You are on page 1of 16

PROPOSAL NILAI MORAL DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURROHMAN EL SHIRAZY DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Saat ini, banyak suara-suara miring yang diperdengarkan oleh para ahli dan masyarakat pada umumnya tentang persoalan moralitas anak bangsa yang diduga telah berjalan dan mengalir ke luar dari garis-garis humanitas yang sejati. Banyak kalangan yang mengkhawatirkan akan dan atau bahkan mungkin telah adanya dekadensi moral berkepanjangan yang tentu akan meniscayakan penurunan harkat dan martabat kemanusiaan. Kondisi kemanusiaan semacam ini dipertegas lagi dengan derasnya arus informasi dan komunikasi di era globalisasi saat ini yang mana setiap saat orang berhadapan dengan berbagai macam pandangan, ideologi dan gaya hidup yang dapat saja menggoncangkan kestabilan moralitas yang telah terbangun rapi selama ini. Bahkan kondisi ini tidak jarang pula akan menerpa sendi-sendi kehidupan keberagamaan sebagai bangunan dasar moralitas itu sendiri.1 Kualitas kemanusiaan selalu berkenaan dengan nilai-nilai moralitas yang teraplikasi dalam kehidupan nyata, baik dalam kehidupan individual dan sosial, maupun dalam bentuk hubungan dengan alam dan Penciptanya. Atas
Muhmidayeli, Kebebasan Dan Tanggungjawab Moral : Analisis Filosofis Pencarian Pembenaran Nilai Moral dalam Kaitannya dengan Normativitas Agama. Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 7, No. 2, (Juli - Desember 2008). hal. 1
1

dasar ini, wajar jika persoalan moral merupakan persoalan yang tidak akan pernah gersang untuk ditelaah. Kecuali itu, eksistensi moral inipun sangat menentukan bagi kualitas manusia sebagai agen perubahan atau pembuat sejarah. Hal ini semakin bermakna jika dihubungkan dengan sasaran fundamental setiap aspek psiko-religius dan psiko-social manusia yang secara nyata memang bersentuhan langsung dengan persoalan moral. Bahkan Islam sendiri memberikan keyakinan ontologisnya bahwa tugas pokok kenabian sendiri tidak lain adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan moralitas manusia.2 Pada dasarnya moralitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan eksistensialitas manusia, bahkan tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa eksistensialitas manusia itu pada prinsipnya adalah moralitas, sedemikian rupa dari perspektif ini dapat dikatakan pula moralitas merupakan inti dari eksistensialitas manusia.3 Tanpa mengecilkan eksistensialitas manusia yang lain, sesungguhnya moralitas adalah milik manusia, karena selain secara esensial manusia telah ditakdirkan memiliki moralitas dan kemampuan untuk mengembannya, juga dituntut baik dari perspektif teologis maupun sosiologis untuk

mengejawantahkan moral potensial yang telah ada dalam dirinya menjadi moral aktual dalam hidup kesehariannya. Dengan kata lain, merealisasikan moral merupakan sebuah keniscayaan dalam pengaktualisasian tujuan
Pemahaman terhadap tugas kenabian ini didasarkan pada sebuah hadis Rasulullah yang berbunyi : bahwa sesungguhnya Nabi diutus ke dunia dengan mengemban misi untuk menyempurnakan akhlak manusia. 3 Amril M. Implementasi Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Dan Fungsionalisasi Etika Islam, Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 5, No. 1, (Januari-Juni 2006), hal. 58
2

penciptaan manusia ke dalam dirinya sehingga menjadikan manusia itu memiliki kebaikan dan kebajikan yang akan membedakan dirinya dari apapun yang ada di dunia ini. Mengorientasikan segala bentuk karya, rasa dan karsa manusia kepada moral merupakan suatu kemestian jika manusia ingin menjadikan dirinya sebagai manusia dalam gambaran penciptaannya.4 Begitu eksplisitnya eksistensialitas manusia dengan moral seperti diungkap di atas menjadikan ungkapan bahwa manusia adalah makhluk bermoral, atau moral merupakan batas pembeda antara manusia dan makhluk lainnya yang mesti ditindak lanjuti. Pendidikan, sebagai usaha sadar yang diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas eksistensialitas manusia, tentu tidak dapat dilepaskan sedikitpun dari moralitas.5 Pendidikan bertujuan bukan hanya membentuk manusia yang cerdas otaknya dan trampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan menghasilkan manusia yang memiliki moral, sehingga

menghasilkan warga negara excellent. Oleh karena itu pendidikan tidak semata-mata mentrasfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mentransfer nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.6

Muhmidayeli, Ibid., hal. 2 Keterkaitan etika atau moralitas dengan pendidikan memang tidak dapat dipisahkan, bahkan etika atau moralitas itu sendiri merupakan esensialitas pendidikan itu sendiri, sedemikian rupa keterkaitan dua entitas ini paling tidak dapat dipetakan dalam dua cakupan; substansialitassui generis dan metodologis-epistemic. Dimaksudkan dengan pertama bahwa esensialitas pendidikan itu sesungguhnya pada penumbuhkembangan perilaku moral dan etika, sedangkan dimaksudkan dengan kedua bahwa pencarian perumusan pendidikan dalam bentuk apapun tidak terlepaskan dari pengupayaan lahirnya perilaku moral dan etika pada anak didik. Uraian lebih lanjut untuk dua hal ini baca : Amril M. Etika dan Pendidikan, (Yogyakarta : Adtya Media, 2005). hal. 20-45. 6 Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak Sekolah dasar, Dinamika Pendidikan, No. 1, Th. XIV, (Mei 2007), hal. 118
5

Mengingat pentingnya aspek moralitas, banyak orang berlomba-lomba menciptakan cara untuk mendengungkan ajaran moral dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana salah satu cara yang digunakan oleh Habiburahman El-Shirazy lewat karya sastranya yang berupa novel dengan judul Bumi Cinta. Novel Bumi Cinta merupakan karya novelis nomor satu Indonesia, peraih penghargaan Sastra Nusantara tingkat Asia tenggara, yang karyakaryanya selalu menjadi best seller. Menurut Musa Ismail, guru SMAN 3 Bengkalis, Setelah Dalam Mihrab Cinta, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih (1 dan 2), pada 2010 lalu, Habiburrahman El Shirazy kembali melahirkan novel yang lebih memikat, yaitu Bumi Cinta. Kalau pada Ayat-Ayat Cinta, ada tokoh Fahri. Dalam Ketika Cinta Bertasbih, ada Muhammad Azzam. Tokoh sentral dan kompleks dalam Bumi Cinta adalah Muhammad Ayyas. Selain itu, ada pula tokoh periferal yang kompleks-dinamis, yaitu Yelena, Linor, dan Dr. Anastasia Palazzo. Pergulatan mental, emosi, minat/keinginan, dan watak/sifat tokoh-tokoh tersebut memunculkan kesan emosional luar biasa, baik bagi tokohtokoh tersebut maupun kepada penikmatnya. Klimaks emosional ini menjadi sangat menarik karena dibungkus dengan latar kehidupan agama, ideologi, latar sosial, dan latar tempat, serta suasana yang penuh konflik. Bahkan, kesan konflik itu dimulai sejak awal kisah, yaitu ketika Muhammad Ayyas tiba di Kota Moskwa.7 Dalam novel Bumi Cinta, Kang Abik (panggilan Habiburrahman El Shirazy) lebih berani bermain secara kontradiktif tentang suatu keyakinan dan hakikat kebenaran, yaitu agama. Kang Abik menuturkannya dengan penuh santun, ilmiah, dan bertanggung jawab melalui tokoh Ayyas, Devid, Dr. Anastasia Palazzo, Yelena, dan Linor. Kontradiksi-kontradiksi pemikiran dan keyakinan hidup yang ditampilkan berhasil membangun perseteruan (konflik)
7

Musa Ismail, Konsep Keindahan Islami dalam Novel Bumi Cinta: Profetik dan Heroik. http://cabiklunik.blogspot.com/2011/03/konsep-keindahan-islami-dalam-novel.html (diakses 20 Juli 2011)

batin dan jasmani (konflik psikis dan fisik). Secara psikologis, perwatakan para tokoh dalam novel ini mengalami suatu kejutan-kejutan (suspense), baik bagi tokohnya maupun para pembaca. Seperti halnya karya-karya Kang Abik sebelum ini, pendeskripsian yang rinci, jalinan perseteruan antar tokoh, dan pelukisan watak yang kompleks merupakan suatu kekuatan khas. Novel ini lebih dramatik jika dibandingkan dengan karya-karyanya sebelumnya. Keilmiahan dan estetika Kang Abik dalam novel ini sangat memberikan pencerahan bagi para pembaca. Dosen pemikiran Islam IIUM Malaysia Dr. Syamsudin Arif, MA di dalam novel Bumi Cinta memberikan komentar sebagai berikut: Kisah Ayyas mempertahankan imannya sebagai pemuda Muslim di tengah kehidupan Moskow, Rusia yang penuh tantangan itu disajikan dengan penuh memukau, indah lagi mengharukan.8 Pimpinan Umum Al Tayamun Saudi Arabia, Muhammad Hanin Arqom mengatakan, Gaung kedahsyatan novel-novel religious Habiburrohman El Shirazy benar-benar saya rasakan resonansinya hingga ke Timur Tengah, terutama Mesir dan Saudi Arabia. Dari Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan Bumi Cinta. Habiburrohman benar-benar sukses mengangkat kiprah mahasiswa Indonesia di luar negri lewat novel-novelnya.9

Habiburahman Shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta: Author Publishing, 2010), Cet. Ke-1. hal. Ibid.

sampul

Lili Wong, pemerhati novel keturunan Tionghoa berkomentar sebagai berikut: Novel yang sangat humanis, cerdas, mengharukan dan memuat nilai nilai universal.10 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut, dengan judul Nilai Moral Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrohman El Shirazy dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah Dalam rangka memperoleh hasil penulisan yang baik dan memenuhi syarat penulisan karya ilmiah serta untuk mempermudah pengumpulan data dan pembahasannya, maka dalam penelitian ini diperlukan adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam suatu penelitian ilmiah merupakan hal yang penting agar masalah yang dibahas tidak menyimpang, demikian pula data yang dicari dapat diperoleh dalam penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.11 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apa saja bentuk nilai-nilai moral yang terkandung dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy? 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai moral yang terkandung dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy terhadap pendidikan Islam?
Ibid. Soerjono Soekanto, Tata Cara Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hal. 13
11 10

3. Bagaimana Implikasi Pedagogis nilai-nilai moral yang terkandung dalam Novel Islam? Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy bagi pendidikan

C. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan penelitian sudah tentu mempunyai suatu tujuan yang jelas dan pasti. Adapun tujuan ini diperlukan adalah untuk memberi petunjuk tuntunan atau arahan dalam melangkah sesuai dengan maksud dari penelitian. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bentuk nilai moral yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. 2. Mendeskripsikan relevansi nilai moral yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy terhadap pendidikan Islam. 3. Memberikan gambaran implikasi pedagogis yang terkandung dalam Novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy bagi pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti maupun pembaca, adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memperluas khasanah ilmu dalam karya ilmiah terutama dalam bentuk cerita.

b. Sebagai wahana pemikiran dalam menetapkan teori-teori yang ada dengan realitas yang berkembang di masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan kontribusi bagi pembaca, terutama dalam memahami makna atau hikmah dalam suatu cerita. b. Dapat memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya. c. Sebagai transformasi nilai pendidikan yang terimplementasi dalam kehidupan sehari hari. lain untuk penelitian

E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka bertujuan mengetahui keaslian karya ilmiah. Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal, akan tetapi pada umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini, bertujuan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Penelitian Sayekti Handayani (2005) yang berjudul Aspek Moral dalam Novel Biru Karya Fira Basuki: Tinjauan Semiotik mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terhadap novel Biru, ditemukan bahwa: (1) Aspek agama sebagai penentram batin yaitu tindakan yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta, (2) Aspek kepedulian terhadap lingkungan yaitu suatu tindakan peduli dalam pencemaran lingkungan, (3) Aspek korupsi dan memperkaya diri yaitu tindakan yang

dilakukan bukan hanya karena alasan minimnya ekonomi, tetapi sudah merupakan suatu kebudayaan khususnya di Indonesia, (4) Aspek

perselingkuhan yaitu alasan perselingkuhan salah satunya adalah tidak ada kecocokan antara keduanya, (5) Aspek pelecehan seksual yaitu pelecehan terhadap perempuan yang tidak hanya terbatas pada gerakan fisik, tetapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yaitu perkosaan, (6) Aspek pergaulan bebas yaitu ada pergaulan tanpa batasan yang dilakukan sebagian anak muda dan salah satu penyebabnya adalah pengaruh lingkungan dan longgarnya moral agama dan efek sosial di kalangan anak muda. Penelitian mengenai nilai moral juga pernah dilakukan Evriana Lestyarini (2005) yang berjudul Aspek Moral Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Semiotik. Lestyarini mengungkapkan aspek moral yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek antara lain: (1) aspek penyalahgunaan kekuasaan digambarkan melalui tokoh insinyur Dalkijo yang melakukan korupsi pada proyek pembangunan jembatan sungai Cibawor, (2) aspek kenakalan remaja melalui tokoh Bejo dan beberapa temannya tergolong anak muda yang suka bermain judi dan minuman keras, (3) aspek kriminalitas dilukiskan melalui perilaku orangorang kampung dan para pekerja proyek yang melakukan pencurian terhadap bahan bangunan secara terang-terangan, (4) aspek ketidakpastian dapat diketahui dari tindakan insiyur Dalkijo dianggap suka memaksa kehendak kepada orang lain, dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, (5) aspek keyakinan beragama tampak melalui tokoh insinyur Kabul yang taat beribadah sebagai umat beragama, (6)

aspek kejujuran dilukiskan oleh tokoh insinyur Kabul memiliki pribadi yang jujur, lurus dan tidak mementingkan kepentingan sendiri, (7) aspek cinta kasih terhadap lawan jenis atau pria dan wanita digambarkan oleh Wati yang memiliki rasa cinta terhadap lawan jenisnya yaitu insinyur Kabul. Penelitian Endah Fajarini (2006) yang berjudul Aspek Moral Pada Tokoh Utama Novel Tabularasa Karya Ratih Kumala Tinjauan Psikologi Sastra mengungkapkan, berdasarkan analisis psikologi sastra, aspek moral pada tokoh utama dalam novel ini adalah: (1) aspek sikap rela berkorban dan bertanggung jawab, sikap tokoh atau tingkah laku yang mencerminkan jati dirinya, (2) aspek kesetiaan tokoh utama, sikap patuh terhadap nilai atau norma-norma tertentu dalam kehidupan, dan (3) aspek kemandirian, sikap seseorang yang berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Penelitian yang lain dilakukan oleh Catur Mulato (2006) dengan judul Aspek Moral dalam Novelet Sagra Karya Oka Rusmini (Tinjauan Sosiologi Sastra). Mulato mengungkapkan, berdasarkan analisis struktural dapat disimpulkan bahwa novelet Sagra memiliki struktur yang saling mendukung, terjalin erat dan mencapai totalitas makna. Adapun unsur-unsur struktural dalam novelet berupa tema, alur, latar, dan penokohan menunjukkan keterjalinan unsur antara yang satu dengan yang lain sehingga menjadi utuh dan padu. Berdasarkan analisis aspek moral dalam novelet Sagra, aspek moral yang ditangkap oleh peneliti adalah aspek moral keagamaan, moral

kemanusiaan, aspek moral keadilan, dan aspek moral pergaulan. Aspek moral tersebut merupakan cerminan dalam sikap dan tingkah laku para tokoh yang ada dalam novelet Sagra. Septefin Dyah Prabawani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul "Aspek Moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo: Analisis Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terdapat beberapa aspek moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo, yakni aspek sikap ksatria bawalaksana (sabdo pandeta ratu), aspek kesetiaan, aspek nasionalisme dan patriotisme. Aspek sikap ksatria bawalaksana (sabdo pandeta ratu), dicerminkan sikap Karna pada saat ditemui Prabu Kresna tentang keberpihakkannya apabila terjadi perang Bhatarayudha, Karna menjawab dengan tegas akan tetap memihak pada Kurawa, bahkan berharap Bharatayudha harus terjadi. Dalam aspek kesetiaan digambarkan sikap Karna dalam menjunjung tinggi aturan atau hukum. Aspek nasionalisme dan patriotisme yaitu pada sikap lahiriah Karna tanpa ragu-ragu untuk tetap memihak dan menyatu dengan para Kurawa, meskipun batinnya tetap memihak Pandawa. Penelitian lain dilakukan Yoseph Yapi Taum (2007) yang berjudul Menyaksikan Jiwa-Jiwa Yang Dibantai: Mengajarkan Tragedi 1965 Melalui Sastra. Penelitian ini mengkaji tiga buah cerpen yaitu cerpen Ancaman karya H. G. Ugati, cerpen Maut karya Mohammad Sjoekoer, dan cerpen Perempuan dan Anak-anaknya karya Gerson Poyk. Hasil pembahasan terhadap cerpen Perempuan dan Anak-Anaknya karya Gerson Poyk

mengungkapkan bahwa nilai moral yang dapat dipetik adalah kekuatan cinta yang dapat mengatasi berbagai rintangan besar. Hal ini ditunjukkan tokoh A yang tetap menerima Hadijah beserta 6 orang anaknya. Hadijah sendiri adalah janda tokoh K seorang anggota PKI. Semasa hidup tokoh K selalu berbuat zalim terhadap tokoh A. Meskipun demikian tokoh A tetap menerima Hadijah dan anak-anaknya. Nilai ini membawa konsekuensi pada nilai lainnya seperti toleransi terhadap perbedaan pandangan. Jika semakin banyak orang memiliki sikap toleran terhadap perbedaan, maka keragaman bangsa Indonesia tidak akan menjadi masalah di masa depan. Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah pengkajian nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Adapun perbedaannya adalah peneliti akan mengungkap nilai moral yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrohman El Shirazy dan mencari relevansinya terhadap pendidikan Islam.

F. Kerangka teoritik Kita sudah memasuki Milenium ketiga. Tantangan yang dihadapi tidak sedikit. Kita bukan lagi dalam alam kehidupan tradisional dan kehidupan industri, tetapi kita hidup dalam alam kehidupan komunikasi dan informasi. Transparasi kehidupan yang global seolah-olah mengisyaratkan bahwa dunia ini makin mengecil bagaikan desa dunia nyaris tanpa batas. Disebabkan derasnya arus komunikasi dan informasi yang menyebar ke dalam denyut nadi kehidupan umat manusia.

Dari arus komunikasi dan informasi tanpa batas tersebut maka sudah tidak dapat dihindarkan lagi dampak negatif yang ditimbulkan, seperti halnya anak-anak pelajar pada saat ini sudah banyak yang menjadi pecandu narkoba. Di Indonesia setiap tahun Rp 288 triliun terbuang percuma untuk menikmati Narkoba.12 Contoh lain yang banyak di tiru anak-anak remaja usia pelajar Madrasah Tsanawiyah adalah cara berpakaian ketika waktu sekolah, yang kurang disiplin, baju jarang dimasukan, itu semua dilakukan karena seringnya anak didik menonton tayangan film atau sinetron-sinetron tentang pelajar yang sudah tidak memperhatikan etika-etika ketimuran. Sebenarnya masih banyak lagi masalah-masalah yang menimbulkan kenakalan remaja diantaranya adalah tawuran antar pelajar yang semua itu terjadi dikarenkan pengaruh dari minum-minuman keras, pada saat ini kalau kita lihat ketika ada suatu pesta atau pentas seni, pasti tidak ketinggalan dengan huru-hara anak muda yang semuanya itu masih duduk di dalam bangku sekolah. Belakangan ini muncul fenomena baru kenakalan pelajar yang sungguh membuat bulu kudu kita berdiri karena telah menjerumus ke tindak kriminal kelas tinggi. Dalam setahun belakangan diberitakan banyak pelajar semarang yang terlibat berbagai tindakan asosial tersebut.13

12 13

Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat , (Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2005). hal. 83 Ibid., hal. 94

Keadaan

umat

Islam

di

Indonesia

secara

kuantitas

sangat

memprihatinkan, karena adanya penurunan persentase dari 90% menjadi 87%.14 Hal ini mengisyaratkan bahwa Aqidah Akhlak sangat penting dalam upaya mempersiapkan generasi penerus yang beriman. Anak adalah individu yang memiliki jiwa yang penuh gejolak dan lingkungan sosial yang ditandai dengan perubahan sosial yang cepat, yang mengakibatkan kesimpang siuran norma serta dalam proses identifikasi diri atau mencari jati dirinya. Dalam kondisi jiwa yang labil pada usia anak anak, maka agama termasuk didalamnya aqidah dan akhlak memilki tuntunan dan peran yang sangat penting. Dari beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengaruh era globalisasi tersebut, maka tugas pendidiklah yang harus berperan aktif untuk mengatasi permasalahan-permasalah yang akan menyebabkan bangsa kita menjadi bangsa yang tidak bermoral dan menjadi cemoohan bangsa lain, melalui lembaga-lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan islam dimana didalamnya terdapat pendidikan akhlakul karimah. Adapun salah satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.15

Hasan Basri, Degradasi Nilai-nilai Islam di Era Modernisasi, Majalah Estafet, (Jakarta:1989), hal. 35 15 Moh. Rosyid, Revitalisasi Pendidikan Nasiona, (Kudus : Kudus Perss 2007), hal. 2

14

Oleh sebab itu fungsi dari lembaga pendidikan adalah mencetak siswasiswi yang mempunyai akhlakul karimah sesuai dengan misi pendidikan nasional. Dengan ditunjang materi aqidah akhlak yang mengandung nilai-nilai aqidah dan akhlak sehingga bisa memajukan pendidikan indonesia, Karena pada saat ini kemerosotan moral bangsa indonesia dan tingkat korupsi yang semakin tinggi itu disebabkan karena akhlak bangsa indonesia dari hari kehari semakin merosot. Arah pembangunan nasional Indonesia adalah merupakan

pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya terfokus pada pembangunan yang bersifat fisik saja, tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah juga pembangunan psikologis manusianya. Al-Quran telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Quran bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:


Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.16

16

Q.S Al Mujadalah : 11

Pendidikan Akidah Akhlak merupakan salah satu pendidikan yang terbentuk dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akidah maupun ibadah. Pendidikan ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai religius, terutama mereka yang beragama Islam. Perilaku umat islam pada saat ini merupakan hasil dari pembentukan perilaku yang bersumber dari pembelajaran aqidah akhlak. Karena di dalam mata pelajaran aqidah akhlak terdapat beberapa muatan tentang aklak, yaitu tentang membiasakan berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, membiasakan menghindari sifat-sifat tercela dan bagaimana cara bertatakarama yang baik.17 Dari keterangan di atas menununjukan bahwa pembelajaran aqidah akhlak mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perilaku anak didik dalam bergaul disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Salah satu contoh bagai mana sikap seorang siswa kepada bapak/ibu guru ketika berpapasan dijalan, pasti ketika siswa sudah diajari dengan sifat-sifat terpuji kepada seorang guru pasti siswa akan mempraktikan apa yang ia dapat dari pelajaran aqidah akhlak tersebut, tetapi anak didik yang tidak dibekali dengan akhlakakhlak terpuji kepada seorang guru maka ia tidak akan mengetahui bagaimana cara menghormati seorang guru. Dan di antara media yang dapat menuangkan nilai-nilai akidah adalah bacaan-bacaan terkhusus novel yang mengandung nilai-nilai islami.

17

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung : Nuansa, 2003),

hal.82.

You might also like