You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada era globalisasi semua pihak memungkinkan mendapatkan informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan dari berbagai penjuru dunia. Oleh karena itu, manusia dituntut mempunyai kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindak lanjuti informasi yang akan dimanfaatkan dalam kehidupan. Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik. Begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Selain itu, berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis. Berpikir kritis sesungguhnya adalah suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang yang bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang masuk akal mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya serta yang akan dilakukan nanti. Seseorang pada suatu saat tertentu akan selalu harus membuat keputusan, oleh karena itu kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan, terutama ketika dalam membuat keputusan itu ia sedang berhadapan dengan situasi kritis, terdesak oleh waktu serta apa yang dihadapi itu tidaklah begitu jelas dan rumit. Hal ini biasanya terjadi jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan keputusan yang mungkin, dan dia harus memilih

manakah yang terbaik dari sekian pilihan tersebut. Demikian juga dalam hal berpikir kritis, keputusan yang akan diambil itu haruslah didasarkan pada informasi yang akurat serta pemahaman yang jelas terhadap situasi yang dihadapi. Misalnya dalam membuat suatu keputusan untuk memilih suatu strategi atau suatu teorema dalam matematika untuk membuktikan suatu pernyataan. Untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar, maka hal ini harus didasarkan pada informasi yang diketahui atau yang bersumber dari apa yang diketahui serta sifat-sifat matematika yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Sebab jika keputusan itu tidak didasarkan pada informasi serta asumsi yang benar, maka kesimpulan itu tidak memiliki dasar yang benar. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka diperlukan adanya suatu proses pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis memegang peranan penting dalam proses belajar siswa. Untuk itu kemampuan berpikir kritis siswa sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka memudahkan siswa untuk memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan.

B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini terdapat beberapa masalah yang perlu dibahas, antara lain : 1. Bagaimana cara memudahkan penilaian berpikir kritis siswa? 2. Bagaimana memilih pertanyaan-pertanyaan untuk mempromosikan laporan-laporan tentang berpikir kritis? 3. Bagaimana penggunaan pemecahan masalah untuk menilai berpikir kritis?

BAB II PEMBAHASAN

Guru-guru sering mendengar siswanya berkata, saya dapat melakukannya, tapi saya tidak dapat menjelaskannya.. Melakukan memang penting, tapi pemahaman siswa dan berkomunikasi tentang apa yang mereka lakukan jauh lebih penting. Jika siswa mampu menyampaikan apa yang mereka pikirkan, maka guru dapat lebih baik dalam menilai kualitas berpikir siswa dan menggunakan hasilnya untuk menolong mereka. Instruksi rencana dikaitkan erat dengan kebutuhan-kebutuhan siswanya. Dalam 5 standar, standar-standar profesional dalam mengajar matematika (NCTM 1991, 95) membuat beberapa rekomendasi untuk evaluasi pengajaran matematika seperti pemecahan masalah, pertimbangan, dan komunikasi, termasuk di bawah ini : Penilaian pengajaran matematika sebagai sebuah proses yang melibatkan pemecahan masalah, pertimbangan, dan komunikasi harus memberikan bukti bahwa guru : 1. Melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang meliputi pemecahan masalah, pemikiran, dan komunikasi. 2. Melibatkan siswa dalam wacana matematika yang memperluas pemahaman mereka dalam pemecahan masalah dan kapasitas mereka untuk mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi secara matematis. Rekomendasi-rekomendasi ini terkait dengan berpikir kritis. Penilaian efektif dalam berpikir kritis sangat bergantung pada seberapa baik guru dapat memfasilitasi dalam mengkomunikasikan bukti pemahaman siswa, berpikir kritis, dan pertimbangan. Dalam memecahkan masalah-masalah, aspek-aspek dalam berpikir kritis, termasuk menganalisis situasi masalah, membuat keputusan, memantau kemajuan, dan mengevaluasi solusi penyelesaiannya. Saat memecahkan sebuah masalah, seorang siswa pertama-tama harus

mendapatkan representasi yang tepat dari masalah dengan mempertimbangkan kenyataan yang berkaitan dengan masalah, kondisi, dan tujuan; memutuskan kenyataan mana yang relevan; dan memahami bagaimana membatasi kondisi-kondisi dan bagaimana memurnikan tujuan. Ketika sebuah penyelesaian tercapai, itu harus dinilai sehubungan dengan seberapa baik penyelesaian tersebut sesuai dengan kenyataan masalah, kondisi, dan tujuan. Sulit untuk menilai pemikiran tersebut, terutama jika hanya sedikit yang telah dikomunikasikan untuk menilai kualitas pemikiran. Dalam salah satu saran praktisnya untuk memecahkan masalah, Brownell (1942, 439) mengatakan, Sebuah masalah tidak benar-benar dipecahkan kecuali jika pelajar memahami apa yang sudah mereka kerjakan dan tahu mengapa tindakannya benar, Sehubungan dengan penilaian pemahaman pelajar dalam sebuah penyelesaian masalah, kita dapat mengatakan, Sebuah penyelesaian tidak benar-benar dievaluasi kecuali jika guru memahami apa yang telah siswa kerjakan dan tahu apakah pemikiran itu sesuai. Dengan demikian, untuk memenuhi tantangan dari penilaian berpikir kritis, kita perlu memberikan situasi masalah yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran mereka. Kita dapat menggunakan pemilihan masalah yang baik dengan format-format yang disempurnakan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan komunikasi pemikiran tersebut, seperti yang terlihat pada beberapa contoh berikut.

A. Memudahkan penilaian berpikir kritis Contoh-contoh di bawah ini terdiri dari masalah-masalah khas dengan pertanyaan tambahan yang dirancang untuk mendorong komunikasi berpikir kritis sebagai dasar yang lebih efektif untuk penilaian. Contoh respon siswa secara singkat dibahas untuk menunjukkan berbagai tingkatan berpikir kritis.

1.

Tidak memberi pertanyaan atau sebuah fakta dari masalah. Menyuruh siswa memeriksa fakta-fakta dari masalah dan kondisi-kondisi dan menuliskan pertanyaan dan penyelesaian mereka sendiri. Kaset-kaset musik rock dijual di sebuah toko musik. Beberapa dijual seharga $4 dan yang lain $5. Dalam 10 menit, 16 kaset terjual. Guru lupa menuliskan satu lagi kenyataan. Dia juga lupa menulis pertanyaannya. Membentuk sebuah fakta yang berguna dan sebuah pertanyaan untuk masalah. Kemudian memecahkannya. Seorang siswa kelas 6 memberikan jawaban di bawah ini : Fakta : secara keseluruhan kaset yang terjual seharga $74 Pertanyaan : Berapa banyak kaset seharga $4 dan $5 yang terjual? Dalam menilai konten ini, seorang guru akan mencoba untuk menentukan seberapa baik siswa dapat menerima dan mengelola fakta-fakta dan kondisi-kondisi dan bagaimana dengan jelas fakta dan pertanyaan siswa terkait dengan apa yang diberikan. Di sini guru akan mencatat bahwa $74 adalah harga yang sesuai dengan fakta dan kondisi dari masalah. Setiap jumlah dari $60 sampai $80 akan menunjukkan kepada guru bahwa siswa tidak hanya memiliki sebuah representasi yang semestinya dari masalah yang tidak lengkap namun mampu menciptakan fakta tambahan yang sesuai dengan fakta-fakta dan kondisi-kondisi yang diberikan. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa juga sesuai dengan fakta yang diberikan dan fakta yang baru dibuat. Relevansi dan konsistensi dari dua tanggapan semakin melengkapi bukti bahwa siswa sudah mendemonstrasikan level berpikir dan pemahaman yang lebih tinggi terhadap masalah dari solusi yang ditunjukkan untuk masalah khas yang benar-benar dibangun oleh guru. Karena siswa langsung menulis sebuah fakta dan pertanyaan yang sesuai, siswa didorong untuk tidak hanya terlibat dalam berpikir

kritis tetapi juga untuk mengkomunikasikan informasi yang memungkinkan guru untuk menilai kualitas berpikir siswa. Konstruksi masalah yang tidak lengkap dimana siswa harus membuat fakta dan pertanyaan menghasilkan berbagai tanggapan bagi guru untuk menilai. Tingkat dasar pemahaman dan pemikiran untuk masalah yang sama ditampilkan oleh tanggapan siswa kelas 6 yang lain : Fakta : Berapa banyak kaset di toko musik? Pertanyaan : Berapa lama penjualan berlangsung? Ini adalah sebuah contoh kegagalan memahami fakta-fakta dan kondisi-kondisi yang diberikan, siswa tidak dapat membedakan antara fakta dan pertanyaan. 2. Setelah siswa menyelesaikan sebuah masalah, mereka diminta membuat masalah yang sama atau yang terkait Kami membutuhkan 6 jeruk dan 3 lemon untuk membuat 8 liter minuman buah. Kelasmu ingin membuat 40 liter minuman buah untuk hari olahraga. Harga sebuah jeruk 20 sen dan harga sebuah lemon 10 sen. Setelah kamu membeli buah-buahan tersebut, berapa uang kembalian yang akan kalian peroleh jika kalian membayar $10? Siswa kelas VII, membuat masalah yang menghasilkan berbagai tanggapan dari yang sederhana ke yang modern. Sederhana : 4 kantong bola-bola coklat dan 2 kantong tepung dapat menghasilkan 12 kue. Seseorang ingin membuat 48 kue. Berapa kantong yang harus dia beli? Modern : dibutuhkan 8 liter soda jeruk nipis dan 2 liter jus frambos untuk membuat 10 liter koktil frambos. Harga 2 liter soda $1,75 dan harga 1 liter koktil frambos $1,15. Berapa banyak yang harus dibayar untuk membuat 60 liter koktil untuk sebuah makan malam besar?

Dalam bangunan sederhana, angka yang dipilih memperlihatkan kekurangan siswa dalam pemahaman akan jumlah dalam dunia nyata dan hubungan antara jumlah. Seperti kurangnya kesadaran mungkin mencerminkan sebuah sejarah dari masalahmasalah buatan sekolah dimana angka telah dimanipulasi dalam perhitungan dengan sedikit referensi ke dunia nyata. 3. Menyajikan sebuah penyelesaian untuk masalah yang berisi kesalahan konseptual atau prosedural atau sebuah kekeliruan Meminta siswa untuk memeriksa penyelesaian dan menjawab serangkaian pertanyaan yang berfokus untuk mengungkapkan sejauh mana kemampuan berpikir kritis mereka. Sebuah contoh masalah untuk kelas 4 yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini
Donatello, seorang kura-kura ninja remaja Mutan sedang berada di kota Dory dalam sebuah pesta pizza dengan 200 anak-anak. Teman-temannya,Leonardo, Michelangelo, dan Raphael, berada di Apex dan mereka ingin bergabung dalam pesta tersebut. Masing-masing memutuskan untuk mengambil rute yang berbeda dari Apex menuju Dory. Leonardo mengambil rute terpanjang dan Michelangelo mengambil rute terpendek. Berapa jauh lagi Leonardo harus melakukan perjalanan agar bisa bertemu Michelangelo di Dory? Ini adalah bagaimana Jason mencoba memecahkan masalah tersebut :

1.

2.

3.

Apakah Jason menggunakan semua fakta yang ada dalam diagram? Jelaskan mengapa kamu berpikir dia melakukannya atau tidak. Tidak, Jason tidak menggunakan semua fakta yang ada dalam diagram. Dia tidak menggunakan rute terpanjang yang dibuat Donatello yaitu 49 km. Jika kamu adalah seorang guru, apa yang akan kamu katakan pada Jason? Saya akan mengatakan Jason apakah kamu berpikir bahwa kamu sudah melakukan hal yang benar? Lihatlah dengan lebih seksama pada diagram dan coba periksa jawabanmu. Buatlah pertanyaanmu sendiri dengan menggunakan fakta-fakta dan informasi dalam masalah Michelangelo pergi ke toko pizza di Apex, Flex, Dory, dan Como. Dia melakukan perjalanan dari Apex ke Flex, Flex ke Dory, rute 49 km dari Apex ke Dory, Apex ke Como, dan Como ke Dory. Berapa km jarak yang dia tempuh untuk pergi ke toko pizza?

Sebuah penyelesaian masalah yang berisi kesalahan prosedural

Bahkan siswa kelas 4 dan kelas 5 menempatkan diri mereka sebagai seorang guru dengan sangat mudah, seperti yang ditunjukkan dalam tanggapan mereka terhadap pertanyaan no.2. Mereka menggunakan bahasa yang lebih formal, dewasa, dan sensitif, dan tanggapan mereka adalah hal yang sering dibuat oleh guru. Berikut adalah beberapa contoh nyata tanggapan siswa kelas 4 : Jason, ini adalah strategi yang baik tapi kamu tidak melihat rutenya dengan hatihati. Coba perhatikan lagi, Jason. Jason ingat untuk menggunakan tanda km dan jangan lupa tanda + juga. Sekalipun jawabanmu salah, metode yang kamu gunakan sudah benar. Di lain waktu kamu harus lebih memperhatikan informasi yang ada. Sekelompok pertanyaan seperti yang fokus pada masalah tunggal, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang menempatkan siswa dalam peran remaja dan memupuk kreativitas mereka, melayani sebagai jembatan yang sangat baik bagi siswa untuk terlibat dalam berpikir kritis dan untuk mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan. Tanggapan terhadap pertanyaan pertama dalam kelompok ini memberikan informasi kepada guru tentang kemampuan siswa untuk menganalisis dan mengkritik solusi yang diberikan. Tanggapan kedua memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan penilaian mereka ketika mereka berperan sebagai seorang guru, dan tanggapan ketiga memberi peluang bagi kreativitas dan demonstrasi kemampuan untuk mengkoordinasikan fakta-fakta, kondisi-kondisi, dan pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang dibuat oleh siswa. 4. Membuat sebuah masalah dimana siswa harus mengkomunikasikan sebuah penjelasan tanpa benar-benar memecahkan masalah Format di bawah ini, dimana siswa kelas 4 diminta untuk menjelaskan sebuah masalah dalam percakapan telepon, didasarkan pada ide yang digunakan di Program Penilaian California (Pandey 1990). Sebuah bis dapat memuat 36 orang. Pada perhentian pertama 1 orang naik. Pada perhentian kedua 2 orang naik, pada perhentian ketiga 3 orang naik, dan seterusnya. Jika tidak seorang pun yang turun dari bis, setelah berapa kali perhentian bis itu akan penuh? Di bawah ini adalah contoh tanggapan-tanggapan siswa : Untuk menjawab pertanyaan tersebut kamu cukup menambahkan 1 dan 2 dan seterusnya sampai kamu memperoleh jumlah 36 dan kemudian kamu menghitung ada berapa perhentian bis.

Coba bayangkan bis yang kosong. Kemudian 1 orang naik, kemudian 2 orang naik, kemudian 3 orang naik dan seterusnya. Perhatikan bahwa itu adalah sebuah pola perhitungan -123456789101112- seterusnya sampai bi situ penuh. Situasi telepon memberikan pengaturan yang alami bagi siswa untuk berpikir verbal tentang masalah ini. Ketika siswa diajak untuk membahasakan masalah tersebut, mereka melakukan dan mengungkapkan pemikiran lebih dari yang mereka lakukan saat diminta untuk memecahkan masalah tersebut. Menulis kembali percakapan telepon memungkinkan guru untuk menilai pemahaman siswa sebelum mereka memecahkan masalah tersebut. Kedalaman pemahaman mungkin terungkap dari panjangnya verbalisasi, pemilihan, dan koordinasi fakta-fakta, gambaran dari rencana untuk penyelesaian, dan upaya untuk menghubungkan masalah dengan materi atau pengalaman yang lebih akrab bagi siswa. Solusi berikutnya dari masalah dan penciptaan masalah yang terkait memberikan informasi tambahan tentang cara berpikir siswa.

B. Memilih pertanyaan-pertanyaan untuk mempromosikan laporan-laporan tentang berpikir kritis Untuk tujuan penilaian, pertanyaan disajikan sebelum siswa melanjutkan ke pemecahan masalah yang dapat mempromosikan keterlibatan mereka dan berkomunikasi tentang berpikir kritis. Berikut ini beberapa contoh : 1. Apakah kamu pikir masalah ini akan mudah atau sukar untukmu? Mengapa kamu berpikir seperti itu? 2. Apakah ada yang tidak kamu pahami dalam masalah tersebut? Gambarkan atau jelaskan apa yang tidak kamu pahami? 3. Apakah masalah itu mempunyai fakta atau informasi yang tidak dibutuhkan?

4. Apakah kamu pernah menyelesaikan masalah yang seperti ini sebelumnya? Gambarkan masalah tersebut! 5. Dapatkah kamu menggambarkan diagram untuk menjelaskan masalah tersebut? 6. Strategi apa yang kamu pikir dapat menolongmu untuk memecahkan masalah tersebut? Terlalu sering siswa membaca masalah dan terburu-buru menyelesaikannya tanpa melihat prosedur penyelesaian sebelum mereka memahami situasi masalah tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini menolong siswa untuk pelan-pelan, berpikir, dan memperoleh representasi yang lebih baik tentang masalah sebelum mereka memilih dan melaksanakan sebuah strategi. Pertanyaan tambahan yang diajukan setelah siswa memecahkan masalah dapat juga menarik informasi tentang cara berpikir siswa. Di bawah ini adalah beberapa contohnya : 1. Apakah kamu menulis pernyataan yang lengkap dalam jawabanmu? 2. Apakah jawabanmu masuk akal sesuai dengan fakta-fakta yang diberikan? 3. Strategi apa yang kamu gunakan? Mengapa kamu menggunakan strategi tersebut? 4. Apakah kamu pikir solusimu sudah benar? Jelaskan mengapa kamu berpikir seperti itu! 5. Apakah masalah ini mudah atau sukar bagimu? Jelaskan mengapa! 6. Bisakah kamu menyelesaikan masalah ini dengan cara yang berbeda? Tunjukkan bagaimana caranya! Kombinasi pertanyaan yang disajikan sebelum dan sesudah siswa menyelesaikan masalah dapat menjelaskan lebih lanjut tentang cara berpikir siswa terhadap sebuah masalah, terutama satu tanpa kekonsistenan. Contoh ekstrim dari masalah seperti itu,

bersama dengan pertanyaan yang terkait dan tanggapan siswa kelas 5 SD ditunjukkan seperti ini : Kelas 6 pergi ke museum yang berjarak 18 km menggunakan bis. Di dalam bis terdapat 15 anak perempuan dan 13 anak laki-laki. Berapa umur pengemudi bis itu? 1. Sebelum kamu menyelesaikan masalah ini, coba jelaskan apa yang kamu pikirkan tentang masalah tersebut! Tanggapan : memperkirakan jawabannya karena ini terlihat sulit 2. Sekarang selesaikan masalah tersebut jika mungkin. Tanggapan : Diatas 16 tahun mungkin 43 jika kamu menjumlahkan semua angka kecuali 6 3. Mengapa kamu berpikir ini adalah masalah yang baik atau buruk? Tanggapan : ini baik karena membuatmu berpikir Dalam contoh ini siswa menunjukkan beberapa bukti dari berpikir kritis, seperti mempertimbangkan estimasi dan mengenal bahwa seorang supir bis harus berumur di atas 16, tapi gagal untuk melihat keganjilan dalam masalah. Mengherankan, banyak siswa kelas 4 7 yang mengamati bahwa masalah tersebut tidak dapat dipecahkan meskipun demikian kita tetap melanjutkan untuk menghitung umur supir bis itu. Untuk menilai kualitas tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan, guru dapat menyusun kriteria deskriptif singkat untuk berbagai tingkatan berpikir kritis. Meskipun konsep berpikir kritis sangat kompleks, untuk tujuan penilaian yang praktis, kriteria dapat dibuat menjadi lebih sederhana, seperti contoh di bawah ini : 0- Siswa tidak berupaya berpikir kritis, yang ditunjukkan dengan jawaban yang kosong atau komentar yang buruk 1- Siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan, tapi tanggapannya tidak logis dan tidak relevan

2- Siswa memahami pertanyaan dan memberikan komentar yang sesuai, tapi tanggapannya tidak lengkap atau membingungkan 3- Siswa memahami pertanyaan dan memberikan aspek yang paling relevan dengan pengamatan yang benar dan logis atau kesimpulan, atau siswa memberikan keseluruhan aspek yang relevan dengan sedikit kesalahan 4- Siswa memahami pertanyaan dan memberikan keseluruhan aspek yang relevan dengan pengamatan dan kesimpulan yang sepenuhnya logis.

C. Menggunakan pemecahan masalah untuk menilai pemikiran kritis Khasnya, siswa diminta untuk menyelesaikan masalah. Jarang dari mereka yang diminta untuk belajar dan mengkritik solusi masalah yang diberikan. Pemikiran mereka relatif terhadap penyelesaian yang kompleks yang mungkin dapat mengungkapkan lebih dari pemikiran yang mereka gunakan dalam menyelesaikan masalah. Pertanyaan yang tepat dibangun untuk menolong siswa mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan membantu guru dalam menilai kualitas berpikir mereka. Meskipun masalah sudah dipecahkan, siswa harus mengkritik kesesuaian strategi dengan implementasinya. Jika penyelesaian berisi kesalahan yang signifikan, kesalahan memberikan dasar yang jelas dan sederhana untuk menilai cara berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah contoh penyelesaian masalah yang dikerjakan oleh siswa kelas X dengan banyak kesalahan dan pertanyaan-pertanyaan yang membantu untuk mengungkapkan ketiadaan atau kehadiran pemikiran kritis, bersama dengan contoh tanggapan yang luar biasa terhadap pertanyaan (Szetela 1992)

Satu liter cat aspal dapat digunakan untuk mencat 6 m2 jalan. Cat dijual dalam kaleng yang berisi 5 L . berapa kaleng cat yang dibutuhkan untuk mengecat jalan dengan panjang 15 m dan lebar 3 m? Jill mencoba menyelesaikan masalah itu dengan cara : A=lxw 15 x 3 = 45 m2 = luas jalan 45 : 6 = 7,5 Jadi, dibutuhkan 7,5 kaleng cat. Jawablah pertanyaan di bawah ini tentang cara kerja Jill : 1. Apakah solusi Jill menunjukkan bahwa dia mengerti dan menggunakan dengan baik fakta-fakta dalam masalah? Jelaskan mengapa! Dia memahami pertanyaan tentang luas jalan, tapi dia tidak memahami bagaimana mengubah 7,5 menjadi berapa kaleng cat yang dibutuhkan. 2. Apakah jawaban Jill benar? Jelaskan mengapa! Jawaban Jill sudah benar sampai dia memperoleh 7,5. Yang Jill tidak perhatikan adalah satu liter cat aspal dapat digunakan untuk mencat 6 m2 jalan dan setiap kaleng cat berisi 5 L cat. Hanya kira-kira 2 kaleng cat yang dibutuhkan.

Sebuah masalah dengan banyak kesalahan yang membantu untuk mengungkapkan cara berpikir kritis Tanggapan siswa kelas X di atas merupakan contoh kualitas berpikir dan melaporkan apa yang guru ingin ketahui. Tanggapan tersebut menunjukkan sedikitnya pemahaman terhadap masalah dan solusi dan sebuah kecenderungan yang selalu bersedia menerima solusi yang diberikan tanpa berpikir kritis. Respon yang tidak memadai mungkin sebagian besar karena kurangnya pengalaman siswa dengan situasi yang membutuhkan analisis kritis atau untuk kebutuhan mereka dalam jangka waktu yang lebih lama untuk meningkatkan pelaporan tentang pemikiran mereka. Sangat penting untuk memilih pertanyaan yang baik karena memungkinkan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan melaporkan pemikiran tersebut. Pertanyaan cocok diberikan kepada siswa segera setelah mereka selesai mempelajari sebuah pemecahan masalah yang mungkin berfokus pada aspek khusus dalam pemecahan masalah dimana guru ingin menilai pemikiran kritis, seperti di bawah ini : 1. Fokus pada kewajaran jawaban. Apakah jawaban dalam masalah masuk akal sesuai dengan fakta-fakta masalah? Jelaskan mengapa!

2. Fokus pada strategi yang digunakan. Apakah strategi yang digunakan sudah benar? Mengapa kamu berpikir seperti itu? 3. Fokus pada alternatif jawaban lainnya. Dapatkah masalah ini diselesaikan dengan cara lain? Jelaskan mengapa! 4. Fokus pada kecukupan representasinya. Apakah pemecah masalah mengabaikan beberapa kondisi dalam masalah? Jika iya, jelaskan bagian mana yang diabaikan! 5. Fokus pada kebenaran dari penerapan strategi. Apakah pemecah masalah membuat kesalahan? Jika iya, jelaskan kesalahan apa yang dibuatnya! 6. Fokus pada tujuan masalah, termasuk bagian-bagiannya. Apakah pernyataan jawaban sudah lengkap? Apakah berisi bagian-bagian yang tepat? Kesulitan dalam menafsirkan dan menilai laporan siswa akan berkurang jika pertanyaan-pertanyaannya lebih spesifik karena pertanyaan yang spesifik secara langsung membawa siswa untuk mencapai target-target khusus. Meskipun demikian, meskipun pertanyaan dipilih secara hati-hati, guru mungkin akan diperhadapkan dengan laporan yang tidak jelas dan tidak kritis seperti ya, jawabannya masuk akal karena itulah cara saya melakukannya. Dari pernyataan seperti itu sulit untuk menjelaskan jika siswa sedang memikirkan jawaban atau sedang terbuai ke dalam persetujuan yang tidak kritis dengan keseluruhan solusi. Jawaban yang semakin tidak masuk akal dalam pemecahan masalah, semakin besar kemungkinan bahwa tanggapan tersebut menunjukkan ketidakmampuan atau keengganan untuk menyelidiki solusi yang diberikan secara kritis.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 1. Untuk memudahkan dalam menilai cara berpikir kritis siswa, guru dapat memberikan masalah-masalah khas dengan pertanyaan tambahan yang dirancang untuk mendorong komunikasi berpikir kritis. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya : a. Tidak memberi pertanyaan atau sebuah fakta dari masalah. Menyuruh siswa memeriksa fakta-fakta dari masalah dan kondisi-kondisi dan menuliskan pertanyaan dan penyelesaian mereka sendiri. b. Setelah siswa menyelesaikan sebuah masalah, mereka diminta membuat masalah yang sama atau yang terkait c. Menyajikan sebuah penyelesaian untuk masalah yang berisi kesalahan konseptual atau prosedural atau sebuah kekeliruan d. Membuat sebuah masalah dimana siswa harus mengkomunikasikan sebuah penjelasan tanpa benar-benar memecahkan masalah 2. Untuk tujuan penilaian, pertanyaan disajikan sebelum siswa melanjutkan ke pemecahan masalah yang dapat mempromosikan keterlibatan mereka dan berkomunikasi tentang berpikir kritis. Terlalu sering siswa membaca masalah dan terburu-buru menyelesaikannya tanpa melihat prosedur penyelesaian sebelum mereka memahami situasi masalah tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini menolong siswa untuk pelan-pelan, berpikir, dan memperoleh representasi yang lebih baik tentang masalah sebelum mereka memilih dan melaksanakan sebuah strategi. Pertanyaan tambahan yang diajukan setelah siswa memecahkan masalah dapat juga menarik informasi tentang cara berpikir siswa. Kombinasi pertanyaan yang disajikan sebelum dan

sesudah siswa menyelesaikan masalah dapat menjelaskan lebih lanjut tentang cara berpikir siswa terhadap sebuah masalah, terutama satu tanpa kekonsistenan. 3. Pertanyaan yang tepat dibangun untuk menolong siswa mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan membantu guru dalam menilai kualitas berpikir mereka. Meskipun masalah sudah dipecahkan, siswa harus mengkritik kesesuaian strategi dengan implementasinya. Jika penyelesaian berisi kesalahan yang signifikan, kesalahan memberikan dasar yang jelas dan sederhana untuk menilai cara berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah. Sangat penting untuk memilih pertanyaan yang baik karena memungkinkan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan melaporkan pemikiran tersebut. Pertanyaan cocok diberikan kepada siswa segera setelah mereka selesai mempelajari sebuah pemecahan masalah yang mungkin berfokus pada aspek khusus dalam pemecahan masalah dimana guru ingin menilai pemikiran kritis.

B. SARAN Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru hendaknya bisa memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik, sehingga mampu mengasah kemampuan berpikir kritis siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Webb,L. Norman. 1993. Assessment in the Mathematics Classroom. University of Michigan.

You might also like