah menjadi kawasan konservasi membawa konsekuensi adanya keterbatasan atau bahkan tertutupny akses masyarakat terhadap sumberdaya alam dalam kawasan konservasi. Sementara fakta menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat disekitar kawasan konservasi masih sangat rendah dan mereka masih memilliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam dalam kawasan konservasi. Bahkan timbul kesan adanya dikotomi antara koservasi dan ekonomi karena adanya perbedaan cara memandang kawasan konservasi, (Drausman dan Widada , 2004). Apabila dikotomi konservasi dengan ekonomi dibiarkan berkembang secara terus-menerus, maka dapat dipastikan bahwa degradasi kawasan konservasi dan sumberdaya hayatinya justru akan terus terjadi. Memandang seolah-olah kawasan konservasi sebagai ekosistem yang harus dijaga keutuhan fisik dan kelestarian sumberdaya alam hayati semata-mata untuk menjaga keaslian dan keutuhannya. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas ekonomi yang terkait langsung dengan kawasan konservasi dibatasi, bahkan dilarang sama sekali. Contohnya saja masyarakat dilarang mengambil kayu, biji-bijian atau buah-buahan dll sumberdaya alam hayati dalam kawasan konservasi, meskipun masyarakat sangat membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Memandang seolah-olah kawasan konservasi dengan segala otensi sumberdaya alamnya merupakan aset ekonomi yang akan memberikan manfaat ekonomi atau kesejahteraan apabila dieksploitasi dan dimanfaatkan secara langsung. Implikasinya adalah perlu dilakukan aktivitas ekonomi yang berupa pemanfaatan sumberdaya alam, baik secara langsung maupun tidak langsungg di dalam kawasan konservasi, disamping itu untuk menghasilkan produktivitas ekonomi atau output yang optimal diperlukan adanya input sumberdaya manusia, teknologi dan unsur-unsur lain sebagai pendukung. Padahal apabila kembali pada esensi konservasi dan ekonomi, maka dikotomi tersebut tidak perlu terjadi mengingat adanya beberapa prinsip, antara lain : Konservasi merupakan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, tanpa adanya jaminan ketersediaan sumberdaya alam hayati, maka pembangunan ekonomi akan terhenti. Ekonomi merupakan landasan pembangunan konservasi yang berkelanjutan, tanpa adanya manfaat ekonomi bagi masyarakat secara berkelanjutan, dapat dipastikan program konservasi akan terhenti karena masyarakat tidak peduli. Kegiatan konservasi dan ekonomi, keduanya bertujuan meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan pengetahuan konservasi, maka manusia akan lebih mamu memahami kompleksitas ekosistem alami sehingga menyadari bahwa sumberdaya alam perlu dikelola secara hati-hati dan dengan hati nurani agar tetap lestari meskipun sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan secara terus menerus. Dengan pengetahuan ekonomi, manusia akan mampu menentukan pilihan-pilihan aktivitas ekonomi yang paling rasional dalam penggunaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya secara

berkelanjutan. Berdasarkan 5 prinsip diatas atau dengan memahami esensi konservai dan ekonomi, maka dikotomi antara konservasi dan ekonomi tidak akan terjadi, karena konservasi mendukung keberlanjutan ekonomi. Mewujudkan sistem pengelolaan kawasan konservasi efektif memang tidaklah mudah bagi manajemen dan para stakeholder-nya. Akan tetapi dengan kesungguhan maka tugas berat akan dapt disiasati. Dengan meningkatkan capacity building organisasi dan sumberdaya manusianya, maka tugas terebut akan teratasi.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Hambatan memahami manfaat ekonomi konservasi : Mengacu pada Dixon dan Sherman (1990),sumberdaya alam hayati dan jasa lingkungan kawasan konnservasi tidak memiliki harga pasar yang jelasdisebabkan oleh karakteristiknya, antara lain: a. Non-rivalry (tak tersaingi) : tidak ada persaingan dalam mengkonsumsi jasa-jasa lingkungan yang diberikan oleh kawasan konservasi , sebagaicontoh , konsumsi satu orang terhadap jasa lingkungan dari produk wisata(keindahan ala,suasana nyaman) tdk mengurangi jumlah produk dan jasayang tersedia sehingga sumberdaya alam dan jasa lingkungan tsbterkesan tidak bernilai ekonomi karena tidak termasuk barang/produklangka. b. Non-excludability (tidak ekslusif),yaitu masyarakat umum memilki aksesyang terbuka terhadap sumberdaya.kondisi ini membawa implikasi bahwaproduk dan jasa lingkungan tidak memiliki harga pasar, atau untukmendapat manfaat produk/jasa, maka orang tidak harus membeli secaralangsung dgn harga tertentu. Sbg contoh untuk mengkonsumsi ataumemanfaatkan air domestik dan air pertanian, ,masyarakat cukupmengeluarkan biaya pengadaan yang nilainya relatif kecil. c. Off-side effect (berdampak lingkungan luar) yaitu manfaat kawasan konservasi dapat menyebar ke tiingkat local, masional dan global. Dengan demikian, tanpa harus membayar, maka orang yang bertempat tinggal jauh dari lokasi juga akan menikmati manfaatnya. d. Uncertainty (ketidakpastian), data dan informasi mengenai nilai potensi manfaat kaasan konservasi pada umumnya tidak lengkap atau dinilai secara tidak benar. Sebagai contoh, nilai ekonomi kawasan konservasi hanya diukur dari harga tiket masuk kawasan yang relative sangat murah sedangkan jumlah pengnjung kawasan konservasi relative sangat sedikit. e. Irreversibility (ketidakpulihan), apabila kawasn konservasi sudah rusak, maka sangat sulit untuk pulih lagi, meskipun dapat pulih kembali memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar. Kondisi inibelum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat di sekitar kawasan sehingggaperilaku yang sifatnya negatif seperti kegiatan PETI, penebangan pohon, danperambahan hutan masih sering terjadi di dalam kawasan konservasi. Penggolongan nilai manfaat ekonomi Nilai adalah harga yag diberikan seseorang atau masyarakat terhadap manfaat sumberdaya alam hayati dan jasa lingkungan suatu kawasan konservasi. Mengadaptasi Pearce (1992)

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan dalam Munasinghe (1993) dan effendi (2001), klasifikasi nilai-nilai tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : Nilai penggunaan, nilai ini terdiri dari nilai penggunaan langsung dan nilai penggunaan tidak langsung. Nilai pilihan, nilai ekonomi yang didasarkan atas potensi nilai manfaat sumberdaya alam hayati kawasan konservasi dimasa yang akan datang, sedangkan saat ini, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi maka nilai manfaat ekonominya belum ada atau dapat dikatakan, nilai pilihan adalah n i l a i ekonomi yang masih tersimpan . Nilai non-penggunaan, terdiri dari nilai warisan dan nilai keberadaan. Nilai wrisan adalah nilai yang didasarkan pada suatu keinginan individu atau masyarakat untuk mewariskan kawasan konservasi kepada generasi yang akan datang. Sedangkan nilai keberadaan adalaj nilai yang diberikan individu atau masyarakat terhadap keberadaan kawasan konservasi. Contohnya adalah Keberadaan ekosistem kawasan konservasi memberikan manfaat spiritual, Keberadaan kawasan konservasi

memberikanmanfaat estetika, dapat ditunjukan dari keindahan. Keberadaan kawasan konservasi memberikan manfaat kultural atau budaya. Mengukur nilai manfaat ekonomi : Kebutuhan untuk melihat kontribusi manfaat ekonomi kawasan konservasi terhadap pembangunan ekonomi regional. Kebutuhan untuk menjelaskan bahwa konservasi dan pembangunan ekonomi bukan posisi harus memilih (trade off) akan tetapi berada pada posisi yang saling menguatkan. Kebutuhan untuk mengusahakan alokasi sumberdaya yang lebih baik untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi. 3.3 Permasalahan Konservasi Kawasan Perkotaan

Permasalahan Pencemaran dan Perekonomian Masyarakat Pesisir Menurut Dr. Ir. Mukhtasor, M.Eng. dalam buku Pencemaran Pesisir dan Laut, salah satu kawasan konservasi di Kota Surabaya adalah Pamurbaya (Pantai Timur Surabaya) yang meliputi hutan mangrove. Permasalahan terkait ekonomi di kawasan ini adalah gangguan ekosistem pesisir yang merugikan tambak dan budidaya ikan di wilayah-wilayah sepanjang pantai.Mangrove mempunyai peranan ekologis, ekonomis, dan sosial yang sangat penting dalam mendukung pembangunan wilayah pesisir.Sumber permasalahan

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan perekonomian di wilayah pesisir terletak pada penerapan teknologi kelautan di sektor industri di kawasan pesisir yang berpengaruh terhadap perubahan sosial-ekonomi-lingkungan di kawasan pesisir. Berikut adalah skema persoalan perekonomian dalam konteks persoalan pembangunan pesisir.

Kemiskinan

Tekanan Kependudukan

Tekanan Lingkungan

Persoalan di atas disebabkan oleh konsentrasi kegiatan pembangunan pada sebagian kecil wilayah pulau dan perkotaan, sehingga terjadi kesenjangan spasial yang luas termasuk akses pada sumber daya ekonomi. Masalah pencemaran ini diperparah oleh kenyataan bahwa masyarakat pesisir, yang mengalami deprivasi terhadap sumber daya ekonomi primer seperti tanah, modal, dan sumberdaya sosial politik, serta daya jual kawasan pesisir sebagai sektor pariwisata kota Surabaya semakin berkurang. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dari pihak terkait mengenai kondisi perekonomian, sosial, dan lingkungan di kawasan pesisir agar kebijakan yang diambil tidak berpihak pada salah satu sektor perekonomian saja. Dalam hal ini dapat digunakan metode LQ dan SSA untuk menentukan sektor yang menjadi unggulan di kawasan pesisir serta arah pertumbuhan sektor-sektor tersebut dalam mendukung perekonomian Kota Surabaya.

Permasalahan Kawasan Sempadan Sungai dan Perekonomian Kota Surabaya Menurut H.R. Mulyanto pada salah satu bukunya berjudul Buku Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu, salah satu kawasan konservasi kota yang terdapat di Kota Surabaya adalah kawasan sempadan sungai. Kota Surabaya memiliki beberapa sungai besar yang alirannya merupakan drainase utama Kota Surabaya. Permasalahan terkait kawasan sempadan sungai ini adalah pinggiran sungai yang dijadikan permukiman oleh

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan warga kota Surabaya dimana penduduknya terbiasa membuang sampah dan limbah rumah tangga langsung ke sungai. Ditilik dari sejarah kota Surabaya memang berkembang sebagai water front city karena transportasi utama pada masa lampau adalah transportasi air. Maka jelas perkembangan permukiman dan perekonomian kota Surabaya berawal dari pelabuhanpelabuhan dan sungai. Tidak heran jika permukiman di pinggiran sungai tetap ada. Potensi sungai di Kota Surabaya tidak hanya tersedia untuk manusia saja tetapi juga tersedia bagi kesetimbangan lingkungan bahkan untuk dimanfaatkan sungainya sendiri bagi kelestariannya. Namun jika potensi tersebut tidak dimanfaatkan dengan benar maka potensi tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan yang akan berdampak pada masalah perekonomian. Seperti contohnya jika pemanfaatan sungai disalahgunakan dan terlalu banyak kepentingan yang harus dilayani, maka kecenderungan mendapatkan cost recovery dengan cepat dan akan menimbulkan beberapa kesalahan perencanaan, dalam hal ini perekonomian Kota Surabaya, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan sistem distribusi menjadi lebih mahal karena cepat rusaknya jaringan-jaringan pasokan dan distribusi yang akan memakan biaya yang besar dari anggaran pemerintah Kota Surabaya. Dalam menyediakan, mengelola, dan memelihara sarana pemanfaatan dan pemenuhan kebutuhan air dibutuhkan biaya sehingga potensi sumber daya sungai khususnya air harus diperlakukan dan dikelola sebagai barang ekonomi. Oleh karena itu kelestariannya perlu dijaga agar biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir dan biaya lainnya dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat Kota Surabaya. Itulah mengapa perlu adanya kebijakan dan implementasi yang benar dan ketat untuk kawasan sempadan sungai, selain untuk keselamatan warga kota Surabaya juga untuk menjaga kelestarian sungai.

Permasalahan Kawasan Konservasi Mangrove dan Perekonomian Masyarakat Pesisir di Pamurbaya Pamurbaya termasuk kawasan konservasi Kota Surabaya yang memiliki nilai ekonomis karena memiliki ekosistem yang beragam dan didalamnya terdapat hutan mangrove. Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem yang unik merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial, mendukung hidupnya keanekaragaman flora dan fauna komunitas terestris akuatik yang secara langsung atau tidak langsung berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan (ekologi). Dari sudut fungsi ekologis dan ekonomi, mangrove tak ternilai harganya. Berbagai biota pesisir dan laut (ikan, udang, kerang, dan lain-lain) dapat dimanfaatkan sebagai

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat pesisir serta dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata (dengan konsep ekowisata) yang dapat berkontribusi dalam peningkatan PDRB Kota Surabaya jika dikembangkan, dimanfaatkan, dan dilestarikan dengan benar. Keberhasilan pengelolaan hutan mangrove akan berdampak pada adanya

peningkatan pembangunan ekonomi khususnya dalam bidang perikanan, pertambakan dan eko-wisata.Dari segi ekonomi, di lokasi sekitar hutan mangrove bisa digunakan untuk tambak udang dan budidaya ikan air payau dan diperkirakan terdapat 1.211.309 hektare lahan yang bisa dijadikan sebagai lahan tambak. Sebelum krisis moneter Industri perikanan dan tambak udang merupakan salah satu industri yang menggiurkan, tetapi, setelah terjadi krisis terjadi pembukaan hutan mangrove semakin menjadi-jadi untuk mempertahankan pendapatan mereka. Sampai dengan tahun 1997, luas tambak yang ada sekitar 39,78 %. Kenaikan ratarata pertambahan luas tambak di Indonesia sekitar 3,67 % per tahun. Berdasarkan data Ditjen Perikanan (1998), luas tambak sekitar 344.759 hektare atau perkiraan luas tambak tahun 2000 sebesar 360.000 hektare. Namun demikian luas hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak diperkirakan lebih dari itu. Jika kawasan ini terus dikonversi maka pendapatan masyarakat pesisir berkurang dan masyarakat akan beralih profesi yang memungkinkan adanya pengangguran. Persepsi lain, bahwa mangrove tidak dipandang sebagai sumberdaya yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi bila dibandingkan dengan usaha budidaya perikanan. Hal tersebut diperburuk dengan hasil-hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa keberadaan mangrove secara alami tidak menguntungkan apabila dibandingkan dengan mengkonversi untuk tujuan pengembangan budidaya perikanan. Namun jika kawasan pamurbaya dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, bagi kegiatan ekonomi, mata pencaharian penduduk akan bertambah sehingga meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat pesisir, dan tidaklah mustahil bila mereka akan berganti profesi pekerjaan dari menjadi petani tambak udang yang selama ini terus membuka lahan mangrove untuk tambak menjadi penyedia jasa pariwisata mangrove di daerah kawasan hutan mangrove pantai pesisir Surabaya Timur. PENDEKATAN BIOREGION DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Konsep pelestarian yang modern adalah pemeliharaan dan pemanfaatan

sumberdaya bumi secara bijaksana. Penetapan dan peng elolaan kawasan yang dilindungi adalah salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin agar sumberdaya alam bumi dapat dilestarikan, sehingga sumberdaya ini dapat lebih memenuhi kebutuhan manusia di masa mendatang. Usaha pelestarian sumberdaya alam yang terpulihkan seperti hutan dapat dicapai melalui beberapa usaha yang pada intinya berprinsip untuk menjaga proses -proses

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan yang bekerja pada sistem penopang kehidupan. Hal tersebut tentunya akan lebih mudah tercapai jika pemerintah, sektor industri dan masyarak at luas mendukung strategi perlindungan spesies dan ekosistemnya secara menyeluruh. Konsep Bioregion dan Pengelolaannya Secara ekologi, dampak dari sembarang kegiatan pembangunan yang tidak terkontrol di mana saja kegiatan itu berada , memiliki potensi yang dapat merusak ketersediaan sumber daya alam. Mengingat hal tersebut maka suatu pola dan sistem pengelolaan sumberdaya alam yang berasaskan k elestarian sangat mendesak untuk diterapkan dimana salah satunya melalui pendekatan bioregion dan atau ekosistem. Bioregion adalah kawasan atau wilayah geografis yang relatif luas dan memiliki bentang alam serta kekayaan jenis keanekaragaman hayati yang ti nggi dimana proses lingkungan alaminya mempengaruhi fungsi -fungsi ekosistem didalamnya. Bioregion terkait dengan sistem bentang alam, karateristik resapan air, bentukan lahan, spesies tumbuhan dan satwa dan budaya manusia. Definisi diatas menunjukan bahwa suatu batasan bioregion ditentukan bukan oleh batas secara politik, akan tetapi oleh batas geografis dari komunitas manusia dan sistim lingkungan yang bekerja didalamnya. Luas suatu bioregion bisa mencapai ribuan hingga ratus ribuan hektar , bisa juga tidak lebih dari luas suatu daerah tangkapan air atau bisa seluas satu propinsi atau negara bagian. Pada kasus -kasus tertentu batasannya bisa mencakup dua atau lebih negara bergantung pada permasalahan. Luas area ini harus cukup besar guna mempertahankan integritas komunitas biologi wilayah tersebut, habitat dan ekosistem; untuk menyokong proses -proses ekologi yang penting seperti siklus nutrien; untuk menjaga habitat dari spesies -spesies penting; dan juga mencakup komunitas manusia yang terli bat di dalam pengelolaan, penggunaan, dan memahami proses-proses biologi. Wilayah ini juga harus cukup kecil dengan pengertian agar masyarakat lokal bisa juga memperhatikan dan juga terlibat secara aktif didalam pengelolaannya. Pengelolaan wilayah dan sumberdaya alam dengan menggunakan pendekatan bioregion memberikan keuntungan-keuntungan baik dari segi ekologi, ekonomi maupun sosial. Hal ini disebabkan karena dalam pemanfaatan tersebut ada keterkaitan antara komponen biologi serta ekosistem dan manusia yang merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk menjamin keberlanjutan dari proses-proses alam yang terjadi pada wilayah tersebut, dimana d alam pendekatan ini wilayah dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Sebagai contoh, wilayah dapat dibagi atas mintakat -mintakat tertentu sesuai keunikan, sensitifitas, biota endemik atau proses -proses penunjang kehidupan lainnya. Pembagian wilayah atas zona inti, zona penyanggah dan zona pemanfaatan adalah contoh penggunaan konsep bioregion dalam pengelolaan suatu wilayah dan sumberdaya alamnya. Konsep pengelolaan sumberdaya alam melalui pendekatan bioregion tidak berbeda jauh dengan pengelolaan berbasis ekosistem. Pengelolaan ekosistem sebagai

pengintegrasian prinsip-prinsip ekologis, ekonomis, dan sosial dalam pengelolaan sistem biologi dan fisik dalam suatu cara melindungi, menjaga dan mempertahankan keberlanjutan ekologis, keanekaragaman alami dan produktivitas dari suatu bentang alam. Dengan pendekatan ekosistem dan/atau bioregion, pengelolaan dilakukan dalam suatu kesatuan bentang alam yang dibatasi menurut batas -batas ekologis dan bersifat spesifik lokasi dimana keberlangsungan dan kelestarian fungsi ekosistem mencakup fungsi fungsi ekologis, ekonomi dan sosial menjadi perhatian utama yang diimplementasikan dalam tindakan -tindakan pemulihan, pembinaan dan pemanfaatan secara lestari melalui pengintegrasian multidi siplin. Khusus untuk sumberdaya hutan, dasar dan alasan mengapa hutan perlu dikelola berdasarkan pendekatan bioregion dan/atau ekosistem tertuang dalam karakteristik khas pengelolaan hutan, yaitu: (1) jasa lingkungan sebagai keluaran yang mutlak hadir dalam pengelolaan hutan, (2) hutan bersifat multifungsi yang memerlukan pendekatan optimalisasi, (3) hasil dan produksi kayu oleh hutan bersifat melekat pada pohon penyusun tegakan hutan itu sendiri, (4) dimensi waktu dalam pengelolaanya yang bersifat tidak te rhingga dan, (5) proses pemulihan kondisi tegakan yang lebih mengandalkan faktor -faktor alamiah. Pendekatan Bioregion dalam Pengelolaan Kawasan (hutan) Konservasi Bagaimana halnya dengan pengelolaan kawasan (hutan) konservasi berbasis bioregion dan/atau ekosistem?. Seperti yang telah dikemukakan diatas, pendekatan ekosistem memiliki inti pengelolaan lestari dan berkelanjutan dalam arti sederhananya sumberdaya alam yang dikelola tidak lah hilang pada satu atau beberapa periode pengelolaan melainkan masih dapat dinikmati oleh generasi - generasi berikutnya. Sering muncul pertanyaan-pertanyaan retoris perlukah kawasan (hutan) konservasi dikelola dengan prinsip lestari atau atas dasar pendekatan bioregion dan/atau ekosistem?. Sebagian

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan besar tentu akan menjawab perlu, tetapi atas dasar apa dan bagaimana mencapai kondisi pengelolaan yang lestari tersebut belum tentu dapat dipahami oleh sebagian besar orang. Kawasan hutan yang memiliki nilai konservasi tinggi adalah kawasan hutan ya ng memiliki satu atau lebih ciri ciri berikut: 1. Kawasan hutan yang mempunyai konsentrasi nilai -nilai keanekaragaman hayati yang penting secara global, regional dan lokal (misalnya spesies endemi, spesies hampir punah, tempat menyelamatkan diri (refugia)). 2. Kawasan hutan yang mempunyai tingkat lanskap yang luas yang penting secara global, regional dan lokal, yang berada di dalam atau mempunyai unit pengelolaan, dimana sebagian besar populasi species, atau seluruh species yang secara alami ada di kawasan tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan kelimpahan alami. 3. Kawasan hutan yang berada di dalam atau mempunyai ekosistem yang langka, terancam atau hampir punah. 4. Kawasan hutan yang berfungsi sebagai pengatur alam dalam situasi yang kritis (e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi). 5. Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (mis, pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan) , dan 6. Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang penting yang diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan). Konsep kelestarian yang terkandung dalam prinsip pengelolaan hutan lestari mengandung arti kelestarian fungsi ekosist em hutan secara utuh dan menyeluruh (holistic). Penerapan konsep ini dalam tindakan pengelolaan hutan memerlukan pendekatan pengelolaan yang bersifat terpadu ( integrated) pada tingkat kesatuan bentang alam ( landscape) ekologi tertentu. Sifat suatu bioregion adalah adanya keterkaitan dan interaksi antara komponen komponen penyusunnya termasuk manusia, maka ketika terjadi intervensi kegiatan manusia dalam sistem bioregion dapat memberikan beberapa pengaruh terhadap komponen-komponen lain dan proses yang beker ja dalam sistem boregion tersebut. Dengan alasan diatas, maka dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi, proses pengambilan keputusan harus dilakukan setelah mengevaluasi seluruh kemungkinan akibat yang mungkin terjadi terhadap komponen dan proses dari kesatuan-kesatuan ekosistem dan bioregion lain yang berbatasan.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Konsep pendekatan bioregion dalam pengelolaan kawasan (hutan) konservasi dapat dicapai melalui pengadopsian dan penerapan tiga prinsip dasar pengelolaan berbasis ekosistem, yaitu : 1. Prinsip Keutuhan (holistic). Prinsip ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengelolaan kawsan (hutan) konservasi harus mempertimbangkan dan sesuai dengan keadaan dan potensi seluruh komponen ekologi pembentuknya (hayati dan non hayati); kawasan lingkungannya (biofisik, ekonomi, politik, dan sosial -budaya masyarakat), serta memperhatikan dan dapat memenuhi kepentingan keseluruhan pihak yang tergantung dan berkepentingan terhadap kawasan tersebut serta mampu mendukung keber lanjutan keberadaan alam semesta. 2. Prinsip Keterpaduan (Integrated). Prinsip ini mengandung arti bahwa

penyelenggaraan pengelolaan kawasan konservasi harus berlandaskan kepada pertimbangan keseluruhan hubungan ketergantungan dan keterkaitan antara komponen-komponen pembentuk ekosistem hutan serta pihak-pihak yang tergantung dan berkepentingan terhadap kawasan dalam keseluruhan aspek kehidupannya, mencakup : aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial -budaya. 3. Prinsip Keberlanjutan/Kelestarian ( Sustainability). Prinsip ini mengandung arti bahwa fungsi dan manfaat ekosistem kawasan konservasi dalam segala bentuknya harus dapat dinikmati oleh umat manusia dan seluruh kehidupan di muka bumi ini dari generasi sekarang dan generasi yang akan datang secara bekelanjutan dengan potensi dan kualitas yang sekurang-kurangnya sama (tidak menurun). Jadi tidak boleh terjadi pengorbanan (pengurangan) fungsi dan manfaat ekosistem kawasan yang harus dipikul suatu generasi tertentu akibat keserakahan generasi sebelumnya. Prinsip ini mengandung konsekuensi terhadap luasan kawasan, produktivitas dan kualitas yang setidaknya tetap (tidak berkurang) dalam setiap generasinya. Untuk mewujudkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kawasan (hutan) berbasis ekosistem di atas, diperlukan tiga komponen kegiatan dan/atau sikap utama , yaitu : a. Penataan ruang yang bersifat rasional dalam setiap kesatuan bentang alam (landscape scenario). Kesatuan bentang alam yang dipergunakan harus merupakan kesatuan ekologis, bukan kesatuan politik atau administrasi pemerintahan. b. Komitmen yang kuat terhadap tata ruang yang telah disepakati (strong commitment). Seluruh pihak yang berada dan terkait dengan penggunaan ruang dalam setiap

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan kesatuan ekosistem harus memiliki komitmen yang sama dan kuat untuk mempertahankan tata ruang yang sudah disepakati bersama secara konsisten. c. Kebersamaan dalam perumusan kebijakan dan penyelenggaraan program

pengelolaan (colaborative management ). Kebijakan dan program yang akan dilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan dalam setiap ekosistem hendaknya disusun dan dilaksanakan secara bersama dengan memperhatikan prinsip-prinsip hak dan kewajiban yang proporsional dan berkeadilan (sesuai undang-undang), keterbukaan, demokratis, dan bertanggunggugat. Untuk ini, maka pengembangan sistem pengelolaan kolaboratif (colabarative management ) dalam pengelolaan hutan merupakan sebuah kewajiban. Mengingat sifat-sifat biofisik, keadaan ekonomi dan sosial-budaya masyarakat dalam setiap ekosistem bersifat spesifik (berbeda satu sama lain), maka tujuan pengelolaan, rumusan macam -macam bentuk dan intensitas kegiatan pengelolaan harus ditetapkan untuk setiap kesatuan pengelolaannya dan sesuai dengan sifat -sifat biofisik, keadaan ekonomi dan sosial-budaya masyarakatnya (adaptive management).

Pendekatan Bioregion dalam Penetapan Kawasan (hutan) Konservasi Penetapan kategori kawasan yang dilindungi pada umumnya bergantung pada pertimbangan ciri kawasan yang didasarkan pada pengkajian ciri ciri biologis, pertimbangan keunikan ekosistem, pertimbangan keaneka ragaman dan kelimpahan jenis, pertimbangan toleransi atau kerapuhan spesies dan ekosistemnya, pertimbangan hidroorologis,

pertimbangan tipe pemanfaatan kawasan dan pertimbangan kepraktisan pengelolaan. Terda pat beberapa jenis batasan yang tertuang dalam bentuk -bentuk kegiatan yang boleh dilakukan dalam suatu kawasan yang dilindungi berdasarkan tipe kawasan, antara lain: kawasan tanpa akses kecuali untuk pengelolaan perlindungan seperti pemadaman kebakaran, kegiatan penelitian ilmiah yang dibatasi pada kegiatan pengukuran dan pengamatan serta kegiatan penelitian yang menyangkut percobaan skala kecil dan pengkoleksian spesimen untuk keperluan identifikasi, penggunaan terkendali oleh

pengunjung dalam artian dilarang melakukan kegiatan yang mengancam atau menganggu keadaan alam asli, pengumpulan telur, anak, atau hewan dewasa yang berkembang biak untuk industri budidaya margasatwa, pengumpulan kayu mati untuk kayu bakar dan pemanfaatan hasil hutan ikutan lainnya se perti buah dan madu, serta perburuan musiman yang terkendali.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Sepuluh kriteria berikut diadopsi dari Ratcliffe (1977)), yaitu rangkaian kriteria yang dapat digunakan untuk pertimbangan dalam memilih kawasan-kawasan yang dilindungi: 1. Ukuran. Nilai pelestarian dari suatu kawasan adalah fungsi dari ukurannya. Suatu kawasan harus memiliki kecukupan ukuran dan bentuk untuk mendukung seluruh unit ekologi atau populasi flora dan fauna yang lestari, dimana kepentingan pelestarian suatu kawasan meningkat dengan bertambahnya ukuran. 2. Kekayaan dan keanekaragaman. Kekayaan dan keanekaragaman spesies erat kaitannya dengan keanekaragaman habitat sehingga gradien ekologi harus terwakili mengingat pentingnya komunitas transisi yang mereka dukung. 3. Alami. Kawasan dengan pengaruh manusia yang sangat kecil atau kawasan kawasan yang memiliki kemampuan khas untuk pemulihan secara alami harus dikategorikan sebagai kawasan yang bernilai tinggi. 4. Kelangkaan. Kelangkaan spesies akibat kebutuhan habitat yang sangat khusus atau akibat tekanan aktivitas manusia harus dijadikan dasar pelestarian. 5. Keunikan. Suatu kawasan harus dianggap unik apabila memperlihatkan proses alam yang khas. 6. Kerapuhan. Nilai kepekaan dari suatu habitat, spesies dan komunitas terhadap perubahan lingkungan. 7. Pelestarian plasma nutfah 8. Daya tarik intrinstik 9. Kepentingan. Suatu kawasan mungkin perlu dilindungi karena kawasan tersebut melindungi daerah tangkapan air yang vital atau merupakan komponen habitat musiman dari spesies migran. 10. Nilai potensial. Kawasan yang pernah dikenal luar biasa tetapi rusak pada saat ini, dimana dirasakan memiliki potensi untuk polih kembali dengan pengelolaan dan perlindungan yang tepat.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

BAB IV Kesimpulan
Konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang (Rijksen,1981). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter (Adishakti, 2007). Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaa\t lakin bagi pemilik atau masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain : a. Memelihara dan melindungi lingkungan atau tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. c. Melindungi benda dan lingkungan cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perwatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Konsep pelestarian yang dinamik tidak hanya mendapatkan tujuan

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan pemeliharaan bangunan tercapai namun dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan lain bagi pemakainya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam, dibutuhkan solusi yang tepat dalam menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta memastikan manajemen asset alam yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Konservasi tidak bisa lagi diartikan sebagai pengelolaan kawasan konservasi saja. Konservasi menuju cakupan yang lebih luas yang meliputi pembangunan berkelanjutan, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan pendekatan lansekap. Konservasi merupakan proses sosial dan politik, dan bukan hanya satu arah. Nilai sosial dan budaya mempengaruhi keputusan manajemen dalam proyek konservasi. Selain itu, inisiatif konservasi juga memegang peranan dalam lingkungan sosial ekonomi, membantu membentuk hubungan antara individu dan lingkungan hidupnya, serta mempengaruhi penghidupan mereka baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberhasilan konservasi berhubungan erat dengan : 1. Kemampuan untuk memahami konteks sosial-ekonomi dan dinamikanya di tempattempat dimana praktek dan kegiatan konservasi diterapkan. 2. Kemampuan untuk mempengaruhi proses dalam membangun keadilan sosial dan pola pemerintahan yang baik dalam manajemen sumber daya alam. 3. Kemampuan untuk meminimalkan efek negatif yang berimbas terhadap mata pencaharian masyarakat dimana inisiatif konservasi diimplementasikan. Pada ekosistem hutan, pada umumnya konflik konservasi muncul antara satwa endemik dan pengusaha HPH (Hak Pengusaha Hutan). Karena habitatnya menciut dan kesulitan mencari sumber makanan, akhirnya satwa tersebut keluar dari habitatnya dan menyerang manusia. Konflik konservasi muncul karena : Penciutan lahan dan kekurangan sumber daya alam; Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada sumber daya alam meningkat (sebagai contoh, penduduk Amerika butuh 11 Ha lahan per orang, jika secara alami; Sumber daya alam diekstrak secara berlebihan sehingga menggeser keseimbangan alam; Masuknya jenis luar yang invasif, baik flora maupun fauna, sehingga mengganggu atau merusak keseimbangan alam yang ada;

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan Kemudian, konflik akan bertambah semakin parah apabila : Sumber daya alam berhadapan dengan batas-batas politik; Pemerintah dengan kebijakan tata ruang yang tidak berpihak pada prinsip pelestarian sumber daya alam dan lingkungan; Perambahan dengan latar kepentingan politik untuk mendapatkan dukungan suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai sumber keuangan illegal. Pada permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa antara lain : a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dari pihak terkait mengenai kondisi

perekonomian, sosial, dan lingkungan di kawasan pesisir agar kebijakan yang diambil tidak berpihak pada salah satu sektor perekonomian saja. Dalam hal ini dapat digunakan metode LQ dan SSA untuk menentukan sektor yang menjadi unggulan di kawasan pesisir serta arah pertumbuhan sektor-sektor tersebut dalam mendukung perekonomian Kota Surabaya. b. Dalam menyediakan, mengelola, dan memelihara sarana pemanfaatan dan pemenuhan kebutuhan air dibutuhkan biaya sehingga potensi sumber daya sungai khususnya air harus diperlakukan dan dikelola sebagai barang ekonomi. Oleh karena itu kelestariannya perlu dijaga agar biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir dan biaya lainnya dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat Kota Surabaya. Itulah mengapa perlu adanya kebijakan dan implementasi yang benar dan ketat untuk kawasan sempadan sungai, selain untuk keselamatan warga kota Surabaya juga untuk menjaga kelestarian sungai. c. Keberadaan mangrove secara alami tidak menguntungkan apabila dibandingkan dengan mengkonversi untuk tujuan pengembangan budidaya perikanan. Namun jika kawasan pamurbaya dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, bagi kegiatan ekonomi, mata pencaharian penduduk akan bertambah sehingga meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat pesisir, dan tidaklah mustahil bila mereka akan berganti profesi pekerjaan dari menjadi petani tambak udang yang selama ini terus membuka lahan mangrove untuk tambak menjadi penyedia jasa pariwisata mangrove di daerah kawasan hutan mangrove pantai pesisir Surabaya Timur.

Konservasi Kawasan Perkotaan


Aspek ekonomi dalam konservasi lingkungan

BAB V Daftar Pustaka


http://id.shoving.com/writing-and-speaking\/presenting/2061466-pengertiankonservasi/#ixzz1JeBaWYIg http://kakaadid.blogspot.com Lichfield, N. (1988). Economics in Urban Conservation. Cambridge: Cambridge University Press. Benhamou, F. (2001). Who Owns Cultural Good? The Case of The Built Heritage. 58. Kocabas, A. (2006). Urban Conservation in Istanbul: Evaluation and Re-Conceptualisation. Habitat International , 126. Allison, G., S., Ball, P. Cheshire, A. Evans and M. Stabler (1996), The Value of Conservation, London: English Heritage. Adiwijaya, Hendra. (2006). Kondisi Mangrove Pantai Timur Surabaya dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 14. Mutaqin, Ammirudin., Rohani, Mariana N. (2005). Upaya Rehabilitasi Mangrove di Pantai Timur Surabaya. 7. Azizah, R., dkk. (2011). The Sustainability of Pamurbaya Mangrove Forest Ecosystem at East Java Indonesia. 6. Mukhtasor. (2006). Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT Pradnya Paramita Mulyanto, H.R. (2007). Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu. Yogjakarta: Graha Ilmu

You might also like