You are on page 1of 2

Islam dan umat Islam sedang diserang dan hendak dicabut dari akarnya.

Perang dilancarkan kepada agama Islam oleh kekuatan paling takabur di muka bumi, dengan alasan memerangi aksi terorisme. Di lain pihak, sebagian umat Islam memiliki sikap berlebihan dan semangat tinggi terhadap masalah jihad. Dua alasan itulah yang mendorong Yusuf Qardhawi menulis tema jihad sebagai karya terbarunya: FIQIH JIHAD. Bagaimanapun, sebagai ulama dan pemikir Islam yang menyampaikan risalah Islam secara ramah, santun, dan moderat, Yusuf Qardhawi merasa perlu melontarkan KRITIK dengan tegas berkaitan pemahaman JIHAD. Ulama kelahiran Mesir itu secara terang-terangan menyebutkan kata KRITIK dalam sebuah kalimat sebagai berikut, Di antara persoalan yang saya kritik dari para peneliti sesama Muslim adalah upaya mereka menghilangkan perbedaan antara jihad dan perang (qital) (Fiqih Jihad, hlm. 72) Namun, Qardhawi tak hanya melontarkan kritik tanpa alasan. Dengan kefasihan seorang ulama yang menempati posisi vital dalam pergerakan Islam kontemporer, Yusuf Qardhawi menjelaskan penolakannya terhadap pandangan yang tidak membedakan jihad dan perang, dituangkan dalam Fiqih Jihad, pada Bab 7, di bagian Kedua buku setebal 1344 halaman ini. Berikut penjelasannya di halaman 72 sampai 73 Bagi saya, kata jihd berbeda dengan qitl (perang), baik dari segei bahasa maupun syariat. Jihad menurut bahasa adalah bentuk mashdar dari jahada-yujahidu-jihadan-mujahadatan, dan bentuk musytaq (derivatif) dari kata jahada-yajhadu-jahdan yang berarti menanggung kesulitan atau mencurahkan kemampuan. Kata jihad ini berbeda dengan qital. Qital adalah bentuk mashdar dengan wazm (timbangan) fial dari qatala-yuqatilu-qitalan-muqatalatan, dan bentuk musytaq dari kata qatala-yaqtulu-qatalan yang berarti menghilangkan jiwa orang lain. Jadi secara bahasa, kedua kata tersebut berlainan makna, baik secara derivasi maupun semantik. Tak diragukan lagi, jihad memiliki cakupan yang lebih luas daripada qital. Kedua kata tersebut secara syariat juga berlainan maknanya, meskipun kebanyakan ulama fiqih mutaakhkhirin mendefinisikan jihad sebagai berperang di jalan Allah (al-qital fi sabilillah). Ini hanya berdasarkan pemahaman bahwa qital

adalah tingkatan jihad yang paling tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak menafikan bahwa hukum keduanya tersebut berlainan dari sudut pandang realisasi dan perincian, dan bahwa cakupan jihad lebih luas daripada qital dan tingkatan jihad yang lain. Hal lain yang menguatkan bahwa jihad bukan bermakna perang (qital) adalah penyebutan kata jihad pada ayat-ayat makiyyah (yang turun di Makkah) sebelum disyariatkannya qital (perang) di Madinah. Salah satunya disebut dalam Surat Al-Nahl ayat 110) Dan sesungguhnya Tuhanmu pelindung bagi orang-orang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Pembahasan Antara JIHAD dan QITAL dalam Bagian Kedua buku FIQIH JIHAD ini cukup panjang dan disampaikan dengan hati-hati. Selengkapnya ada 10 bagian yang Secara cermat pula beliau mengupas beberapa topik penting dan relevan, antara lain: Hakikat jihad dalam Islam. Hukum perang saudara antara negara Islam. Dasar hubungan umat Muslim dengan pemeluk agama lain. Hukum memerangi warga sipil di negara musuh. Perbedaan jihad dan teror (irhb). Konsep jizyah di dalam Islam dan perkembangannya pada saat sekarang. Batasan dan hukum memerangi pemerintah yang zalim. Syariat jihad di dalam Islam dan agama-agama lain. Apa hukum bom bunuh diri yang menimpa warga sipil? Diselesaikan pada tahun 2008, Yusuf Qardhawi menulis FIQIH JIHAD ini lewat kerja keras selama bertahun-tahun tanpa maksud lain selain menjelaskan kebenaran, dan menjawab kebutuhan umat Islam terhadap penjelasan mengenai Islam dan pandangan tentang jihad.

You might also like