You are on page 1of 26

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.1 Begitu juga dengan Islam. Islam sangat menganjurkan agar setelah menikah nanti dapat selalu menjaga keharmonisan keluarga dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Hal ini tentunya harus disertai dengan adanya rasa saling pengertian antara manakah yang disebut dengan hak dan kewajiban bagi seorang suami dan istri. Dengan mengerti posisi masing-masing. Kalau kita amati, baik dari segi agama ataupun negara menginginkan agar setiap orang yang telah menikah dapat memiliki keluarga sakinah, mawaddah dan warahma. karena sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari beberapa keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Menikah memang tidaklah sullit, tetapi membangun keluarga sakinah bukan sesuatu yang mudah. Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia, akan tetapi yang namaya hidup tidak luput dari ujian dan cobaan. Setiap masalah tentu akan datang secara bergiliran untuk meguji seberapa kuat ikatan keluarga tersebut. Mulai dari yang masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan dan sebagainya. Akan tetapi, kita harus tetap bersabar sebagimana firman Allah:

http://syamsuri149.wordpress.com/2008/02/06/membangun-keluarga-sakinah, (diakses pada tanggal 23 Januari 2012)

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..... (QS. Al-Baqarah: 286). Dari tekanan berbagai arah inilah dapat menggoyahkan mental dan sikap seseorang dalam berumah tangga. Mulai dari sini muncul yang adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang kerap dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya yag tidak lain merupakan bentuk pelampiasan emosi yang tak terarah. Seorang suami merupakan imam (pemimpin) dalam keluarga, tentunya jadi penggendali utama sebuah keluarga. Akan tetapi, suami tidak berhak semena-mena terhadap anggota keluarganya. Oleh karena itu, suami atau istri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing. Pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah sebagai dasar untuk menjalin komunikasi yang baik. Dan dari sinilah seorang suami atau istri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu pula istri. 2 Kekerasan dalam lingkup rumah tangga atau keluarga banyak dilakukan oleh seorang suami, seperti suami melakukan kekerasan terhadap istrinya dengan memukul atau menampar istrinya, menendang, dan memaki-maki dengan ucapan yang kotor. Kultur budaya masyarakat yang mengedepankan laki-laki dapat dipastikan posisi perempuan bersifat subordinasi terhadap lakilaki. Segala bentuk kekerasan yang terjadi bagi perempuan selalu mempunyai legitimasi kultural masyarakat, karena memang posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki. Pencegahan kekerasan dilakukan secara terus-menerus dengan diberlakukannya sistem hukum yang diharapkan dapat mengatasi masalah tindak kekerasan terhadap perempuan.3 Tindakan-tindakan kekerasan terhadap perempuan sering kali dilakukan, bahkan tindakan kekerasan menimbulkan kerusakan fisik dan tekanan-tekanan
http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-wa-rahmah (diakses pada tanggal 23 Januari 2012) 3 Nursyahbani Katjasungkana. Keadilan Hukum Untuk Perempuan Korban Kekerasan, Jurnal Perempuan No. 26,(Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan., 2002) Hlm. 161
2

psikologis yang dirasakan oleh istri. Kasus kekerasan terhadap perempuan khususnya di wilayah Kecamatan Bangsal cukup banyak ditemukan. Tindakan kekerasan terhadap perempuan banyak didorong dan dimotivasi oleh beberapa sebab dan pengaruh yang mendorong kekerasan terhadap perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kaum perempuan masih dianggap sebagai budak laki-laki, dimana seorang istri mempunyai hak untuk dapat berperan dalam keluarga itu sendiri maupun di masyarakat. Kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri membawa dampak yang negatif dan buruk dimata keluarga dan masyarakat. Perempuan yang mengalami kekerasan takut untuk melaporkan kejadian tersebut pada pihak yang berwajib, terkadang pihak berwajib pun membiarkan kasus tersebut. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga khususnya pada seorang istri di wilayah Kecamatan Bangsal. Kekerasan yang dialami oleh istri mengakibatkan berbagai tekanan, dimana seorang istri juga mempunyai hak untuk hidup layak dalam keluarga. Suami harus bisa membentuk keharmonisan maupun kenyamanan dalam keluarga. Kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga akan memberikan dampak yang buruk bagi keluarga itu sendiri, bahkan di mata masyarakat umum. Penelitian ini difokuskan pada KDRT yang dilakukan oleh suami kepada istri dalam kehidupan berkeluarga. Di sini peneliti ingin mengungkap lebih dalam lagi faktor-faktor yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap istri. Mengingat luasnya konteks kekerasan terhadap perempuan, dalam tulisan ini dibatasi hanya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yang kedudukannya sebagai istri. Peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu Studi Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Istri di Wilayah Kecamatan Bangsal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan ulasan latar belakang serta teori-teori dan kasus diatas mendorong rasa keingintahuan peneliti terhadap studi kasus kekerasan dalam

rumah tangga terhadap seorang istri. Oleh karena itu, penulis memperoleh beberapa rumusan masalah diantaranya:
1.2.1

Apa saja penyebab dari perilaku KDRT terhadap istri pada Apa bentuk perilaku yang termasuk KDRT terhadap istri Apa akibat dari perilaku KDRT terhadap istri dalam studi

studi kasus yang ada di wilayah Kecamatan Bangsal?


1.2.2

dalam studi kasus yang ada di wilayah Kecamatan Bangsal?


1.2.3

kasus yang ada di wilayah kecamatan Bangsal? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan antara lain:
1.3.1

Mengetahui penyebab perilaku KDRT terhadap istri Bentuk perilaku atau perbuatan yang termasuk dalam KDRT Akibat dari perilaku KDRT dalam suatu keluarga.

khususnya diwilayah Kecamatan Bangsal. 1.3.2 1.3.3 1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi perkembangan bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Keluarga serta dalam ilmu Munakahat. Manfaat Praktis, bagi subjek penelitian, diharapkan jika terjadi ancamanancaman dalam rumah tangga segera meminta bantuan lembaga yang menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan, baik dalam bentuk konseling. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran pada masyarakat bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindak kejahatan yang dapat merugikan bagi siapapun yang mengalaminya. Oleh sebab itu, masyarakat harus membantu korban kekerasan di sekitarnya. Bagi instansi terkait seperti Kepolisian dan Pemerintah. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai referensi berbagai pihak, khususnya pemerintah dan kepolisian untuk memberikan penanganan secara

intensif menurut UU atau aturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh Negara Indonesia. Bagi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi sehingga korban kekerasan yang ada di tempat tersebut dapat diberi perlindungan, dukungan dan motivasi. 1.5 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, mengingat begitu luasnya pembahasan kdrt, maka penulis membatasi mengenai permasalahan kdrt. Pertama, objek yang penulis bahas adalah tindakan kekerasan suami terhadap istri yang sudah dirumuskan dalam rumusan masalah. Kedua, tempat yang penulis survey adalah khusus wilayah kecamatan Bangsal dan terfokus pada satu kasus kdrt di wilayah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Keluarga sinonimnya ialah rumah tangga, dan keluarga adalah satu institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu (determinant) utama tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga menyuburi (nurture) dan membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean Hussin dan Jamaluddin Tubah, 2004 : 1). Menurut Dr Leha dalam Zaleha Muhamat (2005: 2), perkataan keluarga ialah komponen masyarakat yang terdiri daripada suami, istri dan anak-anak atau suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum mempunyai anak baik anak kandung/angkat atau pasangan terus meredhai kehidupan dengan tanpa dihiasi dengan gelagat kehidupan anak-anak). Pengertian ini hampir sama dengan pengertian keluarga yang dijelaskan oleh Zakaria Lemat (2003: 71) yaitu, keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah masyarakat. Kebahagiaan masyarakat adalah bergantung kepada setiap keluarga yang menganggotai masyarakat. William J. Goode menjelaskan keluarga sebagai suatu unit sosial yang ekspresif atau emosional, ia bertugas sebagai agensi instrumental untuk struktur sosial yang lebih besar, kesemua institusi dan agensi lain bergantung kepada sumbangannya. Misalnya, tingkah laku peranan yang dipelajari dalam keluarga menjadi tingkah laku yang diperlukan dalam segmen masyarakat lain. Selain sebagai penentu kondisi masyarakat4 tersebut, keluarga juga mempunyai beberapa fungsi lain dari sudut pandang yang berbeda, yaitu :

Fungsi Reproduksi keluarga mempunyai fungsi produksi, karena keluarga dapat menghasilkan keturunan secara sah.
4

http://blog.belajarmenulis.com/memaknai-artikeluarga, (diakses pada tanggal 23 Januari

2012)

Fungsi

Ekonomi

kesatuan

ekonomi

mandiri,

anggota

keluarga

mendapatkan dan membelanjakan harta untuk memenuhi keperluan

Fungsi Protektif keluarga harus senantiasa melindungi anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko sosial. Masalah salah satu anggota merupakan masalah bersama seluruh anggota keluarga.

Fungsi Rekreatif Keluarga merupakan pusat rekreasi bagi para anggotanya. Kejenuhan dapat dihilangkan ketika sedang berkumpul atau bergurau dengan anggota keluarganya.

Fungsi Afektif Keluarga memberikan kasih sayang, pengertian dan tolomg menolong diantara anggota keluarganya, baik antara orang tu terhadap anakanaknya maupun sebaliknya.

Fungsi Edukatif Keluarga memberikan pendidikan kepada anggotanya, terutama kepada anak-anak agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang mempunyai budi pekerti luhur. Sehingga keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling utama. Suami istri merupakan tunjang utama dalam pembentukan sebuah keluarga

bahagia. Damainya sebuah institusi perkawinan itu bergantung kepada hubungan dan peranan suami istri untuk membentuk keluarga masing-masing. Ibu bapak atau ketua keluarga perlu memainkan peranan terutamanya saling hormat-menghormati di antara satu sama lain karena anak-anak akan mudah terpengaruh dengan tingkah laku mereka. Walaupun ketenteraman rumahtangga tanpa krisis dan kesepahaman merupakan ateri penyumbang kepada kebahagiaan rumahtangga, tetapi tanggung jawab suami istri seharusnya tidak ditepikan. Suami istri perlu menjalankan tanggungjawab sebagai suami, istri, dan tanggung jawab bersama. Suami merupakan ketua keluarga yang memainkan peranan paling penting untuk membentuk sebuah keluarga bahagia. Suami yang bahagia ialah suami yang sanggup berkorban dan berusaha untuk kepentingan keluarga dan rumah tangga yaitu memberi makan makanan yang baik untuk anak-anak dan istri, menjaga hak istri, memberi pakaian yang bersesuaian dengan pakaian Islam, mendidik anak-anak dan istri dengan didikan Islam yang benar serta memberi tempat perlindungan.

Istri solehah ialah istri yang tahu menjaga hak suami, harta suami, anak-anak, menjaga maruah diri dan juga maruah suami serta membantu menjalankan urusan keluarga dengan sifat ikhlas, jujur, bertimbang rasa, amanah, dan bertanggungjawab. Tanggungjawab istri terhadap ahli keluarganya amatlah besar dan ia hendaklah taat terhadap segala perintah suaminya selagi tidak bertentangan dengan larangan Allah.5 2.2 Pengertian Kdrt dan Landasan Hukumnya KDRT adalah persoalan yang rumit untuk dipecahkan. Ada banyak alasan. Boleh jadi, pelaku KDRT benar-benar tidak menyadari bahwa apa yang telah ia lakukan adalah merupakan tindak KDRT. Atau, bisa jadi pula, pelaku menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan tindakan KDRT. Hanya saja, ia mengabaikannya lantaran berlindung diri di bawah norma-norma tertentu yang telah mapan dalam masyarakat. Sehingga menganggap perbuatan KDRT sebagai hal yang wajar dan pribadi.6 Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 7 Di dalam UU PKDRT adalah identifikasi aktor-aktor yang memiliki potensi terlibat dalam kekerasan. Pada Pasal 2 UU PKDRT disebutkan bahwa lingkup rumah tangga meliputi (a) suami, isteri, dan anak, (b) orang-orang yang memiliki hubungan keluarga sebagaimana dimaksud pada huruf (a) karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang
5

http://www.peutuah.com/keluarga-sakinah/ (diakses 23 januari 2012)

Ninik Rahayu, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU-PKDRT), (www.djpp.depkumham.go.id, diakses 8 Januari 2012) 7 Ibid

menetap dalam rumah tangga dan atau (c) orang-orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut sehingga dipandang sebagai anggota keluarga. Identifikasi kekerasan terhadap pekerja rumah tangga sebagai kekerasan domestik sempat mengundang kontraversi karena ada yang berpendapat bahwa kasus tersebut hendaknya dilihat dalam kerangka relasi pekerjaan (antara pekerja dengan majikan). Meskipun demikian, UU PKDRT mengisi jurang perlindungan hukum karena sampai saat ini undang-undang perburuhan di Indonesia tidak mencakup pekerja rumah tangga. Sehingga korban kekerasan dalam rumah tangga adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga. 2.3 Pengertian Kekerasan terhadap Perempuan Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan ancaman yang terusmenerus bagi perempuan di mana pun di dunia. Kekerasan menurut Martha diartikan sebagai : The threat, attempt, or use of physical force by one or more person that result in physical or non physical harm to one or more, yang dapat diartikan ancaman, berusaha, atau menggunakan kekersan fisik kepada satu orang atau lebih yang mengakibatkan kerusakan fisik atau non fisik pada satu orang atau lebih.8 Menurut Sukri, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan yang dilakukan seseorang atau beberapa orang terhadap orang lain, yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, dan atau psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang atau penekanan secara ekonomis yang terjadi dalam lingkup rumah tangga.9 Kekerasan terhadap perempuan atau istri dapat diartikan sebagai suatu tindak kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang terjadi di dalam
8

Aroma Elmina Martha, Perempuan Kekerasan dan Hukum (Jakarta : UI Press, 2003) S. Sukri, Islam Menentang Kekerasan Terhadap Istri (Yogyakarta : Gama Media, 2004)

Hlm. 21
9

Hlm. 7

10

keluarga, dan melanggar hak-hak asasi perempuan. Tindak kekerasan yang dilakukan akan melanggar hak-hak asasi perempuan. Tindak kekerasan yang dilakukan akan memberikan dampak dan resiko yang sangat besar bagi perempuan atau istri. Jadi dapat didefinisikan kekerasan terhadap perempuan atau istri adalah tindakan yang melanggar hukum dan hak-hak asasi manusia, karena melukai secara fisik dan psikologis seorang perempuan atau istri. Berdasar teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan secara verbal atau fisik yang dilakukan oleh seorang suami yang dapat berakibat kesengsaraan dan penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi pada istri

11

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu cara yang dikaukan dalam penyelidikan suatu masalah untuk mencari bukti dalam penelitian tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh Sumadi Suyabrata, penelitian dikaukan karena adanya hasrat ingin tahu manusia yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya baik berupa alam besar atau alam kecil.10 Adapun metode dan prosedur penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini agar dapat memenuhi kreteria ilmiah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 3.1 Rancangan Penelitian (Research Design) 3.1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, bila dilihat dari teknik samplingnya karena penelitian ini berupa studi kasus maka penelitian ini menggunakan pendekatan pada subyek yang akan penulis teliti berupa observasi, komunikasi dan dokumentasi. Pendekatan ini dilakukan secara kontinyu selama satu bulan pada subyek penelitian. Sehingga diharap nantinya dapat memperoleh data-data yang cukup untuk menjawab secara akurat pada tiap permasalahan yang diangkat pada penelitian ini.
3.1.2

Obyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif obyek penelitian adalah pelaku daripada kejadian yang diteliti atau apa yag menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah sebuah keluarga yang tengah mengalami kasus kdrt khususnya perilaku kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri di wilayah kecamatan Bangsal.

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), Hlm. 2

10

12

3.2

Teknik Pengumpulan data Untuk memperoleh data yang relevan dengan tema penelitian, maka

dalam penelitian harus menggunakan metode atau teknik yang tepat dan dapat menunjang penelitian tersebut. Adapun metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 3.2.1 Observasi Sebelum melakukan wawancara, langkah awal yang harus ditempuh oleh oleh penulis terlebih dahulu adalah melakukan observasi yaitu melakukan pengamatan secara mendalam terhadap obyek yang akan diteliti. Agar diperoleh pengamatan yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman dengan obyek, maka penulis mengamati dan mencatat lagsung untuk mngetahui situasi atau kejadian adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut. Selain itu pada studi kasus ini, peneliti juga meng-cross ceck secara langsung kasus tersebut pada lembaga-lembaga terkait yaitu pada POLSEK Bangsal, Kantor Urusan Agama (KUA) Bangsal serta Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) di POLRES Mojokerto. Hal ini dilakukan agar menghindari kesalahpahaman pada obyek yang penulis amati. 3.2.2 Wawancara (interview) Wawacara adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab secara sepihak yang dikaukan secara sistematik, dan berlangsung berdasarkan tujuan penelitian. 11 Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode ini sebagai sumber data utama karena merupakan kesaksian langsung dari obyek penelitian penulis. Dengan teknik wawancara ini penulis berharap memperoleh jawaban yang sesuai permasalahan. Yang menjadi sasaran dalam wawancara ini adalah korban kdrt tersebut dan tetangga sekitar korban. 3.2.3
11

Dokumentasi

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II (Jogjakarta: Andi Offset, 1980), Hlm. 193

13

Dokumentasi yaitu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, prasasti, majalah, agenda, dan lainlain.12 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berita berupa dokumen kasus-kasus kdrt yang berada di wilayah kecamatan Bangsal. 3.3 Teknik Analisis Data Merupakan cara untuk menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif. Penelitian kualitatif sering pula disebut metode etnografik, metode fenomenologis, atau metode impresionistik dan istilah lain yang sejenis. Metode ini sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, teori yang timbul dari data bukan dari hepotesis-hipotesis seperti dalam metode kuantitatif.13 Jadi dengan menggunakan teknik analisa kualitatif, data yang diperoleh nantinya dapat diintrepretasikan secara jelas dan gamblang sehingga semua permasalahan dapat terjawab atau mendapat solusi.

12 13

Suharsimi Arikunto, Prosedur..., Hlm. 107 Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hlm.

13-14

14

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian studi kasus kdrt terhadap istri di wilayah kecamatan Bangsal yang telah dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan. Data-data yang sudah terkumpul baik dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang berkenaan dengan subyek penelitian akan diolah dan direduksi sehingga nantinya dapat memperoleh pemecahan atas permasalahan yang sudah penulis rumuskan dalam rumusan masalah. 4.1 Gambaran umum kasus kdrt yang terjadi 4.1.1 Lokasi kasus kdrt Studi kasus kdrt terhadap istri yang telah peneliti amati selama kurang lebih satu bulan berada di lokasi Kecamatan Bangsal, lebih tepatnya berada di Desa Bangsal sendiri yang menjadi pusat administrasi di kecamatan ini. Kecamatan Bangsal adalah salah satu dari kecamatan yang ada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang memiliki luas 23.327 Km2. Di kecamatan ini terdapat 18 desa diantaranya adalah Bangsal, Gayam, Kedunguneng, Kutoporong, Mojotamping, Mejoyo, Ngarjo, Ngrowo, Ngastemi, Pacing, Pekuwon, Peterongan, Puloniti, Salen, Sidomulyo, Sumbertebu, Sumberwono dan Tinggarbuntut. Dan memiliki penduduk 47.344 Jiwa.14 Seperti yang tertera di atas, Bangsal adalah salah satu desa yang cukup penting dan paling strategis letaknya di kecamatan ini. Karena lokasinya melintang di jalan raya yang merupakan jalur utama menghubungkan jalur antara Kabupaten Mojokerto dengan Sidoarjo, Pasuruan, Jombang dan Surabaya. Desa Bangsal juga dekat dengan tempat-tempat penting seperti Kantor Kecamatan Bangsal, Polsek Bangsal, Sekolah Polisi Negara
14

Dokumentasi Kecamatan Bangsal Mojokerto

15

(SPN) Mojokerto, dan Kantor Urusan Agama (KUA) Bangsal. Desa ini terbagi atas 2 Dusun yaitu Dusun Kauman dan Dusun Bangsal, serta terdiri dari 2 RW dan 12 RT yang memiliki penduduk total 2385 Jiwa.15 Dintara sekian warga inilah, peneliti mendapati kasus kdrt terhadap istri. Kasus ini didapatkan peneliti ketika mewawancarai seorang polisi di kantor Polsek Bangsal. Menurut keterangan dari polisi tersebut dilokasi Kecamatan Bangsal ini persentase tingkat kasus kekerasan dalam rumah tangga cukup kecil. Tahun lalu, diakhir tahun 2010 terdapat 1 kasus kdrt dan lokasinya berada di Desa Bangsal yang menyebabkan pelakunya mendapat hukuman penjara selama 5 bulan dari PN Mojokerto. Dan di tahun 2012 ini juga tengah terjadi kasus kdrt, akan tetapi si korban tidak menghendaki pelaku kdrt tersebut yang tidak lain adalah suaminya sendiri untuk ditahan di penjara. Oleh karenanya, pihak Polsek Bangsal tidak melakukan tindakan apapun, selagi permasalahan ini dapat diatasi secara damai melalui mediasi.
4.1.2

Keadaan keluarga obyek penelitian kasus kdrt Seperti yang tertera diatas, keluarga yang mengalami kasus kdrt

ini merupakan salah satu warga Desa Bangsal. Akan tetapi penulis tidak dapat menyampaikan secara detail lokasinya untuk menjaga privasi keluarga tersebut. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang memiliki tiga orang anak. Si Suami ini sekarang berumu 46 tahun, dan si istri berumur 40 tahun. Menurut keterangan dari si istri sendiri, ia menikah ketika berumur 19 tahun. Si suami adalah seorang karyawan swasta dan berpendidikan terakhir SMA. Begitu pula dengan si istri, akan tetapi setelah menikah ia melanjutkan pendidikan D3 Keperawatan, dan sempat bekerja menjadi perawat di sebuah rumah sakit swasta di Mojokerto selama 20 tahun. Hal ini dikarenakan sikap suaminya yang

15

Dokumentasi Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal Mojokerto

16

lama-kelamaan mulai tidak menyukai si istri untuk bekerja di luar rumah. Selama bekerja menjadi perawat, ketika si istri bertugas ia selalu mendapat telpon dari suaminya untuk disuruh pulang. Tentu saja hal ini membuat kepala bagian perawat rumah sakit tersebut marah. Dan ketika sampai di rumah, si istri juga dimarahi oleh si suami. Menghadapi situasi yang semakin runyam ini, akhirnya si istri memutuskan untuk berhenti bekerja dan sejak itulah si istri hanya menjadi ibu rumah tangga. Keluarga ini memiliki 3 orang anak, yaitu dua perempuan dan satu laki-laki. Anak pertamanya adalah seorang perempuan yang kini baru saja lulus SMA. Anak pertamanya ini sudah menikah dan sekarang tinggal di Surabaya bersama suaminya. Untuk anak kedua adalah seorang laki-laki yang kini masih duduk di kelas tiga disebuah sekolah menengah atas. Dan anaknya yang terakhir adalah perempuan yang masih berumur 4 tahun. Menurut kesaksian warga sekitar rumahnya dan juga keterangan dari si istri sendiri, suaminya mulai melakukan tindak kekerasan sejak awal pernikahan mereka. Akan tetapi, dulu tidak begitu parah jika dibandingkan dengan sekarang. 4.2 Penyajian dan analisis data Fakta yang telah penulis gali di lapangan, untuk selanjutnya akan disajikan sebagai data dalam penelitian ini. Dalam penggalian data tersebut, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, metode interview dan dokumentasi. 4.2.1 Penyajian dan analisis dari hasil observasi Setelah peneliti melakukan beberapa kali observasi pada lokasi yang menjadi obyek studi kasus kdrt terhadap istri di wilayah kecamatan Bangsal, peneliti hanya dapat memperoleh data tentang bentuk tindakan

17

kdrt terhadap istri serta akibat dari perbuatan tersebut. Sedangkan untuk lebih menguatkan hasil daripada penelitian ini peneliti juga mewawancarai orang-orang yang dianggap sebagai saksi kasus ini serta subyek dari pada kasus kdrt terhadap istri itu sendiri. Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.1.1 a.

Bentuk perilaku tindak kdrt terhadap istri Perilaku kdrt yang kerap kali dilakukan oleh salah satu

warga Desa Bangsal merupakan kasus yang cukup fenomenal yang juga sering terjadi diwilayah kota-kota besar. Setelah peneliti melakukan pengamatan bentuk perilaku kdrt terhadap istri yang dilakukan oleh si Suami terhadap istri berupa caci maki, hinaan, serta sikap marah yang berlebihan baik ketika di dalam rumah subyek penelitian ataupun diluar rumah. Jika peneliti telaah lebih dalam, perilaku ini termasuk tindak kekerasan dalam segi psikis, dimana pelaku kdrt telah menyiksa istrinya secara batiniyah. Tentu hal ini sangat membahayakan. Karena si istri yang menjadi korban akan mendapat tekanan mental yang luar biasa sehingga apabila nanti si istri menyimpan dendam yang mendalam terhadap pelaku kdrt yang tak lain adalah suaminya sendiri, maka bisa saja si istri nantinya dapat melakukan pembalasan yang jauh lebih kejam terhadap apa yang diperbuat oleh pelaku kdrt. Selain itu, jika tekanan mental ini teru berlanjut, maka hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri korban, sehingga ia akan merasa ketakutan baik ketika bersama suaminya sendiri atau kepada orang lain. Padahal kerusakan pada mental jauh lebih fatal karena waktu penyembuhannya tidak dapat diketahui secara pasti.
b. Dari segi fisik, bentuk perilaku kdrt pada studi kasus ini adalah

berupa pukulan di kepala dan wajah yang sampai sekarang membekas pada diri korban kdrt. Tentu hal ini akan berdampak pada kesehatan si korban atau si istri. Padahal pukulan yang ada

18

dikepala dapat menyebabkan rasa nyeri pada kepala bahkan gegar otak sehingga akan mempengaruhi sistem kesadaran korban.
c. Dari segi ekonomi, menurut kesaksian korban studi kasus kdrt

terhadap istri ini dahulu ia pernah bekerja sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta di daerah Jawa Tengah selama 20 tahun. akan tetapi si suami melarang si istri untuk bekerja diluar rumah secara paksa. Padahal pekerjaan menjadi seorang perawat adalah pekerjaan yang mulia yang tidak hanya mengandung rasa sosial dan kemanusiaan yang tinggi tetapi juga sebagai bentuk salah satu amalan ibadah berupa tolong menolong terhadap sesama manusia. Dan selama 3 tahun pindah di Mojokerto si istri hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa si suami telah mendominasi kehidupan dalam keluarganya. Sikap seperti ini juga termasuk dalam kategori kdrt dari segi ekonomi. 4.2.1.2 Akibat perilaku kdrt terhadap istri dalam keluarga subyek penelitian Selama peneliti melakukan observasi, akibat yang terlihat perilaku kdrt pada studi kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Secara fisik, apa yang telah dilakukan si suami pada istrinya

dapat membahayakan kesehatan si istri. Si istri sering mengeluh sakit kepala selama berhari-hari sejak si suami memukul kepala si istri sekitar 3 mingu yang lalu. Hal ini membuktikan bahwa perilaku kdrt terhadap istri dalam sebuah rumah tangga sangat membahayakan. Peran suami yang seharusnya sebagai seorang pengayom bagi keluarga telah hilang, padahal salah satu hak dari seorang istri terhadap suaminya adalah menjaga dan memelihara istrinya yaitu meliputi menjaga kehormatan istri, tidak menyianyiakanya serta mejaganya agar selalu melaksakana perintah-perintah Allah dan menghentikan egala yang dilarang oleh Allah.

19

b. Secara psikologis, tindak kekerasan kepada istri ini ternyata

mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.
4.2.2Penyajian dan analisis dari hasil interview

Beberapa pihak yang dijadikan sebagai sumber data pada studi kasus terhadap istri di wilayah kecamatan Bangsal adalah si korban kdrt, beberapa tetangga saksi mata kejadian serta si suami yang tak lain adalah pelaku daripada kasus kdrt ini. Adapun hasil anaisis wawancara tersebut adalah sebagai berikut: a. Hasil wawancara dengan korban kdrt pada studi kasus kdrt di wilayah kecamatan Bangsal.
Menurut kesaksian si korban atau istri pelaku kdrt pada studi

kasus yang peneliti amati bahwa penyebab dari tindak kekerasan ini yang khususnya terjadi tiga minggu yang lalu terhitung dari ketika pneneliti mewawancarainya adalah, waktu itu suami saya hendak mencuci tangan, akan tetapi saya tidak tahu bahwa isi tandon air habis sehingga air tidak keluar dari kran. Seketika suami saya marah dengan hebatnya, dia mengatakan bahwa saya ini seorang istri yang tidak pengertian, tentu saya langsung menangis dan ia juga berkata akan menceraikan saya. Saya terus menjawab tentu akan senang jika suami saya tersebut akan mencaraikan saya jika mengigat apa yang telah ia lakukan selama ini. Saya tidak menyangka suami saya langsung memukul saya dengan tangannya hingga empat kali diwajah dan kepala. Saya tidak dapat melakukan perlawanan apapun. Saya hanya menangis, dan setelah itu suami saya tidak

20

pulang selama tiga hari ke rumah. Kata si istri sambil menahan tangis. Hal ini menunjukkan karena hal yang terlihat sepele seperti air kran habis sudah menjadi masalah yang begitu besar pada keluarga ini. Padahal kalau toh air kran habis tentu pada waktu itu si suami bisa mencuci tangan di kamar mandi. Akan tetapi si suami lebih memilih memilih marah bahkan memukul istriya hingga babak belur.
Si istri juga menceritakan bahwa selama perkawinannya

yang kurang lebih 24 tahun ini si suami sudah sering melakukan tindak kekerasan pada dirinya. Akan tetapi satu tahun terakhir ini dia telah memperlakukan si korban atau istrinya ini seperti binatang. Si istri pernah disuruh membeli makanan yang pada waktu itu masih jam 2 dini hari. Si istri menolak karena mana mungkin ada warung makanan yang buka jam segitu, ia bahkan telah menawarkan pada suaminya agar si istri sendiri saja yang memasakkan untukknya akan tetapi si suami tidak mau. Sikap tolakan si istri ini memmbuat sakit hati suaminya, lantas suaminya menyeret si istri secara paksa keluar untuk menyuruhnya membeli makanan, akibat seretan suaminya hingga kancing baju si istri ini putus semua, si suami berkata, cepat sana cari makanan diluar, biar saja sekalian diperkosa orang lain dijalan. Tentu apa yang telah diperlakukan si suami pada istrinya dalam sudi kasus ini sangat memalukan. Ia telah merusak kehormatan istrinya sendiri. Padahal tidak sepanasnya si suami melakukan perbuatan tersebut pada istrinya sendiri.
Si istri juga mengatakan bahwa, suaminya memang memiliki

sikap temperamen yakni mudah sekali marah dan tersinggung pada orang lain. Hal ini telah si istri rasa sejak awal pernikahan mereka berlangsung. Padahal menurut cerita si istri dulu ketika awal kali pertama si istri mengenal suaminya, ia tidak pernah berikap seperti ini. Bahkan ketika keluarga korban pindah ke

21

Mojokerto, sikap suaminya semakin menjadi-jadi. Hingga saudaranya sendiri yang rumahnya berdekatan dengan subyek penelitian ini tidak berani menasehati saudaranya ini. Karena kalau hal ini dipaksakan ditakutkan nantinya terjadi pertengkaran yang hebat antara si suami dengan saudarasaudaranya. b. Hasil wawancara dengan tetangga sekitar lokasi obyek studi kasus Selain wawancara pada korban kdrt secara langsung, peneliti juga mencari keterangan dari tetanggga keluarga obyek penelitian. Hasil dan analisisnya adalah sebagai berikut:
Menurut kesaksian para tetangga korban, si istri ini pernah

dicaci maki diluar rumah, akan tetapi meraka tidak tahu secara pasti apa yang menjadi penyebab permasalahan keluarga tersebut. Yang mereka tahu, si suami ini sering pulang bersama seorang wanita paruhbaya yang idak dikenal. Hal ini menunjukkan bahwa selain melakukan pebuatan kdrt secara psikis, si suami juga ini juga melecehkan si istri dengan membawa wanita tak dikenal kerumah.
Para tetangga sendiri juga tak berani berbuat apa-apa ketika

melihat si korban dicaci maki oleh pelaku kdrt, karena mereka beranggapan takut ikut campur urusan rumah tangga keluarga korban. Selain itu, menurut mereka si suami ini orang yang sangat pemarah dan mudah sekali tersinggung. Jadi mereka tidak berani terjadi sangkut paut urusan dengan si suami ini.
c. Hasil wawancara dengan pelaku kdrt terhadap istri

Untuk mewawancarai si pelaku kdrt ini, peneliti cukup mengalami banyak kendala. Karena si pelaku ini termasuk jarang dirumah karena jam kerjanya yang kebetulan sedang sift sore. Akan tetapi akhirnya peneliti berhasil mewawancarainya walaupun waktu yang

22

diberikan cukup singkat. Hasil dan analisis dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut.
Menurut kesaksian dari si suami, yang menajdi motiv untuk

melakukan tindakan kekerasan berupa pukulan pada istriya tiga minggu yang lalu karena si istri selalu tidak pernah menyenangkan hatinya. masak ketika saya mau cuci tangan isi tandon air habis dia tidak tahu, dia kan selalu berada dirumah sepanjang hari. Disebut apa kalau bukan seorang istri yang tak pengertian? Ujar si suami dengan nada agak marah. Hal ini menunjukkan bahwa si suami memang memiliki sifat temperamen yang kuat. Padahal kalau air kran habis, si suami dapat mencuci tangannya di kamar mandi. Akan tetapi, ia lebih memilih marah dan memukul si istri.
Selain itu si suami juga berkata, saya ini adalah pemimpin

keluarga saya, jadi saya berhak untuk berbuat apapun pada keluarga saya. Hal ini menunjukkan bahwa anggapan tentang si suami adalah lebih kuat, lebih dominan serta seorang pemimpin mutlak dalam keluarga masih melekat dalam pemikiran masyarakat. Seorang suami memang pemimpin keluarga, akan tetapi tidak mengabaikan apa yang menjadi hak seorang istri padanya.
Si suami ketika melakukan tindak kekerasan, ia juga

mengaku bahwa ia melakukannya dalam keadaan sadar. Ini berarti memang ada unsur kesengajaan. istri saya memang tidak pernah menolak perintah saya, akan tetapi apa yang ia lakukan selalu tak dapat menyenangkan hati saya, kata si suami saat memberi keterangan. Hal ini menunjukkan bahwa si suami tak pernah menerima sikap atau perlakuan si istri. Padahal kalaupun ada masalah dimusyawarahkan secara baik-baik. dalam keluarga, dapat

23

Menurut keterangan si suami, dalam Islam, apabila istri

tidak taat kan boleh dipukul, jadi saya rasa apa yang saya lakukan ini masih sah-sah saja. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman dalam masyarakat tentang sikap suami yang boleh memukul pada istrinya apabila si istri tidak taat. Padahal sebenarnya tindakan yang dilakukan suami terhadap istrinya yang tidak melaksanakan kewajiban sebagai istri yang pertama adalah menasehati dan memberi pelajaran. Maksud kata memberi pelajaran disini adalah memberi pengetahuan baru pada istri bahwa apa yang dilakukannya tidak sepantanya dilakukan yang benar adalah seperti ini. Kalau cara ini tidak berhasil, suami boleh memisahakan diri unuk tidak tidur bersamma, hal ini dimaksudkan agar si istri merasa tersinggung dan menyadari kesalahannya. Dan kalau cara kedua tidak mempan baru si suami boleh menegur agak keras kalau perlu memukulnya, dengan pukulan yang tidak membahayakan pada istri.
16

jadi kalau pukulan si suami pada studi kasus ini

membehayakan keselamatn si istri tentu hal ini tidak dibenarkan dalam Islam. Dan ini menunjukkan bahwa pemahaman boleh memukul istri masih mengakar kuat dan mmenajdi sebuah prioritas suami dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dalam suatu keluarga. Selain itu tanpa si suami sadari, is telah melanggar UU No. 23 tahun 2004 tetang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dengan hukum kurungan penjara.

Drs. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tetang Perkawinan (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), Hlm. 155

16

24

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Setelah penulis menganalisa dari hasil penelitian studi kasus kdrrt terhadap istri di wilayah Kecamatan Bangsal serta keseluruhan pembahasan yang telah dipaparkan dan sekaligus sebagai jawaban atas rumusan masalah pada bab pertama, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
5.1.1

Bahwa yang menjadi penyebab tindak kekerasan dalam

rumah tangga dalam studi kasus kdrt yang peneliti amati yaitu masih adanya anggapan bahwa posisi suami jauh lebih tinggi dari pada istri; persepsi masyarakat bahwa kasus kekerasan dalam rumah tangga harus ditutupi karena itu merupakan masalah pribadi sebuah keluarga buka masalah sosial; kepribadian atau kondisi psikologis suami yang temperamental sehingga mudah sekali marah dan tersinggung; pemahaman yang keliru tantang ajaran agama tentang aturan mendidik istri dan memposisikan istri dalam sebuah keluarga.
5.1.2

Bentuk perilaku kekerasan terhadap istri pada studi kasus ini

adalah dari segi psikis yaiu tindakan penyiksaan secara verbal berupa menghina, berkatakasar dan kotor seta pelecehan harga diri istri; dari segi fisik berupa pukulan, tendangan, menyeret istri keluar rumah secara paksa serta tindakan-tindakan yang menimbulkan luka pada diri si istri sehingga membahayakan keselamatan si istri tersebut; dari segi ekonomi yaitu si suami membatasi si istri untuk tidak bekerja diluar rumah padahal pekerjaan si istri pada kasus kdrt ini hanya seorang perawat di rumah sakit yang tugasnya adalah menolong pasiennya. 5.1.3 Akibat yang yang ditimbulkan dari tindak kekerasan dalam studi kasus kdrt ini adalah dari segi fisik apa yang telah dilakukan si suami khususnya sejak peristiwa pemukulan 3 minggu yang lalu membuat kesehatan si istri terganggu, si istri sering mengeluh sakit kepala dan susah tidur serta merasa nyeri dibagian tubuh tertentu; dari

25

segi psikis mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri istri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak atau tidak berdaya, meningkatkan rasa ketergantungan pada suami meskipun sering disiksa, serta memicu rasa dendam di hati istri. 5.2 Saran
5.2.1

Hendaknya seorang suami dalam keluarga tidak bersikap

semena-mena sebagai kepala keluarga. Justru seharusnya seorang suami harus bisa mengayomi dan menjadi seorang uswah bagi seluruh anggota keluarganya termasuk istri dan anaknya.
5.2.2

Apabila dalam suatu keluarga ada suatu permasalahan, atau

terdapat salah satu sikap anggota yang tidak sesuai dengan anggota keluarga yang lain sebaiknya dibicarakan baik-baik. Tidak langsung menghakimi dengan memberi pukulan dan sebagainya.
5.2.3

Berhubung masih banyak adanya anggapan masyarakat

bahwa kasus kdrt merupakan masalah pribadi keluarga bukan masalah sosial, sebaiknya kini mulai diberika perhatian lebih. Bahwa kdrt adalah bentuk tindak kekerasan yang juga melanggar undang-undang negara, jadi jika terdapat kasus tersebut sebaiknya segera dilaporkan pada lembaga khusus yang menangani kasus tersebut agar dapat memperoleh penyelesaian yang tepat. Demikian hasil simpulan dan saran-saran yang dapat peneliti sampaikan, berkaitan dengan studi kasus terhadap istri yang peneliti laksanakan di wilayah kecamatan Bangsal. Akhirnya, dengan ucapan alhamdulillah, laporan studi kasus ini dapat penulis selesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis tetap berharap dari hasil penelitian studi kasus ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi masyarakat dan utamanya masyarakat kecamatan Bangsal bahwa kdrt telah melanggar hak asasi manusia meskipun telah terikat dalam kehidupan pribadi keluarga.

26

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Amirul. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Hadi, Sutrisno. 1980. Metodologi Reseach II . Jogjakarta: Andi Offset Katjasungkana, Nursyahbani. 2002. Keadilan Hukum Untuk Perempuan Korban Kekerasan, Jurnal Perempuan No. 26. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan. Martha, Aroma Elmina. 2003. Perempuan Kekerasan dan Hukum. Jakarta : UI Press Muchtar, Kamal. 2004. Asas-asas Hukum Islam tetang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang Sukri, S. 2004. Islam Menentang Kekerasan Terhadap Istri. Yogyakarta : Gama Media Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Penelusuran Internet: http://blog.belajarmenulis.com/memaknai-artikeluarga, (diakses pada tanggal 23 Januari 2012) http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-wa-rahmah (diakses pada tanggal 23 Januari 2012) http://syamsuri149.wordpress.com/2008/02/06/membangun-keluarga-sakinah, (diakses pada tanggal 23 Januari 2012) http://www.peutuah.com/keluarga-sakinah/ (diakses 23 januari 2012) Ninik Rahayu, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU-PKDRT), (www.djpp.depkumham.go.id, diakses 8 Januari 2012)

You might also like