You are on page 1of 21

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI REMAJA MENJADI PEROKOK DI SMA NEGERI 1 PALU KECAMATAN PALU TIMUR TAHUN 2011 KARYA

TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Palu

Disusun Oleh : AYU WANDIRA NIM : PO7120109 002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PALU TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema (Wikipedia, 2012)

Di dunia setiap tahunnya ditemukan 2,2 juta kematian akibat Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Dan penyakit itu mereka dapat dari kebiasaan merokok yang sudah mereka lakukan selama bertahun-tahun. Angka kematian akibat rokok ini setiap tahun akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah perokok. Mengapa konsumsi rokok yang terus menerus bisa memicu timbulnya penyakit? Zat-zat kimia apa saja yang sebernarnya terdapat di dalam sebatang rokok sehingga menimbulkan efek yang mengerikan? Jika Anda berpikir bahwa nikotin adalah satu-satunya kandungan rokok yang berbahaya di dalam rokok itu sangatlah salah. Nikotin Ini adalah komponen adiktif tembakau. Hal ini diserap ke dalam darah dan mempengaruhi otak dalam waktu 10 detik. Hal ini menyebabkan perokok untuk merasa relax karena neurotransmitter. Ini juga menyebabkan gelombang denyut jantung, tekanan darah, dan adrenalin (yang juga merasa baik). Akibatnya, sifat ketergantungan nikotin pada otak dan tubuh untuk sementara hilang. Perokok merasa lebih buruk jika mereka tidak merokok. Ini yang memperkuat keinginan untuk merokok lagi. Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari stimulan nikotin biasa, asap rokok juga mengandung tar yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia termasuk sekitar 60 bahan kimia karsinogenik yang berbahaya. Hampir semua jenis zat tersebut mematikan. Zat-zat inilah yang menyebabkan penyakit paru-paru, jantung, emphysema dan penyakit berbahaya lainnya. Berhenti merokok sekarang berarti Anda bisa menjalani hidup lebih sehat dan bahagia. Seperti yang Anda sudah tahu bahwa bahaya merokok buruk bagi diri sendiri dan semua orang yang ada di sekitarnya. Pelan tapi pasti bahaya merokok pasti bisa dirasakan(Andywijaya, 2007)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok di SMA Negeri 1 Palu kecamatan palu timur tahun 2011

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok di SMA Negeri 1 Palu kecamatan palu timur tahun 2011

2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya informasi yang melatarbelakangi siswa/remaja menjadi perokok di sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan pengatahuan. b. Diketahuinya informasi yang melatarbelakangi siswa/remaja menjadi perokok di sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan perilaku. c. Diketahuinya informasi yang melatarbelakangi siswa/remaja menjadi perokok di sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan lingkungan.

3. Manfaat Penelitian a. Bagi siswa/pelajar Memberi informasi dan masukan kepada pelajar, khususnya siswa sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan perilaku b. Bagi institusi memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang dilakukan, dan sebagai masukan informasi perpustakaa, khususnya program studi keperawatan POLTEKKES KEMENKES palu. 3. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang bahaya rokok, khususnya pada siswa SMA Negeri 1 Palu kecamatan palu timur tahun 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rokok 1. Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. (Wikipedia,2012) Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari stimulan nikotin biasa, asap rokok juga mengandung tar yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia termasuk sekitar 60 bahan kimia karsinogenik yang berbahaya. Hampir semua jenis zat tersebut mematikan. Zat-zat inilah yang menyebabkan penyakit paru-paru, jantung, emphysema dan penyakit berbahaya lainnya. (Andywijaya, 2007) Beberapa zat kandungan rokok lainnya dikenal mempunyai efek yang merugikan tulang dan kulit. Anda mungkin terkejut untuk menemukan nama beberapa bahan kimia dalam asap rokok. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: a. Nikotin

Nikotin adalah kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks. Nikotina merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat menimbulkan kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, akan tetapi nikotina tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker.

Nikotina adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan (Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0% dari berat kering tembakau berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nikotina)

Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik.

Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna.

Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol.

Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.

Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.

Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.

Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.

Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus

2. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh rokok Sebagian masih menyimpulkan dampak merokok adalah yang paling sederhana dan cepat terlihat yaitu batuk dan asma (59%) presentase yang menyebutkan dampak kebiasaan merokok yang berkaitan dengan reproduksi seperti

impotensi dan gangguan kehamilan dan janin masih rendah yaitu sebesar (13,7%), untuk impotensi (13,2) untuk gangguan kehamilan dan janin(Depkes,RI 1999)

3. Dampak Perokok Pasif Terhadap Kesehatan Perokok Pasif Mempunyai Risiko Lebih Besar Dibandingkan Perokok Aktif. Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asthma. Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. "Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan."

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna (Kosmo, 2011) Pasioen-pasien perokok juga berisiko tinggi mengalami komplikasi atau sukarnya penyembuhan luka setelah pembedahan termasuk bedah plastik dan rekonstruksi, operasi plastik pembentukan payudara dan operai yang menyangkut anggota tubuh, bagian bawah. Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari seconhandsmoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan tambakau tanpa asap (tembakau kunyah) (argamakmur, 2009) A. Tinjauan Umum Tentang Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Lingkungan 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki. (Wikipedia, 2007) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2010). Sedangkan menurut Talbot (1995), yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005) pengetahuan adalah informasi, dan penemuan adalah proses kreatif untuk mempertahankan pengetahuan baru.

2. Komponen Pengetahuan Menurut Benjamin Bloom (1908), pengetahuan dibagi menjadi beberapa tingkatan yang selanjutnya disebut dengan Taksonomi Bloom. Menurut Bloom, pengetahuan dibagi atas: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoadmojo, 2008). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri dari enam tingkatan sebagai berikut : 1) Tahu (Know) Mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Misalnya dapat melaksanakan atau menggunakan prinsipprinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang ada. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponenkomponen tetapi masih ada kaitannya. Misalkan dapat membedakan tanda persalinan normal atau tidak normal. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penilaian tetap terhadap suatu materi objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan kehamilan atau persalinan normal dengan kehamilan atau persalinan tidak normal (pathologi). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara,

menanyakan materimateri yang akan diukur dari responden ke dalam pengetahuan yang kita ketahui (Notoadmojo, 2008).

3. Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :

Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat

luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

Informasi Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of

which one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi (Meliono.dkk, 2007)

4. Sikap a. Pengertian sikap

Menurut

Alport (1994) dalam Notoatmodjo (2003), salah seorang ahli

psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

b. Proses terbentuknya sikap Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2008).

c.

Diagram sikap

Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

Stimulus Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku (Terbuka)

Sikap (Tertutup)
Gambar 2.1 : sikap d. Komponen pokokProses terbentuknya sikap (Notoatmodjo, 2008).

Dalam bagian lain Allport (1994) dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu obyek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga kamponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut herniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap obyek yang berupa penyakit polio (Notoatmodjo, 2003).

e. Berbagai Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas, yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: Seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi membawa anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi dan imunisasi, adalah bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan anak. 4. Bertanggungjawab (Responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pemyataan responden terhadap suatu obyek. Misalnya, bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan imunisasi di Posyandu? (Notoatmodjo, 2003).

3. Lingkungan Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.

F. KERANGKA KONSEP / DEFINISI OPERASIONAL 1. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep yang satu dengan konsep lainnya yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 1993). Adapun variabel karakteristik tersebut hanya meneliti factor-faktor yang melatarbelakangi siswa SMA Negeri 1 Palu menjadi perokok ditinjau dari segi pengetahuan, perilaku, dan lingkungan. Dari uraian tersebut maka kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

D. Variabel dan definisi operasional Yang dimaksud dengan remaja perokok adalah remaja yang sudah terbiasa menghisap rokok atau remaja yang sudah ketrgantungan terhadap rokok. Variabel yang diteliti : 1. Pengetahuan Yang dimaksud pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden sehubungan dengan pengertian, dampak, dan pengaruh dari rokok. Cara ukur : wawancara Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal Hasil ukur: 0. Kurang baik (jika skor < median) 1. Baik (jika skor median)

2. Sikap Yang dimaksud dengan sikap adalah pernyataan yang didasarkan atas pendirian, pendapat atau keyakinan responden tentang perilaku merokok. Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur : : wawancara : kuesioner Ordinal : 0. Tidak menerima (bila < median) 1. menerima(bila median)

3.Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan adalah keadaan disekitar dimana para siswwa berada, baik lingkungan rumah, pergaulan diluar rumah, maupun diseekolah. Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur : : wawancara : kuesioner Ordinal : 0. Tidak mendukung (bila < median) 2. mendukung (bila median)

F. Pengolahan dan analisa data 1. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan dengan menggunakan komputer yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

a. Editing Data : Yaitu memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data yang diperoleh dari lapangan. b. Coding Data : Yaitu memberikan kode nomor jawaban yang untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data. c. Tabulating : Menghitung dan mentabulasi data secara manual.

d. Cleaning Data : Melakukan pengecekan kembali, bila ada kesalahan yang dihitung e. Entry Data :Memasukkan data ke program komputer untuk keperluan analisis f. Describing : Menggambarkan atau menerangkan data (Hastono, 2001) 2. Analisis data Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekwensi dan proporsi masing masing variabel yang diteliti baik variabel independen, maupun variabel dependenden. Rumus yang digunakan
P f x 100 N

Keterangan

P : Persentase F : Frekwensi N : Jumlah responden (Sabarguna, 2008)

G. Penyajian data Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan cara penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian Jenis penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi objek yang diteliti yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok di SMA Negeri 1 Palu Kecamatan Palu timur tahun 2011

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di di SMA Negeri 1 Palu Kecamatan Palu timur pada bulan juni sampai agustus tahun 2011.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2003). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Palu Kecamatan Palu timur pada bulan juni sampai agustus tahun 2011, berjumlah 130 orang.

2. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003) Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara Proportional Random Sampling yaiti pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan jumlah subjek dalam masing-masing wilayah (Notoatmodjo, 2005).

Besar sampel diambil sesuai rumus Slovin sebagai berikut : n= N 1 + N (d2)

Keterangan: N n d2 : Besar populasi : Besar sampel : Tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1)

Jumlah sampel secara keseluruhan: n= 130 1 + 130 (0,12)

n=

130 1 + 130 (0,01)

n=

130 1+ 1,3

n = 130 2,3

n = 56,5 n = 57 Jadi, jumlah sampel secara keseluruhan adalah 57 responden.

D. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner secara langsung oleh responden, kuisioner yang telah diisi oleh responden langsung dikumpul kembali tidak ada tenggang waktu yang diberikan oleh peneliti dalam melakukan pengisian kuisioner.

E. Pengolahan Data Agar data yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna atau berarti, maka data mentah diolah terlebih dahulu sebelum disajikan, adapun tahap pengolahan data yaitu sebagai berikut: 1. Editing data : memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan apa ada kesalahan atau tidak. 2. Coding : pemberian nomor kode atau bobot pada rawatan yang bersifat kategori. 3. Transfering : yakni memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam media tertentu, misalnya master tabel atau kartu kode 4. Tabulating : penyusunan atau perhitungan data berdasarkan variabel yang diteliti. 5. Cleaning : membersihkan dengan melihat variabel-variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar atau belum. 6. Describing: menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah dikumpulkan.

F. Analisis Data Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, maka teknik yang digunakan adalah analisa deskriptif dimana analisis deskriptif akan memberikan gambaran secara rinci tentang perilaku ibu post partum menurut pengetahuan, pendidikan, dan umur. Jumlah jawaban yang benar selanjutnya dimasukkan kedalam rumus:

P=

X 100 %

Keterangan:

P = presentase X = jumlah jawaban yang benar N = jumlah nilai maksimum

G. Penyajian Data Setelah diolah kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang disertai penjelasan.

You might also like