You are on page 1of 3

LETAK GEOGRAFIS Kampung Lengkong Ulama berada dalam wilayah Desa Lengkong Kulon Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang

Provinsi banten. Batas Wilayah Lengkong Ulama adalah sebelah timur dengan kali cisadane, sebelah barat dengan kampung cipicung, sebelah selatan dengan Desa Sampora dan sebelah utara dengan sungai cisadane. Mata Pencaharian penduduk kampung ini adalah mayoritas pendidik (guru) baik formal maupun informal. Sebahagian lagi ada yang petani, pedagang, nelayan, wiraswasta, buruh dan karyawan. Penduduk kampung ini 100 % beragama islam dan taat menjalankan syariat agamanya. Nama lengkong Tak jelas sejarah mencatat siapa orang yang menamakan kampung Lengkong Ulama, tapi menurut penulis nama kampung ini di beri nama oleh orang yang pertama kali mendiami kampung ini yang tak lain dia adalah Raden Aria Wangsakara. Nama Lengkong Ulama diambil dari kata Lengkong yang berarti lingkung, atau lingkungan (bahasa sunda) yang berarti lingkungan atau daerah dan kata ulama yang berarti ulama, kiayi atau tokoh dalam agam Islam. Nama Lengkong Ulama sendiri awalnya hanya dikatan Lengkong, kata ini lebih awal ada yang diambil dari kata lingkung tersebut. Hal ini bisa jadi kiarenakan bahwa kampung lengkong diapit oleh dua sungai yaitu sungai Cisadane dan sungai Cihoe, diakrenakan dikelilingi oleh sungai (dilingkung ku cai) maka diberi nama Lengkong.. Nama inipun bisa jadi dimabil dari nama tempat Raden Aria Wangsakara lahir dan dibesarkan yaitu di Lengkong Sumedang. Untuk mengingat kampung halamannya, maka Raden aria Wangsakara memberi nama sama yaitu lengkong.

LENGKONG JAMAN PRA SEJARAH TANGERANG Letak geografis Lengkong Kyai yang berada di pinggiran Sungai Cisadane meyakinkan penulis bahwa daerah ini pernah dihuni ataupun dilintasi manusia purba. Letaknya yang berdekatan dengan Ciputat dan Serpong menambah keyakinan lagi hal ini dikarenakan dalam ekskavasi di jakarta 1970-an, ditemukan titik-titik penemuan kapak batu yang terletak di Cengkareng, Cilincing, Sunter, Tanah Abang, Kebon sirih, Rawa Belong, Sukabumi, Kebon Nanas, Cawang, Jatinegara, Cililitan dan daerah Tangerang seperti Ciputat (Tangerang), Pondok Jengkol (Tangeran), Pondok Cabe (Tangerang), Cipayung dan Serpong. Penemuan kapak batu itu mengindikasikan adanya kehidupan pra sejarah sejak 3000-4000 tahun yang lalu di Tangerang. Persyaratan lainpun dipenuhi seperti ditemukannya sebuah kapak perunggu didaerah aliran Sungai (DAS) Cisadane. Letak persis penemuannya adalah bekas galian pasir yang berada di Lengkong Ulama. Menurut kisah orang tua bahawa galian pasir tersebut adahulunya adalah daerah ariran sungai Cisadane yang seakarang membelok 10 hingga 15 meter dari galian tersebut. Kapak perunggu yang ditemukan di Lengkong Kyai adalah termasuk Tipe I dalam menurut Soejono. Tipe ini merupakan tipe umum atau dasar; dengan penampang yang lonjong, garis puncak (pangkal) tangkainya cekung atau kadang-kadang lurus dan bagian tajam cembung. Menurut sub-tipenya, kapak yang diemukan di Lengkong Kyai termasuk subtipe B: kedua sisi kapak melengkung ke dalam. Tangkai dan mata kapak sama panjang. Tipe ini terdiri dari beberapa ukuran, yang terbesar 12,6 x 9,2 x 2,4 cm dan yang terkecil 4,6 x 4,3 x 9 cm. kapak-kapak sub-tipe ini ditemukan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Madura Setelah diteliti ternyata kapak tersebut adalah peninggalan jaman pra sejarah yaitu pada jaman perunngu yang diperkirakan berusia 1000-2000 tahun . Melihat kondisi kapan yang masih bagus, diperkirakan kapak ini digunakan hanya sebagai hiasan atau sebagai jimat yang dibawa ke dalam kubur. Dikarnakan DAS Cisadane juga nerupakan jalur transportasi bagai manusia pra sejarah, bisa jadi ketika melintas kapak ini jatuh kesungai. Diperkirakan bahwa di daerah Lengkong Kyai masih tersimpan peninggalan pra sejarah lainnya seperti manik-manik dan perhiasan-perhiasan yang mempunyai nilai sejarah yang cukup tinggi.

Hal lain sebagai mana diyakini akan adanya kerajaaan yang bernama Tanjung Jaya, yang dipimpin oleh Prabu Wangsatunggal sepupu Ragamulya yang beristana di Kampung Muara kelurahan Tanjung Barat Jakarta Selatan, membuat keyakinan akan historis Tangerang sebagi salah satu kota bersejarah. Hal ini dikarenakan bahwa Tangerang ( Tangaram) seperti digambarkan Tome Pires sebagai kota besar, dimana barang dagangaan yang ada sama dengan bandar banten, Pondang (Pontang) dan Chequie (Cikande). Di Tangerang-pun didapati daerah dan desa dengan nama Jaya seperti Marga Jaya, paku jaya. Selian itu adanya daerah yang dinamakan Batu Ceper , dimana Batu Ceper atau Batu ampar adalah batu batu besar berukuran 3X4 meter yang pemukaannya datar. Batu ini digunakan untuk meletakan sesaji (bahasa jasa sesajen).

You might also like