You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara negara di ASEAN (kalbe.co.id).Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di indonesia .walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam ,tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi penanganan diare yang di lakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam.

Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi .lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat di turunkan ( Lisa Ira,2002). Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang di sertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja.bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummualiya,2008). Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak.penyakit diare di masyrakat indonesia lebih di kenal dengan istilah Muntaber. Penyakit ini mempunyai Konotasi yang mengerikan serta menimbulkan Kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera di obati,dalam waktu singkat ( 48 jam )penderita akan meningal ( Triatmodjo ,2008). Secara klinis penyebab diare dapat di kelompokan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi,malobsorsi ,alergi,keracunan,immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering di temukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang di sebabkan infeksi dan keracunan.(Depkes RI,2002).Adapun Penebab-penyebab tersebut sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi,kebisaan atau perilaku,sanitasi lingkungan,dan

sebagainya.pada tahun 2004,Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanak setelah DBD,Campak,Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan. Secara Khusu di Rumah Sakit umum anutapura palu pada bulan Januari Desember tahun 2008 jumlah penyakit diare pada balita adalah 228 orang yang dirawat di ruangan Nuri, sesual dengan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka peneliti tertarik mengangkat Pengetahuan Ibu Tentang penyakit Diare pada Balita(1-5 tahun) di ruang Nuri RSU anutapura tahun 2009. B. Rumusan Masalah Berdasarakan uraian di atas, dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :Bagaimana pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada Balita (1-5 Tahun) di ruang Nuri RSU Anutapura tahun 2009 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit Balita (1-5 Tahun )di RSU Anutapura Pada tahun 2. Tujuan Khusus. a. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari umur ibu b. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari Pendidikan ibu. c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari pekerjaan ibu. D. Manfaat penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi instansi Akademi perawatan Kabupaten Donggala. 2009. diare pada

2. Sebagai bahan Sumbangan Ilmiah yang di harapkan Dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain.

3. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang penyakit Diare.

BAB II TINJAUAN PUSAKA

A. Konsep Dasar Teori Penyakit Diare 1. Pengertian a. Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa (Cary and Bhatnager, 2000 mengacu pada Doonenberg, 2001). b. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambah frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2002). c. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja yang lbih banyak dari biasanya (normal 100 200 ml perjam tinja) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (stengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansur dkk). d. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO, 1980)

2. Penyebab diare a. Infeksi bakteri beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare contohnya Campy lobaker, Salmonella, Shigella dan Secherichia. b. Infeksi virus beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rota virus, Norwalt virus, Cytomegalovirus virus herpes simplex dan virus hepatitis. c. Intolenransi makanan contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa (gula dalam susu). d. Parasit-parasit yang masuk ke dalam tubuh memlalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardialambia, Emtamoeba histolytica dan Ceryptospordium. e. Reaksi obat contoh anti biotik, obat-obat tekanan darah dan antisida yang mengandung magnesium

3. Gejala penyakit diare Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih sehari, yang kadang disertai : a. Muntah b. Badan lesu atau lemah c. Panas d. Tidak nafsu makan e. Darah dan lendir dalam kotoran rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan olah infeksi virus, infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam penurunan nafsu makan atau kelesuan, selain itu dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam nyeri otot atau kejang, dan sakit kelapa. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi. (Depkes, 2007).

4. Jenis-jenis diare a. Diare akut merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensi biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak. b. Diare bermasalah merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteeri, parasit, intoleransi laktosa, alergi, protein susu sapi, penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan cairan kemudian pada hari yang kedua dan ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut diikuti munculnya tenismus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah. c. Diare persisten merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut. (Depkes RI, 2007).

5. Patofisiologi Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya gangguan proses mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektonik, sehingga mempengaruhi konsistensi air dan elektronik, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang berbentuk peristaltik saluran cerna yang teratur akan mengakibatkan proses cerna enzimatik berjalan baik. Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang akan mempengaruhi pola defekasi.

6. Penatalaksaan medik Menurut Ngastiyah (1997), penatalaksaan medik penderita diare, yaiu: a. Pemberian cairan: jenis cairan, jumlah pemberiannya. Pemberian cairan pada pasien diare, harus memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum. 1. Jenis cairan Pada diare akut yang ringan, dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL bila tidak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul natrium bikarbonat 7,5%. 2. Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan b. Pengobatan diabetik Untuk anak di bawah umur satu tahun, dan di atas satu tahun, dan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan yang diberikan yaitu: 1. Susu (ASI atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, amiron atau jenis lainnya). 2. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak bisa diberikan susu. 3. Susu khusus yang disesuaikan dengtan kelainan ditemukan, misalnya susu tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh. c. Obat-obatan Prinsip pengobata diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektronik dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, tepung, tepung beras dan sebagainya).

1. Obat anti sekresi Asetasol 25 mg/hari dengan dosis minimum 30 mg, klorpromasin dosis 0,5 1 mg/kg BB/hari. 2. Obat spasmolitik dan lain-lain Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrabeladona, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, chracoal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi. 3. Antibiotik Umumnya antibiotik tidak dapat diberikan, tidak diketahui penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetraksilin 25 50 mg/kgBB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit otitis media akut, faringitis, bronchitis atau bronchopneumonia. 4. Pemberian tablet zink pada pasien diare dalam

http://ordinaryubay.wordpress.com Untuk bayi usia 2 5 bulan, berikan setelah tablet zink (10 mg) sekali sehari selama 10 hari berturut-turut. Untuk anak usia 6 bulan 12 bulan, berikan 1 tablet zink (20 mg) sekali sehari selama 10 hari beturut-turut. Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes) air matang atau ASI dalam sendok teh. Jangan mencampur tablet zink dengan oralit/LGGG. Tablet harus diberikan selama 10 hari penuh (walaupun diare telah berhenti sebelum 10 hari). Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet zink, berikan lagi tablet zink dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet zink segera setelah anak dapat minum atau makan.

Menurut Ngastiyah, (1997) bagian-bagian penting dalam perawatan diare adalah: A. Mencegah terjadinya dehidrasi Dehidrasi biasanya dapat dicegah dirumah, bila anak minum cairancairan ekstra segera setelah diare timbul. Seorang anak sebaiknya diberikan satu dari cairan-cairan yang dianjurkan olah pengobatan diarea di rumah. Cairan-cairan ini meliputi larutan oralit, cairan-cairan rumah tangga (seperti sop, air beras dan minumanminuman yogurt) dan air putih. Larutan oralit dapat digunakan untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan dan belum menggunakan makanan padat, maka sebaiknya diberikan larutan oralit atau ar daripada cairan tumah tangga. B. Mengobati dehidrasi Bila terjadi dehidrasi maka anak sebaiknya dibawa ke petugas kesehatan atau pusat kesehatan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan terbaik untuk dehidrasi adalah terapi oral dengan suatu larutan yang dibuat dengan oralit. Larutan oralit saja dapat digunakan untuk merehidrasi 95% atau lebih pasien dengan dehidrasi. Pasien dengan dehidrasi berat pada awalnya membuthuhkan. Rehidrasi dengan cairan-cairan intravena, tetapi sebaiknya diberikan larutan oralit sebagai tambahan terhadap cairan-cairan intravena segera setelah mereka dapat minum. Sebaiknya hanya digunakan larutan oralit saja bila tanda-tanda dehidrasi berat telah hilang. C. Pemberian makanan Pemberian makana selama diae harus dapat menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan olah anak-anak untuk pertumbuhan dan menjadi kuat dan mencegah kehilangan berat badan. Cairan-cairan yang diberikan untuk mencegah atau mengobati dehidrasi, seperti larutan oralit atau cairan rumah tangga yang dianjurkn, tidak menyediakan zat-zat gizi yang dibutuhkan, pemberian makanan ang sering dengan jumlah makanan bergizi dan ade kuat adalah sangat penting Anak-anak yang masih menyusui pada ibunya, sebaiknya diberikan ASI dnegan sering. Anak-nak lain harus diberikan susu yang biasa mereka gunakan. Anak-nak yang berumur 6 bulan atau lebih tua (atau bayi-bayi yang telah menggunakan makanan padat) harus sering diberikan makanan dengan jumlah bahan bergizi yang sedikit dan mudah dicernakan. Setelah diare berhenti, makanan ekstra sebaiknya

diberikan setiap hari selama 2 minggu untuk membantu anak-anak mendapatkan kembali berat badannya yang hilang selama sakit.

7. Perawatan Menurut Ngastiyah, (1997), penyakit diare walaupun tidak semua menular (misalnya diare karena faktor malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk untuk mencegah infeksi (selalu tersedia desinfektan dan air bersih) serta tempat pakaian kototr tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang mengenai penyakit diare.

8. Komplikasi Menurut Ngastiyah, (1997), akibat diare kahilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapa terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik). b. Renjatan hipovolemik c. Hipokalemia. d. Hipogligkemia e. Intolenransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik g. Mall nutrisi protein. B. Konsep Dasar yang berhubungan dengan Variabel 1. Pengetahuan Pengetahuan menurut Notoadmodjo, (2003) adalah suatu hasil setelah seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek terntentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over bhaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan labih baik dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. a. Tahu (know)

Tahu di artikan sebagai meningkat materi yang telah di pelajari sebelumnya,termasuk pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima,oleh sebab itu ini adalah merupakan tingkat yang paling rendah.kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain menyebutkan menguraikan,mengidentifikasi dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartiakan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya tentang obyek yang di pelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum

,rumus,metode,prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen,tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

menyusun,merencanakan,meringkaskan ,menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian suatu obyek.penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteriakriteria yang ada.

2. Umur Umur adalah usia seseorang sebagaimana yang di tunjukan dengan hari kelahiranya atau lamanya dia hidup sejak tanggal lahirnya. Dengan bertambahnya usia maka perkembangan seseorang berlangsung terus hingga kematangan kematangan

tertentu. Bertambahnya usia seseorang juga menumbuhkan kapasitas intelektual (Soemanto, 1998). Purwanto (1999) menyimpulkan bahwa makin bertambah umur makin banyak nampak jelas dalam kematangan proses berpikir, struktur intelejensi mengalami sesuatu transformasi kontinyu sebagai hasil interaksi antara kematangan dan pengaruh luar berbentuk pengalaman. Menurut Muchsin (1996) perkembangan usia di pandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang .kematangan individu dapat dilihat secara subyektif dengan periode umur sehingga bebagai proses pengalaman ,pengetahuan ,ketrampilan ,kemandirian terkait sejalan dengan

bertambahnya umur individu. Menurut Long (1996), berpendapat semakin tua umur seseorang semakin Konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang di hadapai.semakin mudah umur seseorang dalam menghadapi masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya .Adapun krteria umur menurut Gouldadalah masa dewasa dini (18-40 Tahun),Dewasa madya (41-60 Tahun),dewasa lanjut ( > 60 Tahun). 3. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.pendidikan merupakan suatu Conditio Sine Quanum dan telah ada sejak peradaban umat manusia secara umum pendidikan dapat di artikan sebagai usaha manusia untuk memebina kepribadiannya sesuai dengan nilaidalam msyarakat dan kebudayaan.menurut dictionary of education pendidikan dapat di artikan pendidikan mempakan suatu prosez di mna seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainya dan kebudayaan (Handoyo (1997). Pendapat Hastodo (2001)bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin muda orang tersebut menerima informasi sehingga masi banyak pula pengetahua yang di milikinya. Demikian pula sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di perkenalkan. Notoatmodjo (1996) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya.

4. Pekerjaan Pekerjaan adalah merupakan kegiatan utama atau sumber penghasil an utama dalam kehidupan manusia (Narkoba , 2002 ) Notoatmodjo 2000 memasukan kesibukan pekerjaan dalam komponen predisposing yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai di anut masyarakat tinggi pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.yang mempengaruhi perilaku.seseorang atau kelompok untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan .dalam penelitian Notoatmodjo menyebutkan bahwa pekerjaan sehari-hari membuat seseorang sibuk sehingga tidak sempat memanfaatkan pelayanan kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Variabel penelitian ini adalah (umur, pendidikan, pekerjaan ) dan pengetahuan ibu tentang penyakit diare yang mencakup : pengertian, penyebap, gejala, tindakan, pengobatan/ perawatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSU Anutapura palu yaitu di ruangan Nuri, penelitian ini di lakukan pada bulan Juli 2012 selama dua minggu.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam peneltian ini adalah semua ibu yang membawa anak balitanya yang di rawat di ruang Nuri RSU Anutapura palu tahun 2012. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu, dari anak penderita diare yang di rawat di ruang Nuri RSU Anutapura palu pada bulan Juli tahun 2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 57 orang, di peroleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin.
N 1 N (d 2 )

Keterangan : N= Jumlah populasi d= Derajat ketepatan (0,1) n= Besar sampel

n=

130 1 + 130 (0,12)

n=

130 1 + 130 (0,01)

n=

130 1+ 1,3

n = 130 2,3

n = 57 Jadi, jumlah sampel secara keseluruhan adalah 57 responden.

D. Variabel dan Defenisi Operasional 1. Variabel Dependen Pengetahuan Ibu a.Defenisi : Pemahaman responden tentang penyakit diare yang mencakup :

Pengertian, Penyebap, Gejala, Tindakan perawatan / pengobatan b.Cara ukur c.Alat ukur d.Skala ukur e.Hasil ikur : Pengisian Quesioner : Quesioner : Ordinal : 0 = Kurang Baik ( Jika score < 7 ) 1 = Baik ( Jika score > 7)

2. Variabel Independen

Umur a.Defenisi : Kurun waktu yang telah di lalui oleh seseorang sejak ia di

lahirkan sampai terakhir saat penelitian ini dilakukan b.Cara ukur c.Alat ukur d.Skala ukur : Pengisian Quesioner : Quesioner : Ordinal

e. Hasil ukur

: 1 = 18-40 tahun ( dewasa Dini ) 2 = 41-60 tshun ( Dewasa

Madya ) 3 = > 60 tahun ( Dewasa Lanjut )

Menurut Gould

Pendidikan a.Defenisi : Pendidikan formal yang di dapat melalui bangku sekolah

berdasarkan kepemilikan ijazah terakhir. b.Alat ukur c.Cara ukur d.Skala ukur e. Hasil ukur : Pengisian Quesioner : Quesioner : Ordinal : Rendah ( < SMP ) Tinggi ( > SMA )

Pekerjaan a.Defenisi : Pendapatan merupakan kegiatan dan mempunyai penghasilan

utama dalam kehidupan responden. b.Cara ukur : Pengisian Quesioner

c.Alat ukur d.Skala ukur e.Hasil ukur

: Quesiener : Nominal : 0 = Bekerja (Pegawai, Wiraswasta, Petani, Buruh, Penjahit) 1

= Tidak bekerja ( URT ) D. Pengumpulan Data 1. Data Primer adalah data yang di kumpulkan langsung dengan wawancara dan menggunakan kuesioner sebagai acuan pertanyaan yang di ajukan pada responden 2. Data skunder adalah data yang di peroleh dari pihak RSU Anutapura Palu F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolaan Data a. Editing Data, Yaitu : memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data yang di peroleh dari lapangan.

b. Coding, Yaitu pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat kategori c. Tabulating data, yaitu menghitung dan mentabulasi data secara manual. d. Cleaning Data, yaitu melakukan pengecekan kembali bila ada kesalahan yang di hitung. e. DescribingData, yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah di kumpulkan. 2. Analisa Data Analisa data di lakukan secara deskriptif dengan menggunakan rumus (Sujana, 1991) f
P= n N x 100%

Keterangan : P : Proporsi F : Frekuensi N : Sampel G. Penyajian Data Data di sajikan dalam bentuk tabel dan nasari.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Untuk mengetahui gambaran distribusoi sebagai berikut: 1. Analisis univariat a. Pengetahuan Ibu pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada balita. Pengethuan dikategorikan berdasarkan nilai 0 kurang baik (jika score 67%) dan 1 = baik (jika scor 67%). masing-masing variabel tersebut adalah

Hasil anila dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1 Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012

NO 1 2

Pengetahuan Baik Kurang Baik Jumlah

Frekuensi (f) 38 19 57

Persentase (%) 66, 67 33, 33 100%

Sumber : Data Primer 2012 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang penyakit diare yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 66, 67%, dan yang memiliki pengetahuan kurang baik adalah sebanyak 33,33%.

b. Umur Ib u Tabel 2 Diatribusi Responden Menurut Umur Ibu di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012

NO 1 2 3

Umur Dewasa Dini Dewasa Madya Dewasa Lanjut Jumlah

Frekuensi (f) 30 17 10 57

Persentase (%) 52, 64 29,82 17,54 100%

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan pada tabel 2, dapat dilihat responden paling banyak ditemukan pada dewasa dini, yaitu berjumlah 30 orang (52,64%), dan responden yang paling sedikit ditemukan pada dewasa lanjut yaitu berjumlah 10 orang (17,54)

c. Pendidikan Ibu Tabel 3 Diatribusi Responden Menurut Pendidikan di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012 NO 1 2 Pendidikan SMP SMA Jumlah Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan pada tabel 3dapat dilihat bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah adalah yaitu SMA sebanyak 31 orang (54,39%) dan pengetahuan paling sedikit SMP sebanyak 26 orang (45,61%) Frekuensi (f) 26 31 57 Persentase (%) 45,61 54,39 100%

d. Pekerjaan Ibu Tabel 4 Diatribusi Responden Menurut Pekerjaan di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012 NO 1 2 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan pada tabel 4, dapat dilihat bahwa responden yang bekerja sebanyak 27 orang (47,37%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 30 orang (52,63%). Frekuensi (f) 27 30 57 Persentase (%) 47,37 52,63 100%

2. Analisa Bivariat a. Pengetahuan Berdasarkan Umur Untuk distribusi responden menurut umur dan pengetahuan responden dapat dilihat tabel berikut

Tabel 5 Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita (1-5 tahun) Berdasarkan Umur di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012 Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita NO Umur F 1 2 3 Dewasa Dini Dewasa Madya Dewasa Lanjut 27 7 4 Baik % 90 41,18 40 Kurang Baik F 3 10 6 % 10 58,82 60 N 30 15 12 % 100 100 100 Total

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak pada dewasa dini sebanyak 27 orang (90%) sedangkan responden yang memiliki pengatuan kurang baik terdapat pada Dewasa dini sejumlah 3 orang (10%).

b. Pengetahuan berdasarkan pendlidikan

Tabel 6 Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita (1-5 tahun) Berdasarkan Pendlidikan di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012

Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita NO Pendidikan F Baik % Kurang Baik F % N % Total

1 2

Dewasa Dini Dewasa Madya

11 27

42,30 87,10

15 4

57,70 12,90

26 31

100 100

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahauan baik paling banyak yaitu pendidikan SMA berjumlah 27 orang

(87,10), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik paling banyak berpendidikan SMP yaitu berjumlah 11 orang (42,30).

c. Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 7 Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita (1-5 tahun) Berdasarkan pekerjaan di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu Tahun 2012 Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita NO Pekerjaan F Baik % Kurang Baik F % N % Total

1 2

Bekerja Tidak bekerja

20 21

74,18 70

7 9

25,92 30

27 30

100 100

Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 7 di atas terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja yaitu berjumlah 21 orang ( 70%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat pada responden yang berjumlah 7 orang (25,92%). B. Pembahasan 1. Pengetahuan berdasarkan Umur Hasil penelitian berdasarkan umur memperlihatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu umur 18-40 tahun sebanyak 27 orang (90%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik banyak pada umur 41-60 tahun sejumlah 10 orang (58,82%). Menurut pendapat peneliti, didapatkannya ibu yang memiliki pengetahuan baik paling banyak 18-40 tahun karena pada umur tersebut pada ibu sudah matang dalam proses berpikir serta struktur intelegensinya sudah banyak mengalami perubahan dan dengan adanya pengaruh dari luar yang berbentuk suatu pengalaman bagi responden tersebut. Dan didapatkannya ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik pada umur

41-60 tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan dan kurangnya rasa keingintahuan responden tentang kesehatan terutama penyakit diare. Menurut Muchsin (1996) perkembangan usia dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. Kematangan individu dapat dilihat secara subjektif dengan periode umur sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu. 2. Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu berpendidikan SMA berjumlah 27

orang (87,10%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik paling banyak berpendidikan SMP yaitu berjumlah 15 orang (57,70%). Menurut pendapat

peneliti hal ini disebabkan makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pernyataan tersebut diatas sesuai teori yang dikemukakan oleh Hastono (2001) yang mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 3. Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan Bedasarkan dari hasil analisis bivariat didapatkan data bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat pada responden yang tidak bekerja 21 orang (70%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat pada responden yang bekerja yaitu 7 orang (25,92%). Menurut pendapat peneliti responden yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang baik dikarenakan kurangnya kesibukan mereka sehari-hari sehingga mereka bisa menyempatkan diri serta rajin mencari (mendengarkan) informasi tentang kesehatan baik dari media massa maupun penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan yang berhubungan dengan penyakit diare. Begitupun sebaliknya responden yang bekerja memiliki pengetahuan kurang baik disebabkab karena kesibukan mereka sehari-hari, sehingga mereka kurang mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit diare. Notoatmodjo 2000 memasukkan kesibukan pekerjaan dalam komponen predisposing yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai dianut masyarakat tinggi pendidikan dan

tingkat sosial ekonomi. Yang mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 66,67% sebanyak 33,33%. 2. a. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa responden yang memilik pengetahuan baik paling banyak terdapat pada umur 18-40 tahun sebanyak 27 orang (90%)sedangkan responden memiliki pengetahuan kurang baik terdapat pada umur 41-60 tahun sejumlah 10 orang (58,82%).. dan memiliki pengetahuan kurang baik

b. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu berpendidikan SMA berjumlah 27 orang (87,10%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik paling banyak berpendidikan SMP yaitu berjumlah 15 orang (57,70%). c. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja yaitu berjumlah 21 orang (70%),sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat pada responden yang bekerja yaitu 7 orang (25,92%). B. Saran

Dari kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit di harapkan dapat meningkatkan penyuluhan kepada pasien dan orang tua maupun keluarga klien yang berkunjung ke ruang nuri sehingga dapat

mengatasi dan mencegah terjadinya diare yang lebih parah serta dapat meningkatkan perilaku hidup sehat. 2. Bagi institusi Akademi di harpakan agar dapat membekali peserta didiknya dengan kemampuan melakukan penyuluhan tenteng diare. 3. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan variabel yang lebih luas seperti penyebab, gejala, tindakan, pengobatan/perawatan.

You might also like