You are on page 1of 8

1.4.1.

Perilaku mekanik material Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam dan nonlogam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap mengenai perilaku material tersebut terhadap pembebanan mekanis. Informasi penting yang bisa didapat adalah: a. Batas proporsionalitas (proportionality limit) Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier = E (bandingkan dengan hubungan y = mx; dimana y mewakili tegangan; x mewakili regangan dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan). Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-regangan. b. Batas elastis (elastic limit) Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bahagian dari batas elastik ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastis akan Gambar 1.1. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat baja ulet
Praktikum Karakterisasi Material 1 (MMS 310802) Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia ahyuwono@metal.ui.ac.id

terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi permanen (plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya. c. Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength) Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik Y pada Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom carbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet eperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas (upper yield point). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu metode yang dikenal sebagai Metode Offset. Dengan metode ini kekuatan luluh (yield strength) ditentukan sebagai tegangan dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan . Pada Gambar 1.2 di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan XW dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 0.2% dari regangan total dimulai dari titik O. Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produkGambar 1.2. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat dari bahan getas
Praktikum Karakterisasi Material 1

(MMS 310802) Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia ahyuwono@metal.ui.ac.id

produk logam seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang: Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service) Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process) c. Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum uts ditentukan dari beban maksium Fmaks dibagi luas penampang awal Ao. (1.1) Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh titik M (Gambar 1.1) dan selanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga titik B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda dimana tegangan maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B pada Gambar 1.2). Dalam kaitannya dengan penggunaan struktural maupun dalam proses forming bahan, kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang sama sekali tidak boleh dilewati. d. Kekuatan Putus (breaking strength) Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaking) dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya. e. Keuletan (ductility) Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui proses rolling, bending, stretching, drawing, hammering, cutting dan sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu: Persentase perpanjangan (elongation) Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan terhadap panjang awalnya. Elongasi, (%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2) dimana Lf adalah panjang akhir dan Lo panjang awal dari benda uji.

BAB ELASTISITAS
4.1 Elastisitas Zat Padat Dibandingkan dengan zat cair, zat padat lebih keras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di kelas 1 SLTP. kenapa Zat pada lebih keras? Molekul-molekul zat padat tersusun rapat sehingga ikatan diantara mereka relatif kuat. inilah sebabnya mengapa zat padat relatif sukar dipecah-pecah dengan tangan. sebagai contoh, untuk membelah kayu diperlukan alat lain dan gaya yang besar. setiap usaha memisahkan molekul-molekul zat padat, misalkan tarikan atau tekanan, akan selalu dilawan oleh gaya tarik menarik antar moleku zat padat itu sendiri. sebuah pegas yang kita gantungi dengan sebuah beban pada salaha satu ujungnya, kan kembali ke panjangnya semula jika beban tersebut kita ambil kembali. sifat sebah benda yang dapat kembali ke bentuk semula seperti itu disebut elastisitas.

Benda-benda yang memiliki elastisitas misalnya karet. baja, dan kayu, di sebut benda elastis. sebaliknya, benda-benda yang tidak memiliki sifat elastis, misalnya pelastisin, lumpur dan tanah liat disebut benda plastik. Bagaimana dengan bahan-bahan yang sehari-hari kita sebut pelastik? Apakah benda-benda itu benar-benar termasuk benda palastik? Ketika dibuat, benda-benda tersebut adalah benda pelastik yang merupakan bahan-bahan sintetis.kemudian, benda banda tersebut dipanas atau diolah secara kimiawi aghar menjadi kuat, dan akhirnya tidak merupakan benda plastik lagi. bagaiman pula dengan kaca? Mengejukan memang, bahwa kaca ternyata termasuk benda elastis. Fiber optik (serat optik) yang terbuat dari kaca dengan mudah yang terbuat dengan mudah dapat kita lengkungkan sama hal dengan tali. namun demikian jika gaya yang diberikan terlalu besar, kaca tidak hanya berubaha seperti benda pelastik tatapi juga akan terpecah-pecah. Banyak bahan-bahan yang kita gunakan sehari-hari yang bersifat elastis tetapi hanya sementara saja.Ketika gaya yang diberikan pada bahan-bahan tersebut tidak akan kembali kebentuk semula. Keadaan ini dikatakan segbagai keadaan dimana batas elastisitas bahan telah terlampaui. Baja merupakan bahan elastik, jika gaya yang berkerja padanya terlalu besar, baja yang sudah berubah bentuk tidak akan bisa kembali lagi kebentuknya semula dengan sendirinya. Sebagai contoh, rangka mobil yang rusak akibat kecelakan yang hebat tidak akan kembali kebentuknya semula, walaupun bahan rangka mobil termasuk bahan elastik. Pertama kali, ukurlah panjang awal pegas sebelum diberi beban pada ujung sebuah pegas dimulai dengan beban 50g, 100g. 150g, dan seterusnya. Ukurlah pertambahan panjang pegas untuk masing-masing beban, dan masukan hasil pengukuran anda dalam tabel berikut. Massa beban Pertambahan panjang pegas 50g 100g 150g 200g . .... . . . . . . Jika kemudian kita buat grafik gaya berat beban (sama dengan massa beban dikalikan dengan percepatan gravitasi ) versus pertambahan panjang pegas, akan kita peroleh grafik seperti pada gambar 4.5. 2
http://atophysics.wordpress.com

Sampai dengan titik A, pegas masih bersifat elastisk, dimana dengan pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan gayanya. namun, titik A ini jika beban kita sudah tidak sebanding dengan pertambahan gaya. jika penambahan beban kita teruskan, di titik b pegas akan putus. Daerah dimana pegas bersifat elastis, yaitu dari O sampai A, disebut daerah elastisk. Daerah ini mana pegas tidak bersifat elastik lagi, A sampai B, disebut daerah plastik. Titik yang merupakan awal daerah plastik dan akhir daerah elastik, titik A disebut batas elastisitas, sedangkan titik B disebut titik patah. 4.2 Tegangan dan Regangan Berdasarkan arah gaya dan pertambahan panjangnya (perubahan bentuk), tegangan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tegangan rentang, tegangan mempat, dan tegangan geser. Ketiga jenis tegangan ini ditunjukan pada Gambar 4.8. Pada Tabel 4.1 disajikan besar ketiga macamtegangan untuk berbagai jenis bahan. Bahan

Tegangan rentang (N/m2) Tegangan mempat (N/m2) Tegangan geser (N/m2) Besi Baja Kuningan Aluminium Beton Batu-bata Marmer Granit Kayu (pinus) Nilon 170 X 106 500 X 106 250 X 106 200 X 106 2 X 106 40 X 106 500 X 106 550 X 106 500 X 106 250 X 106 200 X 106 20 X 106 35 X 106 80 X 106 170 X 106 35 X 106 170 X 106 250 X 106 200 X 106 200 X106 2 X106 5 X 106 Sementara ini, jenis tegangan geser tidak akan kita bahas. Perhatikan gambar 4.9 yang menunjukan sebuah betang yang dikenal tegangan rantang dan tegangan mampat. Ketika tidak ada gaya yang dikerjakan, panjang batang tersebut L. Ketika gaya F dikerjakan untuk menghasilkan tegangan rentang, perubahan panjang batang adalah DLR, sedangkan ketika gaya tersebut diberkan untuk mengahasilkan tegangan mampat, perubahan panjang batang adalah DLM. Perubahan panjang D LR dan D LM tidak harus memiliki nilai yang sama, tetapi yang jelas, perubahan penjang ini tergantung pada panjang batang mula-mula. Dari sini kita definisikan suatu besaran baru yang disebut regangan, yaitu rasio antara perubahan panjang dengan

panjang mula-mulanya. Regangan = L DL . (4.2) Modulus Elastik Ketika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda, maka ada kemungkinan bentuk berubah. Secara umum, reaksi benda terhadap gaya yang diberikan oleh nilai suatu besaran yang disebut modulus elastik. Regangan = Regangan Tegangan . (4.3) Untuk tegangan rentang, besar modulus elastik Y yang dinyatakan dengan 3
http://atophysics.wordpress.com

Y= Regangan rentang Tegangan rentang Y= L L A F atau L/L F/AD = D Y . (4.4) Biasanya, modulus elastik untuk tegangan dan regangan ini disebut modulus Young. Dengan demikian, modulus Young merupakan ukuran ketahanan suatau zat terhdap perubahan panjang ketika suatu gaya (atau beberapa gaya) diberikan pada benda. 4.3 Hukum Hooke Pada tahun 1676, Robert Hooke mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut pertambahan sebuah benda elastik yang dikenal oleh suatu gaya. Menurut Hooke, pertambahan penjang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda. Secara matematis, hukum Hooke ini dapat dituliskan sebagai. F = k x . (4.5) dengan F = gaya yang dikerjakan (N) x = pertambahan panjang (m) k = konstanta gaya (N/m) Perlu suatu diingat bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Untuk menyalidiki berlakunya hukum Hooke ini, kita bida melakuakn percobaan dengan melakukan sebuah pegas seperti tampak pada gambar 4.10. Seperti ketika menyelidiki sifat elastisitas bahan, kali ini kita juga akan mengukur pertambahan pajang pegas dan besarnya gaya yang diberika. Dalam hal ini, gaya yang diberikan sama dengan berat benda = massa x percepatan gravitasi. Misalkan kita proleh hasil pengukuran sebagai berikut. Gaya (N) Pertambahan panjang (m) 0,98 1,96 2,94

3,92 4,90 8 16 24 32 40 Berdasarkan data tersebut, dapat kita buat grafik yang menyatakan hubungan antar gaya F dengan pertambahan panjang x seperti tampak gambar 4.11. Sesuai dengan persamaan (4.5), F = k x, kita dapat menghitung konstanta k berdasarkan grafik gambar 4.11 tersebut. konstanta k merupakan kemiringan (slope) grafik sehingga nilainya langsung dapat kita hitung dengan memilih dua titik sembarang, misalnya titik A dan titik B. Kemiring grafik sama dengan k, yaitu k= x F (32 16)X10 m (3,92 -1,96) N xx FF
3 BA BA

= = 122,5 N/m 4

http://atophysics.wordpress.com

Dengan demikian, besar konstanta gaya k = 122,5 N/m. Berdasarkan nilai k ini kita dapat menghitung pertambahan panjang atau gaya yang akan dikerjakan untuk salah satu besaran yang diketahui. Sebagai contoh, jika gaya yang diberikan 11 N, berapa pertambahan panjangnya ? F=kx 11 N = (122,5) x x = 0,0898 m = 8,98 cm Contoh diatas adalah untuk suatu pegas yang disusun tunggal. Bagaimana jika kita menyusun beberapa pegas secara bersamaan ? Pegas disusun seri (pengayaan) perhatikan susunan seri dari dua buah pegas yang memiliki konstanta gaya k1 dan k2 pada gambar 4.12. Pada pegas pertama yang memiliki konstanta gaya k1, pertambahan panjang pegas akibat gaya F adalah x1 = . 2k F Pertambahan panjang total sama dengan total masing-masing pertambahan panjang pegas, sehingga pertambahan total x adalah x = x1 + x2 22k F k F k

F
s

=+
22

111 kkks = + . (4.6) Ternyata, susunan seri dua buah pegas identik dengan sebuah pegas tunggal yang memiliki konstanta gaya ks dimana
22

111 kkks = + . secara umum untuk n buah pegas yang disusun seri, konstanta gaya pegas pengganti ks memenuhi hubungan snk k k k k 1 .... 1111
223

= + + + + . (4.7) Pegas disusun paralel (pengayaan) perhaikan susunan paralel dari sua buah pegas yang memiliki konstanta gaya k1 dan k2 pada gambar 4.13 di samping. Karena pegas disusun paralel, maka gaya F terbagi rata-rata pada kedua pegas, sehingga masing-masing pegas akan merasakan gaya tersebut sebesar . 2 1 F Dapat kita tuliskan bahwa pada pegas pertama bekerja gaya F1 sedangkan pada pegas kedua berkerja gaya F2 dimana F1 + F2 = F. pertambahan panjang pada pegas pertama adalah x1 = .
1 1

k F sehingga F1 = k1 x1 pertambahan panjang pada pegas kedua adalah x1 = .


2 2

k F sehingga F2 = k2 x2 karena F1 + F2 = F, maka k1 x1 + k2 x2 = kp x ketika pegas disusun paralel, sudah tentu petambahan panjang masingmasing pegas sama (kita misalkan kedua pegas identik), yaitu x1 = x2 = x. dengan demikian, persamaan diatas menjadi 5
http://atophysics.wordpress.com

kp = k1 + k2 . (4.8) Ternyata, susunan paralel dua buah pegas identik dengan pegas tunggal yang memiliki konstanta gaya kp, dimana kp = k1 + k2. Secara umum, untuk n buah pegas yang disusun paralel, konstanta gaya pegas pengganti kp adalah kp = k1 + k2 + k3 +.+ kn . (4.9)

4.4 Beberapa Pemanfaatan Sifat Elastik Bahan Banyak sekali peralatan yang digunakan manusia yang memanfaatkan sifat elastik bahan. Neraca Newton (neraca pegas) merupakan pemanfaatan yang sangat sederhana, di mana pertambahan panjang pegas digunakan untuk mengukur massa benda yang

digantung di ujung neraca. Contoh lainnya adalah pada tali busur sebuah pana. Ketika tali busur tersebut ditarik, tali busur yang bersifat elastik akan menegang dan menyimpan energi potensial elastik. ketika anak panah dilepaskan, energi potensial elastik ini akan berubah menjadi energi kinetik anak panah sehingga sehingga anak panah dapat melesat. pada sepedah motor dan mobil ketika bergerak dijalan yang tidak rata,. Inilah yang meyebabkan kita merasa nyaman dan aman walaupun motor atau mobil yang kita tumpangi bergerak di jalan yang tidak rata. Dalam ilmu bangunan, bahan-bahan elastik digunakan sebagai rangka ataupun sebagai penyangga untuk menahan getaran yang besar, misalnya gempa bumi. Bayangkan jika pada sebuah jembatan, bahan utama yang digunakan bukan bahan elastik. Ketika beban yang agak banyak lewat diatas jembatan, maka jembatan itu akan tertekan sedikit kebawah. Karena tidak elastik, jembatan tidak dapat kembali ke posisinya semula. Lama-kalamaan, jembatan itu akan patah. Itulah sebabnya pengetahuan mengenai sifat elastisitas bahn sangat penting dalam kehidupan ini.

You might also like