You are on page 1of 3

KELOMPOK BUDAYA

Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Anastassia Hafidz Bhaktiyar J N Hendra Bayu K Mafidah Miftakhul Hakim Nanik Purwanti (3401411146) (3401411191) (3401411186) (3401411158) (3401411194) (3401411150)

BUDAYA NIKAH DINI DI DESA TEGALDOWO,GUNEM,REMBANG


1. PENDAHULUAN
Bukan hal yang baru lagi bahwa tidak sedikit remaja di Indonesia melakukan nikah muda. Fenomena ini telah banyak terjadi apalagi dilingkungan pedesaan, khususnya didesa Tegaldowo, Gunem, Rembang, Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan kepercayaan yang mereka anut, yaitu bahwa jika orang tua memiliki anak perempuan dan ditanyakan atau diminta seorang pria untuk dinikahi harus diterima. Jika menolak, maka dipercaya anak itu takkan menemui jodoh kembali di kemudian hari. Bila kita berpikir rasional diera modern ini hal itu sangat tidak wajar. Disaat Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya mencanangkan program untuk mengatasi ledakan penduduk, masyarakat di daerah Tegal Dowo, Gunem cenderung menghambat program pemerintah tersebut di karenakan fenomena nikah muda atau nikah dini dapat menambah catatan jumlah penduduk. Tradisi nikah muda tidak hanya berpengaruh akan ledakan jumlah penduduk namun juga berpengaruh akan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Jika kita melihat kedesa Tegaldowo, Gunem, Rembang, Jawa Tengah maka kita akan menemui sebuah fakta yang mencengangkan. Bahwa disana hampir seluruh masyarakat desa tersebut, khususnya remaja hanya tamat Sekolah Dasar. Keadaan tersebut menyebabkan kualitas sumber daya manusia didesa tersebut sangat tertinggal. Dari uraian diatas kita dapat mengetahui bahwa suatu budaya yang ada dimasyarakat tidak akan mudah dirubah ataupun dihapuskan. Itu yang terjadi di masyarakat desa Tegaldowo , Gunem, Rembang, Jawa Tengah yang hingga saat ini masih mempertahankan tradisi mereka. Dan bila kita berpikir lebih jauh suatu budaya masyarakat ternyata berdampak dan berpengaruh besar terhadap aspek kehidupan.

2. ANALISIS
FAktor-FAktor yang menyebabkan budaya pernikahan dini di Desa Tegal Dowo, Kecamantan Gunem, Kabupaten Rembang : 1. Adanya tradisi atau budaya turun temurun yang sudah melekat di masyarakat Tegaldowo, Gunem, Rembang. 2. Adanya orientasi kebutuhan sosial orang tua dalam bentuk nilai sosial dimana anak memiliki nilai tukar yang berharga dalam keluarga. 3. Adanya sugesti dari masyarakat itu sendiri. Bahwa kalau anak perempuan sudah ditanyakan atau diminta seorang pria untuk dinikahi harus diterima. Jika menolak, maka dipercaya anak itu takkan menemui jodoh kembali di kemudian hari. 4. Keinginan orang tua kepada anaknya untuk segera menikah

Pembahasan Desa Tegal Dowo terletak Terletak 37 kilometer dari pusat kota Rembang yaitu Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Didesa ini terdapat satu kebudayaan yang tidak wajar diera Globalisasi ini yaitu Budaya Nikah Muda. Budaya ini merupakan budaya menikahkan anak gadisnya setelah lulus SD atau SMP, yaitu dengan cara mengikatnya terlebih dahulu sebelum dinikahkan, atau disana sering disebut dimblok. Cara mengikatnya yaitu lakilaki memberikan maskawin dalam bentuk kerbau atau sapi. Dan ketika hari pernikahannya yang membiayai seluruh biaya pernikahan adalah dari pihak perempuan Menurut data dari KUA Gunem, antara bulan Januari 2008 sampai Juni 2009 tercatat 21 pernikahan di bawah usia 16 tahun. Hal tersebut terkait erat dengan sugesti yang mereka anut, yaitu bahwa jika orang tua memiliki anak perempuan yang ditanyakan atau diminta seorang pria untuk dinikahi maka harus diterima. Jika menolak, maka dipercaya anak itu takkan menemui jodoh kembali di kemudian hari. Sering orang tua tidak mempedulikan apakah anak gadisnya ingin dinikahkan atau tidak, itu menyebabkan Anak gadis usia belia di Tegaldowo banyak yang sudah menjanda, dan menurut tradisi di sana, keadaan itu lebih diterima masyarakat daripada dicap menjadi perawan tua ketika anak perempuan yang lulus SD belum dilamar laki-laki. Jelas pandangan ini bertentangan dengan pandangan kita, dimana orang tua akan sangat terbebani ketika anak-anaknya gagal dalam membangun hubungan rumah tangga. Pernikahan belia terjadi cenderung ketika bulan panen tiba,karena disaat itu pihak pelamar mempunyai cukup biaya untuk mengikat calon yang akan dilamar. Sedangkan disaat musim paceklik tiba terjadi banyak perceraian. Budaya perkawinan muda di Desa Tegaldowo, Gunem, Rembang tersebut juga menjadi program perhatian pemerintah setempat. Itu dibuktikan adanya usaha pemerintah dengan memberiakan sosialisasi kepada masyarakat Tegaldowo mengenai pentingnya pendidikan bagi

anak, yaitu program belajar 9 tahun. Selain dari segi pendidikan, dilihat secara medis budaya nikah muda tersebut sangat dilarang yaitu karena anak perempuan usia di bawah 16 tahun masih dianggap belum matang secara seksual, karena organ reproduksinya belum mengalami menstruasi sehingga tidak dianjurkan untuk menikah karena kematian ibu melahirkan terkait dengan usia ibu melahirkan selain itu kualitas anak yang dilahirkan remaja juga akan berbeda dengan yang dilahirkan perempuaan dewasa yang memang sudah siap untuk melahirkan.

Cara mengatasi tradisi pernikahan dini didesa Tegaldowo kecamatan Gunem Kabupaten Rembang, Jawa Tengah: 1. Menurut kami harus ada tindakan tegas dari pemerintah dan lembaga setempat dengan memberikan penyuluhan secara homestay maupun sosialisasi KRR kepada masyarakat. 2. Pemerintah juga diharapkan membuka sarana pendidikan keterampilan didesa tersebut,untuk diharapkan remaja disana setelah lulus sekolah sudah memiliki keterampilan sehingga mampu bekerja ataupun berwirausaha. 3. Dilakukan penyuluhan dengan para orang tua desa setempat untuk tidak menikahkan anaknya di usia dini dan diberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan. 4. Dari lembaga pendidikanpun harus terus mengarahkan murid-muridnya agar terpacu menerusakan pendidikannya ke pendidikan yang lebih tinggi.

3. PENUTUP
Kesimpulan Dari data diatas dapat kami simpulkan bahwa budaya pernikahan dini yang terjadi didesa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang banyak menimbulkan banyak efek negatif seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, tingkat pendidikan rendah. Oleh karena itu pemerintah seharusnya memberikan sosialisasi yang lebih mendalam kepada masyarakat agar mereka sadar bahwa pernikahan dini dapat mempengaruhi perkembangan baik fisik maupun psikis.

You might also like