You are on page 1of 6

KULIAH

O L E H

Prof.Dr. H. Luhur Soeroso Sp.P(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSES PARU PENDAHULUAN Abses paru adalah salah satu proses pengumpulan dan penumpukan nanah disertai nekrosis jaringan dan pembentukan kaviti dalam jaringan paru yang disebabkan oleh peradangan kuman piogen. Kaviti yang disebabkan oleh infeksi kuman tuberkulosis, jamur, amuba tumor dan kista yang terinfeksi bukanlah termasuk suatu abses paru. Abses paru biasanya tunggal tetapi bisa juga multipel. Lokasinya terutama yang disebabkan aspirasi pneumonia terdapat pada paru kanan yaitu segmen posterior lobus atas dan segmen superior lobus bawah. Abses paru erat sekali hubungannya dengan infeksi kuman anaerob, infeksi gigi, ginjal, sinusitis, penderita dengan kesadaran yang menurun (koma), keracunan alkohol, anestesi umum dan kelainan neurologis. DEFINISI Abses paru adalah proses infeksi paru supuratif yang menimbulkan destruksi parenkim dan pembentukan satu atau lebih kaviti yang mengandung pus sehingga membentuk gambaran Radiologist Air Fluid Level. Necrotizing Pneumonia adalah infeksi dengan patogenesis hampir sama dengan abses paru dan menunjukkan gambaran kavitasi multiple (berukuran kurang dari 2 cm). Proses awal kedua kelainan tersebut di atas adalah pneumonia yang dapat berlanjut menjadi abses paru, necrotizing pneumonia bila tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat. Abses paru primer adalah akibat pneumonia aspirasi atau penyebaran infeksi secara bronkogenik, sedangkan abses paru sekunder adalah akibat penyebaran infeksi dari tempat lain, baik secara hematogen (bakteremia, endokarditis, tromboflebitis bakterialis), limfogen ataupun perkontinuitatum (abses amuba). Abses paru primer umumnya tunggal sedangkan abses paru sekunder umumnya multipel. Abses paru juga dapat diakibatkan oleh obstruksi saluran napas seperti pada tumor dan aspirasi benda asing sehingga dapat menimbulkan proliferasi kuman anaerob pada daerah distal dari obstruksi. Perlu diingat abses paru juga dapat terjadi pada massa tumor yang mengalami nekrosis. 2

FAKTOR RISIKO Faktor risiko utama terjadi abses paru adalah aspirasi secret orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada orang normal ketika fase tidur dalam (deep sleep), penurunan kesadaran karena akibat berbagai proses neurologis atau intoksikasi zat, detek esophagus yang mengganggu proses menelan, dan pemakaian pipa nasogastrik ataupun intubasi. Tabel. Faktor Risiko Terjadi Abses Paru Aspirasi Penyakit gigi dan gusi, piorhea Obstruksi jalan napas Bronkiektasis Infark paru Fibrosis kistik Sindrom disfungsi silia Sekuester paru Gangguan imuniti/sindrom defisiensi imuniti Pneumonia emboli

ETIOLOGI Berbagai studi mikrobiologi menunjukkan abses paru primer disebabkan oleh kuman anaerob yang terdapat pada daerah orofaring. Umumnya kuman penyebab abses paru adalah polimikroba dengan predominan kuman anaerob seperti Prevotella melanninogenica, Fusobacterium nucletum dan Peptosrteptococcus. Beberapa kuman mikroaerofilik dan Streptococcus facultative juga dapat dijumpai. Berbagai penyakit gigi dan mulut seperti penyakit periodontal, gingivitis, infeksi sinus dan bronkiektasis merupakan sumber infeksi anaerob. Pada abses paru sekunder kuman penyebabnya antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, atau Haemophillus influenzae. Berbagai kuman penyebab abses paru dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. Organisme Penyebab Abses Paru Aspirasi kuman / pneumonia karena Kuman anaerob : Prevotella, fusobakterium, peptostreptoccus, bacteriodes, fragillis dan clostridium perfringers. Kuman aerob : Streptococus, staphylococcus aureus, enterobacteriaceae, Pseudomonas aeroginosa, kleisiela pneumonia, legionella spp Nocardia asteriodes, haemophilus influenza, salmonella spp.

PATOGENESIS Abses paru terjadi akibat pengumpualn kuman piogen pada jaringan paru melalui beberapa macam cara yaitu infeksi karena aspirasi, piema dan infark paru yang terinfeksi, komplikasi peneumonia dan perluasan infeksi dari subdiafragma seperti abses hepar. Abses paru yang paling sering terjadi adalah akibat aspirasi kuman yang berasal dari saluran napas bagian atas yang teraspirasi ke dalam paru terutama paru kanan. Abses karena aspirasi dimulai dari suatu infeksi lokal pada bronkus atau bronkiolus. Pembuluh darah lokal mengalami trombosis sehingga terjadi proses nekrosis dan likuefaksi. Jaringan granulasi terbentuk jaringan nekrosis dan membentuk suatu kaviti (air fluid level). Materi abses dapat dibentuk keluar atau diaspirasi ke dalam saluran napas dan membentuk abses paru yang lain. Pecah abses ke rongga pleura jarang terjadi yaitu membentuk suatu empiema tetapi lebih sering terjadi pecah ke dalam bronkus berupa bronkofistula. DIAGNOSIS Gajala klinis Abses paru dapat bersifat akut maupun kronik. Gejala pada minggu pertama berupa gejala prodromal ditandai dengan demam, sesak napas, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, dan batuk produktif. Batuk disertai produksi sputum kental, yang berbau busuk (terutama apabila disertai infeksi kuman anaerob). Kira-kira 50 60% penderita menunjukkan gejala batuk produktif yang disertai bau busuk. Gejala lain adalah batuk darah, nyeri dada dan sianosis.

Pemeriksaan fisis Pemeriksaan fisis dapat normal, atau dapat dijumpai kelainan apabila terdapat pneumonia, atelektasis ataupun efusi pleura. Bunyi napas tambahan aforik. Gambaran radiologis Gambaran foto toraks abses paru pada stadium awal menunjukkan gambaran khas. Pada tahap lebih lanjut gambaran radiologis yang khas terdapat kaviti berbentuk bulat atau oval dengan dinding tebal dan gambatan air fluid level didalam kaviti tersebut. pada baigan luar dinding abses terdapat gambaran pneumonia. Mikrobiologis Pewarnaan Gram sputum dapat digunakan untuk memperoleh informasi sementara mengenai jenis kuman abses paru, namun perlu diingat bahwa di dalam orofaring terdapat banyak flora komensal sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan sputum. Biakan kuman anaerob perlu dilakukan dengan media khusus. Sumber biakan lebih baik bila didapatkan langsung dari aspirat transtrakeal atau cairan pleura bila terdapat komplikasi empiema. Bahan pemeriksaan dapat juga diperoleh dengan cara aspirasi paru perkutaneus dari abses paru yang dilakukan dengan panduan CT Scan, USG atau fluoroskopi. DIAGNOSIS BANDING 1. Karsinoma bronkus dengan kaviti 2. Tuberkulosis paru dan infeksi jamur 3. Bulla paru yang terinfeksi dengan suatu batas permukaan cairan 4. Kista paru yang terinfeksi 5. Empiema terlokalisir 6. Hematoma paru 7. Sekuester paru

Terapi Pemberian antibiotic dan drainase merupakan kunci terapi abses paru. Selain itu perlu diingat faktor risiko terjadi aspirasi dan faktor predisposisi abses paru. Terapi antibiotic umumnya memerlukan waktu cukup lama untuk mencegah kekambuhan, biasanya memerlukan waktu antara 1 sampai 3 bulan. Drainase Drainase postural perlu dilakukan pada penderita abses paru dan harus dilakukan dengan hati-hati. Tindakan drainase ini sangat penting dalam penyembuhan abses. Bronkoskopi Bronkoskopi dapat membantu drainase dan pengambilan benda asing serta diagnosis tumor. Perlu diingat bahwa bronkoskopi mengandung risiko pecahnya abses paru sehingga dapat tumpah ke bronkus dan menyebabkan asfiksia. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi adalah empiema dengan atau tanpa fistel bronkopleura. Pecahnya abses mengakibatkan tumpahnya pus ke dalam saluran napas mengakibatkan penyebaran infeksi lebih luas dan bahkan dapat berakibat asfiksia.

You might also like