You are on page 1of 247

Pelayanan Kontrasepsi Dalam UU RI.

Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga sejahtera , Disebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Selanjutnya dijelaskan bahwa ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keulatan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis, mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Keluarga berencana merupakan usaha kesehatan keluarga yang merupakan bagian
1

integral dari usaha kesehatan pada umunya, dengan usaha-usaha antara lain sbb: a. Menjarangkan kehamilan mengatur jumlah anak dan

Selama kehamilan seorang ibu harus menyediakan makanan bagi janin yang dikandungnya dan sesudah persalinan dia juga harus menyediakan air susu secukupnya bagi bayinya. Tubuhnya tidak dapat melayani kebutuhan oelh timbulnya kehamilan yang berulang ulang tanpa merugikan kesehatanya. Dia harus mendapatkan waktu istirahat yang cukup (paling sedikit 2 tahun) untuk memulihkan kesehatannya sebelum mengalami kehamilan yang berikutnya.

Dari ibu yang sehat lahir anak-anak yang sehat . ibu-ibu yang dilemahkan oleh seringnya hamil akan anak-anak yang lemah pula, bahkan yang pada tahun pertama kelahiranya saja sudah
2

sukar untuk bertahan hidup. Bayi bayi yang lahir dari kehamilan yang terlalu sering, terbengkelai perawatanya dan pemeliharaanya, mudah menderita sakit dan meninggal. Menjarangkan kehamilan perlu untuk menjamin kesehatan ibu dan anak, keadaan gizinya dan pemeliharaan serta pendidikan anak-anak yang sebaik-baiknya. Di Indonesia angka kematian ibu karena persalinan sangat tingggi (1 kematian tiap 15 menit). Kematian tersebut terutama terjadi pada ibu-ibu yang telah banyak melahirkan. Makin besar jumlah kealhiran yang dialami, makin tinggi angka kematian ibu. Jumlah anak yang sedikit member kemungkinan pemeliharaan dan perawatan secukupnya. Mereka akan mendapatkan pendidikan dan karir yang lebih baik.
3

b.

Pengobatan perkawinan mandul Kira-kira 5% dari pasangan-pasangan suami istri menderita kemandulan primer dan sejumlah itu pula yang kurang subur untuk memperoleh anak Suatu keluarga tidak lengkap sempurna tanpa adanya anak-anak sebagai tumpuan kasih sayang. Untuk membahagiakan fisik, mental, dan sosial mereka kasus-kasus kemandulan harus mendapatkan pelayanan yang simpatik dan pengobatan sebaik baiknya. Pasangan mandul yang kemudian memperoleh anak, merupakan motivator yang baik dan setia untuk usaha kesehatan keluarga.
4

c.Nasehat perkawinan Nasehat perkawinan menolong pasangan-pasangan dalam menyesuaikan diri satu sama lain, baik secara fisik, mental,sosial maupun psikologis untuk mencapai hidup perkawinan yang harmonis dan bahagia Orang tua/calon-calon orang tua yang menderita penyakit-penyakit tertentu yang dapat menurun pada anakanaknya melalui system kromosom/gen, membutuhkan nasehat pencegahan untuk mencegah lahirnya anak-anak cacat mental atau fisiknya. 1. Anak anak cacat/tak dapat disembuhkan merupakan sumber tekanan mental bagi orang tuanya. 2. Mereka hidup apathetis dan parasitis
5

3. Mereka merupakan beban bagi masyarakat dan Negara. Factor yang mempengaruhi program KB di Indonesia. 1. Tiga jenis/tipe kekeluargaan di Indonesia a. Patrilineal 1) Berdasarkan garis ayah- lakilaki 2) Terutama terdapat di Sumatera Utara dan Selatan, bali, Maluku dan Timor 3) Lebih disukainya anak laki-laki menyebabkan angka kelahiran yang lebih tinggi karena tidak akan berhenti sebelum 1 atau 2 anak laki-laki lahir. Sang suami dapat mengambil istri kedua atau menceraikan istrinya jika ia tak dapat memberi anak laki laki. Di tanah Batak misalnya doa yang diberikan kepada sepasang
6

bentuk

mempelai oleh tetua-tetuanya pada hari perkawinan mereka adalah :semoga memperoleh 17 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. b. Matrilineal 1) Garis ibu/perempuan menentukan kedudukan dalam keluarga 2) Dalam masyarakat minang kabau,anak anak perempuan lebih disukai. Tetapi kegagalan dalam memperoleh anak perempuan tidak akan menyebabkan perceraian atau poligami. c.Parental 1) Laki-laki dan perempuan menentukan bersama-sama garis kekeluargaan 2) Hampir seluruh di Indonesia garis kekeluargaan tipe ini
7

member pengaruh besar pada kedudukan wanita dalam keluarga dan jumlah anak yang diinginkan. 3) Anak perempuan dan laki laki sama nilainya. Tetapi masyarakat islam lebih menyukai untuk paling sedikit mempunyai 1 anak laki-laki. 2. Sifat kekeluargaan gotong royong merupakan system yang lebih menonjol didaerah pedesaan 3. Umur perkawinan a. Umur perkawinan pertama diindonesia sangat rendah terutama didaerah pedesaan. Seorang gadis segera dapat dikawinkan setelah dia mulai mendapat haidnya. b. Seorang wanita tidak punya kedudukan sampai dia menjadi istri orang,dan sesudah perkawinan dia
8

tidak punya status sampai anaknya lahir. c.Wanita-wanita suku Jawa mempunyai kedudukan yang kuat dalam keluarga, secara hukum adat, sosial dan ekonomis. Dalam hal kekayaan laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama. Dia mempunyai peranan yang menentukan dal hal-hal penting dalam keluarga dan selalu dimintai nasehatnya oleh sang suami. 4. Umur/masa produktif a. Ketidakstabilan hidup perkawinan merupakan gejala umum diIndonesia. Angka perceraian tinggi terutama di Jawa. Adalah kebiasaan sang anak mengikuti ibunya yang biasanya setelah perceraian kembali kerumah orang tuanya. b. Peristiwa kawin lagi juga biasa. Pembatasan dalam hal ini hanya
9

bahwa si wanita harus menunggu 3 kali menstruasi dulu untuk memastikan bahwa ia tidak hamil. c.Kawin berkali-kali juga gejala umum di Jawa. Ini mengingatkan tingkat kesuburan karena suatu pandangan sosial yang kuat untuk mendapatkan anak dalam tahun pertama sesudah tiap tiap perkawinan baru. 5. Perkawinan kembali janda-janda Tidak ada larangan/pembatasan bagi janda untuk kawin lagi di Jawa. 6. Pandangan umum masyarakat terhadap kehidupan seksual Berpantangan sanggama a. Hal ini jarang terjadi. Bisa terjadi sepihak : b. Misalnya pada sementara orang,selama berpantangan karena istrinya menyusui bayi, sang suami
10

dapat pergi kewanita lain. Istilahnya jajan c.Seks jarang dibicarakan secara terbuka,terutama bila disertai kehadiran wanita dan anak-anak. d. Karena belum pernah mendapatkan penerangan tentang seks, sebelumnya gadis-gadis biasanya terkejut atau takut bila mendapatkan haidnya yang pertama. e. Bila terjadi kehamilan diluar perkawinan,dalam penilaian sosial yang disalahkan pada umumnya pihak wanita. Dalam hal ini dianggap kecillah tanggung jawab pihak lakilaki sebagai penyebab kehamilan tersebut. 7. Cara-cara yang digunakan dalam usaha pencegahan kehamilan. a. Berbagai kelahiran cara telah
11

pembatasan dipraktekkan

antaralain membalik rahim dengan jalan mengurut, memperpanjang masa menyusui diikuti berpantang senggama. b. Kondom tidak popular karena diasosiasikan dengan wanita tuna susila. c.Sterilisasi (pemandulan) pria tidak popular karena sering disalahartikan dengan kebiri.ada semacam ketakutan bahwa ini akan menyebabkan impotensi. d. Secara hukum dan sosial pengguguran adalah dosa, terutama sesudah hamil 3 bulan. Walaupun demikian, masih terjadi pengguguran kehamilan secara diam-diam.

8.

Dukun bayi

12

Dukun bayi adalah bidan traditional yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat desa. Lebih dari 90%kelahiran ditolong oleh mereka. Biasanya mereka adalah orang tua, berumur antara 40-70 tahun,yang mendapatkan pengetahuanya dari turun temurun karena mendapatkan kesempatan dan keterampilan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Masyarakat pedesaan sangat mengharigai mereka. Mereka menggunakan pisau bamboo traditional untuk memotong talipusat dan memberikan ramuan ramuan tradisional untuk bayi-bayi. Mereka mengawasi dan merawat calon-calon ibu sejak kehamilan 3 bulan sampai 40 hari setelah persalinan. Metode-Metode Kontrasepsi 1. Proses Kehamilan
13

Kehamilan terjadi akibat dari persetubuhan antara seorang wanita dan seorang laki-laki, yang menyebabkan terjadinya persatuan antara benih wanita (sel telur, ovum)dan benih laki-laki (sperma). Dalam hal ini umur reproduktif siwanita harus dipertimbangkan, biasanya berkisar 14-45 tahun. 2. Fisiologi alat alat reproduksi Alat reproduksi laki-laki terdiri dari atas sepasang testis (buah zakar), yang menghasilkans perma. Dari sperma keluar melalui sepasang pembuluh yang bernama vas deverens yang kemudian berhubungan dengan pembuluh yang menyalurkan semen (air mani). Semen dihasilkan didalam vesikula seminalis. Ketika sperma sampai pada uretra (saluran kencing), ia sudah bercampur dengan semen dan 2 jenis kelenjar yaitu prostat dan kelenjar bulbourethralis.
14

Jadi dalam senggama zat laki-laki yang dipancarkan melalui urethra berisi : semen, kelenjar dan sperma. Sekali senggama laki-laki mengeluarkan 400-600juta sperma dalam lebih kurang 5 cc laki-laki yang terpancar. Setetes semen sudah mengandung ribuan sperma. Ukuran sperma: 1/7700 inci panjang garis menengah kepalanya dan panjang seluruhnya 1/500 inchi. Testis selain menghasilkan sperma juga menghasilkan hormone testoteron yang menimbulkan tanda kelaki-lakian pada pria a. Penis b. Urethra c.Kandung kemih d. Vesicular seminalis e. Kelenjar bulbo-uretralis f. Kelenjar prostat
15

g. Vas deferens h. Testis Alat reproduksi perempuan terdiri dari 4 bagian : a. Vagina /liang senggama b. Rahim/kandugan (uterus) c.Dua pembuluh yang saluran telu (tuba fallopii) bernama

d. Dua indung telur (ovarium) Benih wanita, ovum (ova untuk jamak) atau telur terbentuk dalam indung telur. Dalam kedua indung telur wanita terdapat ribuan sel telur yang belum masak,jumlahnya 30.000-70.000 buah. Sejak lahir sel telur tersebut sudah berada disitu . tiap telur berada dalam bungkus sel yang dinamai folikel. Sejak mulai pubertas,sel telur dan folikel mempunyai fungsi yang baru seperti juga alat kelaminya.
16

Telur yang tersimpan dalam ovarium itu, setiap bulanya masak satu, entah dari ovarium yang kanan atau yang kiri. Dengan perkataan lain seorang wanita mengeluarkan satu telur sebulan, waktunya ialah pada antara 2 haid, lebih kurang pada hari ke 14 sebelum haid berikutnya. Ada kalanya seorang wanita menghasilkan 2 telur sebulan atau malah tidak menghasilkan telur sama sekali. Didalam indung telur terdapat folikelfolikel yang berisi telur. Folikel-folikel itu berada dalam tingkat kemasakan yang berbeda-beda,yang lebih masak ukuranya lebih besar dan letaknya berangsur angsur lebih dekat kepermukaan indung telur. Ketika sampai permukaan indung telur,folikel yang masakpun pecahlah dan sel telur yang ada didalamnya terlepas. Proses pemecahan folikel dan keluarnya sel telur disebut ovulasi.
17

Telur yang terlepas memasuki saluran telur melalui saluran telur melalui ujungnya yang seperti corong. Panjang saluran telur 10-12,5 cm dan memakan waktu 24 jam bagi telur tersebut untuk melaluinya. Sesudah itu sampailah sel telur kedalam rahim dan musnah disana. 3. Pembuahan/fertilisasi Dari ratusan juta sperma yang dipancarkan pada vagina hanya sebagian sampai kedalam rahim. Sebagian kesasar keujung rahim atau daerah lainya, kemudian lelah dan tidak melanjutkan usahanya lagi. Agaknya hanya kira-kira 40.00050.000 sampai kedalam rahim. Yang melanjutkan perjalanannya sampai kedua saluran telur lebih sedikit lagi;kira-kira 4.000 ekor saja. Pembuahan memerlukan synchronisasi. Sperma hanya dapat membuahi sel telur kira kira 12-24 jam
18

setelah ovulasi, yang selama sel telur masih hidup dan berada dalam saluran telur. Umur sperma pun terbatas pula. Bila dalam testis ia dapat hidup 60 hari, maka dalam tubuh wanita setelah dipancarkan sperma hanya dapat hidup 24-48 jam. Jadi pembuahan terjadi hanya dalam masa subur, yakni selama 3 hari, 2 hari sebelum ovulasi dan 2 hari setelah ovulasi. Pada saat pembuahan,salah satu sperma memasuki sel telur dan ekornya putus. Kulit telur tersebut lalu mengeras sehingga tidak dapat dimasuki sperma lagi. Demikianlah pembuahan itu berlangsung, zat ibu dan zat ayah bersatu padu. Pada waktunya sel telur yang telah dibuahi akan sampai kedalam rahim. Pada waktu rahim sudah siap menampung telur yang telah dibuahi, dindingnya tebal dan banyak mengandung darah
19

karena pengaruh hormone yang dihasilkan indung telu. Telur tersebut akan melekat dan bersarang pada rahim (nidasi) dan sejak itu berkembang menjadi janin. Bila pembuahan tidak terjadi, persiapan pada dinding rahim batal dan selaput lendirnya runtuh diserati perdarahan yang disebut haid. Sesudah haid tersebut rahim melakukan persiapan baru lagi, pemasakan sel telur dalam indung telur berlangsung lagi, demikiam proses tersebut terjadi berulang-ulang. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur wanita dan sel spermatozoa pria yang selanjutnya menjadi embrio dan menjadi janin(hamil).
20

1. Cara kerja kontrasepsi a. Mencegah atau menghalangi terjadinya ovulasi (keluarnya sel telur wanita) b. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur wanita dan sel spermatozoa pria. c.Melumpuhkan sperma. 2. Metode kehamilan a. metode pencegahan

Metode sederhana 1) Metode tanpa alat : senggama terputus dan pantang berkala 2) Metode alat atau obat : kondom,diaphragm atau cap, cream, Jelly dan cairan busa, tablet vaginal (vaginal tablet) , tisu vagina (intravag).

b.

Metode efektif
21

1) Pil KB (menjadi efektif bila lupa) 2) 3) AKDR /IUD Suntikan KB

kuang

4) Susuk KB/implant (2,3,4, termasuk MKET) c.Metode mantap atau kontrasepsi mantap (kontap) 1) 2) a. Kondom Tubektomi pada wanita Vasektomi pada pria

Alat-alat Kontrasepsi Kondom adalah selubung karet tipis yang tergulung seperti semacam cincin. Disebut juga French letter atau leather b. Tablet berbusa Tablet berbusa adalah tablet-tablet kecil berisi zat-zat pelumpuh sperma dan gas carbondioksida yang pada keadaan basah menimbulkan banyak busa. Tablet
22

berbusa mencegah kehamilan dengan membentuk busa yang menahan lajunya gerakan sperma dan melumpuhkan serta memusnahkan sperma. c.Cream jelly Adalah pasta lunak yang tidak berbau. Jelly adalah sejenis cream encer yang benih dan tak berbau. Dalam mencegah kehamilan kerjanya adalah menahan sperma memasuki rahim dengan melumpuhkan dan menghancurkan oleh adanya reaksi kimia. d. IUD, spiral IUD ( Intra Uterin Device) yaitu alat kontrasepsi yang dimasukan dalam rahim seorang wanita. IUD merupakan suatu alat terbuat dari plastic polyethylene. Juga berisi sedikit barium untuk memudahkan pemotretan dengan sinar rontgen. e. Oral pil Yang dimaksud oral pill atau pil adalah tablet yang mengandung hormon estrogen
23

dan progesterone dalam jumlah yang kecil, yang dapat mencegah terjadinya pelepasan sel telur dari indung telur (ovulasi), dan karenanya dapat mencegah terjadinya kehamilan. Cara kerja dari pil yang mengandung kedua jenis hormone estrogen dan progesterone, adalah : Penekanan terhadap hormone FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan LH (Luteininzing hormone) dan penghambatan terhadap ovulasi. Pencegahan terhadap kerja estrogen dalam mempersiapkan rahim yang dapat menerima suatu kehamilan. Perubahan getah leher rahim menjadi kental yang sukar atau malah tidak dapat menembus sperma. f. Kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik yang beredar diindonesia ada dua macam yaitu DMPA
24

(Depo Medroxy Progesteron Acetat) yang biasa disebut Depo Provera dan Net Oen (Noritisteron Oenanthate) yang lazim disebut Noristerat. Cara kerja kontrasepsi suntik , mencegah kehamilan dengan cara : mencegah terjadinya ovulasi, menipiskan endometrium, sehinggan tidak terjadi nidasi, memekatkan lender cerviks, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa melalui canalis servikalis. g. Kontrasepsi susuk Kotrasepsi susuk ( norplant) juga disebut susuk KB berisi levonorgestrel, terdiri dari 6 kapsul yang dimasukan dibawah kulit dengan atas bagian dalam, lebih kurang 6 10 cm diatas siku. Setiap kapsul mengandung 38 mgr levonorgestrel. Setiap hari tiap kapsul melepas 50 microgram levonorgestrel, dan akan efektif selama 5 tahun. Cara kerja norplant,segera setelah dimasukan dibawah kulit, secara tetap sejumlah levonorgestrel akan dilepaskan dengan
25

mekanisme seperti pil KB, namun lebih efektif. h. Tubektomi Tubektomi merupakan operasi kecil, dengan cara mengikat dan memotong saluran telur (tuba falopii)pada wantia. Dengan demikian sel telur dari ovarium yang keluar tidak dapat mencapai rongga rahim, sehingga tidak bertemu spermatozoa dan tidak terjadi pembuahan. i. Vasektomi Vasektomi merupakan tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma (vas deferens) sehingga spermatozoa tidak bisa lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa dengan demikian tidak terjadi pembuahan. Djoko wijono. 2008: Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak Prinsip dan Strategi :
26

Pendekatan Komunitas. Duta prima airlangga. Surabaya Buku Pedoman KB yayasan prawiro

System rujukan Tujuan Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik
27

secara vertical maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,terjangkau dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Dengan pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi. Tata laksana Rujukan medic dapat berlangsung : Internal antar puskesmas Antar puskesmas puskesmas petugas pembantu disatu dan

Antara masyarakat dan puskesmas Antara satu puskesmas puskesmas yang lain
28

dan

Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Internal antara bagian/unit pelayanan didalam satu rumah sakit Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain. Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam system rujukan tersebut berjenjang dari yang paling sederhana ditingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,terjangkau,dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.

29

Jaringan fasilitas pelayanan kesehatan Jenjang (hirarki) Tingkat Rumah Tangga Tingkat Komponen/Unsur pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan oleh indivindu atau oelh keluarganya sendiri. Kegiatan
30

Swadaya

Masyarakat

masyarakat dalam menolong mereka sendiri oleh kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada. Anggota RW,RT, dan masyarakat. Puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, Praktek Dokter Swasta,Bidan, Poloklinik Swasta,dll Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit Swasta, Laboratorium Klinik Swasta,dll. Rumah Sakit Kelas B dan A serta lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kesehatan Daerah, dan Lab. Klinik Swasta,dll
31

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Professional Tingkat Pertama Fasilitas Pelayanan Kesehatan Professional Kedua Fasilitas Pelayanan Kesehatan Professional Tingkat Ketiga

Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien kefasilitas pelayanan kesehatan lainya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan : Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh ditempat rujukan Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini dan riwayat
32

sebelumnya serta upaya/ tindakan yang telah diberikan Bila perlu,berikan mempertahankan keadaan klien upaya umum

Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus didampingi perawat/bidan. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera menerima rujukan klien. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ketempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan :

33

Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penganggulangan. Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi. 1) PONED (Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar) Hal penting yang perlu diingat adalah bahwa komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau
34

diramalkan sebelumnya, sehingga ibu hamil harus berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan obstetric emergensi dasar.puskesmas sebagai tempat rujukan terdekat dari desa sebagai Pembina bidan desa diharapkan mampu PONED . kebijakan PONED sejak 1995. a) Criteria puskesmas poned

Puskesmas mampu poned yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan obstetric dan neonatal dikabupaten/kota sangat spesifik daerah, namun untuk menjamin kualitas, perlu ditetapkan beberapa criteria pengambangan. i. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan, diutamakan puskesmas dengan perawatan / puskesmas dengan rawat inap.
35

ii. Puskesmas sudah menolong persalinan

berfungsi

iii. Mempunyai fungsi sebagai sub center rujukan Melayani sekitar 50.000 100.000 penduduk yang tercakup oleh puskesmas (termasuk penduduk diluar wilayah puskesmas PONED) Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa kepuskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan. iv. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia,sekurang kurangnya seorang dokter dan seorang bidan terlatih Gawat Darurat
36

Obstetri dan Neonatal dan seorang perawat terlatih Penanganan Pertama Gawat Darurat Obstetri Neonatal. Tenaga tersebut bertempat tinggal disekitar lokasi puskesmas mampu PONED. v. Jumlah dan sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang kurangnya : Alat dan obat (lampiran 1) Ruangan dan tempat menolong persalinan o Luas minimal 3 x 3 m o Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat o Suasana aseptic dilaksanakan bisa

o Tempat tidur minimal 2 buah dan dapat dipergunakan untuk melaksanakan tindakan o Air bersih tersedia
37

vi. Kamar madi/WC tersedia.Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama yaitu : perdarahan, ekalmsi, infeksi, partus lama,abortus,dan sebab kematian neonatal yang utama yaitu :asfiksia, tetanus neonatorum, dan hipotermia. b) Jenis pelayanan poned i. Komponen maternal Penanganan Ekalmsia/eklamsia Pre

Tindakan obstetric pada pertolongan persalinan sidtosia bahu dab ekstraksi vakum Penanganan perdarahan partum dan infeksi nifas Placenta manual dan kuretase
38

post

ii. Komponen neonatal Penanganan bayi berat lahir rendah dengan hipotermi, hipoglikemia, ikterus ,maupun masalah pemberian minum. Penanganan asfiksia gangguan nafas dan

Penanganan kejang pada bayi baru lahir Penanganan infeksi neonatal. Jenis pelayanan tersebut pada dasarnya ridak tersedia di puskesmas /puskesmas rawat inap biasa. c) Prosedur penanganan poned

System rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisiensi dan
39

sesuai dengan kemampuan kewenagan fasilitas kesehatan.

dan

Setiap kasus kegawatdaruratan yang datang kepuskesmas PONED harus langsung ditangani sesuai prosedur tetap. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien., kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola ditingkat puskesmas PONED atau dilakukan rujukan kerumah sakit PONEK untuk mendapat pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratanya.

40

Alur rujukan yang baik adalah sebagai berikut


Pemerintah Propinsi Pokja/ Tim GSI RS Propinsi Dinkesprop

Pemda KAb/Kota Tim Pokja GSI

RS PONEK 24 jam

DKK

41

Puskesmas PONED Kecamatan Satgas GSI

RS Swasta Kesehatan Propinsi

Dr swasta/ BPS Puskesmas

Polindes

Kader / Dukun

42

Masyarakat / Ibu hamil

Keterangan : : Rujukan : Umpan balik rujukan : Koordinasi Gambar 1. Alur Rujukan Kegawat DAruratan Obstetri dan Neonatal.

43

Maksud dari alur rujukan kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal adalah : i. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal. ii. Bidan didesa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil / ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat. Selain menyelenggaraan pelayanan pertolongan persalinan normal bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuanya atau melakukan
44

rujukan pada puskesmas, puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK sesuai degan tingkat pelayanan yang sesuai. iii. Puskesmas Non-PONED sekurang kurangnya harus mampu melakukan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal yang dating sendiri maupun dirujuk oleh kader/dukun/bidan di desa sebelum melakukan rujukan kepuskesmas PONED dan Rumah Sakit. iv. Puskemas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil /ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir yang datan gsendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan didesa dan puskesmas. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
45

kewenangan dan kemampuanya atau melakukan rujukan pada Rumah Sakit PONEK. v. RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan PONEK langsung ibu hamil /ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir yang datan gsendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan didesa, puskesmas dan Puskesmas PONED. vi. Pemerintah Propinsi/Kabupaten melalui kebijakan sesuai dengan tingkat kewenanganya memberikan dukungan secara manajemen, administrative ataupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal. Ketentuan tentang persalinan yang harus ditolong oleh tenaga kesehatan dapat dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah, sehingga deteksi dini kelainan
46

persalinan dapat dilakukan lebih awal dalam upaya pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan. vii. Pokja /Satgas GSI merupakan bentuk nyata kerjasama lintas sektoral ditingkat propinsi dan kabupaten untuk menyampaikan pesan peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan serta kegawat daruratan yang mungkin timbul oleh karenanya. Dengan penyampaian pesan melalui berbagai instansi /institusi lintas sektoral, maka diharapkan dapat diharapkan adanya dukungan nyata masyarakat terhadap system rujukan PONEK 24 jam. viii. Rumah Sakit Swasta, Rumah Bersalin dan dokter/bidan praktek swasta dalam system rujukan PONEK 24 jam diharuskan melaksanakan peran yang sama dengan RS PONEK 24 jam, Puskesmas PONED dan bidan dalam
47

jajaran pelayanan rujukan. Institusi ini diharapkan dapat dikoordinasikan dalam kegiatan pelayanan rujukan PONEK 24 jam sebagai kelengkapan pembinaan pra rumah sakit. Sedangkan mekanisme alur rujukan dipuskesmas PONED sebagai berikut: pasien adalah

Dokter/bida n

Laboratoriu m

Ibu hamil dan neonatal

Instalasi Unit Gawat Darurat

Kamar Tindakan Prosedur tindakan kasus rujukan sesuai standar pelayanan kesehatan maternal

Rawat Inap/Nifas

48

Bangsal Perinatolo Administrasi keuangan Kamar Bersalin Prosedur persalinan normal kasus rujukan sesuai dengan standar

Instalasi Farmasi

Gambar 2. Mekanisme Alur Rujukan di Puskesmas PONED d) Kebijakan tarif poned

Pasien

49

Besarnya tarip layanan jika disesuaikan dengan kemampuan masyarakat membayar akan mempengaruhi pemanfaatan mereka terhadap layanan puskesmas. Di puskesmas PONED karena pelayanan lebih kearah penanganan kasus yang muncul secara darurat dan bersifat gawat, maka tarip membengkak terkait jenis dan banyaknya jasa tindakan medic yang dilayani. e) Pencatatan Dalam pelaksanaan PONED diperlukan pencatatan yang akurat ditingkatt pelayanan dasar (puskesmas mampu PONED). Pencatatan ini diharapkan dapat memberikan dukungan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Dalam melakukan pencatatan masih dimungkinkan untuk mengembangkan format pencatatan sesuai dengan kebutuhan, format baku yang sudah ada antara lain : (1)Pencatatan dalam system informasi manajemen pelayanan kesehatan
50

(SP2TP), kartu ibu, inform consent, (2) KMS Ibu Hamil/Buku KIA, (3) Register Kohort Ibu dan Bayi (4) Partograf, (5) Kartu Persalinan Nifas, (6)Laporan Hasil Audit Maternal Perinatal, (7) Pemantauan Wilayah Setempat - Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- KIA ), (8) formulir rujukan Maternal dan Neonatal (9) Formulir Autopsi Verbal Maternal dan Perinatal

f) Pelaporan Pelaporan hasil kegiatan puskesmas PONED menggunakan format yang sesuai dengan buku Pedoman Audit Maternal PErinatal disampaikan keDinas Kesehatan KAbupaten/Kota. Laporan bulanan ini berisi informasi tentang morbiditas dan mortalitas (serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir dan jumlah kasus yang dirujuk keRS kabupaten/kota.
51

Alur pelaporan hasil kegiatan dalam mata rantai koordinasi dapat digambarkan dalam diagram alur dibawah ini :
Direktorat Kesehatan keluarga Direktorat Pelayanan Medik

Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota

RS PONEK Kabupaten / Kota

Rumah Bersalin Swasta

Puskesmas PONED 52

Bidan /bidan didesa

g)

Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONED dilakukan secara berjenjang dan dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan akhir tahun. Kegiatan evaluasi dilakukan meallui pertemuan evaluasi kesehatan ibu dan anak. Hasil evaluasi disampaikan melalui pertemuan Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak terkait lintas program maupun lintas sectoral dalam utnuk dapat dilakukan penyelesaian masalah dan rencana tindak lanjut.
53

Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain : i. Masukan (input),meliputi tenaga,dana,sarana, obat dan alat,format pencatatan dan pelaporan, prosedur tetap PONED, jumlah dan Kualitas pengelolaan yang dilakukan termasuk case fatality rate.
ii.

Proses meliputi kualitas pelayanan yang diberikan, kemampuan, keterampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana pelayanan terhadap prosedur tetap PONED serta frekuensi pertemuan Audit Maternal Perinatal dikabupaten /kota dalam satu tahun.

iii. Hasil (output), meliputi kualitas dan kuantitas, yaitu jumlah dan jenis kasus poned yang dilayani, proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED ditingakt RS Kabupaten/kota . sedangkan kualitas antara lain Case
54

fatality Rate, proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi serta response time.

P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dengan Stiker a. Definisi

Suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa peran dan dalam aktif rangka suami, dalam yang peningkatan keluarga merencanakan
55

masyarakat persalinan

aman dan persiapan menghadapai

komplikasi bagi ibu hamil, termasuk merencanakan pasca notifikasi penggunaan KB persalinan sasaran dalam dengan rangka mutu

menggunakan stiker sebagai media meningkatkan bayi baru lahir. b. Tujuan cakupan

pelayanan kesehatan bagi ibu dan

Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan dan bayi baru lahir melalui dalam yang bahaya peningkatkan peran aktif keluarga masyarakat persalinan tanda merencanakaan komplikasi dan
56

aman dan persiapan menghadapi

kebidanan

bagi

ibu

sehingga

melahirkan bayi dengan sehat. c.Operasionalisasi P4K dengan

Stiker di Tingkat Desa. a) Memanfaatkan pertemuan

bulanan tingkat desa / kelurahan Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah, masyarakat, meningkatkan membantu yang ada dan dihadiri oleh untuk aktif bidan didesa, kader,dukun, tokoh bertujuan partisipasi

keluarga dan masyarakat dalam mempersiapkan dengan serta persalinan yang aman bagi ibu diwujudkan diwilayah
57

mendata jumlah ibu hamil yang desa,

membahas pembiayaan juga telah pokja yang dapat ada

dan

menyepakati (Jamkesmas,

calon donor darah,transport dan tabulin,dasolin). Pertemuan ini dipakai forum forum untuk yang GSI, untuk P4K mengembangkan posyandu,

sebelumnya,seperti

ditunjukan program

melaksanakan dengan stiker ini.

b) Mengaktifkan forum peduli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak ) Forum peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum forum yang sudah ada dimayarakat, antara lain GSI,Forum
58

Desa

Siaga,

Pokja Posyandu, dll. Apabila

didaerah

tersebut

belum

terbentuk Forum seperti itu bisa dilakukan pembentukan dengan menggunakan metode berikut ini. Pemilihan anggota Forum Peduli KIA ini sebaiknya didahului dengan kesepakatan criteria bagi orang orang yang akan dipilih. Criteria diserahkan sepenuhnya kepada unsur masyrakat yang hadir. Umumnya criteria yang muncul antara lain adalah punya waktu dan punya kemauan, pemilihan kemudian dilakukan dengan teknik partisipatif dimana fasilitator pertemuan membagi unsure masyarakat yang hadir dalam kelompok kelompok dan
59

kemudian kelompok orang dipilih kelompok yang

masing mengajukan dipercaya masyarakat sebagai

masing orang untuk dan anggota

disepakati bersama. Umumnya orang orang ini adalah kader potensial di tingkat desa. Biasanya Ketua Forum Peduli KIA adalah Kepala desa/ lurah. c) Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker Bidan desa bersama kader

dan/atau dan

dukun

melakukan sepakat

kontak dengan ibu hamil, suami keluarga untuk dalam pengisian stiker, termasuk pemakaian KB pasca persalinan.
60

Keterampilan sangat penting

berkomunikasi dimiliki oleh

setiap tenaga kesehatan yang melakukan kontak dengan ibu hamil mampu penjelasan keluarga perencanaan tentang dan keluarga dalam pengisian stiker. Mereka harus memberikan /konseling persalinan kepada serta pentingnya

bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan keluarga bila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam berkomunikasi tenaga

kesehatan karena
61

bisa menggunakan didalamnya berisi

buku KIA sebagai alat bantu

penjelasan bahaya

tentang persalinan

tanda dan

kehamilan;petunjuk

perawatan

masa kehamilan dan menyusui serta data kesehatan ibu saat mulai hamil. Ditambah dengan menggunakan buku buku pedoman yang ada seperti : Ibu sehat bayi sehatdll d) Pemasangan ibu hamil Setelah melakukan konseling, stiker dirumah

stiker diisi oleh bidan, kemudian stiker tersebut ditempel dirumah ibu hamil (sebaiknya didepan rumah, dan ibu hamil diberikan buku KIA untuk dipahami isinya . stiker ini
62

memuat

informasi

tentang nama ibu hamil, nama suami, golongan darah ibu hamil,nama yang pendamping (tulis tenaga nama yang akan

persalinan diarahkan agar suami mendampingi nama namanya),

kesehatan yang akan menolong persalinan,rencana pendonor kegawat darah

diminta bila ibu hamil mengalami daruratan, rencana pembiayaan Tabulin/ Dasolin). Hal penting dalam (Jamkesmas,

pengembangan mekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasama antara Bidan63

Dukun-Kader-

Forum Peduli KIA agar semua

pihak

berperan

aktif

dalam

melakukan penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari ibu hamil yang ada diwilayahnya, dan peran menempelkan yang telah di isi oleh bidan tersebut dimasing sebagai masing notifikasi rumah ibu hamil yang juga akan berguna (penanda), rumah ibu hamil tersebut. Serta pemantauan kepada setiap ibu hamil yang telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Program pemasangan stiker ini menjadi media utama dalam P4K, pemasangan Stiker P4K bukanlah sekedar menempelkan
64

stiker pada setiap rumah ibu hamil, suami tapi dan harus dilakukan ibu hamil, untuk konseling kepada

keluarga

mendapatkan kesepakatan dan kesiapan dalam merencanakan persalinan. e) Pendataan jumlah ibu hamil diwilayah desa Pendataan jumlah ibu hamil

diwilayah desa dilakukan setiap bulan secara teratur untuk updating, dan disampaikan pada setiap pertemuan bulanan. Kemudian pemberian konseling kepada ibu hamil, dilanjutkan dengan dirumah
65

penempelan ibu hamil

stiker dan

pemberian buku KIA kepada ibu hamil tersebut.

f) Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi / ambulan desa Dalam upaya rangka bukan pengelolaan hanya pada untuk ibu

donor darah ini, dikembangkan mengganti darah

bersalin tetapi lebih berorientasi untuk menggalang tersedianya calon mengisi UTD/UTD
66

pendonor

darah

untuk di Untuk

persediaan RS.

darah

memastikan darah perlu bidan dan

kegiatan ambulan

donor desa

berjalan dengan maksimal maka diupayakan bekerja partisipatif dengan sama

Forum Peduli KIA dan dukun, dipimpin oleh kepala desa / lurah mewujudkan komitmen bersama dimasyarakat dalam penyediaan donor darah sarana transportasi. Komitmen masyarakat terhadap pelaksanaan donor darah dan sarana transportasi / ambulan desa dapat diwujudkan dengan pembuatan surat pernyataan kesediaan menjadi donor darah atau transportasi /ambulan desa bagi warga yang bersedia dan
67

ikhlas sebagai calon pendonor darah bila atau diperlukan pemakaian sewaktu dalam waktu situasi kendaraannya

kegawatdaruratan. g) Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Dasolin/Tabulin Untuk mekanisme pelaksanaan komponenTabulin/Dasolin bidan bersama dengan forum peduli KIA dan dukun harus bekerja hati hati. Karena ini pelaksanaan berkaitan erat komponen

dengan uang atau sumberdaya yang lain. Ini merupakan hal yang besar perlu sensitif upaya
68

bagi

sebagian sehingga dan

masyarakat,

partisipatif

komunikatif dalam melaksanakan komponen tersebut. diperlukan dengan membahas penggunaan Hal Tabulin/Dasolin pertama yang adalah melakukan untuk dan

pertemuan pertemuan bersama masyarakat pengelolaan mekanisme

pengawasan Tabulin/Dasolin. h) Pembuatan penandatanganan persalinan Amanat hamil persalinan dengan adalah suami dan amanat

kesepakatan kesanggupan ibu beserta dan/keluarga Amanat


69

atas komponen persalinan juga

komponen P4K dengan stiker.

melibatkan warga yang sanggup menjadi pendonor darah,warga yang proses perkembangan bersalin,nifas, dini,kesiapan penggalian dana. Dalam amanat persalinan akan tertulis lengkap informasi kesiapan dana,transportasi, dan pendonor yang akan membantu ibu yang melahirkan jika sewaktu waktu dibutuhkan,dalam lembar
70

memiliki /ambulan ibu dan

sarana desa, hamil, baru untuk pencatatan bayi

transportasi

lahir, rencana inisiasi menyusu bidan dan kunjungan nifas,termasuk upaya pengelolaan

itu juga ditulis bidan yang akan menolong persalinan . kesahihan kesepakan ini ditentukan oleh tanda bidan. akan tangan Amanat sangat ibu terdekat persalinan membantu hamil, dan ini ibu suami/keluarga

mendapatkan pertolongan yang sangat dibutuhkan saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya. d. Peran dan Rencana Kerja

Forum Peduli KIA Peran melakukan dengan


71

forum

peduli

KIA

pertemuan difasilitasi

rutin bidan,

memberikan

masukan

untuk

pemantapkan pelaksanaan P4K, melakukan up date data bulanan KIA, membahas hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan P4K dan bagaimana mengatasinya. Rencana pendataan kerja ibu meliputi :

hamil

dengan

stiker ,Dasolin/Tabulin, Ambulan desa, donor darah, peran aktif suami /keluarga dalam menemani ibu nifas. bersalin, promosi inisiasi ibu menyusu dini, kunjungan

Depkes RI.2008. Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun Jakarta


72

Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta Kepmenkes RI 828/MENKES/SK/IX/2008 no

MENGGERAKKAN DAN MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT A. Kemitraan Bidan dengan Dukun 1. Latar Belakang

Dalam rangka percepatan penurunan AKI diindonesia, dan sejalan dengan strategi utama depkes telah dilaksanakan upaya terfokus penurunan AKI melalui Strategi Making Pregnancy (MPS) dengan 3 (tiga) pesan kunci, yaitu: 1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil; 2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat penanganan yang adekuat; 3) setiap wanita usia subur
73

mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Pesan kunci tersebut dilaksanakan melalui 4 strategi yaitu: 1) Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, 2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, 3) meningkatkan system surveillance, monitoring dan informasi kesehatan, 4) meningkatkan pembiayaan kesehatan. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, perlu ada alih peran penolong persalinan dari penolong bukan tenaga kesehatan kepenolong persalinan oleh tenaga kesehatan.Target tahun 2015 adalah 90 % dan saat ini cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) mencapai 73 % (sdki 2007). Ini berarti sekitar 27% persalinan masih ditolong oleh bukan nakes (dukun
74

bayi/keluarga). Perubahan peran dukun bayi yang biasanya sebagai penolong persalinan, didoronga agar menjadi mitra pendamping bagi bidan yang menolong persalinan, melalui suatau mekanisme kerjasama yang saling menguntungkan. Selama ini masyarakat, khususnya daerah pedesaan masih menaruh kepercayaan yang besar kepada dukun bayi. Oleh sebab itu bidan harus dapat memanfaatkan kepercayaan masyarakat tersebut dalam menolong persalinan dengan melakukan kemitraan dengan dukun bayi, sehingga dukun bayi mau merujuk kebidan. Pada program kemitraan ini, bidan dan dukun bayi mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing. Menanggapi masalah kematian ibu yang semikian besar, tahun1987 untuk ertama kalinya ditingkat internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi Kenya yang menyepakati peningakatan
75

upaya bagi kesehatan ibu atau safe motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World Summit For Children di New York, AS yang dihadiri oleh 127 negara termasuk Indonesia, membuahkan 7 tujuan utama, diantaranya menurunkan AKI menjadi 50 % pada tahun 2000. Program SMH mulai tahun 1990,salah satu terobosanya adalah menempatkan tenga bidan disetiap desa dan melatih dukun serta dilengkapi dengan dukun kit,s ehingga diharapkan dukun yang sudah dilatih mampu dan mau menerapkan persalinan 3 bersih (bersih tempat, alat,dan cara). AKI dan AKB diIndonesia masih sangat tinggi 307/100.000KH dan 35/1000KH, adapun penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 28%,eklamsi24%,infeksi11%,partus lama 5% (SKRT 2001), dll. Kondisi ini diperburuk dengan masih tingginya kehamilan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu
76

muda, terlalu sering dan terlalu banyak) sebanyak 62,7%. Sedangkan penyebab kematian neonatal diindonesia adalah asfiksia 27%, komplikasi pada bayi baru lahir rendah 29%, TN 10%, masalah pemebrian makan 10%, infeksi 5%, gangguan hematologic 6%, dll 13%. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu dan bayi adalah factor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut,dimana sesuai dengan pesan pertama kunci MPS yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesentan terlatih. Disampin itu, masih tingginya persalinan dirumah dan masalah terkait budaya dan perilaku dan tanda-tanda sakit pada neonatal sulit dikenali, juga merupakan penyebab kematian bayi baru lahir.
77

Menurut hasil penelitan dari 97 negara bahwa ada korelasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu. Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di sutau wilayah akan diikuti penurunan kematian ibu diwilayah tersebut. Namun sampai saat ini diwilayah Indonesia masih banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun yang masih menggunakan caracara tradisional sehinggan banyak merugikan dan membahyakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Dibeberapa daerah, keberadaan dukun sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan oleh masyarakat keberadaanya. Berbeda dengan bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapat kepercayaan dari masyarakat. Sehingga perlu dicari suatu kegiatan yang dapat membuat kerjasama
78

yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun, dengan harapan pertolongan persalinan akan berpindah dari dari dukun kebidan. Dengan demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun. 2. Tujuan Meningkatnya akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kesehatan berkualitas dengan meningkatkan pelayanan ANC,persalinan, nifas dan rujukan oleh dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten, meningkatkan alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra bidan dalam merawat ibu nifas dan bayinya,meningkatkan peran dukun sebagai kader kesehatan ibu dan bbl.
79

3. Pengertian dengan dukun

kemitraan

bidan

Adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan, dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan ini menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalih fungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, yang berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsure/ elemen masyarakat yang ada. 4. Kebijakan

a) Setiap ibu bersalin dan bbl memperoleh pelayanan dan pertolongan oleh nakes yang kompeten dalam emnololng persalinan,
80

b) Kemitraan bidan dengan dukun dilaksanakan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan c) Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang menguntungkan antar abidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan. 5. Mekanisme kerja

Langkah langkah al: a) Inventarisasi semua bidan dengan dukun terkait dengan penyelenggaraan dan pencapaian progam kesehatan ibu dan bbl b) Menyamakan persepsi antara bidan dengan dukun, dimana peran dukun tidak kalah penting dibandingkan dengan perannya dahulu. c) Menetapkan peran dan tanggung jawab bidan dengan dukun sesuai dengan
81

lingkup dan kemampuanya. Perubahan peran baru perlu adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik antar bidan dan dukun. d) Membuat kesepakan tertulis tentang peran dan tugas antara bidan dengan dukun diketahui oleh kepala desa/lurah ataupun TOMA e) Menyusun rencana kerja kegiatan kemitraan dengan menetapkan pemabgian tugas sesuai dengan perand an tanggung jawabnya. f) Mensosialisasikan kesepakatan kemitraan bidan dengan dukun g) Melaksanakan kegiatan kemitraan sesuai dnegna tugas masing-masing h) Memantau dan menilai hasil kegiatan kemitraan yang dicapai dan pengembangannya. Dalam penerapan kemitraan bidan dengan dukun, maka dukun perlu diberikan wawasan dalam bidang
82

kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, terutama tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi. 6. Ruang lingkup kemitraan bidan dengan dukun (mencakup inputproses-output) a) Input Meliputi : tenaga,biaya operasional, sarana kegiatan bidan dan dukun, serta metode/mekanisme pelaksanaan kegiatan. b) Proses Meliputi lingkup kegiatan kerja bidan dengan dukun. Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan sedangkan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan beralih peran dari menolong
83

persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan bersama bidan merawat ibu nifas dan bbl berdasarkan kesepakatan pembagian peran antara bidan dengan dukun. Aspek teknis kesehatan adalah proses pengelolaan dan pelayanan program KIA 1) Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan mulai perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian (evaluasi) program kesehatan ibu dan anak termasuk KB. 2) Pelayanan KIA dan KB mencakup kegiatan yang dilakukan sesuai wewenang, standar, etika profesi. Aspek non teknis kesehatan 1) Penggerakan dan pemberdayaan ibu, keluarga dan masyarakat.
84

2) Dukungan terhadap tradisi dan budaya setempat sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan ibu dan anak. c) Output

Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak antar lain: Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra Meningkatnya rujukan oleh dukun Meningkatnya cakupan pemeriksaan Ibu hamil Meningkatnya pertolongan persainan oelh tenaga kesehatan Meningkatnya peserta KB pasca salin Meningkatnya deteksi risti/komplikasi oelh masyarakat.
85

7. Peran bidan dengan dukun dalam pelaksanaan kemitraan a) Periode kehamilan DUKUN BIDAN

1) Melakukan 1) Memotivasi ibu pemeriksaan ibu hamil untuk hamil dalam hal: periksa kebidan KU,HPL,menentuka 2) Mengantar ibu n keadaan janin hamil yang tidak dalam kandungan, mau periksa pemeriksaan kebidan laboratorium yang 3) Membantu diperlukan bidan pada saat 2) Melakukan pemeriksaan ibu tindakan pada ibu hamil hamil dalam hal: 4) Melakukan imunisasi TT, penyuluhan pada pemberian Tablet ibu hamil dan Fe,pengobatan keluarga tentang /tindakan apabila : ada komplikasi Tanda tanda 3) Melakukan
86

penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga mengenai: Tanda persalinan Tanda kehamilan tanda bahaya

persalinan Tanda bahaya kehamilan Kebersihan pribadi lingkungan Kesehatan gizi & &

Kebersihan pribadi lingkungan

&

Kesehatan & gizi

Perencanaan persalinan (bersalin di bidan, menyiapkan transportasi, menggalang dalam 5) Memotivasi ibu menyhiapkan hamil dan biaya, calon donor keluarga darah)
87

Perencanaan persalinan (bersalin di bidan, menyiapkan transportasi, menggalang dalam menyhiapkan biaya, calon donor darah)

tentang: KB setelah melahirkan KB setelah menggunakan melahirkan ABPK (alat bantu Persalinan pengambilan dibidan pada keputusan ) waktu 4) Melakukan menjelang kunjungan rumah taksiran partus untuk: 6) Melakukan Pemeriksaan ritual keagamaan kehamilan trasitional yang sehat sesuai Penyuluhan atau tradisi setempat konseling pada bila ada keluarga tentang perencanaan 7) Melakukan persalinan dan motivasi pada pencegahan waktu rujukan komplikasi diperlukan Melihat kondisi 8) Melaporkan rumah persiapan kebidan apabila persalinan ada ibu hamil Motivasi
88

persalinan dibidan pada waktu menjelang taksiran partus 5) Melakukan rujukan apabila diperlukan 6) Melakukan pencatatan seperti: kartu ibu, kohort ibu, buku KIA 7) Melakukan laporan : cakupan K1 dan K4 b) Periode persalinan

baru.

BIDAN

DUKUN

1) Mempersiapk 1) Mengantar an sarana dan calon ibu bersalin prasarana kebidan persalinan aman 2) Mengingatkan
89

dan alat resusitasi bbl termasuk PI

2) Memantau kemajuan persalinan 3) Mempersiapkan sesuai dengan sarana prasarana partograf persalinan aman sperti air dan kain 3) Melakukan yang bersih asuhan persalinan 4) Melaksanaka n IMD 4) Mendampingi ibu saat persalinan

keluarga menyiapkan alat transport untuk pergi kebidan /memanggil bidan

5) Injeksi vit K1 5) Membantu dan salep mata bidan saat proses antibiotic pada persalinan bbl 6) Melakukan ritual keagamaan 6) Melakukan /traditional yang perawatan bbl sehat sesuai 7) Melakukan tradisi setempat tindakan 7) Membantu PPGDON
90

8) Membantu ibu 8) Melakukan dalam IMD rujukan bila kurang dari 1 jam diperlukan 9) Memotivasi 9) Melakukan rujukan bila pencatatan diperlukan persalinan pada: 10) Membantu kartu bidan ibu/partograf, membersihkan kohort ibu dan ibu, tempat dan bayi, register alat setelah persalinan. persalinan 10) Melakukan pelaporan : cakupan persalinan oleh nakes c) Periode nifas DUKUN
91

apabila mengalami komplikasi

bidan dalam perawatan bbl

BIDAN

1) Melakukan kunjungan neonatal dan sekaligus pelayanan nifas : Perawatan ibu nifas Perawatan neonatal Pemberian imunisasi HB1 Pemberian Vit A ibu nifas 2x Perawatan payudara 2) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga
92

1) Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang: Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas Tanda tanda bayi sakit Kebersihan pribadi dan lingkungan Kesehatan dan gizi Perawatan tali pusat 2) Memotivasi

mengenai: Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas Tanda tanda bayi sakit Kebersihan pribadi dan lingkungan Kesehatan dan gizi Perawatan tali pusat KB setelah melahirkan 3) Melakukan rujukan apabila diperlukan 4) Melakukan
93

ibu dan keluarga untuk ber-kb setelah melahirkan 3) Melakukan ritual keagamaan trasitional sehat sesuai dengan tradisi setempat 4) Memotivsi rujukan bila perlu 5) Melaporkan kebidan apabila ada akseptor baru.

pencatatan pada :kohort bayi dan buku KIA 5) Melakukan laporan :cakupan pelayanan nifas Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus disepakati dan dituangkan secara tertulis dalam kesepakatan antara bidan dengan dukun. Hal hal yang harus tercantum dalam kesepakatan adalah : Peran bidan dengan dukun Mekanisme rujukan informasi hamil dari dukun kebidan Mekanisme rujukan kasus persalina
94

ibu

Jadwal pertemuan rutin bidan-dukun Mekanisme persalinan. pembagian biaya

8. Tugas bidan Pembina diwilayah

didesa/bidan

a) Mendata dan memetakan dukun dan ibu hamil b) Berkoordinasi dengan aparat desa, PKK, LSM, TOMA, TOGA ,dan swasta di desa/kelurahan c) Membina dukun diwilayah setempat yang berada program

d) Melaksanakan kegiatan kemitraan bidan dengan dukun

e) Melakukan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun


95

f) Bertanggungjawab dan kepada kepala puskesmas. 9. Kegiatan

melaporkan

Kegiatan dalam rangka kemitraan bidan dengan dukun meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi a) Perencanaan dalam Langkah-langkah perencanaan adalah :

1) Identifikasi potensi dan masalah yang terjadi meliputi Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bbl Cakupan hasil program KIA
96

kegiatan

Jumlah bidan dengan dukun dalams atu wilayah Kompetensi tenaga yang ada didesa Kelengkapan sarana, alat, dan bahan habis pakai Sarana transportasi rujukan System pembiayaan (tabulin dan dasolin) Dukungan kebijakan, kelembagaan dan partisipasi masyarakat Sosial budaya 2) Analisis masalah dapat dilakukan dengan mengaju kepada hasil identifikasi potensi dan masalah yang menitikberatkan pada: Adanya dukun
97

persalinan

oleh

Cakupan persalinan nakes yang rendah Jumlah dukun lebih banyak daripada bidan Desa yang tidka mempunyai bidan/ bidan tidak tinggal ditempat Melakukan analisa hasil kegiatan terhadap target 3) Alternative masalah pemecahan

Alternative pemecahan masalah dilakukan berdasarkan temuan masalah. Beberapa alternative pemecahan yang ada, pada akhirnya akan dibahas untuk memperoleh upaya yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut dengan melibatkan sumber daya yang ada baik
98

lintas program/lintas sector maupun tokoh-tokoh informal. Penyusunan rencana (plan of action) kerja

4)

Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek kemitraan. POA dipilih dari kegiatan yang secra operasional memungkinkan untuk dilaksanakan. POA terdiri dari uraian kegiatan meliputi : kegiatan, tujuan, sasaran, waktu, biaya, dan penangggung jawab b) Pelaksanaan

Kegiatan kemitraan bidan dengan dukun perlu dilakukan secara sistemik dan terkoordinasi agar efektif dan efisien. Sistemik disini
99

adalah dilakukan dari propinsikabupaten/kotakecamatan/puskesmas-desa. Namun dalam amteri ini hanya membahas pelaksanaan ditingakt puskesmas dan didesa. 1) Tingkat puskesmas Sosialisasi tingkat kecamatan kegiatan kemitraan bidan-dukun Tujuan :untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan kemitraan bidan-dukun dari lintas program, linsek,TOGA, dan TOMA Sasaran sector dan program kecamatan petugas
100

:lintas lintas tingkat seperti

PKM,PLKB,KUA,bag. Sosial /kesra kecematan, Diknas, Toma,Toga, LS, TPPKK desa, BDD Output kegiatan

Diperolehnya dukungan dari LP/LS kecamatan dan desa Adanya rancangan kesepakatan bidan dengan dukun untuk pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun. Fasilitasi kemitraan bidan dengan dukun Evaluasi 2) Tingkat desa Sosialisasi tingkat desa
101

Tujuan : untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun dari aparat desa, toma,toga, pkk dan amsyarakat. Sasaran :kades/lurah,Badan Perwakilan Desa,PKK desa, kader kesehatan, Toma dan Toga dan LSM yang ada, dukun, kadus /RW. Output kegiatan:

Diperolehnya dukungan untuk pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun Tersusunnya kesepakatan
102

antara

bidan dengan dukun untuk pelaksanaan kemitraan. Pembekalan dukun Tujuan : meningkatkan pengetahuan dukun dalam melaksanakan deteksi dini bumil:pengenalan tanda bahaya pada bumil,bulin,bufas, bayi, cara-cara melaksanakan rujukan dan penyuluhannya serta keterampilan dalam membantu merawat ibu dan bayi pada masa nifas. Sasaran :dukun kegiatan : mampu

Output dukun
103

mendeteksi dini ibu hamil,mengenali tanda bahaya bumil, bulin, bufas, serta, terampil melakukan perawatan pada bayi baru lahir dan ibu nifas. Magang dukun dirumah Bidan/Polindes/Puskesmas Tujuan : mendekatkan hubungan interpersonal bidan-dukun, meningkatkan keterampilan dukun dalam perawatan abyi baru lahir dan bufas, pedeteksian resiko tinggi pada ibu hamil, bulin, bufasdan bbl, serta cara-cara melaksanakan rujukan
104

tepat waktu dan penyuluhan yang baik. Sasaran : dukun yang telah mengikuti pembekalan Output kegiatan : terciptanya hubungan interpersonal bidan dengan dukun yang lebih akrab sehingga dukun akan sepakat merujuk kasus persalinan keapda bidan setempat dimana dukun tersebut magang.dan meningkatnya keterampilan dukun dalam perawatan bbl dan bu fas, pendeteksian resiko tinggi pada bumuil, bulin,bufas,dan
105

bbl,serta cara-cara melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik. Dana bergulir dukun Tujuan : agar dukun mempunyai ikatan untuk merujuk kasus persalinan kebidan. Sasaran : dukun yang sudah mengikuti magang dukun. System pengelolaan bergulir : dana

o Dukun yang telah selesai magang akan diberikan sejumlah uang (Dana bergulir )
106

dengan jumlah yang telah ditentukan oelh pengelola program kemitraan bidan dengan dukun puskesmas setempat dan dicatat dalam pembukuan dana bregulir. Untuk kegiatan ini dapat siusulkan melalui dana penignkatkan kesehatan dan pendidikan yang ada dalam Alokasi Dana Desa(ADD) o Dukun berkewajiban mengembalikan dana yang telah diterima tersebut, dalam bentuk
107

rujukan kasus persalinan (inpartu) kepada bidan penanggung jawab/bidan tempat magang. o Bidan akan memberikan sebagian uang hasil dari biaya persalinan yang telah dibayarkan pasien sesuai kesepakatan yang telah dibuat kepada dukun tersebut sebagai penghargaan atas rujukan dan sebagian lagi akan disimpan untuk dana bergulir (disimpan ke
108

pengelola dana bergulir puskesmas) o Dana bergulir yang telah masuk kepengola program kemitraan bidandukun puskesmas selanjutnya akan digulirkan kembali kedukun yang sama atau dukun yang lain setelah dilakukan evaluasi o Pemberian dana bergulir dan pembagian hasil antara bidan dengan dukun,dari hasil pertolongan persalinan ditinjau ulang secara berkala (tiap 6 bulan sekali) dan
109

diatur dalam kesepakatan yang dibuat saat evaluasi hasil kegiatan kemitraan bidan dengan dukun ditingkat kecamatan. o Secara berkala kepala puskesmas setempat, berkewajiban melaksanakan audit keuangan dana bergulir diwilayahnya. Output kegiatan : terlaksananya rujukan semua persalinan dukun kebidan. Terjalinya kerjasama yang harmonis antara bidan dengan dukun
110

sesuai kesepakatan bersama serta diketahuinya pengelolaan dana bergulir dimasing masing wilayah. c) Pemantauan dan evaluasi

Harus dilakukan secara berkesinambungan. Kegiatan memantau dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan. Hasil pemantauan merupakan bahan masukan untuk perencanaan dan langkah perbaikan berikutnya. Pemantauan Propinsi /tahun, kekabupaten : 1x

111

Kabupaten kepuskesmas-desa :laporan dari desa/puskesmas 3 bulan sekali Evaluasi dilakukan 1 x dalam setahun setelah proses kemitraan bidan dengan dukun berlangsung Ditingkat propinsi dan kab/kota melalui pertemuan bulanan Ditingkat kecamatan melalui lokakarya mini Ditingkat desa pertemuan bulanan Indicator keberhasilan : Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan pencapaian dan hasil kegiatan dengan perencanaan secara berkesinambungan. Dalam menilai kualitas kegiatan kemitraan bidan dengan dukun diperlukan indicator: melalui

112

Jumlah dukun yang bermitra dari seluruh dukun yang ada disuatu wilayah Cakupan ANC, Linakes, Nifas dan KB disuatu Wilayah Ada kebijakan kemitraan Bidan dengan Dukun (SK,Perdes, Surat kesepakatan dan sebagainya) Proses peamntauan dan evaluasi tersebut dilaporkan secara berjenjang kepada pengelola program KIA puskesmas kemudian kekabupaten/ Kota secara triwulan. B. Pengembangan Wahana / forum PSM berperan dalam kegiatan 1) Posyandu a. Riwayat posyandu dan perkembangan

Pada tahun 1985 dikeluarkan instruksi bersama antara


113

Mendagri, Menkes dan Kepala BKKBN No.23 TAhun 1985 (214/Menkes/Ins/B/IV/1985) tentang penyelenggaraan Pos Pelayanan terpadu, yang menginstruksikan kepada Gubernur,bupati/walikota, Kanwil / Depkes propinsi dan kakandepkes, serta kepada BKKBN Propinsi/Kabupaten/KotaMadya antara lain: i. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektoral untuk menyelenggarakan posyandu dalam lingkup PKMD dengan mengikutsertakan PKK ii. Mengembangkan masyarakat peran serta

iii. Meningkatkan fungsi dan peran LKMD dan PKK

114

iv. Melaksanakan pembentukan Posyandu didaerah masingmasing Pada tangal 21 -23 Oktober 1986 dilakukan pertemuan lintas sector antara Depkes,Depdagri,BKKBN, dan PKK dijakarta dengan mengundang para Kakanwil Depkes,Direktur Bangkes, kepala BKKBN provinsi serta ketua Tim Penggerak PKK dari 9 propinsi dan pusat, untuk lebih memantapkan pelaksanaan Posyandu tersebut. Dalam rangka menyambut hari HKN ke 22 tanggal 12 November 1986 Posyandu dicanangkan oleh Presiden sebagai suatu strateg nasional pendukung Dasa Warsa Anak Indonesia 1986-1996. b. Keterpaduan dalam posyandu
115

Kegiatan keterpaduan ditingkat desa diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu atau lebih dikenal nama POSYANDU. Semula posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Dalam pengembanganya posyandu dapat dibina menjadi suatu forum komunikasi dan palayanan dimasyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalahnya melalui alih teknologi. Dengan demikian posyandu dapat dikembangkan dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos imunisasi, pos KB desa, pos kesehatan, kelompok belajar,atau mungkin juga dibentuk baru. Satu posyandu sebaiknya melayani 100 balita (120 kepala keluarga) atau
116

sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat:seperti keadaan geografis, jarak antar sekelompok rumah, jumlah kepala keluargadalam satu kelompok dan sebagainya. Tujuan Posyandu : penyelenggaraan

Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran Mempercepat KMS penerimaan

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatankegiatan lain yang menunjang,sesuai dengan kebutuhan.
117

c.Kelompok kerja posyandu POSYANDU)

operasional (POKJANAL

Pengorganisasian dan mekanisme kerja POKJANAL POSYANDU i. Kedudukan Untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rangka pengelolaan posyandu, agar dibentuk kelompok kerja operasional posyandu (POKJANALPOSYANDU)-TIM Pembina LKMD disetiap tingkatan sesuai dengan keputusan menteri dalam negeri nomor 18 tahun 1989 tentang Tim Pembina LKMD Pokjanal Posyandu sebagai unsure pelaksana kegiatan pembinaan LKMD posyandu, berada dibawah
118

dan bertanggung jawab kepada ketua harian tim Pembina LKMD pada masing masing tingkatan pemerintahan. ii. Susunan Organisasi Pokjanal-Posyandu disetiap tingkatan pemerintahan terdiri dari unsure instansi dan lemabga terkait secara langsung dalam pembinaan posyandu yaitu: Tingkat Propinsi: a) Kanwil /Dinas Kesehatan, b) BKKBN, c)Direktorat BANGDES d) BAPPEDA Tingkat I, e) Tim Penggerak PKK f)Instansi Dinas terkait Tingkat kabupaten/kotamadya: a)Kandep/Dinas Kesehatan b) BKKBN c) Kantor BANGDES d) BAPPEDA
119

Tingkat II e) Tim PEnggerak PKK f) Instansi DInas Terkait Tingkat kecamatan : a) Pembina TEknis KPD/LKMD berperan dan berfungsi sebagai POKJANAL POSYANDU tingkat kecamatan b) struktur organisasi pokjanal posyandu adalah : Ketua Wakil ketua kelembagaan bidang

Wakil ketua bidang bina program Sekretaris Anggota yang berperan sebagai : coordinator wilayah dan Pembina lapangan/ setrawan iii. Tugas dan Fungsi
120

Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan posyandu, kader, pengurus LKMD, kelompok sasaran, cakupan program serta perangkat pemerintahan / Desa /Kelurahan. Menganalisis masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternative pemecahan masalah yang dihadapi posyandu Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah Mengadakan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program posyandu dalam bentuk fasilitasi proses Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan hasil butir d tersebut kepada instansi/lembaga yang
121

bersangkutan dalam pemecahan masalah.

rangka

Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatanya kepada ketua harian tim Pembina LKMD Pembiayaan Biaya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan pembinaan mutu penyelenggaraan POSYANDU ini dilakukan dengan semangat koordinasi dan keterpaduan melalui anggaran masing-masing instansi dan lembaga terkait, baik yang bersumber dari APBN,APBD I,APBD II,swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. d. Penyelenggaraan Posyandu Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama kepala desa dan
122

LKMD( seksi KB kes dan PKK) dengan bimbingan Tim Pembina LKMD TIngkat Kecamatan. Penyelenggaraannya dilakukan oelh kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lainlain,dengan bimbingan tim Pembina LKMD Tingkatan Kecamatan. Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pasangan usia subur. Posayndu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oelh masyarakat dan ditentukan oelh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan dipos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau
123

tempat khusus yang dibangun oleh masyarakat. Penyelenggaraanya dilakukan dengan pola lima meja sebagaimana diuraikan sbb: meja I pendaftaran, meja 2 penimbangan , meja 3 pengisian KMS (kartu menuju sehat) meja 4 penyuluhan perorangan mengenai balita berdasar hasil penimbangan, berat badannya naik/tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A dosis tinggi terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti dengan pemebrian tablet besi
124

terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemebrian kondom, pil ulangan atau tablet busa. Meja 5 pelayanan oelh tenaga professional meliputi pelayanan KIA KB imunisasi dan pengobatan,serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setemapt. Kalau banyak ibu-ibu berkumpul menunggu giliran, bisa diberikan penyuluhan kelompok. Selain itu disemua meja bisa juga diberi penyuluhan sesuai keperluannya. Tetapi jangan sengaja meminta ibu-ibu berkumpul hanya untuk penyuluhan kelompok diposyansu. Untuk lebih jelasnya lihat skema berikut:
125

Skema Dengan demikian upaya yang dapat dilakukan posyandu meliputi antara lain : a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita Penimbangan bulanan bayi dan anak balita, perbaikan gizi, pencegahan terhadap penyakit terutaama imunisasi dasar, pengobtan penyakit khususnya penanggulanagan diare , penyuluhan kelompok dan perorangan kepada ibu/pengasuhnya b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, menyusui dan PUS Perbaikan gizi, pencegahan terhadap penyakit (imunisasi TT), pengobatan penyakit , pelayanan kontrasepsi ,
126

penyuluhan perorangan.

kelompok

dan

Pos pelayanan terpadu adalah pos pelayanan KB-Kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Posyandu melaksanakan 5 progam kesehatan dasar yang terdiri dari :KB,KIA,Perbaikan Gizi Keluarga, imunisasi, Penanggulanagna penyakit diare,denag dukungan teknis dari petugas kesehatan, keluarga berencana, pertanian, agama, PKK Dan sebagainya. Dalam praktek pelaksanaanya dengan system lima meja atau
127

lima langkah posyandu Langkah Pertama Kedua Ketiga Keempat

dasar

meja

Kegiatan

Pelaksana

Pendaftara Kader n Kader Penimbang Kader an balita Pengisian KMS Penyuluha n perorangan

e. Pesan posyandu

penyuluhan

dalam

Bersifat mendorong proses pelembagaan dan menggerakan semangat masyarakat untuk menuju kemandirian pengelolaan posyandu dengan memperhatikan adat istiadat dan budaya setempat dan dengan
128

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti serta memadukan semua unsure pelayanan yang tersedia diposyandu. . i. Tentang kesehatan ibu 1. Tundalah perkawinan hingga umur 20 tahun,demi kesehatan ibu dan bayinya. 2. Sebaiknya anak cukup 2 orang, laki-laki atau perempuan sama saja,s etelah umur 30 tahun sebaiknya tidak hamil lagi. 3. Periksalah kesehatan sebelum memilih alat kontrasepsi efektif seperti IUD, pil dan suntikan. Tubuh yang sehat dapat menjamin pemakaian kontrasepsi tersebut dengan baik
129

4. Kalau belum mendapat suntikan pengebalan terhadap tetanus semasa remaja, mintalah diposyandu atau puskesmas setempat. 5. Bagi daerah endemis GAKY, sebelum hamil cek kadar yodium dalam tubuh. 6. Makanan yang seimbang dan serasi akan menjamin kesehatan dan produktifitas kerja. ii. Tentang kesehatan ibu hamil Periksalah kehamilan secara teratur keposyandu atau puskesmas, paling sedikit 4x selama kehamilan yaitu :kehamilan trimester 1 satu kali, kehamilan trimester 2 dua kali,
130

kehamilan trimester kali.

3 dua

Pemeriksaan kehamilan yang teratur akan menjamin keselamatan dan kesehatan ibu serta bayi, baik waktu hamil maupun pada saat melahirkan. Mintalah imunisasi TT diposyandu sebanyak 2 kali selama kehamilan agar ibu dan bayi yang baru lahir terlindung dari serangan penyakit tetanus. Setiap ibu hamil perlu makan satu atau dua piring makanan bergizi lebih banyak dari biasanya dan perlu lebih banyak istirahat. Makan sayuran hijau dan kacang kacangan setiap hari
131

akan mencegah terjadinya kurang darah. Minumlah satu butir tablet tambah darah setiap hari selama tiga bulan terakhir masa kehamilan agar ibu tidak kekurangan darah dan dapat melahirkan dengan selamat. Timbulnya kesulitan buang air besar setelah minum tablet tambah darah adalah gejala biasa, dan mudah diatasi dengan lebih banyak makan sayuran daun hijau. Hentikan kebiasaan merokok. Wanita hamil yang merokok besar kemungkinan melahirkan bayi yang kurang berat badannya, keguguran atau bayi akan meninggal pada
132

saat dilahirkan atau beberapa hari sesudahnya. Berat badan bayi waktu lahir rendah, dapat mengganggu perkembangan fisik dan kecerdasan. Mintalah pertolongan persalinan pada petugas kesehatan atau dukun terlatih untuk menjamin keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi. Posyandu memberikan pelayanan khusus bagi ibu hamil seperti pemeriksaan kehamilan, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet tambah darah, dan petunjuk makanan bergizi. iii. Tentang menyusui
133

kesehatan

ibu

Pilihlah kontrasepsi efektif (IUD, suntik) sedini mungkin untuk menjamin pengaturan keahmilan demi kesehatan ibu dan anak. Tundalah kehamilan berikutnya paling sedikit setelah 2 tahun kelahiran anak pertama, dan cegahlah keahmilan berikut setelah kelahiran kedua, demi terwujudnya norma keluarga kecil sejahtera . Jarak kelahiran yang tepat,melahirkan anak yang lebih tinggi dan lebih berat. Periksalah kesehatan ibu sedini mungkin setelah melahirkan untuk menjamin tidak terjadinya kelainankelainan akibat persalinan.
134

Makanlah makanan bergizi satu sampai dua piring lebih banyak dari biasa, dan untuk menjamin terhindar dari kurang darah, makanlah satu butir pil tambah darah setiap hari. Setelah melahirkan makanlah segera satu kapsul vitamin A takaran tinggi untuk mencegah kebutaan pada bayi. Setiap hari minumlah air masak lebih banyak dari biasanya. Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena dengan demikian air susu ibu bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi.
135

ASI yang keluar pada hari pertama sesudah mealhirkan jangan dibuang karena menjadikan anak lebih tahan terhadap penyakit. iv. Tentang kesehatan bayi Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang berbahaya Anak yang tidak dimunisasi lebih besar kemungkinannya untuk menderita cacat dan meninggal dunia. Dapatkan imunisasi lengkap diposyandu sebelum bayi berusia 1 tahun. Imunisasi lengkap adalah imunisasi 4x dengan jarak paling sedikit satu bulan. Imunisasi lengkap dapat mencegah penyakit TBC, Difteri,
136

Pertusis, Tetanus, Polio, dan campak yang banyak menyerang anak-anak. Suntikan pertama pada imunisasi belum mencukupi untuk memberi kekebalan, karena itu mintalah suntikan berikutnya. Berikan imunisasi DPT, dan Polio sebanyak 3 kali, untuk campak dan TBC sukup satu kali saj. Timbulnya demam atau panas sesudah imunisasi adalah gejala biasa, pertanda bahwa tubuh anak sedang membentuk kekebalan. Penyakit ringan seperti batuk atau pilek tidak menghalangi anak untuk mendapatkan imunisasi.
137

Periksa dan timbanglah bayi secara teratur diposyandu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi yang sehat bertambah umur bertambah berat badannya. Berikan ASI pada bayi pada bayi sampai umur 2 tahun dan berikan makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya mulai umur 6 bulan, untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan anak. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena ASI mengandung cukup bahan makanan yang diperlukan dan meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit.
138

Berikan ASI pada sebanyak mungkin sesering mungkin.

anak dan

Mencret pada bayi dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang mengakibatkan kematian, karena itu berikan segera larutan oralit, larutan gula garam (LGG) atau cairan rumah tangga ( air tajin, air kelapa, buah dan kuah sayur) sedini mungkin. Selama anak mencret, ASI dan makanan yang biasa diperolehnya tetap diberikan. Oralit dapat diperoleh diposyandu atau puskesmas terdekat. v. Tentang kesehatan balita
139

Pemeriksaan dan penimbangan anak dilaksanakan setiap bulan untuk menjamin kesehatan, perkembangan, (termasuk kecerdasan) dan pertumbuhan anak. Berikan anak balita satu kapsul vitamin A takaran tinggi satu setiap 6 bulan untuk mencegah kebutaan akibat kekurangan vitamin A Semua anak memerlukan makanan yang kaya dengan vitamin A, berikan anak balita sayuran dan buahbuahan berwarna untuk mencegah kebutaan. Bawalah anak balita keposyandu untuk memperoleh kapsul vitamin A takaran tinggi.
140

Anak balita yang mencret bukan karena akan bertambah besar atau bertambah kepandaian, tetapi merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menghadapi kematian. Obat-obatan tidak boleh digunakan untuk diare kecuali dengan nasehat dokter. Anak yang baru sembuh dari diare memerlukan tambahan makanan setiap harisekurang kurangnya selama satu minggu. Berbicara, bermain, dan memperlihatkan kasih sayang penting bagi pertumbuhan jasmani, mental dan emosi anak.
141

Anak balita kelangsungan hidup yang lebih besar sehingga menimbulkan rasa tentram pada peserta KB Lestari. f. Revitalisasi posyandu Mengingat pentingnya pembangunan kesehatan untuk peningkatan SDM sejak dini maka berbagai upaya peningkatan kearah itu telah lama dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat melalui berbagai sarana pelayanan kesehatan dengan system rujukannya. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayanan ditingkat paling bawah adalah POSYANDU yang sejak dicanangkan tahun 1984, sampai saat ini posyandu tetap dibutuhkan keberadaanya dan merupakan jenis
142

upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaan posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat perlu terus dikembangkan dengan pendekatan program revitalisasi posyandu; dalam upaya peningkatan fungsi dan kinerja posyandu telah dikeluarkan surat edaran menteri dalam negeri dan otonomi daerah tanggal 13 Juni 2001 Nomor 411.3/1116/SJ tentang pedoman umum revitalisasi posyandu yang telah disampaikan kepada gubernur, bupati dan walikota seluruh Indonesia agar posyandu dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan diperlukan adanya komitmen dan dukungan nyata dari para pengambil kebijakan di tingkat bawah. Untuk itu diperlukan advokasi terhadap para penentu kebijakan khususnya bagi
143

pemerintah masyarakat.

desa

dan

tokoh

Tujuan Revitalisasi Posyandu a. Tujuan Umum : Tumbuhnya komitmen dan dukungan nyata terhadap kebijakan dan implementasi Program Revitalisasi Posyandu b. Tujuan Khusus : i. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan public yang berkaitan dengan Program Revitalisasi Posyandu Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mendukung Program Revitalisasi Posyandu Adanya upaya pemecahan masalah Program Revitalisasi Posyandu secara bersama dan terintegrasi dengan programprogram di daerah melalui kemitraan dan didukung oleh
144

ii.

iii.

keputusan serta pimpinan daerah. Beberapa posyandu batasan

kepedulian tentang

1. Posyandu adalah unit kesehatan dasar ( termasuk pelayanan pemenuhan gizi dan KB) terutama ditujukan untuk para ibu dan anak balita, yang pengelolaanya dilakukan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis petugas puskesmas dan instansi pemerintah lainya, serta dapat difasilitasi unsure LSM maupun unsure swasta atau dunia usaha yang mempunyai misi dan minat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak. 2. Unit kelompok pengelolaan posyandu atau dulu lazim disebut kelompok kerja (POKJA) Posyandu merupakan suatu wadah
145

kelembagaan ditingkat desa yang dikoordinasikan oleh pemerintah desa terhadap sejumlah posyandu yang ada didesa bersangkutan agar dapat dipantau dan dibina pengelolaanya. 3. Kelompok kerja pokjanal posyandu adalah suatu kelompok kerja yang keanggotaanya terdiri dari berbagai unsure dinas/instansi pemerintah dan lembaga-lembaga lain termasuk LSM dan swasta atau dunia usaha yang secara teknis maupun fungsional mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan dan atau pengelolaan posyandu 4. Revitalisasi posyandu adalah suatu upaya bersama dalam rangka meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu yang kondisinya terpuruk sebagai akibat pembinaan berbagai
146

dinas/instansi dan lembaga terhadap peran posyandu. 5. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi atau merubah suatu kebijakan public melalui bermacam macam bentuk komunikasi persuasive dalam menanggapi permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang lain atau menyampaikan sesuat isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaianya 6. Advokasi revitalisasi posyandu adalah suatu rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, baik oleh indivindu maupun kelompok agar
147

pembuat keputusan membuat suatu kebijakan public yang menguntungkan kelompok masyarakat 7. Pemerintah desa adalah kepala desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah 8. Tokoh masyarakat adalah seseorang atau sekelompok orang yang karena sifat keteladanan dan kepemimpinannya, serta kemampuanya untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada itu diakui oleh masyarakat sendiri, sehingga taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik,dan atau masyarakat menjadi lebih tau, mau dan mampu menyelesaikan permasalahanpermasalahan kehidupanya. Jadi
148

keteladanan ini tidak semata-mata disebabkan karena yang bersangkutan dihormati karena mempunyai charisma atau menjadi donatur masyarakat.

2)

Polindes a. Bidan didesa Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal didesa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan tersebut adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 orang. Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pembinaan
149

pimpinan kelompok dasa wisma, disamping memberi pelayanan langsung diposyandu dan pertolongan persalinan dirumahrumah. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga dawa wisma untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk lebih lanjut kepuskesmas atau fasilitas kesehatan yang lebih mampu terjangkau secara rasional. Tugas pokok bidan a) Melaksanakan kegiatan puskesmas didesa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan. b) Menggerakan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar
150

tumbuh kesadarannya untuk dapat berperilaku hidup sehat. Fungsi kerjanya

bidan

diwilayah

a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dirumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi. b) Menggerakan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. c) Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi
151

d) Membina kelompok dasa wisma dibidang kesehatan. e) Membina kerjasama lintas program, lintas sector dan lembaga swadaya masyarakat. f) Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepuskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainya. g) Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan. b. Pondok bersalin desa
152

Adalah suatu tepat yang didirikan oleh masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pelayanan medis dan pertolongan persalinan normal, dipimpin oleh bidan didesa dan dibawah pengawasan serta pembinaan dokter puskesmas diwilayahnya.pengelola polindes ialah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Kegiatan Polindes Kegiatan polindes berkaitan dengan tugas bidan didesa mencakup 1) Pemeriksaan kehamilan persalinan 2) Pertolongan normal

3) Memberikan pertolongan pertama pada gawat darurat kebidanan


153

4) Memberikan pelayanan kesehatan ibu meneteki /ibu nifas 5) Memberikan pelayanan kesehatan bayi,anak balita, anak prasekolah 6) Memberikan imunisasi 7) 8) pelayanan

Memberikan pelayanan KB Penanggulangan Diare

9) Menerima rujukan dari dukun bayi /kader kesehatan dan peran serta masyarakat 10) Memberikan penyuluhan kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat , penggunaan ASI, penanggulangan diare. Tingkat Perkembangan polindes menurut metode ARRIF
154

Indicator tingkat perkembangan polindes mencakup beberapa hal yaitu : a) Fisik Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi syarat antara lain: Bangunan polindes tempat bersih, salah satunya ditandai dengan tidak adanya sampah berserakan. Lingkungan yang sehat, jika polilndes jauh dari kandang ternak Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruangan untuk pertolongan persalinan.
155

Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ ventilasi yang baik terjamin. Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan. Mempunyai sarana air bersih dan jamban yang mempunyai persyaratan kesehatan. Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan tersendiri dan memenuhi persyaratan tersebut diatas, namun dalam kenyataanya mungkin saja polindes masih menumpang disalah satu rumah warga atau bersatu dengan kediaman bidan desa. b) Tempat tinggal bidan desa bidan didesa terus-menerus menentukan Keberadaan secara (menetap)
156

efektifitas pelayanannya, termasuk efektifitas polindes. c) Pengelolaan posyandu Criteria pengelolaan polindes yang baik adalah keterlibatan masyarakat melalui wadah LKMD dalam menentukan tariff pelayanan d) Cakupan persalinan dihitung secara kumulatif e) Sarana Air Bersih Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi dengan MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PAM dll) dan dilengkapi dengan SPAL f) Kemitraan bidan dan dukun bayi

157

Cakupan kemitraan bidan dan dukun dihitung secara kumulatif selama setahun.

g) Kegiatan KIE kelompok sasaran

untuk

Seharusnya suatu polindes didalam pelaksanaan kegiatanya telah melakukan KIE untuk kelompok sasaran minimal sekali dalam tiap bulanya. Kegiatan KIE ini dihitung secara kumulatif selama setahun. h) Dana sehat Cakupan dana sehat dianggap baik apabila telah mencapai 50% dan kurang dari 50% polindes dianggap kurang mantap.
158

Kategorisasi Polindes Kategorisasi polindes dikelompokan menjadi 4 tingkat yaitu: Pratama,Madya, Purnama, Mandiri. Adapun indicator yang digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan polindes adalah sebagaimana berikut: N INDI O KAT OR 1 Fisik PRATA MAD PUR MAN MA YA NA DIRI MA Belum ada bangun an tetap, belum memen uhi syarat Belu m ada bang unan tetap, mem enuhi syara t ada ban gun an teta p, belu m me men uhi syar ada bang unan tetap , mem enuh i syar at

159

at 2 Temp at tingg al bidan 3 Peng elola an polin des Tidak > 3 1 < 1 tinggal km 3 Km didesa Km ybs Tidak ada kesepa katan Ada, tak tertuli s Ada dan tertu lis Ada dan tertul is > 30 %

4 Caku < 10% pan persa linan dipoli ndes 5 Sara na air bersi h Tersedi a air bersih tapi belum dilengk
160

10 20 -19 % -29 %

Terse dia air bersi h belu

Ters edia : air bersi h,su mbe

Ters edia : air bersi h,su mber

api sumber air dan MCK

m ada sumb er air tapi ada MCK

r air, MC K

air,M CK dan dilen gkap i SPA L >75 %

6 Caku < 5% pan kemit raan bidan & duku n bayi

25 50 49% -74 %

7 Kegia < 6 kali 6 8 9 > 12 tan kali 12 kali KIE kali untuk kelo mpok
161

sasar an 8 Dana < 50 % < sehat 50% / JPK M c.Pelaksanaan bidan di desa < > 50% 50%

bimbingan

teknis

Pengertian Pembinaan Teknis Bidan Adalah semua upaya dan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam aspek kebidanan dan pelayanan KIA pada umumnya (termasuk KB, manajemen pelayanan KIA diwilayahnya dan peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang KIA, khususnya pembinaan dukun bayi Tujuan
162

Tujuan umum: meningkatkan kemampuan bidan dalam aspek fungsi teknisnya, agar dapat berperan dalam mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi. Tujuan khusus: Meningkatkan kemampuan dalam pelayanan KIA yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian ibu Meningkatkan kemampuan dalam pelayanan KIA yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi Meningkatkan kemampuan dalam manajemen program KIA dan upaya pendukungnya. Pembinaan bidan didesa ini tidak dapat dipisahkan dengan pembinaan bidan yang bekerja dipuskesmas dan puskesmas pembantu, maupun bidan praktek
163

swasta. Bidan yang bekerja dipuskesmas diharapkan telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup terhadap ketiga aspek teknis diatas, sehingga dapat berperan sebagai Pembina langsung bagi para bidan didesa yang bekerja di wilayah kerja puskesmas. Aspek Teknis yang di Bina Aspek teknis yang dibina disini adalah : a) Aspek pelayanan KIA yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian ibu, yaitu: 1) Pemeriksaan ibu hamil/pelayanan antenatal standar, termasuk pengenalan dini tanda dan gejala kehamilan beresiko, konseling sesuai resiko,
164

konseling gizi dan pasca persalinan.

KB

2) Pertolongan persalinan yang aman, termasuk pengenalan dini tanda dan gejala persalinan yang membahayakan jiwa ibu dan janin/bayi. 3) Perawatan nifas, terutama pasca persalinan, termasuk pengenalan dini tanda dan bahaya. 4) Penanganan kehamilan beresiko dan rujukannya 5) Pertolongan pertama kegawatdarurat kebidanan. 6) Pembinaan dukun bayi dalam pertolongan persalinan 3 Bersih dan pengenalan factor resiko dan keadaan bahaya pada kehamilan serta persalinan.
165

7) Pelayanan KB dan pertolongan pertama pada efek samping sesuai kewenangan. b) Aspek pelayanan KIA yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi, yaitu: 1) Perawatan lahir bayi baru

2) Penanganan neonatus beresiko khususnya BBLR dan tetanus neonatorum, serta rujukannya 3) Pemantauan cakupan pelayanan KIA diwilayah desa dengan menggunakan KP-KIA 4) Penggunaan format pencatatan dalam pelaporan KIA : register kohort ibu dan bayi, KMS
166

ibu hamil, pencatatan hasil pemeriksaan/pelayanan perorangan (misal kartu persalinan dll), otopsi verbal maternal perinatal /neonatal, Format pelaporan yang berlaku untuk program KIA 5) Penggerakan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam program KIA yang meliputi: Pembinaan dukun bayi dan kader dalam hal: Pengenalan kehamilan dalam persalinan beresiko Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat
167

dan pemebrian ASI eklusif Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonatorum, serta pertolongan pertamanya sebeleum ditangani petugas kesehatan. Penyuluhan ibu hamil (gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB Pengembangan dan pembinaan wahana forum peran serta masyarakat
168

Posyandu

KP-KIA Polindes Dasawisma

Pendekatan kepada pamong dan tokoh setempat untuk mendapatkan dukungan dalam pelayanan KIA, termasuk KB, diwilayah desa. 3) Tabulin

Merupakan dana simpanan ibu hamil atau keluarga yang dipersiapkan untuk biaya persalinan. Penyimpanan dapat dititipkan kepada bidan, bank ataupun disimpan dalam bentuk benda/barang bergerak seperti ayam, kelapa dan sebagainya. Dengan adanya tabulin akan sangat membantu keluarga
169

terutama keluarga yang kurang mampu untuk membiayai persalinan. Sebab kemungkinan mereka akan kesulitan bila harus menyediakan sejumlah dana dalam waktu dekat. Tabungan ini dapat disimpan dibank yang ada. Namun kadangkala masyarakat tidak akrab dengan bank. Untuk mengatasi hal ini maka tabungan dapat dititipkan kepada orang yang dipercaya, bidan misalnya. Seandainya pun tidak ada uang tunai masyarakat dapat menitipkan harta bergerak, hasil bumi, atau ternak yang kemudian diequivalenkan dengan uang tunai. Yang harus diperhatikan adalah pencatatan dari jumlah titipan dan kepercayaan terhadap amanah ini. (aliansi pita putih Indonesia, maternal and neonatalhealth, depkes ri, usaid, kesetaraan dan keadilan. gerakan partisipatif penyelamatan ibuhamil, menyusui dan bayi .2003. )
170

C.

Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan,telah diakui oelh semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman dilapangan sampai peningkatan cakupan program yang dikaji secara statistic, semuanya membuktikan bahwa psm amat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat ini semakin menampakan sosoknya, setelah munculnya posyandu sebagai salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang merupakan wujud nyata peran serta mereka dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti
171

Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Obat Desa (POD), Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK), Taman Obat Keluarga (TOGA), dana sehat, dll. Secara yuridis, pentingnya peran serta masyarakat telah diakui oleh seluruh masyrakat Indonesia , terbukti dengan selalu tertuangnya hal ini dalam GBHN maupun repelita, Propenas, bukti lain adalah seperti yang tercantum dalam beberapa pasal dan dibahas secara khusus dalam satu bab (UU Kesehatan BAB VII :Peran Serta Masyarakat) Prinsip Penggerakan PSM Kesehatan merupakan kebutuhan setiap orang, oleh karena itu kesehatan seharusnya tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan utama yakni :
172

a. Kepemimpinan yaitu melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan kesuma ( kesehatan untuk semua) bagi semua pemimpin, baik formal maupun informal, dari tingkat atas sampai bawah. b. Pengorganisasian yaitu melakukan intervensi community development dibidang kesehatan pada setiap kelompok masyarakat sehingga muncul bentuk UKBM disetiap kelompok masyarakat. c.Pendanaan yaitu mengembangkan sumber dana masyarakat untuk membiayai berbagai bentuk kegiatan dibidang kesehatan, dari tingkat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative. Wujudnya berupa dana sehat atau JPKM ( jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat) yang merupakan kunci sustainabilitas kegiatan
173

kesehatan kelompok masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan peran serta masyarakat dibidan kesehatan adalah : a. Setiap pemimpin kelompok masyarakat baik formal maupun informal mempunyai wawasan kesuma ( kesehatan untuk semua). Pemimpin yang berwawasan kesuma dengan munculnya UKBM dilingkungannya dengan kualitas yang memadai. b. Setiap kelompok masyarakat baik ditingkat kewilayahan maupun organisasi mempunyai bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi mereka dalam menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi, dengan kualitas yang baik. Dengan demikian setiap unit
174

kelompok masyarakat mempunyai bentuk-bentuk UKBM sesuai dengan karakteristk kelompoknya. Bila masyarakat desa, dapat membentuk Posyandu, POD, Polindes dll. Bila organisasi pemuda, dapat mengembangkan Remaja Husada (santri husada untuk pesantren, taruna husada untuk karang taruna, saka bakti husada untuk pramuka dll). c.Setiap kelompok masyarakat mengembangkan dana sehat menggunakan pola yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, dengan kualitas yang memadai. Dana sehat pola PKMD untuk masyarakat pedesaan, dana sehat pola KUD, dana sehat pola UKS untuk para murid sekolah dll, A. Desa Siaga 1. Pengertian Desa Siaga
175

Desa

siaga

adalah

suatu

kondisi

masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki sumber daya potensial dan mampu mengatasi masalah kesehtan,

bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud adalah desa atau kelurahan, merupakan kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
176

dalam

system

pemerintahan

Negara

Kesatuan Republik indondesia (NKRI). 2. Tujuan Desa Siaga a) Tujuan Umum kepedulian dan

Mengembangkan

kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah kesehatan, kegawatdaruratan dan mangatasi bencana, kesehatan masalah dan secara

mandiri untuk mewujudkan desa sehat b) Tujuan Khusus

1) Optimalisasi peran PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)


177

atau

potensi

sejenis, msyarakat

dalam dan

memberdayakan mendorong

pengembangan kesehatan di desa serat rujukan pertama pelayanan kesehatan masyarakat.


2)

bermutu

bagi

Terbentuknya forum kesehatan desa yang berperan aktif menggerakkan pembangunan kesehatan ditingkat desa.

3) Berkembangnya kegiatan gotong royong dalam masyarakat untuk

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,


178

bencana,

dan

kegawatdaruratan kesehatan. 4) Berkembangnya

masalah

masalah

kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang

dilaksanakan oleh masyarakat. 5) Berkembangnya pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat dalam deteksi terhadap bencana kesehatan. dini dan kesiapsiagaan kesehatan,

masalah dan

kegawatdaruratan

179

6) Berkembangnya masyarakat kesehatan 3. Sasaran Desa Siaga dalam

kemandirian pembiayaan

Untuk mempermudah intervensi desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1.

Pihak-pihak

yang

mempunyai

pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat

menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh

agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader, serat petugas kesehatan.


180

2.

Semua keluarga dan individu di

desa atau kelurahan yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serat peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desa 3. Pihak-pihak yang diharapkan kebijakan,

memberikan

dukungan

peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, seperti kepala deda, camat, para pejabat terkait, swasta, donator, pemangku kepentingan lainnya.

181

4. Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Program Desa Siaga a) Indikator input Dilihat dari : 1) Ada/tidaknya Desa 2) Ada / tidaknya PKD dan sarana bangunan serta perlengkapannya 3) Ada/tidaknya UKBM yang Forum Kesehatan

dibutuhkan masyarakat 4) Ada/tidaknya (minimal bidan) b) Indikator proses


182

tenaga

kesehatan

Indikator proses pengembangan desa siaga antara lain : a. PKD profesional memfasilitasi masyarakat.d an atau tenaga kesehatan Desa. Aktif

pembina

pemberdayaan siap menerima

rujukan pertama. b. Furum kesehatan desa aktif c. Gerakan bersama (gotong royong) oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana, kesehatan masalah serat kesehatan,

kegawatdaruratan pengendalian

dengan
183

faktor resikonya

d. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) berkualitas e. Pengembangan dan pemantauan oleh masyarakat untuk masalah serta

kesehtan,

bencana,

kegaratdaruratan kesehatan, dengan faktor resikonya, dianalisasi untuk

rencana tindak lanjut f. Pengembangan oleh pembiayaan untuk

kesehatan

masyarakat

berbagai upaya dan kegiatan yang akan dilaksanakan. c) Indikator output

184

Indikator

output

pengembangan

desa

siaga, antara lain : a. Strata UKBM meningkat b. Cakupan emningkat c. Penurunan faktor resiko penyakit dan bencana serat kegawatdaruratan kesehatan d. Pembiayaan berbagai terpenuhi c) Indikator dampak Indikator dampak pengembangan desa siaga, antara lain :
185

pelayanan

kesehtan

kesehatan dan

untuk kegiatan

upaya

a. Desa sehat b. Tercapainya masyarakat 2 Kerangka pikir pengembangan desa kesejahteraan

siaga Untuk memahami kerangka pikir

pengembangan desa siaga, sebelumnya dipahami dulu kerangka pikir pembangunan desa Kebijakan publik adalah kebijakan yang dikeluarkan peraturan oleh pemerintah yang berupa mengatur

perundangan

kepentingan masyarakat. Visi jawa tengah Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu
186

pada potensi daerah merupakan kebijakan publik dengan harapan terwujudnya situasi dengan mayoritas penduduk hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup sehat, terjangkau oleh pelayanan eksehtan masyarakat yang obtimal. Derajat kesehtan yang obtimal

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, eprilaku hidup sehat, pelayanan kesehtan, dan keturunan/kependudukan, etrkait dengan yang sangat non sosial

pembangunan lingkungan

kesehatan,

kemasyarakatan, sosial ekonomi, sosial politik,keamanan, pendapatan, pendidikan,


187

dan sosial budaya. Oleh karena itu berbagai unsur pemerintah yang terdiri atas lintas sektor dan lembaga respon dalam terkait, perlu

memberikan dengan baik

yang

etrkoordinsi dan

mencegah

mengatasi masalah kesehatan, bencana, serta kegawatdaruratan kesehatan yang obtimal. Respon pemerintah harus disertai respon masyarakat yang terkoordinasi.

Sehingga semua potensi pemerintah dan masyarakat secara bersama akan mampu mencegah dan mengatasi masalah secara tepat dan cepat. Kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat agar dapat melakukan
188

respon yang etrkoordinasi tersebut perlu dikembangkan melalui desa siaga. 3 Komponen desa siaga a) Poliklinik Kesehatan Desa Poliklinik kesehatan desa merupakan salah satu wadah yang dikelola oleh tenaga profesional kesehtan di desa, yang diharapkan terwujudnya dapat desa memfasilitasi siaga dengan di

mengembangkan

sistem

kesehtan

desa, serta menjadi rujukan pertama dari berbagai upaya kesehatan oleh

masyarakat PKD secara teknis dibina oleh puskesmas serta lintas sektor terkait, dan
189

secara administrasi dibina oleh kepala desa. a. Maksud dan tujuan PKD
1.

Mendorong

pembangunan

berwawasan kesehatan di desa 2. Mendorong masyarakat 3. Memberikan pelayanan kesehtaan sesuai dengan kewenangan b. Pengelolaan PKD 1) Tenaga profesional pemberdayaan

(bidan/perawat) 2) 3) Tenaga sanitarian Tenaga administrasi


190

c.Peran PKD dalam mengembangkan desa siaga, sebagai berikut : 2) Mendorong pembentukan forum

kesehatan masyarakat desa melalui kemitraan dengan ebrbagai potensi desa (apatar desa, lembaga desa, tokoh masyarakat, akder, LSM, dll), dan mendorong epran aktif forum eksehatan desa dalam pemabngunan berwawasan kesehatan dengan

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, serat

kegawatdaruratan kesehatan di desa

191

1)

Bersama

dengan

forum desa,

kesehatan

amsyarakat

emndorong kegiatan gotong royong individu, kelurahan, dan masyarakat dalam rangka mencegah dan

mengatasi masalah kesehatan di desa secara mandiri. 2) Memfasilitasi kualitas untuk upaya

meningkatkan

kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa termasuk membina upaya kesehatan bersumberdaya dan

masyarakat

(UKBM),

192

memfasilitasi sistem rujukan masalah kesehatan 3) Memfasilitasi upaya deteksi

dini dan faktor masalah kesehtan di desa oleh masyarakat, serta

mendorong upaya pengendalian faktor rsiko masalah kesehatan di desa. 4) Memfasilitasi pengembangan

sistem pengaman dan pemantauan masalah kesehatan di desa 5) desa Bersama forum kesehatan kemandirian pembiayaan

mendorong dalam

masyarakat kesehatan

193

6)

Memberikan sesuai

pelayanan dengan

kesehatan

kewenangannya,d an meningkatkan kemampuan untuk menjadi rujukan pertama mengatasi bencana, kesehatan. d. Indikator keberhasilan PKD Diantaranya adalah : 3) Cakupan pelayanan sesuai dari masyarakat masalah serat dalam

kesehtan,

kegawatdaruratan

kewenangan

194

1) nakes,

Pemanfaatan, minimal 50% di

persalinan PKD/unit

pelayanan 2) Ada upaya deteksi dini

penyakit atau kewaspadaan masalah kesehatan lainnya 3) Peningkatan strata posyandu

dan UKBM lainnya 4) Ada forum yang membahas

masalah pembangunan kesehatan di wilayahnya. b) Forum kelurahan kesehatan di desa atau

195

Forum kesehtan di desa / kelurahan merupakan masyarakat wadah dalam partisipasi bagi

mengebangkan

pembangunan kesehatan di tingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, dan

menetapkan,

koordinasi,

pengembangan kegiatan, serat monitoring evaluasi pembangunan kesehatan desa. Forum kesehatan di desa/ kelurahan terdiri dari :
1)

Kepala

desa

termasuk

perangkatnya, termasuk RT, RW

196

2)

Badan perwakilan Desa

(BPD) dengan fungsi elemennya 3) TP PKK sebagai

organisasi masyarakat 4) Lembaga sosial/swadaya

masyarakat sebagai organisasi peduli kesehatan yang diharapkan mempu memfasilitasi atau pendampingan

kepentingan masyarakat 5) Kader, tokoh masyarakat,

tokoh agama 6) Perwakilan kelompok

tertentu sesuai dengan potensi desa

197

(unsur pemuda, dunia usaha, tenaga kesehatan di desa, dll) Forum kesehatan desa perlu didukung surat keputusan (SK) kepala

desa/kelurahan untuk legalitas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Forum komunikasi yang sudah ada di desa dapat dikembangkan dengan forum kesehatan desa.
1)

Fungsi

forum

kesehatan

desa

sebagai wadah a) Mengembangkan sistem

kesehatan desa (meliputi : kegiatan gotong royong masyarakat, upaya


198

kesehatan, pemantauan

pengamatan

dan

kesehatan,

pembiayaan kesehatan) b) Merumuskan dan memecahkan masalah kesehatan di desa 2) Tugas antara lain a) b) Menyusun kebijakan Mengumpulkan informasi dan potensi dengan survai fokus kesehatan desa

menggali

mawas diri (SMD) c) Memajukan potensi dan

kegiatan di desa

199

d)

Merencanakan dan sumber

(identifikasi masalah, menyusun dan

masalah identifikasi

potensi,

perencanaan

maasalah

kesepakatan bersama, menetapkan dalam musyawarah masyarakat

desa (MMD)) e) f) Koordinasi Penggerakan, pembinaan, dan

pengembangan kegiatan g) desa h) Penghubung berbagai Monitoring evaluasi kegiatan

kepentingan
200

3) Indikator

keberhasilan

forum

kesehatan desa :
a.

Ada forum yang melaksanakan

tugas
b.

Ada

rencana

pembangunan

kesehatan hasil SMD dan MMD (minimal tahunan) c. Ada kebijakan dibidang kesehatan d. Ada kegiatan rapat rutin e. Rencana kegiatan terlaksana
f.

Ada

dukungan

secara

berkelanjutan
201

202

Susunan struktur organisasi Forum Kesehatan Desa dengan jejaringnya, disesuaikan dengan kebutuhan dan

kegiatan yang dikembangkan di desa, dengan harapan untuk memperlancar hubungan berbagai komponen dan

kegiatan yang dikembangkan. Camat, lintas sektor kecamatan, Puskesmas, dan PKD sebagai fasilitator. c. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat.
203

Komponen kegiatan gotong royong masyarakat berkembang dengan dari, oleh, cara dan yang untuk

kepentingan masyarakat, secara mandiri sesuai potensi setempat. Kegiatan dilaksanakan gotong royong yang untuk

bertujuan

meningkatkan kesehatan masyarakat, mencegah dan mengendalikan raktor resiko masalah kesehatan, bencana, dan kegawat-daruratan kesiapsiagaan kesehatan yang
204

kesehatan,

serta

mengatasi terjadi

masalah atau yang

mungkin terjadi.

Bentuk-bentuk

kegiatan

gotong

royong masyarakat di desa siaga, antara lain : 1) Gerakan lingkungan a) b) M c) Pembuatan saluran pembuangan air limbah (SPAL) d) Jambanisasi, sehat, dll 2) Gerakan mendukung kelompok rentan
205

bersama

perbaikan

Pembangunan sarana air bersih Jumat bersih, PSN atau gerakan 3

perbaikan

rumah

(bumil risti, balita risti, dll) 3) Ambulan desa (dukungan kesiapan sarana transportasi dari warga untuk merujuk kasus dari desa ke unit rujukan kesehatan). 4) Penggalangan donor darah (kesiapan donor darah oleh masyarakat desa untuk kasus kedaruratan yang

membutuhkan darah). 5) Pemanfaatan masyarakat pada upaya kesehatan yang ada (pesalinan nakes di PKD, datang ke Posyandu, dll)
206

6) Gerakan pengendalian faktor resiko penyakit dan masalah kesehatan. 7) Gerakan pengendalian bencana dan faktor resikonya. 8) Paguyuban penderita TB paru. 9) Penggalakan tanaman obat keluarga (TOGA) 10) Dan lain-lain.

Indikator keberhasilan kegiatan gotong royong masyarakat. 1) Ada kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

207

2) Ada kesinambungan kegiatan.

3) Ada

peningkatan

kegiatan

gotong

royong masyarakat

208

Keterangan : Peran utama komporten kegiatan gotong royong adatah kader dan Toma didukung oleh Forum Kesehatan Desa, Forum kecamatan dan kabupaten/kota. d. Upaya kesehatan. Komponen upaya kesehatan dalam desa siaga merupakan suatu upaya untuk mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan dasar manusia, yang menitik beratkan pada
209

upaya

promotif oleh yang

clan upaya

preventif kuratif

yang dan

didukung rehabilitatif

berkesinambungan.

Upaya kesehatan tersebut dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk

mengatasi

masalah

kesehatan

masyarakat secara mandiri. Sasaran upaya Kesehatan adalah ibu maternal, bayi, balita, remaja, WUS, dan masyarakat. Pelaksana upaya

kesehatan adalah kader atau tokoh yang ditunjuk. Upaya kesehatan yang dilaksanakan masyarakat
210

dan

kader

kesehatan di desa meliputi :

1) Upaya-upaya promotif
a)

Penyuluhan

kesehatan

oleh

masyarakat dan untuk masyarakat. b) Pola asuh dan pola makan yang baik c) Kebersihan lingkungan 2) Upaya Preventif
a)

perorangan

dan

Pemantauan kesehatan secara (balita, bumil, remaja,

berkala

pekerja, usila, dll) b) Imunisasi


c)

Deteksi dini faktor resiko dan


211

pencegahannya. 3) Upaya kuratif dan rehabilitatif a) Deteksi kasus dini (maternal,

balita, penyakit). b) PPPK dan rujukan kasus.


c)

Dukungan

penyembuhan, perawatan,

pengobatan, pemantauan.

Indikator keberhasilan upaya kesehatan oleh masyarakat, antara lain : 1)


2)

Ada kegiatan UKBM. Kader aktif upaya


212

dan

mampu kesehatan

melaksanakan

dengan baik
3)

Kegiatan UKBM berjalan rutin/

berkesinambungan Peran dan alur hubungan dalam upaya kesehatan, digambarkan sebagai berikut:

213

Keterangan Peran utama komponen Posyandu upaya dan

kesehatan

adalah

UKBM lain, serta kader/Toma. PKD membina dan memfasilitasi secara

teknis kegiatan upaya kesehatan oleh masyarakat, serta menjadi rujukan

pertama dalam mengatasi masalah kesehatan daruratan Kesehatan termasuk kesehatan. Desa koordinator kegawatForum dan

penggerak kegiatan. e. Pengamatan


214

dan

Pemantauan

(surveilans) Surveilans adalah kegiatan

pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko (faktor penyakit resiko) atau terjadinya masalah masalah kesehatan

tersebut. Komponen pengamatan dan pemantauan dalam desa siaga,

dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan di desa serta faktor resiko yang mempengaruhi
215

atau

yang

menyebabkan tersebut. Tujuan pemantauan

masalah

kesehatan

pengamatan oleh masyarakat,

dan agar

tercipta sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini masyarakat terhadap

kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah kegawat kesehatan, daruratan, bencana, yang dan akan

mengancam dan merugikan masyarakat sehingga dapat dan dilakukan tindakan

pencegahan

penanggulangan

secara efektif dan efisien.


216

Pelaksana

pengamatan

dan

pemantauan desa siaga adalah seluruh komponen masyarakat desa seperti

tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, PKK, RT, RW, aparat desa atau kelurahan, dan komponen lainnya yang terkait. Sasaran kegiatan surveilans adalah seluruh kejadian yang berkaitan: 1) Masalah kesehatan ibu, bayi

dan balita. 2)
3)

Masalah gizi masyarakat. Masalah penyakit


217

4)

Faktor

risiko

termasuk

masalah lingkungan (air bersih, air limbah, jamban, sampah, perumahan, dll), berkembangnya perilaku hidup di kalangan warga yang merugikan

kesehatan, baik perorangan, keluarga maupun masyarakat.


5)

Masalah

bencana

dan

kegawat-daruratan termasuk faktor risikonya. Langkah untuk

kesehatan

melaksanakan

pengamatan dan pemantauan, meliputi:


1)

Memahami secara dini tanda218

tanda penyakit, masalah gizi, masalah

kesehatan

lainnya

dengan

faktor

risikonya, dan masalah bencana serta kegawat-daruratan kesehatan dengan faktor risikonya.
2)

Mengumpulkan fakta, data, yang terkait dengan bencana, dan

informasi masalah

kesehatan,

kegawat-daruratan faktor risikonya.


3)

kesehatan,

Melakukan

pencatatan

dan

analisis sebagai upaya kewaspadaan dini dan menyusun tindak lanjut untuk mencegah dan mengatasi masalah yang ada.
219

Dalam mengumpulkan fakta, data, dan informasi perlu memperhatikan: 1) a) b)


c)

Informasi yang dibutuhkan: Kejadian Faktor risiko Hasil kegiatan: kegiatan royong, ibu, upaya Balita, kesehatan penyakit

gotong

(kesehatan

tertentu), pembiayaan kesehatan.


2)

Sumber informasi Sistem pencatatan Mekanisme dan


220

3) 4)

analisis, rencana

upaya tindak

pemantauan, lanjut.

5)

Sistem pelaporan atau jejaring

laporan untuk kecepatan rujukan dan tindak lanjut yang dibutuhkan. Bentuk catatan yang telah ada dan dapat dikembangkan di desa siaga antara lain: 1)
2)

Buku KIA di keluarga Sistem Informasi Posyandu

(SIP) meliputi pencatatan Ibu Hamil, Bayi, Balita.


3)

Catatan kasus atau kejadian

atau kegawat-daruratan kesehatan. 4) Rujukan kasus oleh kader

(dapat digunakan DS1, DS2, DS3) 5) Catatan Pendataan PHBS di


221

RT/ PKK 6) Catatan kondisi rumah &

lingkungan di RT / PKK 7) RT/Desa 8) Catatan Angka Bebas Jentik Catatan Keluarga miskin di

(ABJ) oleh kader 9) Catatan kegiatan kesehatan

yang dilaksanakan 10) Dan lain-lain sesuai

kebutuhan desa. Indikator keberhasilan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat; 1) Ada catatan dan pelaporan.
222

2)

Ada

penanggung

jawab

pengamatan dan pemantauan. 3) Ada pemanfaatan catatan dan

informasi. Peran dan alur hubungan dalam

rujukan kasus atau masalah kesehatan, pengamatan (surveilans), berikut: dan pemantauan sebagai

digambarkan

223

Keterangan Peran utama dalam dan komponen pemantauan

pengamatan

(surveilans) adalah Dasa wisma/RT/RW,


224

Posyandu/ didukung

UKBM oleh

lain.

PKD Desa

dan Siaga

Forum

melakukan analisis dan rencana tindak lanjut f. Pembiayaan Kesehatan. Pembiayaan kesehatan adalah

upaya pembiayaan yang berasal dari, oleh dan untuk masyarakat yang

diselenggarakan berdasarkan atas asas gotong royong dalam rangka peningkatan kesehatan (meliputi promotif, preventif, kuratif, kegiatan rehabilitatif), untuk
225

dan

berbagai masalah

mengatasi

kesehatan,

bencana,

dan

kegawatdaruratan kesehatan serta faktor resikonya.

Bentuk-bentuk pembiayaan kesehatan : 1) Tabulin / Dasolin untuk

pelayanan kesehatan ibu bersalin.


2)

Arisan

jamban,

jendela, penyehatan

ventilasi,

upaya

perumahan dan lingkungan. 3) 4) luran kelompok pemakai air. Dana posyandu untuk PMT

dan kegiatan pelaksanaan Posyandu.


226

5) 6) (BAZIS) mampu. 7)

Dana sehat, JPKM. Dana untuk sosial Keagamaan kurang

masyarakat

Jimpitan melalui RT atau RW,

dana sosial dasa wisma dan PKK.


8)

Dana peduli kesehatan yang dari sumbangan, jum'atan, lingkungan iuran dana sebagai

berasal yasinan/

pengembangan

kompensasi industri, dll.


9)

Peluang lain seperti P2KP Pengentasan dan


227

(Program Perkotaan)

Kemiskinan dana

alokasi

pembangunan (APKD)

kesehatan

desa

dengan dari

penyusunan masyarakat

usulan/proposal desa. Langkah yang

diperlukan

dalam

pembiayaan kesehatan 1) Pengalokasian atau

pemanfaatan pembiayaan kesehatan.


2)

Identifikasi sumber dana yang ada dan yang akan

sudah

dikembangkan. 3) Cara pengelolaan dan

pembelanjaan perlu kejelasan dalam hal mekanisme pengumpulan dana,


228

kesepakatan pengelolaan dan sistem kontrol.


4)

Kesiapan

keluarga

dan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.

Indikator kesehatan
1)

keberhasilan

pembiayaan

Dana terhimpun, masyarakat

yang berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan meningkat


2)

Pengalokasian tepat sasaran


229

sesuai berbagai kebutuhan kesehatan (promotif, rahabilitatif)


3)

preventif,

kuratif,

dan

Pengelolaan

dan

pemanfaatan tertib, mudah, dan lancar. Peran dan alur hubungan dalam

pembiayaan

kesehatan,

digambarkan

sebagai berikut:

230

Keterangan Peran utama dalam Pembiayaan

kesehatan adalah Forum Kesehatan Desa dan didukung oleh individu, keluarga , kelompok masyarakat. 7. Langkah-langkah pengembangan

desa siaga Langkah-langkah dalam

pengembangan desa menjadi desa siaga dengan tahapan sebagai berikut:


231

a.
1)

Persiapan: Advokasi tentang desa siaga

dan pemilihan desa binaan, kepada tokoh formal den non formal di tingkat kabupaten dan kecamatan, termasuk lembaga yang terkait dan dapat memberikan persetujuan, kesiapan mendukung, kesepakatan dukungan sumber untuk dan

kebijakan, dan

daya,

menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga.


2)

Kesiapan sumber daya Penyusunan


232

3)

modul,

pedoman, pelatihan 4) Kesiapan PKD, Puskesmas

dan RS sebagai rujukan gawatdarurat dan bencana 5) Pembentukan dan

pemantapan tirn kabupaten/kota, tim kecamatan, yang meliputi: Tim

Petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, 6) Pembentukan tim desa dan sebagai atau yang

pemantapan Forum

Kesehatan forum

Desa desa

memanfaatkan

telah ada sebagai Forum Kesehatan


233

Desa.
7)

Analisis situasi desa yang

akan dibina
b.

Pelaksanaan. 1) Perekrutan kader dan

penyusunan jejaring kader sebagai fasilitator desa.


2)

Pelatihan kader untuk SMD

dan MMD,
3)

Survei Mawas Diri (SMD)

yaitu: mengumpulkan fakta, data, informasi baik kuantitatif maupun

kualitatif yang terkait dengan masalah kesehatan, bencana,


234

kegawat-

daruratan kesehatan, dengan faktor risikonya, serta berbagai potensi

yang ada di desa. Pelaksana SMJ adalah para tokoh di desa dan kader kesehatan, difasilitasi oleh petugas kesehatan bersama Tim kecamatan dan kabupaten. Hasil SMD adalah teridentifikasi bencana, dan masalah kesehatan, serta

kedaruratan,

identifikasi potensi yang dimiliki desa.


4)

Musyawarah (MMD) yaitu:

Masyarakat identifikasi

Desa

masalah, urutan prioritas masalah dan sebab


235

masalah,

upaya

pemecahan

masalah

dengan

memanfaatkan potensi yang ada, dan akhirnya kegiatan penyusunan operasional rencana untuk

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan sebagai kesehatan bagian di desa dalam

penting

Rencana Pembangunan Kesehatan Desa. Inisiatif MMD diharapkan dari para tokoh yang mendukung

pengembangan desa siaga termasuk dunia usaha.


5)

Penggerakan
236

pelaksanaan

kegiatan pembangunan kesehatan sesuai rencana yang meliputi: kegiatan,

peningkatan

jejaring

pengorganisasian/ pengelolaan, dan mutu kegiatan, yang dapat

mendorong masyarakat.
c.

kegotong-royongan

Monitoring dan Evaluasi.


1)

Monitoring

dan

Evaluasi

terhadap kegiatan yang dilaksanakan dan hasil kegiatan sesuai rencana. 2) Monitoring indikator dan dari evaluasi masing-

terhadap

masing komponen.
237

3)

Monitoring indikator

dan

evaluasi

terhadap

pengembangan

desa siaga.
4)

Penilaian strata desa siaga. dan evaluasi

Monitoring

dilaksanakan oleh masyarakat, forum kesehatan desa, tim kecamatan, tim kabupaten, dan tim provinsi. Dalam dengan menyusun proses perencanaan yang sering

PRA,

digunakan:
a.

Survei mawas diri (SMD) untuk informasi


238

mendapatkan

tentang

masalah, sebab masalah, dan potensi yang ada di desa, dengan

menggunakan: 1) Pemetaan hasil observasi dan

kajian data, yang meliputi : 1. Keadaan umum, fasilitas

umum, lingkungan.
2.

Masalah kesehatan, risiko kejadian kegawat

bencana,

daruratan kesehatan yang terjadi. 3. Kegiatan gotong royong

masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana.


239

masalah

kesehatan,

4.

Upaya

Kesehatan

untuk

kesehatan ibu, Balita, Posyandu, dll 5. Pengamatan dan

pemantauan masalah kesehatan, bencana. 6.


2)

Pembiayaan kesehatan. Fokus grup diskusi bersama

masyarakat terkait sesuai dengan masalah yang ditemukan dari hasil pemetaan sebelumnya, untuk

menggali informasi yang lebih dalam tentang: a) kebutuhan, kepedulian,

penyebab masalah,
240

b)

kesiapan

masyarakat

mengatasi masalah secara mandiri dengan berbagai bentuk kegiatan gotong royong masyarakat, upaya kesehatan, pengamatan dan

pemantauan masalah kesehatan, pembiayaan kesehatan.


b.

Musyawarah

Masyarakat

desa

(MMD) dengan menggunakan cara:


1)

Dialog untuk

din

diskusi

kesepakatan,

identifikasi

masalah dan potensi di desa dari hasil SMD.


2)

Pembobotan
241

atau

lembar masalah, untuk menyusun urutan prioritas masalah dengan

argumentasi penilaian oleh peserta, dan diakhiri dan kesepakatan penentuan urutan masalah

prioritas

yang akan diatasi. 3) dan Curah pendapat, dialog diskusi, untuk dari dan identifikasi masalah diakhiri masalah

penyebab yang akan

masalah diatasi,

kesepakatan

penyebab

yang akan diatasi. 4) penyebab Tabel masalah


242

masalah, dan potensi,

dapat digunakan untuk menyusurr alternatif masalah pemecahan dengan penyebab

memanfaatkan

potensi yang dimiliki, yang diakhiri dengan alternatif pemecahan yang layak atau yang dapat dilaksanakan.
5)

Tabel

penyusunan dapat

kegiatan

operasional,

digunakan untuk menyusun rencana kegiatan langkah operasional kegiatan dari setiap meliputi:

yang

kegiatan apa, tujuan, oleh siapa, dimana, kapan, bagaimana

pelaksanaannya.
243

6)

Tabel monitoring dan dapat money digunakan yang untuk

evaluasi, kesiapan indikator dipantau,

meliputi: akan cara

keberhasilan

yang

bagaimana

memantau, kapan, oleh siapa, dimana. PENGERTIAN KADER adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan. 1. Kader Posyandu Balita

Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan rutin
244

setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan balita. 2. Kader Posyandu Lansia

Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia. Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan, penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi). Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan, pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan (penyakit). Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan, pelaksanaan
245

3. Kader Masalah Gizi

4. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

5. Kader Keluarga Berencana (KB)

pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan tempat tinggalnya 6. Kader (Jumantik)

Juru

Pengamatan

Jentik

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja puskesmas Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penyuluhan kesehatan secara perorangan maupun dalam kelompok masyarakat Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penjaringan dan
246

7. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

8. Kader Promosi Kesehatan (Promkes)

9. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

pemeriksaan kesehatan anak-anak usia sekolah pada pos pelayanan UKS.

247

You might also like