You are on page 1of 15

BAB I.

PENDAHULUAN

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendalakendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang keagamaan terutama dala aqidah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Indonesia. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang .

BAB II. PEMBAHASAN

II.1 Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Manusia merupakan makhluk yang sempurna dengan dibekali akal dan pikiran sehingga dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Kedua hal tersebut menjadi pilihan hidup dimana kita sebagai manusia harus memilih jalan kebenaran bila kita ingin masuk ke surga Allah. Salah satu yang menjadi ukuran derajat manusia di muka bumi adalah akhlaknya. Akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluk yang berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti yaitu tabiat, perangai, tingkah laku. Secara terminologi akhlak dapat diartikan sebagai perilaku, tabiat, perangai manusia yang mendapat dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan perbuatan baik dan hal ini akan terjadi secara spontan bila telah terbiasa melakukannya. Dalam kehidupan implemetasi akhlak dapat ditujukan kepada Allah dan nabi, diri-sendiri, orang-tua, keluarga, guru, dan masyarakat. Akhlak terhadap Allah merupakan segala perilaku yang niatnya lurus dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya. Implementasi akhlak terhadap Allah antara lain : beribadah kepada Allah yaitu melaksanakan segala perintah Allah sebagai Dzat yang disembah misalnya menjalankan solat, zakat, puasa, haji, membaca Al-quran, berdzikir kepada Allah yaitu kembali mengingat Allah dalam kondisi apapun, hal ini dapat diwujudkan dengan mulut atau maupun dalam hati, berdoa kepada Allah yaitu memohon ampun atas apa saja yang dirasa tidak sesuai dengan apa yang diperintahkannya-Nya. Selain berakhlak terhadap Allah kita juga harus berakhlak terhadap nabi, misalnya dengan menjadikannya suri tauladan dalam kehidupan, membaca shalawat nabi, dan lain-lain. Akhlak terhadap diri sendiri yaitu segala perbuatan baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri baik untuk jasmani maupun rohaninya. Secara garis besar akhlak manusia terhadap dirinya dibagi menjadi 3 yaitu terhadap fisiknya, akalnya, dan hatinya. Akhlak terhadap fisik meliputi : seimbang dalam mengkonsumsi makanan, olahraga dan pola hidup teratur, mensucikan badan, tidak melakukan

hal-hal yang memberikan mudharat untuk fisik kita seperti minum minuman keras, merokok dan lain-lain. Akhlak terhadap akal meliputi : menuntut ilmu. Menuntut ilmu selain sebagai suatu kewajiban, juga merupakan sebuah kemuliaan bagi manusia karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Dalam Al-Quran (QS 35:28) Allah berfirman:

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Akhlak terhadap hati meliputi : dengan beribadah, berdzikir kepada Allah, berhubungan dengan orang-orang yang dapat meingkatkan iman. Orangtua dan keluarga merupakan orang terdekat kita sehingga kita harus berbuat baik kepadanya. Akhlak terhadap orang tua dapat kita lakukan dengan menghormatinya, mentaati segala perintahnya, mendoakannya, tidak mencela, merawatnya ketika sudah lanjut usia, dan lain-lain. Akhlak terhadap keluarga dapat kita lakukan dengan saling mendukung, menghormati pendapat anggota keluarga yang lain dan lain-lain. Lingkungan selanjutnya adalah di sekolah. Sebagai seorang murid, wajib bagi mereka untuk berbuat baik kepada semua warga sekolah seperti guru. Adapun akhlak terhadap guru antara lain : memperhatikan guru mengajar, tidak membuat kegaduhan dan lain-lain. Kemudian kita sebagai orang yang bermasyarakat juga harus mampu berakhlak mulia terhadap orang lain misalnya : saling tolong menolong, menghargai pendapat orang lain, tidak mencela dan lain-lain. Selain akhlak mulia tersebut ada akhlak-akhlak tercela yang harus kita hindari. Akhlak tercela ini ada yang ditujukan kepada Allah misalnya syirik, tidak mau beribadah dan lain-lain. Kemudian akhlak tercela kepada orang lain misalnya: ujub (membanggakan diri),

dusta (berbohong), takabur (sombong), iri/dengki, putus asa, riya (pamer) dan lain-lain. Kesimpulan : Akhlak merupakan perilaku atau tabiat manusia yang didorong oleh hatinya untuk berbuat baik, dan hal ini akan terjadi secara spontan bila sudah terbiasa. Akhlak dibagi menjadi 2 yaitu akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji antara lain menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya sedangkan akhlak tercela antara lain : syirik, riya, takabur. II.2 Implementasi Aqidah dalam Pancasila Hampir semua elemen bangsa dan organisasi besar keagamaan di Indonesia telah sepakat bahwa kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara sudah final. Pancasila tidak perlu dipermasalahkan karena sudah selesai. Konsep negara-bangsa sebagai konsep negara modern bagi Indonesia diformat dalam bentuk Negara berdasarkan Pancasila. Karenaitu, pada awalnya tampak terjadi pertentangan antara Pancasila dengan Islam. Namun, daripertentanganpertentangan yang terjadi itu kemudian terjadi proses saling memahami dan menghasilkan konvergensi. Pancasila yang pada masa awal kelahirannya dianggap sekuler oleh kelompok Islam, kemudian dipandang mempunyai pancaran yang bersifat religious terutama karena sila pertama Pancasila menunjukkan prinsip tauhid yang merupakan cirri khas agama Islam. Kesekuleran Pancasila kemudian dipandang terbuka untuk diperdebatkan, karena sila-silanya juga secara prinsipil juga kompatibel dengan wahyu Allah. Oleh karena itu, sejak semula Negara Pancasila bukan negara agama, bukan pula Negara sekuler, unsure mutlak melainkan suatu negara-bangsa, di mana agama merupakan bagi nation building, character building, dan state

building.Indonesia bias disebut sebagai negara yang berdasarkepada paradigm nasionalisme-religilus. Hukum Islam jelas-jelas memberikan banyak kontribusi terhadap hokum positif di Indonesia. Terbukti dari banyaknya produk perundang-undangan yang dibuat

untuk mengatur kehidupan berbangas dan bernegara oleh pemerintah yang mengacu kepada hukum Islam. Termasuk di dalamnya adalah masalah hokum konstitusi. Asas-asas hukum yang digunakan dalam hokum positif telah ada di hukum Islam jauh sebelum adanya hokum positif tersebut.Misalnya asas keadilan. Asas keadilan ini adalah asas yang sangat penting, bahkan sampai dikatakan merupakan asasnya semua asas hukum Islam. Namun perlu diperhatikan, mana yang dapat dikatakan sebagai adil. Demokrasi merupakan kata yang mempunyai konotasi istilah yang khas, yang sengaja di pergunakan oleh pencetusnya untuk menyebut sistem pemerintahan tertentu, yang di bangun berdasarkan asas rakyat sebagai sumber kekuasaan, yang antara lain rakyat di beri hak membuat undang-undang dan sistem atau yang lazim dipahami dengan istilah kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat ini eksis bilamana rakyat berkuasa bila individu memiliki kesamaan hak berpartisipasi dalam proses politik dan bila satu-satunya tujuan pemerintah adalah menjamin kepentingan seluruh rakyat, dan bukan orang-orang dari lapisan atau kelompok kepentingan tertentu.

Ini merupakan posisi teoritis. Arti penting praktisnya adalah bahwa konsep ini mewakili suatu tujuan di mana rezim-rezim politik yang mengaku menghargai kedaulatan rakyat harus berusaha mencapainya. Dalam pengertian praktis, kedaulatan harus dinyatakan dengan tegas melalui pranata yang tidak mesti sempurna, tetapi setidak-tidaknya memungkinkan rakyat memilih wakil-wakil dan baik secara langsung (direct) atau tidak langsung (indirect)- , memilih suatu pemerintahan. Pemerintahan adalah sumber legitimasi politiknya.

II.3 Sistem Aqidah Islam Kerangka iman yang mendasari seorang muslim dalam ajaran Islam ada enam, yaitu:

1. Iman kepada Allah SWT Dalam akidah Islam, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dan

memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada manusia melalui firman-Nya yang disampaikan melalui utusan-Nya. Iman kepada Allah dan kepada sifatsifat-Nya akan menandai perilaku seorang muslim sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya.

2. Iman kepada Malaikat Keyakinan terhadap adanya malaikat bukan hanya sebatas mengetahui nama dan tugasnya saja, melainkan melahirkan dampaknya pada perilaku.

3. Iman kepada Kitab Allah menurunkan wahyunya kepada manusia melalui Rasul-Nya yang tertulis dalam kitab-kitab-Nya. Kitab Allah berisi informasi-

informasi,aturan-aturan, dan hukum-hukum Allah dari Allah bagi manusia. Kitab-kitab Allah menjadi pedoman hidup manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

4. Iman kepada Rasul Rasul diutus untuk manusia agar manusia dapat memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah SWT. Allah menurunkan wahyu-Nya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih diantara manusia dan dijadikan-Nya utusan.

5. Iman kepada Hari Kiamat Beriman kepada hari kiamat adalah meyakini akan kedatangannya agar kita bersiap-siap memperbaiki diri untuk menghadapi pengadilan Allah.

6. Iman kepada Takdir Beriman kepada takdir Allah akan melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab apa yang menimpa setelah segala

usaha dilakukan merupakan takdir Allah, dan Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

Pengertian dan Hakikat Akidah Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( nadqa ,udiqay ,adoqa ( aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Secara istilah adalah iman, kepercayaan, dan keyakinan hati atas sesuatu.. Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab, iman kepada Rosul, iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir baik dan buruk. Aqidah sebagai landasan agar amalan ibadah yang lain diterima, seperti firman Allah berikut:

.
Artinya: Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (Q.S. al-Kahfi: 110) Pengembangan aqidah dalam ilmu kalam

Ilmu kalam atau bisa disebut juga Ilmu Teologi adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji secara mendalam masalah ketuhanan dan sifat-sifatNya. Dengan kata lain, objek pembicaraan dalam ilmu ini adalah Tuhan. Ilmu kalam berbicara secara mendetail tentang aqidah Islam yang benar; menyangkut masalah keimanan, keislaman, dan ketauhidan. Dapat dipahami bahwa objek dari ilmu kalam berkisar pada masalah wahyu, akal, iman, kufur, kehendak dan perbuatan Tuhan, keadilan dan sifat-sifat Tuhan. Ilmu kalam merupakan ilmu hasil ijtihad para ahli di bidang itu untuk mempertahankan aqidah dan keimanan dengan menggunakan akal dan pikiran. Karena ilmu ini berkaitan dengan akidah (keyakinan dan

kepercayaan kepada Tuhan) yang merupakan fondasi utama yang permanen, maka ilmu ini tidak mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang, misal tentang keesaan Tuhan. Para ulama dari berbagai aliran pemikiran sepakat bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik zat, sifat, maupun Afal-Nya. II.4 Implementasi Syariat Islam Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh

permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. Terkait dengan susunan tertib syariat, Al Qur'an dalam surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat Al Qur'an dalam Surat Al Maidah (QS 5:101) yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah. Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah SWT itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'. 1. Asas Syara' Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Qur'an atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Qur'an itu asas pertama Syara' dan Al Hadits itu asas kedua Syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.

Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku. 2. Furu' Syara' Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al'quran dan Al Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada

dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlakudalam wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah. Penerapan syariat Islam adalah tujuan utama dari pembentukan khilafah dalam Islam dan tugas tersebut telah dilaksanakan oleh para khulafaur Rasyidin di segala bidang sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh Rasulullah Saw . Dalam penerapan syariat Islam itu, para khulafaur Rasyidin senantiasa mengikuti hukum-hukum syara' yang telah dinyatakan secara tegas di dalam nas-nas Al-Qur`an dan As-Sunnah. Berkenaan dengan kasus-kasus yang hukumnya tidak ditegaskan di dalam kedua sumber tersebut mereka melakukan upaya-upaya ijtihad dalam arti yang luas, baik secara jama'i maupun secara fardi. Untuk masalah-masalah yang memerlukan campur tangan pemerintah, setiap putusan, peraturan, ataupun. Perintah yang dikeluarkan oleh khalifah mempunyai kekuatan mengikat dan wajib dipatuhi, sekalipun hal itu berasal dari hasil ijtihad jama'i atau fardi. Mengenai urusan-urusan yang bersifat individual, tidak ada keharusan mengikufi pendapat khalifah atau orang tertentu lainnya. Setiap orang bebas mengeluarkan atau mengamalkan pendapat yang dianggapnya paling benar.

II.5 Sistem Akhlak

Akhlak menurut bahasa (etimologi) perkataan ialah bentuk jamak dari khuluk (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali dari situ sendiri muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalam Islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung, yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh, yaitu ridho Allah SWT. Persoalan akhlak di dalam Islam banyak dijelaskan melalui Al-Quran dan Alhadits. Sumber tersebut merupakan landasan dalam setiap aktivitas manusia sehari-hari. Di dalamnya juga menjelaskan arti baik dan buruk.Memberi informasi kepada umat apa yang semestinya harus diperbuat dan dilaksanakan sehingga dengan mudah dapat diketahui apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah. Adapun ciri-ciri akhlak Islam antara lain :1) Bersifat universal. 2) Ciri-ciri keseimbangan Islam dengan ajaran-ajaran dan akhlaknya menghargai tabiat manusia yang terdiri dari berbagai dimensi memperhatikan seluruh tuntutannya dan kemaslahatan dunia dan akhirat. 3) Bersifat sederhana. 4) Realitis. 5) Kemudahan. 6) Mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan dan perbuatan, teori, dan praktek. 7) Tetap dalam dasar-dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum.

Ruang lingkup akhlaq terbagi dalam beberapa bagian, yaitu : 1) Akhlaq terhadap sang khaliq. 2) Akhlak dengan Rasulullah. 3) Akhlaq terhadap Ibu & Bapak. 4) Akhlak terhadap keluarga dan kerabat. 5) Akhlak terhadap tetangga dan sesama masyarakat 6) Akhlak terhadap makhluk selain makluk ciptaan allah yang lain , hewan dan tumbuhan. Manusia dalam hidup di dunia ini mempunyai dua macam akhlak/perilaku/tingkah laku, ada akhlak terpuji dan ada juga yang tercela. Akhlak yang terpuji akan

10

berdampak positif pada pelakunya begitu juga akhlak tercela yang akan membawa dampak negatif. Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji disebut juga Al Akhlaaqul Mahmudah. Sedangkan akhlak tercela (Akhlakul mazmumah), yaitu segala tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut sangat di benci oleh Allah SWT karena bertentangan dengan ajaran Islam. Berperilaku baik tersebut memang terkadang sulit. Terkadang kita mengetahui secara teori saja bahwa apa yang kita lakukan tersebut tersebut termasuk akhlaq yang baik atau tidak, tetapi berat bagi kita untuk mengaplikasikan akhlaq yang baik ataupun menghindari akhlak yang buruk kedalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, pada saat kita mempraktikkan akhlaq yang baik perasaan serta hati nurani kita akan tenang, sehingga kita akan terdorong untuk melakukan akhlaq yang baik itu lagi, dan apabila kita sudah sering melakukannya maka tidak berat bagi kita untuk melakukan akhlaq yang baik itu secara terus menerus dan akhirnya menjadi kebiasaan didalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, praktik kita dalam mengaplikasikan akhlak yang baik merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita agar kita tidak melakukan hal yang sia-sia melainkan mendapatkan manfaat baik untuk diri kita maupun orang lain.

II.6 Implementasi Syariah

Sebelum kita membahas apa itu sistem syari`ah, ada baiknya kita mengetahui apa itu syari`ah. Secara bahasa, syari`ah berasal dari bahasa Arab yaitu syara`a, yasyra`u, yang artinya peraturan, undang-undang, hukum. Sederhananya syari`ah adalah peraturan yang diberikan oleh Allah SWT yang membawa manusia menuju kebaikan atau kebenaran, yang dapat berupa perintah ataupun larangan. Adapun yang disebut dengan fiqih, fiqih berbeda dengan syari`ah. Secara bahasa, fiqih berasal dari kata faqiha, fiqha (Arab) yang artinya mengerti, memahami. Fiqih adalah pemahaman kita terhadap hukum-hukum yang ada. Sebagai contoh, fiqih kontemporer, fiqih ini membahas bagaimana menyikapi suatu masalah yang

11

berada pada zaman yang berbeda, karena suatu hukum tergantung dengan masanya. Contoh lainnya adalah fiqih sunnah, bagaimana pemahaman kita terhadap sunnah-sunnah dengan berbagai pendekatan, terkadang perbedaan pendekatan terhadap mengkaji hadist dapat menghasilkan pendapat yang berbedabeda, selama pendekatan yang dilakukan masih dapat dibenarkan, pendapat pendapat tersebut dapat dibenarkan pula. Sehingga dalam mempelajari syari`ah, kita tidak akan terlepas dari fiqih, karena syari`ah merupakan dasar dari fiqih. Dalam syari`ah ada beberapa kemungkinan hukum yang berlaku pada suatu masalah antara lain fardhu, haram, sunnah, makruh, dan jaiz. Fardhu artinya wajib, jika dilakukan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Kemudian lawan dari fardhu, yaitu haram, jika dilakukan mendapat dosa, dan jika ditinggalkan mendapat pahala. Kemudian ada sunnah, jika dilakukan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak mendapat dosa. Lalu ada makruh, jika ditinggalkan mendapat pahala, tetapi jika dilakukan tidak mendapat dosa. Sedangkan makruh artinya boleh, baik dilakukan maupun ditinggalkan tidak akan mendapat pahala ataupun dosa. Hukum dasar dari segala sesuatu adalah makruh (boleh), sampai ada ayat atau hadist yang membahasnya. Jadi, sistem syari`ah adalah hukum-hukum yang saling terkait yang membentuk suatu tatanan hukum, sebagai contohnya sistem ekonomi syari`ah, sistem mawaris, sistem munakahat, dan lain-lain. Islam memandang ekonomi adalah suatu tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang mamiliki konteks ibadah. Sehingga sistem ekonomi syari`ah bertujuan untuk memberikan keselarasan dunia, kesejahteraan yang diperoleh tidak hanya untuk diri pribadi tetapi juga dapat memberikan kesejahteraan bagi disekitar. Islam mengajarkan bagaimana cara seorang muslim dalam kegiatan ekonomi, Islam mengajarkan bagaimana cara bekerjasama, Islam juga mengajarkan cara pembagian hasil ataupun kerugian, kemudian Islam juga melarang segala sesuatu yang dapat mengganggu kerjasama, Islam pun mengajarkan bahwa disetiap rezeki yang kita dapatkan, ada hak-hak bagi para mustahiq, dan ini adalah bentuk kesempurnaan dari sistem syari`ah dalam ekonomi.

12

Islam mengajarkan bagaimana bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang dapat diterapkan oleh umat muslim, antara lain syirkah. Syirkah adalah bentuk kerjasama dalam bidang perdagangan, antara lain syirkah `Inan, syirkah mufawwadhah, syirkah wujuh, syirkah abdan, dan syirkah mudharabah. Selain itu bentuk kerjasama lain yang diajarkan adalah kerjasama dalan bidang agraria, yaitu bentuk kerjasama dalan bidang pertanian. Bentuk kerjasamanya antara lain muzara`ah dan musaqah. Kemudian hal lain yang dilarang oleh Islam dalam ekonomi adalah riba, sesuatu kelebihan yang didapatkan dengan cara yang tidak benar, yang dapat merugikan sebelah pihak.

13

BAB III. PENUTUP

III.1 Daftar Pustaka

Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir : Kamus Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Yogyakarta, 1984 http://alumni1pleret.forumotion.net/t6-akhlak-kepada-allah http://www.anneahira.com/akhlak-kepada-orang-tua.htm http://www.anneahira.com/-macam-macam-akhlak-tercela-.htm http://yukerahmawati.wordpress.com/2011/05/13/kerjasama-ekonomi-dalamislam/ http://www.al-idrisiyyah.com/about/getData/25/01/2011/182/konsep-ekonomiislam-/ Wikipedia-Ekonomi Syari`ah

III.2 Penutup Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

14

15

You might also like