You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang atau stimulus dari luar dirinya.[1] Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.[1] Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.[2]

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri intelegensi yaitu : 1. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung). 2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.[2] Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling keterkaitan. Di mana biasanya individu yang memiliki intelegensi yang tinggi dia akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan.[3] Namun perlu ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana kita sering salah tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut Claparde dan Stern adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan

kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.[3]

1.2.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan disusunnya makalah ini adalah : 1. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa keperawatan dalam bidang psiokologi. 2. Untuk memberikan pemahaman bagi mahasiswa keperawatan tentan persepsi, emosi dan intelegensi.

1.3.

RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam makalah ini mengenai persepsi, intelegensi dan emosi.

BAB II ISI
2.1. PERSEPSI
Persepsi adalah proses pengorganisasian, pengenterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. [1] Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsangan. [1] Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu. [1] Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence yang juga bersalal dari bahasa Latin yaitu Intellectus dan Intelligentia. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan Nous, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut Noeseis. [2] Kata emosi diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi adalah pengalaman yang bersifat subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang individu. Emosi berhubungan dengan konsep psikologi lain seperti suasana hati, temperamen, kepribadian, dan disposisi. Al-Ghazali mendefinisikan emosi merupakan kumpulan perasaan yang ada dalam hati manusia. Jadi emosi identik dengan perasan. Perasaan gembira, sedih, takut, benci, cinta dan amarah merupakan bentuk emosi. Firman Allah yang berhubungan dengan perasaan dan emosi.

2.1.1

MACAM-MACAM PERSEPSI Ada dua macam persepsi, yaitu : a) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. b) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.[1]

2.1.2

GANGGUAN PERSEPSI Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi. A. Penyebab Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik, gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi; dan pengaruh lingkungan sosio-budaya, sosio-budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosio-budaya yang berbeda. B. Macam-Macam Gangguan Persepsi Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu : halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologik dan agnosia. C. Halusinasi atau maya Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsangan apapun pada pancaindera seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnyam mungkin organik, fun gsional, psikotik ataupun histerik. Oleh karena itu, secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu. D. Jenis-jenis halusinasi a. Halusinasi penglihatan Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang, barang atau benda

Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar, kilatan, atau pola cahaya Apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna

b. Halusinasi auditif/halusinasi akustik Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara barang, suara mesin, suara musik, dan suara kejadian alami. c. Halusinasi olfaktorik Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu. d. Halusinasi gustatorik Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang suatu yang dimakan. e. Halusinasi taktil Halusinasi yang seolah merasa diraba-raba, disentuh, dicolek-colek, ditiup, dirambati ulat, dan disinari. f. Halusinasi kinestik Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya. g. Halusinasi viseral Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam. h. Halusinasi hipnagogik Persepsi bekerja yang salah yang terdapat pada orang yang normal, terjadi sebelum tidur. i. Halusinasi hipnopompik Persepsi sensorik bekerja yang salah, pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur. j. Halusinasi histerik Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.[1]

Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interpretasi pasien tentang halusinasinya, seperti mengancam, menyalahkan, keagamaan, menghinakan,

kebesaran, seksual, membesarkan hati, membujuk atau hal-hal yang baik.[1] Hal-hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skizofrenia, psikosis fungsional, sindrom otak organik (SOO), apilepsi, neurosis histerik, intoksikasi atropin atau kecubung, dan halusinogenik.[1] Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sungguh-sungguh terjadi karena adanya rangsang padapancaindera.[1] Depersonalisasi ialah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata.[1] Derealisasi ialah perasaan aneh tentang lingkungan disekitar dan tidak menurut kenyataan sebenranya.[1] Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, secara harfiah soma artinya tubuh,dan sensorik artinya mekanisme neuroligis yang terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional.[1] Gangguan psikofisiologik ialah gangguan pada tubuh yang dipersarafi oleh susunan saraf yang berhubungan dengan kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi.[1] Agnosia ialah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.[1] 2.1.3 PROSES TERJADINYA PERSEPSI Persepsi melewati tiga proses, yaitu : a. Proses fisik (kealaman) Objek stimulus reseptor atau alat indera b. Proses fisiologis stimulus saraf sensori otak c. Proses psikologis proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima

Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut : [1]

Objek

Stimulus

Resptor

Saraf sensorik

Otak

Saraf motorik

Persepsi

2.2

INTELEGENSI
Orang berfikir menggunakan pikiran (intelek)-nya. Cepat tidaknya dan

terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan intelegensinya. Dilihat dari intelegensi, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, pandai sekali/cerdas (genius) atau dungu (idiot).[4] Intelegensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.[4] William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut : Intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.[4] William Stren berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Juga Prof. Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, mengatakan bahwa menurut penyelidikannya belum dapat membuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berpikir hanya diartikannya, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir bertambah baik.[4] Dalam pada itu pendapat-pendapat baru membuktikan pada intelegensi pada anak-anak yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yang lebih tepat. Juga

kenyataan membuktikan bahwa daya pikir anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah.[4] Definis Intelegensi menurut beberapa ahli : Alfred Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu 1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan 2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan 3. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism Super dan Cities mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar dari pengalaman. J. P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. George D. Stoddard (1941) menyebutkan intelegensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan: 1. Mengandung kesukaran 2. Kompleks 3. Abastrak 4. Diarahkan pada tujuan 5. Ekonomis 6. Bernilai sosial

Garett

(1946)

mendefinisikan

setidak-tidaknya

mencakup

kemampuan-

kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. Bischof, psikolog Amerika (1954) mendefinisikan kemampuan untuk

memecahkan segala jenis masalah. Lewis Hedison Terman memberikan pengertian intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik (lih. Hariman, 1958). David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Thorndike (lih. Skinner, 1959) sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan pendapatnya bahwa orang dianggap intelegen apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. Freeman (1959) memandang intelegensi sebagai 1. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman, 2. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, 3. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan

memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, dan 4. Kemampuan untuk berpikir abstrak. Heidenrich (1970) mendefinisikan kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah. Sorenson (1977) intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Suryabrata (1982) intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi.

Walters dan Gardnes (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi seksistensi suatu budaya tertentu. Dalanm psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan

alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan istilah Psikotest. Hasil pengukuran intelegensi biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu yang dapat menyataakan tinggi rendahnya intelegensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence Quotioent).[3]

2.2.1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGANSI a. Pengaruh faktor bawaan Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 + 0,20 ). b. Pengaruh faktor lingkungan Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). c. Stabilitas intelegensi dan IQ Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.

10

d. Pengaruh faktor kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya. e. Pengaruh faktor pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. f. Minat dan pembawaan yang khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. g. Kebebasan Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang individu, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.

2.3

EMOSI
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, motion, dari mouvoir,

'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. "Motivasi" juga diturunkan dari movere.[5] Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yakni emotion. Dalam kamus, kata emotion digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Misalnya Anda merasakan perasaan yang kuat dan menyenangkan saat bersama seseorang,

11

mungkin Anda menganggap diri Anda sedang dalam keadaan emosi. Jenisnya, emosi cinta.[5] Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku. Emosi adalah pengalaman yang bersifat subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang individu. Emosi berhubungan dengan konsep psikologi lain seperti suasana hati, temperamen, kepribadian, dan disposisi.[5] Emosi yang tak terkendali hanya akan merugikan diri sendiri. Selain menyebabkan energi Anda terkuras habis, Anda akan dicap tidak kuat mental dan tidak dewasa. Makanya, jika Anda digelayuti berbagai masalah, cobalah jangan hanyut dalam emosi, kendalikan diri. [5]

2.3.1

MACAM-MACAM EMOSI Takut: Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya kondisi ketakutan pada suatu obyek yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap atau sepi. Khawatir: Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau khayalan. Dalam pikiran dan keyakinan kita diyakini konkret keberadaannya. Kekhawatiran muncul kalau intensitas ketakutan

meningkat. Misalnya, khawatir kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian. Marah: Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakukan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam interaksi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, otot menegang. Sebal: Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul berkaitan dengan hubungan antarpribadi,

12

misalnya kita sebal melihat tingkah teman atau si pacar yang enggak perhatian. Frustrasi: Frustrasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannnya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustrasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respons positif terhadap rasa frustrasi kalau mampu memahami sumber-sumber frustrasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada obyek lain serta penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas hidupnya. Cemburu: Cemburu adalah suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini muncul didasarkan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita yang sangat berarti bagi diri kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama orang lain atau sahabat kita mulai dekat dengan teman lain. Iri Hati: Emosi ini ditunjukkan pada orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal ini bisa menjadi hal yang berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri karena melihat si A lebih cantik, kaya, populer daripada kita. Duka cita: Duka cita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi. Afeksi atau Sayang: Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan obyeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalau kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin dimiliki dan dicintai.

13

Bahagia: Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.[5]

2.3.2

SEBAB PERBEDAAAN EMOSI Terjadinya perbedaan emosi dikarenakan oleh : a. Emosi itu sangat dalam, misalnya antara yang sangat marah dengan yang takut, mengakibatkan aktifitas badan yang sangat tinggi. b. Seseorang dapat memahami dan mengahayati emosi dengan berbagai cara, misalnya, perbedaan individu jika marah, mungkin dia gemetar mungkin memaki-maki dan mungkin lari. c. Istilah yang diletakan pada emosi yang didasarkan pada sifat rangsang bukan pada keadaan, misalnya takut adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, marah adalah emosi yang timbul terhadap suatu yang menjengkelkan. d. Emosi subyektif dan intropeksi sukar dikenali karena akan dipengaruhi oleh lingkungan.

2.3.3 PERUBAHAN TUBUH SAAT TERJADI EMOSI


Terpesona : Reaksi elektris pada kulit. Marah : Peredaran darah bertambah cepat. Terkejut : Denyut jantung bertambah cepat. Kecewa : Bernafas panjang Cemas : Air liur mengering Takut : Berdiri bulu roma Tegang : Terganggu pencernaan, otot tegang dan bergetar.

14

2.3.4

MEMELIHARA EMOSI Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan individu, akan

memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif. Dengan merujuk pada pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), di bawah ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif. [6] 1. Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan. 2. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif. [6] 3. Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata juga. [6] 4. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan polapola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat. [6]

2.3.5

PENGENDALIAN EMOSI Lebih baik Anda coba tenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam.

Dan berpikirlah lebih rileks Emang nggak mudah sih, tapi kalau pandai mengelola dan mengendalikan emosi. Orang-orang yang terlatih mengendalikan emosi

15

umumnya tidak pernah panik dalam menghadapi situasi apapun. Hal ini tentu cukup mempengaruhi kualitas kerja Anda. Orang-orang yang mampu mengendalikan emosi, umumnya bisa menjaga kualitas kerjanya dengan baik pula. Sebaliknya, jika Anda bekerja dalam keadaan emosi yang tidak stabil, membuka peluang besar untuk melakukan kesalahan fatal. Emosi yang terkendali dengan baik, dapat meningkatkan rasa pede anda. [6] Dengan emosi yang terjaga, Anda lebih mudah melakukan tugas apapun dengan lebih baik. Dengan demikian Anda yakin apapun yang akan Anda hadapi dapat Anda selesaikan semaksimal mungkin. Hal ini secara otomatis akan menambah rasa percaya diri anda. Dan tentu saja hal ini sangat diperlukan dalam dunia kerja. [6] Emosi yang berlebihan akan menguras nyaris seluruh energi Anda, lebih dari kegiatan fisik yang Anda lakukan. Karena emosi umumnya membuat pikiran Anda meledak-ledak dan tanpa disadari membuat gerakan Anda sulit terkendali. [6] Emosi yang terkendali lebih menghemat energi Anda. Sehingga Anda tidak mudah lelah dan selalu siap dengan aktivitas sehari-hari. Hal yang sangat menguntungkan, jika Anda pandai mengelola dan mengendalikan emosi, Anda akan lebih sehat baik fisik maupun mental. [6] Orang-orang yang sering dilanda emosi banyak dihinggapi penyakit. Selain penyakit mental seperti stres dan depresi, mereka juga dijangkiti penyakit fisik yang cukup berat seperti hipertensi, alergi, maag, migrain, dll. Nah kalau Anda terlatih mengendalikan emosi, stres dan segala macam penyakit ini akan menjauh dari kehidupan Anda. Pikiran dan fisik. [6] Dengan segala keuntungan mengendalikan emosi, otomatis akan melancarkan segala aktivitas anda. Baik aktivitas pribadi maupun karir. Emosi dipicu oleh interpretasi terhadap suatu kejadian. Proses emosi dimulai ketika Anda memberikan makna secara pribadi terhadap beberapa kejadian anteseden. Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya teman Anda menipu Anda. Jika Anda menilainya hal biasa, maka mungkin Anda tidak mengalami emosi. Tapi jika Anda menilainya melanggar

16

nilai-nilai perkawanan dan merugikan Anda, maka mulailah Anda kecewa terhadapnya. [6] Reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis yang cukup untuk membuat Anda menyadari adanya perbedaan dalam diri Anda. Misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan sebagainya. [6] Ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Artinya, semua orang memiliki kemiripan dalam mengekspresikan emosi. Ekspresi wajah sedih pada orang Skandinavia, sangat mirip dengan ekspresi wajah sedih pada orang Papua. Demikian juga ekspresi wajah bahagia orang Arab, mirip dengan ekspresi bahagia orang Jawa. [6] Emosi merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi. Emosi membantu adaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Bayangkan jika manusia tidak merasa takut terjun ke dalam jurang. Maka, mungkin kematian manusia adalah hal yang biasa terjadi. Karena adanya takut, maka manusia berupaya menyiasati adanya jurang, mungkin membuat jembatan, membuat pagar pembatas, atau menjauhinya. [6] Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tiba-tiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami. Misalnya Anda bertemu orang asing, maka spontan saja Anda mengalami emosi. Anda tidak akan bisa meniatkan untuk mengalami emosi tertentu. Anda tidak bisa berniat untuk takut saat pergi ke hutan. Nah sampai di sini bisakah Anda menyimpulkan apa yang dimaksud dengan emosi.

17

BAB III PENUTUP


3.1 SIMPULAN
Simpulan dari makalah ini adalah : 1. Persepsi adalah proses pengorganisasian, pengenterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. 2. Dari berbagai pendapat dapat diatas disimpulkan bahwa inteligensi adalah: a. Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar) b. Kemampuan berfikir secara abstrak c. Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional d. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman e. Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari f. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, g. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual h. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasisituasi baru i. Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya. 3. Emosi memiliki jenis yang berbeda-beda. Emosi terdiri dari sedih, takut, jijik, dan terkejut. Ragam emosi tidak memiliki acuan yang sama dan memiliki gradasi yang berbeda. Emosi bukanlah marah, melainkan marah adalah bagian dari emosi. Emosi berkembang karena motif dan gejolak perasaan. Emosi memiliki hubungan yang mempengaruhi terhadap kebiasaan.

18

4. Emosi hakikatnya adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Kala seseorang emosi, artinya dia sedang berupaya menyampaikan pesan kepada orang lain. Bentuk penyampaiannya berbeda-beda, bergantung pada lingkungan dan kondisisosialbudayayangmembentuknya.

3.2.

SARAN
Saran untuk makalah selanjutnya sebaiknya memakai lebih banyak referensi

terbaru dan lebih luas mencakup bahasan tentang bidang psikologi terutama tentang persepsi, emosi dan intelegensi agar dapat lebih aplikatif lagi di masyarakat umum khususnya mahasiswa keperawatan.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. 2004. 2. Anonim. Intelegensi. http://sutisna.com/category/psikologi/intelegensi/. On 15 november 2009. 3. Anonim. Intelegensi dan Emosi. http://fatkhulmoein.wordpress.com/2008/12/07/intelegensi-dan-emosi/. On 15 november 2009. 4. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. 1990 5. Anonim. Apa itu Emosi. http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/apakah-artiemosi.html. On 15 november 2009. 6. Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat & Profesional
Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.

20

You might also like