You are on page 1of 6

Prinsip dan Kode Etik dalam Bisnis Andrea Anggraeni Dicky Hidayat Nurhuda Dian Asmara Pengertian Profesi

1. Menurut KBBI: Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Profesional : (a) bersangkutan dengan profesi; (b) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya; (c) mengharusnya adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir). Profesionalisme : merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. 2. Hidayat Nur Wahid dalam Economic, Business, Accounting Review edisi II/April 2006: Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah pekerjaan yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut. Sedangkan profesionalisme yang memayungi profesi tersebut adalah semangat, peradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus menerus secara dewasa, secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka. 3. Menurut Brooks (2004) Profesi adalah suatu kombinasi fitur, kewajiban dan hak, yang kesemuanya dibingkai dalam seperangkat nilai-nilai profesional yang umum, nilai-nilai yang menentukan bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana tindakan dilaksanakan 4. Menurut Prof. Dr. Widjojo Nitisastro (dalam Hans Kartikahadi: Jurnal Economics, Business, Accounting Review, edisi II/April 2006): Seorang profesional akan selalu mempersoalkan (concern) apakah karyanya sesuai dengan kaidah yang berlaku. 5. Kanter (2001) Profesi adalah pekerjaan dari klompok terbatas orang-orang yang meiliki keahlian khusus yg diperolehnya melalui training atau pengalaman lain, atau diperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau memberi saran atau melayani orang lain dlm bidangnya sendiri. Dengan menyimak berbagai definisi tersebut, dapat diketahui bahwa definisi yang diberikan mulai dari yang sangat luas sampai ke definisi yang khusus dan terbatas. 1. Definisi yang sangat luas, dimana profesi disamakan dengan pekerjaan diberikan oleh Hidayat Nur Wahid. 2. Definisi lebih sempit dimana profesi adalah pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan dan keterampilan khusus diwakili oleh pemikiran Kanter dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3. Definisi yang lebih khusus lagi dimana profesi ditandai oleh tiga unsur penting pekerjaan, pendidikan atau keterampilan khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-nilai etis diberikan oleh Widjojo Nitisastro, Sonny Keraf, dan Brooks. Pengertian profesi dalam konteks ini ditandai oleh ciri-ciri: a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia

b. Untuk menekuni profesi diperlukan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan tinggi c. Pengetahuan, keahlian, dan keterampilan tinggi diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, dan praktik langsung d. Memerlukan komitmen moral yang ketat e. Profesi berdampak luas pada kepentingan masyarakat umum f. Profesi mampu memberikan penghasilan bagi penyandang profesi untuk hidup layak g. Organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan, menegakkan, dan mengawasi pelaksanaan kode etik diantara anggota profesi tersebut h. Ada ijin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini. Bisnis Sebagai Profesi Bisnis dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau wadah dimana didalamnya berkumpul banyak orang dari berbagai latar belakang pendidikan dan keahlian untuk bekerja sama dalam menjalankan aktivitas produksi dalam rangka memberikan manfaat ekonomi (keuntungan) bagi semua pelaku bisnis yang berkepentingan (stakeholders). Dampak-Dampak dari Aktivitas Bisnis Positif 1. Penciptaan lapangan pekerjaan 2. Sumber penghasilan bagi pemangku kepentingan (stakeholder) Negatif 1. Meluasnya pencemaran lingkungan 2. Meningkatnya penyalahgunaan wewenang 3. Korupsi, dll Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri suatu profesi yaitu: a. Profesi adalah pekerjaan, dan didalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan b. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan, menuntut pengetahuan dan keterampilan tinggi, baik melalui pendidikan formal maupun melalui berbagai jenis pelatihan dan pengalaman c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat, begitu pula di dalam bisnis juga dituntut memiliki kesadaran/kaidah moral yang tinggi. d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karena pengalaman membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menentukan kinerja perusahaan yang akan berpengaruh besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan negara baik positif maupun negatif. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa sumber: 1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho) adalah: a. Tanggung Jawab Bisnis: dari Shareholders ke Stakeholders b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan, dan Komunitas Dunia c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Paling Percaya d. Sikap Menghormati Aturan e. Dukungan bagi Perdagangan Multilateral

f. Sikap hormat bagi Lingkungan Alam g. Menghindari Operasi-Operasi yang tidak etis 2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998) : a. Prinsip Otonomi b. Prinsip Kejujuran c. Prinsip Keadilan d. Prinsip saling Menguntungkan e. Prinsip Integritas Moral 3. Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005) Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilaku moral. Contoh prinsip etika antara lain kejujuran, pegang janji, membantu orang lain, dan menghormati hak-hak orang lain. 4. Prinsip etika bisnis menurut Weiss (2006) Weiss mengungkapkan empat prinsip etika, yaitu: a. Martabat/hak (right) b. Kewajiban (duty) c. Kewajaran (fairness) d. Keadilan (justice) Dengan mengutip dan membandingkan prinsip-prinsip yang dikemukakan beberapa sumber diatas, tampak bahwa sampai saat ini belum terdapat kesamaan dalam perumusan dan pemaknaan mengenai apa yang dapat dianggap sebagai prinsip-prinsip etika bisnis. Hal ini dapat dimaklumi karena prinsip-prinsip yang dikemukakan tidak digali dari pemahaman bersama tentang hakikat hidup manusia secara utuh dan bagaimana peranan bisnis dalam merealisasikan tujuan manusia dalam konteks hakikat manusia utuh tersebut. Etika Lingkungan Hidup Isu Lingkungan Hidup Persoalan lingkungan hidup, yaitu hubungan dan keterkaitan antara manusia dengan alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan baru disadari pada paruh abad ke-20, bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan bisnis modern dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran ini mulai muncul setelah ada indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi global yang ditulangpunggungi oleh perusahaanperusahaan raksasa berskala global telah mulai mengancam eksistensi bumi. Sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2001), pertumbuhan ekonomi global saat ini telah memunculkan enam persoalan lingkungan hidup, yaitu: a. Akumulasi Bahan Beracun b. Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect) c. Perusakan Lapisan Ozon d. Hujan Asam (Acid Rain) e. Deforestasi dan Penggurunan f. Kematian Bentuk-Bentuk Kehidupan Paradigma Etika Lingkungan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat lagi diabaikan bila tidak ingin memahami dan menyadari bahwa perilaku manusia juga berpegaruh terhadap keberadaan bumi dan isinya, bukan hanya menentukan keberadaan umat manusia saja. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa paradigma (cara

pandang/pola pikir) yang berkembang dalam memahami etika dalam kaitannya dngan isu lingkungan hidup. 1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu keputusan dan tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia pada generasi saat ini saja, tetapi juga generasi mendatang. 2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari sudut pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia sebagai satu kesatuan sistem lingkungan. 3. Etika ekosistem, menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaanNya, dianggap sebagai moral patient. Etika dalam hal ini dipahami dalam arti luas dan terpadu antara Pencipta dengan seluruh ciptaanNya. Kode Etik di Tempat Kerja 1. Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource) Dilihat dari sejarah perkembangannya, A.M. Lilik Agung (2007) mencatat setidaknya ada empat peran yang melekat pada Departemen SDM, yaitu: a. Peran administratif, yaitu peran awal/tradisional dimana peran Departemen SDM hanya seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji, upah, serta data karyawan b. Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan produktivitas, loyalitas, dan lingkungan kerja karyawan c. Peran agen perubahan, yaitu suatu peran dimana Departemen SDM berfungsi sebagai agen perubahan d. Peran mitra strategis, pada peran ini Departemen SDM dilibatkan dalam merumuskan berbagai kebijakan bisnis yang bersifat strategis, terutama agar Departemen SDM dapat segera melaksanakan program penyelarasan antara kepentingan bisnis dan kepentingan individual karyawan Berdasarkan studi oleh Weaver, Trevino, dan Cochran (dalam Brooks, 2003: 149), diperlukan program paket implementasi dengan memperhatikan sedikitnya enam dimensi program etika agar kode etik dapat terpenuhi. Enam dimensi trsebut adalah sebagai berikut: 1. Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara resmi oleh suatu asosiasi, organisasi profesi, atau suatu lembaga tertentu. 2. Komite etika, yaitu entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan, menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika. 3. Sistem komunikasi etika, yaitu suatu media untuk menyosialisasikan kode etik dan perubahannya termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah antara pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait dalam sebuah entitas. 4. Pejabat etika, yaitu pihak yang mengkoordinasikan kebijakan, memberikan pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika 5. Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etika 6. Proses penetapan disiplin, dalam hal terjadi perilaku tidak etis 2. Kode Etik Pemasaran Efektivitas fungsi pemasaran akan terlihat dari pencapaian target penjualan serta loyalitas dan kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan perusahaan. Pekerjaan

3.

4.

5.

6.

dibidang pemasaran dan penjualan dianggap sebagai suatu profesi karena memerlukan 3 persyaratan sebagai suatu profesi yaitu: Pengetahuan tentang produk dan bisnis pada umumnya (knowledge) keterampilan menjual (skill) sikap dan prilaku (attitude) dalam berhubungan dengan pelanggan atau calon pelanggan untuk memperoleh kepercayaan, loyalitas dan kepuasan pelanggan. Kode Etik Akuntansi Efektifitas fungsi akuntansi dlm perusahaan ditentukan oleh karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi oleh laporan akuntansi yang dihasilkan. Oleh karena itu akuntan manajemen harus menguasai ilmu akuntansi dan disiplin lain yang relevan, memiliki keterampilan dlm mengolah data dengan teknologi informasi, dan integritas yang tinggi. Pekerjaan dibidang akuntansi disebut profesi karena: Memerlukan pengetahuan akuntansi dari pendidikan formal (knowledge) Memerlukan keterampilan dlm mengolah data dan menyajikan laporan dngan memanfaatkan teknologi komputer dan sistem informasi (skill) Harus memiliki sikap dan prilaku etis (attitude) Kode Etik Keuangan Fungsi akuntansi dan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai keterkaitan kerja yang sangat erat. Fungsi pokok akuntansi menghasilkan laporan keuangan, sedangkan fungsi keuangan adalah mengelola arus kas, termasuk menetapkan struktur permodalan dan mencari sumber-sumber dan jenis pembiayaan untuk membiayai kegiatan operasi maupun untuk rencana investasi. Kode Etik Teknologi Informasi Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi informasi serta komunikasi telah mendongkrak kegiatan bisnis yang terkait dengan sistem informasi dan komunikasi untuk tumbuh dan berkembang pesat. Bisnis di bidang sistem informasi dan komunikasi telah menjadi ciri utama kegiatan bisnis menjelang akhir abad ke-20 dan memasuki abad ke-21. Kode Etik Fungsi Lainnya organisasi perusahaan adalah suatu sistem. Ciri pokok suatu sistem adalah bahwa setiap elemen didalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan lainnya yang akan mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun peran yang dimainkan elemen tersebut.

Perbandingan Kode Etik Beberapa konsep yang biasa muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi: 1. Integritas dari pengertian menurut Cloud dan menurut Julian M & Alfred, disimpilkan bahwa integritas: Menyiratkan keutuhan atau keseimbangan dlm hal kecerdasan /kesehatan fisik, mental & spiritual atau pengetahuan, keterampilan, serta sikap & prilaku. Menjadi fondasi untuk membangun kepercayaan Meliputi banyak atribut atau kualitas terkait untuk membangun karakter atau pribadi utuh.

2. Whistleblowing Menurut Sonny Keraf (1998) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang untuk membocorkan kecurangan yang dilakuakn perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. 3. Kompetensi Kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau profesinya dengan mencakup penguasaan ilmu/pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap & prilaku (attitude) yang sesuai untuk melaksanakan profesinya. 4. Objektivitas dan Independensi Objektif berarti sesuai tujuan/sesuai sasaran dan didasarkan atas fakta yang mendukung. Independensi merupakan sikap yang tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.

You might also like