You are on page 1of 46

BAB I SISTEM SARAF Sistem saraf adalah serangkian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama

jaringan saraf. Dalam mekanisme sistim saraf,lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas atau sensitivitas terhadap stimulus dan konduktivitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulus,diatur oleh sistem saraf oleh tiga cara: 1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak ditubuh baik eksternal ( reseptor somatik ) maupun internal ( reseptor viseral ) 2. Aktivitas integratif. Reseptor merubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang serabut saraf ke medulla spinalis dan otak, yang kemudian akan menginterprestasi dan mengintegrasi stimulus,sehigga 3. Output motorik. Impuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh,yang disebut sebagai efektor Sistem saraf dibagi menjadi yaitu: 1. Sistem saraf pusat ( SSP ) Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi oleh tulang kranium dan kanal vertebral 2. Sistem saraf perifer Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen a. Saraf aferen (sensorik) Mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP b. Saraf eferen (motorik) Mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem eferen dari siatem saraf perifer memiliki dua subdivisi yaitu: respon terhadap informasi bisa terjadi

i. somatik (volunter) Berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respon motorik volunter pada otot rangka ii. otonom (involunter) Mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos,otot jantung,dan kelenjar dengan cara mentransmisikan impuls saraf melalui dua jalar 1. Saraf simpatis Berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis 2. Saraf parasimpatis. Berasal dari area otak dan sakral pada medulla spinalis Sebagian besar organ internal dibawah kendali otonom memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis SEL-SEL PADA SISTEM SARAF Sel Saraf disebut dengan neuron - neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. 1. Badan sel atau perikarion Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruh neuron. Bagian ini dari komponen berikut : a. Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menonjol dan organel lain seperti badan golgi dan mitokondria,tetapi nukleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi. b. Badan nissl, terdiri dari retikulum endoplasmik dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalan sintesis protein c. Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat diliat melalui mikroskop cahaya. 2. Dendrit Adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, berfungsi untuk menghantarkan impulke sel tubuh.Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain. Neurofibril dan badan nissl memenjang kedalam dendrit 3. Akson Adalah suatu prosesus tunggal,yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Fungsi menghantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain ( sel otot atau kelenjar ) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson. Akson berasal dari badan sel pada hillock akson,yaitu daerah yang tidak mengandung badan nissl

Panjang akson kurang dari 1mm sampai 1 m lebih,dibagian ujung nya sebuah akson dapat bercabang banyak. Percabangan akhir memiliki suatu pembesaran yang disebut kenop sinap,terminal presinaptik atau terminal bouton. Sisi percabangan ( kolateral ), yang berujung pada akhir yang sama dengan pembesaran,dapat terjadi disisi distal. Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan Schwann disebut neurilema yang dihasilkan oleh sel-sel schwann. Akson dalam SSP tidak memiliki lapisan neurilema,sehingga tidak dapat beregenerasi. Neuron tidak dapat membelah scara mitosis,tetapi serabut dapat beregenerasi jika badan selnya masih utuh. Jika akson mengalami kerusakan berat,maka neurilema ( lapisan sel schwann ) yang melapisinya melakukan pembelahan mitosis unuk menutup luka. bila bagian distal akson rusak ,bagian akson menjadi: a. Neuron sensorik ( aferen ) Menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit,organ indera, atau suatu organ internal ke SSP b. Neuron motorik Menyampaikan impuls dari SSP ke efektor c. Interneuron ( neuron yang berhubungan ) ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain Berdasarkan struktural dan jumlah prosesusnya, neuron diklasifikasika menjadi tiga jenis : a. Neuron multipolar Memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih. Sebagian besar neuron motorik,yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis masuk dalam golongan ini. b. Neuron bipolar Memiliki satu akson dan satu dendrit,neuron ini ditemukan pada organ indera seperti mata,telinga dan hidung c. Neuron unipolar yang terdekan badan sel akan membuat percabangan baru. Berdasarkan fungsionalnya dan arah transmisi impulsnya, neuron diklasifikasikan

Memiliki satu prosesus kemudaian bercabang dua dekan badan sel, satu cabang menuju ke perifer dan cabang yang lain menuju SSP, neuron ini ditemukan pada semua neuron sensorik ( aferen ) pada ganglia spinal SEL PENUNJANG Sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat disebut sel neuroglia , yang biasa disebut glia, Sel glia tidak seperti neuron,sel glia dapat bermitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor sistem saraf . Jenis-jenis sel neuroglia a) Astrosit Sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus ( tonjolan ) panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah. Fungsinya sebagai penompang struktural dan mengatur transpor materi di antara darah dan neuron dan sebagai barier darah otak. Astrosit fibrosa ditemukan pada substansia putih otak dan medulla spinalis, astrosit protoplasma ditemukan pada substansia abu-abu b) Oligodendrosit ( oligodendroglia ) Bentuknya menyerupai astrosit tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Fungsinya untuk melapisi akson pada SSP c) Mikroglia Sel glia berukuran kecil dan prosesusnya lebih sedikit dari jenis sel glia lain,ditemukan dekan neuron dan pembuluh darah. Fungsinya sebagai fagositik d) Sel ependemal Membentuk membran epitelial yang melapisi rongga serebral ( otak ) dan rongga medulla spinalis Kelompok neuron 1. Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak didalam SSP 2. Ganglion adalh kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam saraf perifer 3. Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf ( serabut ) yang terletak di luar SSP. Serabut ini disatukan dan ditunjang oleh jariungan ikat,yang membawa pembuluh darah dan pembuluh limfatik.

a. Endoneurium Melapisi serabut saraf secara keseluruhan b. Perineurum Melapisi sekelompok serabut saraf yang menyatu dalam berkas c. Epineurium Lapisan terluar,melapisi beberapa kelompok serabut saraf yang membentuk saraf atau batang saraf 4. Saraf gabungan Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan, saraf ini mengandung serabut aferen dan eferen 5. Traktus Kumpulan serabut saraf dalam otak atau medula spinalis yang memiliki origo dan tujuan yang sama 6. Komisura Pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan pada otak atau medulla spinalis IMPULS SARAF Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ( impuls ) keseluruh tubuh. Impuls bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara neuron. Secara otomatis,neuronneuron tersebut tidak bersambungan satu dengan yang lain. Tempat-tempat neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor disebut Sinap . Sinap merupakan satu-satunya tempat di mana suatu impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuron lain atau efektor. Ruangan antara satu neuron dan neuron berikutnya (atau organ efektor ) dikenal dengan nama celah sinaptik. Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju ke sinap disebut neuron prasinaptik. Neuron yang membawa impuls saraf dari sinap diswebut neuron postsinsptik. Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelombung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepas dari akson terminal melalui eksositosis dan juga diabsorpsi untuk di daur ulang. Neurotrasmiter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat ini

menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmiter tersebut. Contoh neurotransmiter antara lain adalah norefinefrin, asetilkolin,dopamin, asam gama amonobutiran ( GABA ) dan glisin. Bila adanya rangsangan pada saraf,maka terjadi pelepasan neurotransmiter oleh gelombung sinaptik dengan eksositosis kadalam celah sinaptik ( efektor ). Tranmiter ini melekatkan diri pada reseptor neuron postsinaptik atau membran efektor dan dapat menimbulkan atau tidak dapat menimbulkan rangsangan pada membran postsinaptik. Apakah rangsangan akan timbul atau tidak ditentukan oleh keseimbangan impuls eksitasi dan inhibisi yang diterima oleh neuron pada saat itu dari semua hubungan sinaptik yang dimilikinya.

BAB II OTAK Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakian oksigen tubuh dan sekitar 400kilokalori setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan akan kebutuhan osigen dan glukose melalui aliran darah. Metabolisme otak merupakan proses kontinu,tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selam 10 detik saja,maka kesadaran sudah akan menurun dan penghentian beberapa menit sudah dapat menimbulkan kerusakan ireversibel.

LAPISAN PELINDUNG Otak terdiri rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningel terdiri dari pia mater,lapisan araknoid, dan dura meter 1. Pia mater Lapisan terdalam yang halus dan tipis,serta melekat erat pada otak. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan saraf. 2. Lapisan araknoid Terletak pada bagian eksternal dari pia mater dan mengandung sedikit pembuluh darah a. Ruangan subaraknoid Memisahkan lapisan araknoid dari pia mater dan mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan penghubung seperti selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap pia mater dibawahnya. b. Vili araknoid Menonjol ke dalam sinus vena ( dural ) dura mater 3. Dura mater Lapiasan terluar dan tebal,terdiri dari dua lapisan a. Lapisan periosteal Lapisan terluar dari dura mater yang melekat pada permukaan dalam tulang kranium dan berlanjut sebagai periostium yang membatasi kanalis vertebralis dengan medulla spinalis b. Lapisan meningeal

Merupakan membran tebal yang meliputi otak dan menyusup di antara jaringan otak sebagai penyokong dan pelindung. Lapisan melanjutkan diri sebagai dura mater spinal. c. Ruang subdural Memisahkan dura mater dari araknoid pada daerah kranial dan medulla spinalis. d. Ruang epidural Ruang antara periosteal luar dan lapisan meningeal dalam pada dura mater di daerah medulla spinalis CAIRAN SEREBROSPINALIS Cairan serebrospinal mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan serebrospinal menyerupai plasma darah dan cairan intersisial (air,elektrolit,oksigan,karbondioksida, glukose, beberapa lekosit ( terutama limfosit ) dan sedikit protein. Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler berbentuk bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak. Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler ( foramen munro ) menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus serebral ( Sylvius ) menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga lubang langit-langit ventrikel keempat kemudan bersirkulasi melalui ruang subaraknoid. Setelah mencapai ruang subaraknoid,maka cairan serebrospinal akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla spinalis,lalu keluar menuju sistem vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis kedalam sinus vena pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut. Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis,juga sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis. Secara klinis cairan serebrospinal dapat diambil untuk pemeriksaan melalui prosudur pungsi lumbal , yaitu jarum berongga diinsersi ke dalam ruang subaraknoid di antara lengkung saraf vertebra lumbal ke tiga dan ke empat. SEREBRUM Serebrum merupakan otak yang paling besar dan paling menonjol. Disini terletak

pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik,juga mengatur proses penalaran, ingatan dan intelegensia. Serebrum dibagi menjadi hemisfer kenan dan hemisfer kiri oleh suatu lekuk atau celah yang disebut Fisura longitudinalis mayor. Bagian luar hemisfer terdiri dari subtabsia grisea ( abu-abu ) yang disebut sebagai kortek serebri, dan merupakan bagian dalam dari medulla spinalis. Bagian dalam dari subtasia grisia disebut subtansia alba ( putih) merupakan inti dari hemisfer, dan bagian luar dari medula spinalis. Kedua hemisfer ini dihubungkan oleh suatu pita disebut korpus kolosom. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer dirangkap dua,dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer kiri mengatur bagian tubug sebelah kanan. Konsep fungsional Kortek serebri Kortek serebri atau subtansia grisea dari serebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut giri (girus,tunggal ). Susunan seperti ini memungkinkan permukaan otak menjadi luas yang terkandung dalam tengkorak yang sempit. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulki ( sulkus ) terbentuk dari lipatan-lipatan tersebut dan membagi setiap hemisfer menjadi daerah-daerah tertentu yang dikenal sebagai lobus prontalis, parietalis, temporalis dan oksipitalis. Lobus frontalis dengan lobus parietalis dipisahkan dengan sulkus sentralis,sulkus lateralis memisakan lobus temporalis dibawah dari lobus frontalis dan lobus paretalis diatas. Sulkus pareto-oksipitalis memisahkan lobus oksipitalis dengan lobus parietalis. Area fungsional kortek serebri Kortek serebri mempunyai area primer (motorik dan sensorik ) dan area asosiasi untuk mencapai fungsi. Area primer adalah daerah di mana terjadi persepsi atau gerakan. Area asossiasi perlu untuk integrasi dan tingkah laku dan intelektual lebih tinggi 1. Kortek frontalis a. Merupakan area motorik primer terdapat dalam girus presentralis, disini neuron mengendalikan kontrasi volunter otot rangka b. Kortek premotorik ( anterior girus presentralis ), bertanggung jawab akan gerakan terlatih misalnya menulis, mengetik dan mengemudi. ini disebut pengendalian kontralateral.

c. Area Broca, terletak disisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini memungkinkan hanya terdapat pada satu hemisfer saja ( biasanya sebelah kiri ) bertanggung jawab akan kemampuan wicara. 2. kortek prefrontalis ( area asosiasi ) Merupakan area-area yang berkaitan dengan kepribadian. Fungsi utamanya melakukan kegiatan intelektual kompleks, beberpa fungsi ingatan, rasa tanggung jawab untuk melakukan tindakan dan sikap yang dapat diterima oleh masyarakat,ide-ide pikiran yang kreatif,penilaian dan pandangan kemasa depan .3. Kortek parietalis a. Girus postsentralis ( area sensorik primer ), neuron menerima informasi sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, suhu, sentuhan dan proprioseptik b. Inferior girus postsentralis ( area pengecapan ), berkaitan dalam persepsi rasa. c. Lobus parietalis ( area asosiasi somatik ) berkaitan dengan interprestasi bentuk dan tekstur suatu objek dan keterkaitan bagian-bagian tubuh secara posisional misalnya mengidentifikasi mata uang dalam tangan tanpa melihat,berat,bentuk dan suhu berkaitan dengan pengalaman sensorik dimasa lalu. 4. Lobus temporalis a. Area sensorik auditori, menerima inpuls saraf yang berkaitan dengan pendengaran b. Area asosiasi auditori, berperan untuk menginterpretasi pengalaman auditori artinya penting untuk memahami bahasa ucap dan kata-kata (area Wernicke ) terletak pada lobus temporalis superior. c. Area asosiasi visual,informasi pengliatan menjadi berarti 5. Lobus oksipitalis Area sensorik visual, menerima informasi dari retina mata dan menyadari sensasi warna. DIENSEFALON Diensefalon adalah istilah yang digunakan antara otak terletak diantara serebrum dan otak tengah serta bersembunyi dibalik hemisfer serebral,kecuali pada sisi basal. Bagian terdiri dari seluruh struktur yang berada di sekitar ventrikel ketiga. Diensefalon terdiri dari: Talamus

10

a. Terdiri dari dua massa oval yang besar,masing-masing menonjol keluar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga. Mempunyai kompleks nukleus yang saling berhubungan dengan kortek serebri ipsilateral,serebelum dan dengan berbagai komples nukler subkortikal seperti yang ada dalam hipotalamus, formasio retikularis batang otak, ganglia basalis. b. Talamus merupakan stasiun relai yang penting dalam otak dan juga merupakan pengintegrasi subkortikal yang penting. Semua jaras sensorik utama ( kecuali olfaktorius) membentuk sinap dengan nukleus talamus dalam perjalanannya menuju kortek serebri, beberapa jaras eferen motoirik yang keluar dari serebrum juga bersinap dengan neuron talamus. Hipotalamus Terletak disisi bawah talamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. a. Struktur i. Bagian anterior menyelubungi kiasma optik ( merupakan persilangan pada saraf optik ) ii. Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum ( batang ) kelenjar hipofise posterior tempat melekatnya kelenjar hipofise. b. Fungsi i. Berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf otonom yang melakukan fungsi penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekuensi jantung,tekanan darah,suhu tubuh, keseimbangan air,selera makan,saluran pencernaan dan aktivitas seksual. ii. Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan. iii. Memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise, sehingga mempengaruhi seluruh sistem endokrin Epitalamus Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil disebut badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung posterior epitalamus. Sistem limbic

11

Istilah sistem limbik bearti batas atau tepi. Jadi sistem limbik menyatakn suatu struktur cicin kortikal dan subkortikal pembatas yang mengelilingi korpus kalosum (struktur serebrum dan diensefalon ) yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tidak sadar. Struktur kortikal utama adalah girus singgulli dan girus hipokampus dan hipokampus. Bagian subkortikal mencakup amigdala, traktus dan bulbus olfatorius. BATANG OTAK Kearah bawah batang otak berlanjut sebagai medulla spinalis dan katas berhubungan dengan pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Bagian-bagian batang otak dari bawah keatas adalah medulla oblongata, pons dan mensensefalon ( otak tengah ). Dibatang otak berjalan jaras-jaras naik-turun. Batang otak merupakan pusat rilai dan reflek dari SSP. Medulla oblongata Merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Medulla oblongata mangandung empat nukleus saraf kranial yaitu IX, X, XI dan XII. Pons Artinya jembatan, yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum , serta menghubungkan mensensefalon di sebelah atas dengan medulla oblongata dibawah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebral yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Bagian bawah pon berperan dalam pengaturan pernafasan. Pons mengandung saraf kranial V, VI, dan VII. Mensensefalon ( otak tengah ) Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas pons, berperan sebagai reflek pengliatan dan koordinasi gerak pengliatan, refleks pendengaran. Mengandung saraf kranial III, IV dan V ( sebagian ).

SEREBELUM ( otak kecil ) Terletak di sisi inferior pon dan merupakan bagian terbesar kedua dari otak. a. Struktur

12

Serebelum terdiri dari bagian sentral ( tengah ) vermis dan dua hemisfer lateral. Serebelum dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang dinamakan pendunkulus. Pendukulus serebeli superior berhubungan dengan mensensefalon, pendunkulus serebeli media menghubungkan kedua hemisfer otak, pendukulus serebeli inferior menghubungkan dengan medulla oblongata. b. Fungsi Fungsi utamanya adalah sebagai pusat reflek yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta merubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan

BAB III MEDULA SPINALIS

13

Medulla spinalis adalah Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari medulla batang otak sampai ke area vertebralumbal pertama. medulla spinalis mempunyai fungsi yaitu 1. Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas reflek dalam tubuh 2. Mentransmisikan impuls saraf ke dan dari otak melalui jaras ( traktus ) asenden dan desenden Medulla spinalis memiliki struktur yaitu 1. Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter ini bervariasi , diameter ini biasanya berukuran sebesar jari kelingking 2. Dua pembesaran pada lumbal dan servikal, tempat keluarnya saraf spinal besar yang menyarafi lengan dan tungkai 3. Tiga puluh satu pasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramina interventebralis ( lubang pada tulang vertebral ) 4. Saraf spinal melekat pada permukaan lateral medulla spinalis dengan perantaraan dua radik, radik posterior atau dorsal ( sensorik ) dan radik anterior atau ventral (motorik ) 5. Dibungkus oleh seleput yaitu dura mater ( selaput luar ), Araknoid ( selaput jaringan ) dan pia mater ( Selaput dalam ) Medulla spinalis memiliki struktur interna yaitu 1. Bagian dalam medula spinalis terdiri dari sebuah inti subtansia grisea ( abu-abu ) dan diselubungi oleh subtansia alba ( putih ). Subtansia alba berfungsi sebagai jaras konduksi impuls aferen dan eferen antara berbagai tingkat medulla spinalis, subtansia grisea ( abuabu ) merupakan tempat integrasi refleks-refleks spinal. 2. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh subtansia grisea yang menyerupai huruf H kapital. 3. Kedua kaki huruf H yang menjulur kebagian depan tubuh disebut kornu anterior atau kornu ventralis, sedangkan kedua kaki belakang dinamakan kornu posterior atau kornu dorsalis a. Kornu ventralis terutama terdiri dari badan sel dan dendrit, bagian ini mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim impuls melalui saraf spinal ke efektor ( otot ). Sel kornu ventralis atau lower motor neuron biasanya dinamakan jaras akhir bersama karena setiap gerakan, baik yang berasal dari kortek serebral, ganglia basalis atau yang timbul

14

secara refleks dari reseptor sensorik, harus di terjemahkan menjadi suatu kegiatan atau tindakan melalui struktur tersebut b. Kornu dorsalis mengandung badan sel dan dendrit yang menerima sinyal melalui saraf spinal dari neuron sensorik, yang akan menuju ke SSP sesudah bersinap dengan serabut sensorik dari saraf-saraf sensorik. 4. Pada daerah toraks dan lumbal antara kornu anterio dan posterior mengandung sistem saraf perifer. Bagian ini mengandung badan sel neuron otonom TRAKTUS MEDULLA SPINALIS Subtansia alba bertindak sebagai pengantar traktus-traktus yang panjang, baik yang berjalan naik atau turun. Melalui traktus-traktus ini impus aferen dari saraf spinal dapat mencapai otak dan impuls eferen yang berasal dari pusat motorik dalam otak dapat diteruskan ke sel-sel kornu ventralis medulla spinalis sehingga dapat memodifikasi gerakan.Subtansia alba dibagi menjadi tiga yaitu kolumna dorsalis,ventralis dan lateralis. Dalam setiap kolumna ini terdapat pita berbentuk serabut yang disebut dengan traktus. Traktus merupakan seikat serabut dengan asal, tujuan dan fungsi yang sama. Traktus dapat berjalan naik ( asenden ) turun (desenden ) Traktus asenden ( sensorik ) Membawa informasi dari tubuh ke otak, bagian penting traktus asenden ini (sensorik ) meliputi : 1. Fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus ( kolumna dorsalis ) Impuls dari sentuhan dan reseptor peraba masuk kemedulla spinalis melalui radik dorsalis ( neuron I ). Akson memasuki medula spinalis, berasenden untuk bersinap dengan nukluei grasilis dan kuneatus di medulla oblonggata bagian bawah (neuron II ). Akson menyilang ke sisi yang berlawanan dan bersinap dalam talamus lateral ( neuron III ), Terminasinya berada pada area somestatik kortek serebral. Fungsinya traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan, tekanan, vibrasi, posisi tubuh, dan gerakan sendi dari kulit, persendian dan tendon otot. 2. Traktus spinosereberal ventral Impuls dari reseptor kinestetik ( kesadaran akan posisi tubuh ) pada otot dan tendon memasuki medulla spinalis melalui radiks dorsal ( neural I ) dan bersinap dalm kornu

15

posterior ( neuron III ). Akson berasenden di sisi yang sama atau berlawanan dan berterminasi pada korteks serebelar. Fungsinya membawa informasi mengenai gerak dan posisis seluruh anggota gerak 3. Traktus spinoserebelar dorsal Impuls dari traktus ini memiliki awal dan akhir yang sama dengan impuls dari traktus spinoserebelar ventrikel, walau demikian akson pada neuron II dalam kornu posterior,berasenden di sisi yang sama menuju kortek serebelar. Fungsinya membawa informasi mengenai propriosepsi bawah sadar ( kesadaran akan posis tubuh, keseimbangan dan arah gerakan ). 4. Traktus spinotalami ventral Impuls dari reseptor taktil pada kulit masuk ke medulla spinalis melalui radik dorsal ( neuron I ) dan bersinap dalam kornu posterior di sisi yang sama ( neuron II ). Akson menyilang kesisi yang berlawanan dan berasenden untuk bersinap dalam talamus ( neuron III ). Akason berujung dalam area somestatik kortek serebrl. Fungsinya membawa informasi mengenai sentuhan, suhu dan nyeri. Traktus desenden ( motorik ) Membawa impuls motorik dari otak ke medulla spinalis dan saraf spinal menuju tubuh. Fungsi traktus motorik meliputi : 1. Traktus piramidal Merupakan bagian yang serabut-serabutnya menyatu dalam medula oblongata membentuk piramis a. Traktus kortikospinal lateral Neuron I berasal dari area motorik kortek serebral. Akson saraf berdesenden kemedulla, memanjang sampai ke kornu posteroir untuk bersinap langsung atau melalui interneuron dengan neuron bagian bawah ( neuron II ) dalam kornu anterior. Akson berterminasi pada lempeng ujung motorik otot rangka. Fungsinya menghantar impuls untuk koordinasi dan ketetapan gerak volunter b. Traktus kortikospinal ventral Neuron I berasal dari sel piramidal pada area motorik kortek serebral dan berdesenden sampai medulla spinalis. Di sini akson menyilang ke sisi yang berlawanan tempat sebelum

16

bersinap, secara langsung maupun melalui interneuron dengan neuron II dalam kornu anterior. Fungsinya memiliki fungsi yang sama dengan traktus kortikospinal lateral. 2. Traktus ektrapiramidal Serabut dalam sistem ini berasal dari pusat lain misalnya nuklei motorik dalam kortek serebral dan area subkortikal kortek di otak. a. Traktus retokulospinal Berasal dari formasi retikularis ( neuron I ) dan berujung (neuron II) pada sisi yang sama di neuron motorik bagian bawah dalam kornu anterior medulla spinalis. Impuls memberikan semacam pengaruh fasilitas pada ekstensor tungkai dan flesor lengan serta memberikan suatu pengaruh inhibisi yang berkaitan dengan postur dan tonus otot. b. Traktus vestilospinal lateral Berasal dari nukleus vestibular lateral dalam medula ( neuron I ) Dan berdesenden pada sisi yang sama untuk berujung ( neuron II ) dalam kornu anterior medulla spinalis. Impuls mempertahankan tonus otot dalam aktivitas refleks. c. Traktus vestibulospinal medial Berasal dari nukleus vestibular medial dalam medulla dan menyilang kesisi yang berlawanan untuk berakhir pada kornu anterior. Traktus ini tidak berdesenden ke bawah area serviks. Traktus ini berkaitan dengan pengendalian otot-otot kepala dan leher. d. Traktus rubrospinal Berasal dari nukleus merah otak tengah, Traktus olivospinal yang berasal dari olive inferior medula dan traktus tektospinal yang berasal dari bagian tektum otak tengah, juga termasuk jenis traktus ekstrapiramidal yang berhubungan dengan postur dan tonus otot. GERAK REFLEKS Gerak reflek adalah suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Gerak reflek merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerakan sadar,misalnya menutup mata saat terkena debu. Untuk terjadi gerak reflek dibutuhkan struktur sebagai berikut : Serabut saraf sensorik yang menghantarkan implus dari reseptor sensorik menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan meneruskan implus-implus menuju subtansia pada kornu posterior medulla spinalis. Kemudian serabut tersebut bersinap di subtansia grisea, untuk

17

meneruskan implus saraf ke kornu anterior. Sel saraf motorik menerima implus dan menghantar implus-implus ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan gerakan karena rangsangan oleh implus saraf motorik

BAB IV SARAF OTONOM Sistem saraf otonom adalah sistem motorik dan sensorik, sistem motorik ( eferen ) menginervasi organ-organ viseral seperti jantung,pembuluh darah,saluran

18

pencernaan,kelenjar-kelenjar serta otot polos. Sistem sensoriknya ( aferen ) menyampaikan rasa nyeri atau rasa kenyang dan pesan-pesan yang berkaitan dengan frekwensi jantung,tekanan darah, dan pernapasan yang dibawa ke SSP disepanjang jalur yang sama dengan jalur serabut motorik viseral pada sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom ini dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus, medula dan kortek serebral serta pusat tambahan pada formasio retikular batang otak. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis, sebagian besar organ yang diinervasi oleh sistem saraf otonom ini menerima inervasi ganda dari sistem saraf yang berasal dari kedua sistim saraf otonom ( simpatis dan parasimpatis). Secara anatoimis sistem sistem simpatis dan parasimpatis berbeda,demikan juga halnya fungsi kedua sistem ini berbeda mereka adalah antagonis ( bekerja secara berlawanan ). Kedua sistem saraf otonom ini memiliki dua neuron yaitu neuron pertama terletak di SSP yang disebut dengan neuron preganglionik, kedua terletak diperifer yang disebut dengan postganglionik. Sistem Simpatis Sistem simpatis memiliki satu neuron yang preganglonik pendek dan postganglionik yang panjang, badan sel neuron preganglionik terletak pada kornu lateral substansi grisea dalm sengmen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis, akasonya serabut preganglionik keluar melalui radik ventral bersama dengan serabut eferen somatik. Serabut preganglionik menjalar menuju ganglion terdekat pada rantai ganglion simpatis paraverterbral, yang terletak sepanjang kedua sisi kolumna vertebra. Saat serabut preganglionik mencapai ganglion,saraf ini akan mengambil salah satu dari ketiga jalur berikut ganglion simpatis ( tunkus simpatis ) 2. Serabut preganglionik lewat menuju ganglion yang bersangkutan dan berjalan keatas atau kebawah sepanjang trunkus simpatis untuk bersinap di ganglion lain. 3. Serabut preganglionik melewati ganglionnya sendiri menuju ganglion lain untuk bersinap diluar ganglionnya seperti ganglion seliaka, satu kelompok serabut pengecualia bahkan melewati ganglion seliaka dan tidak bersinap sampai mencapai medulla : 1. Serabut preganglionik dapat bersinap langsung dengan neuron postganglionik dalam

19

suprarenalis. Sistem Parasimpatis Sistem parasimpatis memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang diinervasi dan memiliki serabut postganglionik pendek. Badan sel neuron preganglionik terletak dalam nuklei batang otak dan keluar melalui N III, VII, IX, X dan XI, juga dalam substansia grisea leteral pada sengmen sakral S2, S3 dan S4 medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral. Neuron postganglionok terletak dalam ganglia terminal yang terdapat tepat diluar atau didalam dinding organ yang terinervasi. Serabut parasimpatis yang berasal dari kranial meninervasi mata, struktur pada kepala, viseral abdomen serta pelvis. Sedangkan serabut yang beasal dari regia sakral membentuk saraf splanknik pelvis dan menginervasi sistem urunarius, serta bagian-bagian dari usus besar bawah. Sistem parasimpatis ini tidak menjalar dalam ramus dorsal dan ramus ventral saraf spinal. Dengan demikian, efektor pada kulit ( kelenjar keringat,otot arektor pili, dan pembuluh darh kutan ) tadak menerima inervasi parasimpatis.

Neurotransmiter Sistem saraf Otonom Serat saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan salah satu dari kedua bahan transmiter sinap yaitu asetilkolin dan norepinefrin. Serat-serat yang mensekresi asetilkolin disebut serat kolinergik, serat-serat yang mensekresi norepinefrin disebut serat adrenergik. Didalam sistem saraf simpatis dan parasimpatis semua neuron preganglionik bersifat kolinergik. Oleh karena itu, bila bahan asetelkolin atau bahan seperti asetilkolin diberikan pada ganglia, maka akan merangsang neuron postganglionik simpatis dan parasimpatis. Semua atau hampir semua neuron postganglionik parasimpatis bersifat kolinergik, sebaliknya sebagian besar neuron postganglionik simpaits bersifat adrenergik, walaupun tidak seluruhnya demikian sebab serat- serat saraf postganglionik simpatis yang kekelenjar keringat, otot-oto piloerektor dan beberapa pembuluh darah bersifat kolinergik. Sebelum transmiter asetilkolin,norefinefrin atau epinefrin disekresi pada ujung saraf otonom untuk dapat merangsang organ efektor,transmiter ini mula-mula harus berikatan dulu dengan reseptor yang sangat spesifik pada sel-sel efektor. Asetilkolin mengaktifkan dua macam reseptor yakni reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik. Reseptor muskarinik

20

( M ) dijumpai disemua sel efektor yang dirangsang oleh neuron postganglionik dari sistem saraf parasimpatis. Reseptor nikotinik dijumpai disinap antara neuron preganglionik dan postganglionik dari sistem simpatis dan parasimpatis, reseptor ini juga terdapat pada ujung saraf otonom di dalam membran otot skeletal. Norepinefrin mengaktifkan reseptor alfa dan reseptor beta. Selanjutnya reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan reseptor beta2. Norepinefrin dan epinefrin, keduanya disekresikan kedalam darah oleh medulla adrenal, mempunyai pengaruh perangsangan yang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin terutama merangsang reseptor alfa dan kurang kuat merangsang reseptor beta. Epinefrin merangsang kedua reseptor ini hampir sama kuatnya.

Efek fisiologis sistem simpatis dan parasimpatis Pada dasarnya fungsi dari sistem simpatis adalah untuk memobilisasi energi dalam situasi yang membuat stres melalui peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah, konsentrasi gula darah dan aliran darah ke otot rangka. Sistem parasimpatis bekerja berlawanan dengan sistem simpatis,sistem ini merubah dan menyimpan energi melalui penurunan frekuensi jantung dan tekanan darah serta stimulasi saluran pencernaan untuk proses makanan. Efek sistem ini bekerja dibawah sadar untuk mempertahankan lingkungan internal dan homeostasis.

BAB V SISTEM SARAF PERIFER Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.

21

1. Saraf kranial Dua belas pasang saraf kranial yang tersusun dari angka romawi,muncul dari berbagai batang otak. Saraf kranial tersusun dari serabut saraf sensorik dan motorik, saraf kranial meliputi a. Saraf olfaktori ( I ) Adalah saraf sensorik, fungsi untuk penciuman b. Saraf optik ( II ) Adalah saraf sensorik, fungsinya sebagai pengliatan c. Saraf okulomotorius ( III ) Adalah saraf motorik, fungsi Mengangkat kelopak mata atas,kontriksi pupil dan sebagian besar gerakan ektraokuler d. Saraf troklearis ( IV) Adalah saraf motorik,fungsinya gerakan mata kebawah dan ke dalam e. Saraf abdusen ( VI ) Adalah saraf motorik,fungsinya deviasi mata kelateral f. Saraf trigeminus ( V ) Adalah saraf motorik, fungsinys untuk mengunyah dan gerak rahang kelateral g. Saraf fasialis ( VII ) Adalah saraf motorik, fungsinya untuk ekspresi wajah h. Saraf vestibulokoklearis ( VII ) Adalah saraf sensorik,fungsinya untuk keseimbangan i. Saraf glosofaringeus ( I X ) Adalah saraf motorik dan sensorik, fungsinya pada faring untuk menelan dan reflek muntah dan fungsinya pada parotis untuk sekresi salaiva. Pada lidah posterior memberikan rasa pahit j. Saraf vagus ( X ) Adalah saraf motorik dan sensorik, fungsinya pada faring,laring untuk menelan,reflek muntah,visera abdomen, sensorik faring, laring,reflek muntah,visera leher,torak dan abdomen k. Saraf asesorius ( XI ) :

22

Adalah saraf motorik, fungsinya untuk menggerakan bahu l. Saraf hipoglosus ( XII ) Adalah saraf motorik, fungsinya menggerakan lidah 2. Saraf spinal Tiga puluh satu pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radik dorsalis (posterior ) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsl ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik ), membawa informasi kekorda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui sarar aferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebralis tempat munculnya saraf tersebut a. Saraf servikal, delapan pasang ( C1 sampai C8 ) b. Saraf torak,12 pasang ( T1 sampai T2 ) c. Saraf lumbal, 5 pasang ( L1 sampai L5 ) d. Saraf sakral, 5 pasang ( S1 sampai S5 ) e. Saraf koksiks, 1 pasang Pada semua saraf spinal kecuali bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ventral ini saling terjalin sehingga membentuk jalinan saraf yang disebut pleksus, dengan demikian terbentuk Pleksus : i. Pleksus servikal, terbentuk dari empat saraf servikal C1 samapai C4, yang menyarafi leher,kulit kepala,otot leher serta dada. Saraf terpenting adalah saraf frenik yang menyarafi diaframa. ii. Pleksus brakial terbentuk dari C5 sampai T1 atau T2, saraf ini menyarafi ekstrimitas atas iii. Saraf torakal T3 sampai T11, saraf ini tidak membentuk pleksus tetapi keluar dari ruang interkostalis. Saraf-saraf ini menyarafi otot-otot abdomen bagian atas, kulit dada dan abdomen iv. Pleksus lumbal berasal dari segmen T12 sampai L4, saraf ini menyarafi otot dinding abdomen,paha dan genitalia eksterna. Saraf terbesar adalah saraf femoral, yang menyarafi otot paha anterior, regia panggul dan tungkai bawah.

23

v. Pleksus sakral terbentuk dari L4 sampai S4, saraf ini menyarafi anggota gerak bawah, bokong, dan regia perineal. vi. Pleksus koksigealis terbentuk dari S4 samapi koksigealis, saraf ini menyarafi regia koksigeas.

BAB VI PEMERIKSAAN NEUROLOGI 1. Fungsi Cerebral Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS) Refleks membuka mata (E) 4 : Membuka secara spontan

24

3 : Membuka dengan rangsangan suara 2 : Membuka dengan rangsangan nyeri 1 : Tidak ada respon Refleks verbal (V) 5 : Orientasi baik 4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan. 3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik 2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang 1 : Tidak keluar suara Refleks motorik (M) 6 : Melakukan perintah dengan benar 5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar 4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi 3 : Hanya dapat melakukan fleksi 2 : Hanya dapat melakukan ekstensi 1 : Tidak ada gerakan Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X 5 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 X 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5 X. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun. Derajat kesadaran : Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang. Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.

25

Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan) Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus Kualitas kesadaran : Compos mentis : bereaksi secara adekuat Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. terhadap tempat, Cenderung orang dan mengantuk. waktu Bingung/confused:disorientasi fikirannya. Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa Gangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi Pengkajian status mental / kesadaran meliputi : GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi. 2. Fungsi nervus cranialis Cara pemeriksaan nervus cranialis : a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) : Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi, tembakau, alkohol,dll) b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata): Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata. d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam): sama seperti N.III e. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip):

Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan

26

menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas f. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III g. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ): senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam h. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) : test Webber dan Rinne i. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rasa 1/3 posterio lidah ): membedakan rasa mansi dan asam ( gula dan garam) j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap ah! k. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus) palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan. l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah): pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi. 3. Fungsi motorik a. Otot Ukuran : atropi / hipertropi Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi. Derajat kekuatan motorik : 5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas 4 : Ada gerakan tapi tidak penuh

27

3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi 2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi. 1 : Hanya ada kontraksi 0 : tidak ada kontraksi sama sekali b. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test 4. Fungsi sensorik Test : Nyeri, Suhu,Raba halus, Gerak,Getar, Sikap,Tekan, Refered pain. 5. Refleks a. Refleks superficial Refleks dinding perut : Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial Respon : kontraksi dinding perut Refleks cremaster Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah Respon : elevasi testes ipsilateral Refleks gluteal Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral b. Refleks tendon / periosteum Refleks Biceps (BPR): Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku Refleks Triceps (TPR) Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku Refleks Periosto radialis

28

Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis Refleks Periostoulnaris Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus Refleks Patela (KPR) Cara : ketukan pada tendon patella Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris Refleks Achilles (APR) Cara : ketukan pada tendon achilles Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius Refleks Klonus lutut Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung Refleks Klonus kaki Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung

c. Refleks patologis Babinsky Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya Chadock Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior Respon : seperti babinsky

29

Oppenheim Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal Respon : seperti babinsky Gordon Cara : penekanan betis secara keras Respon : seperti babinsky Schaefer Cara : memencet tendon achilles secara keras Respon : seperti babinsky Gonda Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4 Respon : seperti babinsky Stransky Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5 Respon : seperti babinsky Rossolimo Cara : pengetukan pada telapak kaki Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal Mendel-Beckhterew Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum Respon : seperti rossolimo Hoffman Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi Trommer Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien\ Respon : seperti hoffman Leri Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

30

Mayer Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari d. Refleks primitif Sucking refleks Cara : sentuhan pada bibir Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu Snout refleks Cara : ketukan pada bibir atas Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung Grasps refleks Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien Respon : tangan pasien mengepal Palmo-mental refleks Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral) Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti : Pemeriksaan fungsi luhur: 1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah 2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis 3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata 4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jarijari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah. 5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain. 6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.

31

BAB VII GANGGUAN SISTEM SARAF TEPI Pendahuluan Penyakit Saraf dan Otot adalah merupakan bagian dari penyakit saraf yang disebabkan terganggunya fungsi saraf tepi atau otot. Untuk memahami penyakit tersebut perlu dikuasai anatomi, fisiologi, biokemistri dan farmakologi sistem saraf baik pusat maupun tepi. Susunan Saraf Pusat terdiri dari Otak dan Medula Spinalis sedangkan Susunan Saraf Tepi terdiri dari sel saraf dan serabut-serabutnya yang dapat berasal dari

32

otak seperti saraf kepala (saraf kranialis) atau medula spinalis seperti radiks dan nervi spinales. Saraf Tepi yang termasuk saraf kepala meliputi 1. n. olfaktorius 2. n. optikus 3. n. oftalmikus 4. n. trokhlearis 5. n. trigeminus 6. n. abduscens 7. n. fasialis 8. n. vestibulocochlearis 9. n glossofaringeus 10.n. vagus 11.n. accessorius 12. n. hipoglosus Saraf Tepi yang termasuk saraf spinales kebanyakan bergabung menjadi satu sehingga dikenal sebagai nervi servikales, nervi torakales, nervi lumbales, dan nervi sakrales. Gabungan saraf tepi semacam ini disebut juga pleksus, sehingga dikenal pleksus servikotorakales (gabungan radiks C1-8 dan T1) dan pleksus lumbosakrales (gabungan radiks L1-5 dan S1-5). Patomekanisme Gangguan faal pada saraf tepi dapat berasal dari gangguan biokemistri seperti terganggunya keseimbangan air dan elektrolit, inflamasi (radang), proses keganasan, trauma dan lain sebagainya. Untuk mempercepat hantaran impuls yang berupa muatan listrik dari proksimal ke distal serabut saraf (akson) mempunyai selubung yang disebut mielin. Mielin diproduksi oleh sel Schwann yang membalut akson dan pada titik tertentu mempunyai takik yang disebut nodus Ranvier. Adanya nodus Ranvier memungkinkan hantaran listrik meloncat sehingga lebih cepat sampai ke efektor (serabut saraf eferen), atau

33

sebaliknya dari reseptor lebih cepat sampai ke sentral (serabut saraf aferen). Tidak semua serabut saraf bermielin, ada juga serabut saraf yang kecil dan pendek tidak bermielin dan saling menghubungkan sesama sel saraf di otak. Pada penyakit saraf tepi kerusakan dapat terjadi pada akson, disebut aksonopati, atau pada mielin (mielinolisis) dan kombinasi keduanya dapat saja terjadi. Pada gangguan di akson, proses kesembuhan berlangsung lama, tidak demikian halnya bila pada mielin lebih besar kemungkinan cepat kembali seperti semula. POLIOMIELITIS ANTERIOR AKUTA Salah satu diantara penyakit saraf tepi yang populer adalah polio yang nama selengkapnya adalah poliomielitis anterior akuta. Sesuai namanya bagian yang terkena sebenarnya adalah mielum bagian anterior yang disebut juga kornu anterior sehingga lesi yang ditimbulkan berupa kelumpuhan tipe perifer karena inti sel saraf di kornu anterior mengalami nekrosis. Akibatnya adalah serabut saraf yang terkena terutama aksonnya tidak berfungsi lagi dan otot yang dipersarafi lama kelamaan (dan proses berlangsung cepat) menjadi atrofi. Otot yang atrofi menjadi kecil dan ekstremitas memerlukan bantuan alat untuk dapat berfungsi kembali.Tidak ada terapi khusus pada polio sehingga terapi pada penyakit ini lebih bersifat suportif. Hindari menggunakan terapi suntik pada penderita yang panas saat epidemi polio sedang berjangkit (outbreak) karena akan memicu lebih banyak sel saraf yang mati. Kehati-hatian ini juga menjadi penting karena makin banyaknya kegiatan sueing di tengah masyarakat. Pencegahan penyakit ini adalah dengan melaksanakan vaksinasi polio di masyarakat. GUILLAIN BARE SYNDROME Guillain-Barre syndrome (GBS) adalah suatu penyakit otoimun yang bersifat akut. Sebenarnya jarang ditemukan, dimana sel-sel sistim imun menyerang selubung myelin saraf tepi. Saraf tepi menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan bagian tubuh lain. Kerusakan pada saraf tepi akan menimbulkan gangguan hantaran sinyal sebagai akibatnya otot akan berkurang kekuatannya, penyebab sebenarnya penyakit ini belum diketahui tetapi dapat dipicu oleh infeksi, operasi dan vaksinasi.

34

Gejala pertama biasanya adalah panas atau demam yang dapat tinggi atau sedang dan pada hari ketiga diikuti oleh kelemahan dan kesemutan (gringgingen) di kedua tungkai. Kemudian gejala ini akan memanjat keatas. Pada keadaan yang parah terjadi kelumpuhan total. Penyakit ini mengancam nyawa bila otot pernafasan diserang. Pada keadaan seperti ini diperlukan respirator. Keadaan yang parah akan berlangsung beberapa pekan, kemudian menjadi stabil dan membaik dengan perawatan yang baik pula. Ada pula perbaikan yang memakan waktu sangat lama hingga beberapa tahun. Pengobatan biasanya dilakukan dengan obat-obatan dan penggantian plasma (plasma exchange). Penyakit ini termasuk kelompok penyakit neuropati perifer. Ada beberapa jenis GBS, tetapi bila tidak diberi keterangan lain maka yang dimaksud adalah GBS dalam bentuk umum. Epidemiologi Insidens 1 atau 2 orang per 100,000 penduduk.[6] Seringkali parah dan menunjukkan kelumpuhan memanjat mula-mula kaki dan tungkai kemudian lengan dan tangan juga terkena tidak terkecuali otot pernafasan dan wajah. Karena merupakan lesi saraf tepi makan refleks tendon akan menghilang. Dengan pengobatan yang segera dengan penggantian plasma maka diharapkan kesembuhan segera terjadi. Pemberian imunoglobulin menolong. Dan jangan dilupakan pengobatan penunjang seperti pemberian neurotropik vitamin. Sebagian besar pasen dapat pulih normal kembali. GBS juga menjadi penyebab kelumpuhan yang tidak disebabkan oleh cedera di dunia. Patomekanisme Untuk memahami terjadinya GBS dapat diuraikan sebagai berikut: Serabut saraf terdiri dari lembaran myelin yang membungkus akson. Akson sendiri adalah perpanjangan sel saraf yang menjulur sampai ke bagian tubuh yang akan di persarafi oleh saraf tersebut. Misalnya N. Ischiadicus mempunyai kelompokl sel saraf yang terletak di cornu anterior medula spinali segmen lumbal dan kumpulan aksonnya membentuk saraf N. Ischiadicus yang mempersarafi otot-oto tungkai (AA).Otak adalah kumpulan sel-sel otak yang banyak sekali jumlahnya. Untuk dapat menggerakkan anggota tubuh seperti lengan dan tungkai maka dari otak sel otak tersebut akan menjulurkan bagian sel otak yang 35

disebut akson. Akson akan terus berjalan sepanjang tubuh dan mencapai organ yang ditujunya (AA). Otak terdiri dari dua belahan yang disebut hemisfer. Hemisfer serebri sebelah kiri erat tugasnya dengan tugas menghitung dan bicara bahasa sedangkan hemisfer sebelah kanan erat tugasnya dengan seni dan ketrampilan ruang. Otak mempunyai banyak lekuk untuk menghemat ruang yang akan mampu menampung 200 milyar sel otak yang terdiri dari sel otak neuron dan sel glia (AA). Lobus frontalis mengontrol fikiran, perencanaan, mengorganisasikan, menyelesaikan masalah, daya ingat jangka pendek dan gerakan. Lobus parietalis menginterpretasikan informasi sensorik, rasa, suhu, dan sentuhan. Lobus oksipitalis memproses bayangan yang masuk melalui mata dan menghubungkan dengan memori yang tersimpan Lobus temporalis memproses informasi yang masuk melalui penghiduan/penciuman, rasa, dan suara. Juga berperan dalam daya ingat (AA). Serebelum terletak dibawah otak belakang oksipital. Tugasnya menyelaraskan informasi sensor dari mata, telinga, dan otot untuk koordinasi gerak. Kerusakan menimbulkan intention tremor tubuh bergetar ketika akan mengambil sesuatu. Batang Otak bertugas menghubungkan otak dengan medulla spinalis mengawasi fungsi kehidupan yang vital seperti detak jantung, nafas dan tekanan darah. Di daerah ini pula terletak kendali tidur dan kesadaran (AA). Struktur Dalam Otak Berfungsi untuk emosi dan daya ingat/memori. Dikenal sebagai system limbic terdiri dari pasangan-pasangan, di kedua belah otak. Thalamus bekerja sebagai pintu gerbang pesan yang masuk antara otak dan medulla spinalis. Hipothalamus mengontrol emosi dan mengatur suhu, makan dan tidur. Hippocampus mengirimkan ingatan untuk disimpan di tempat yang disediakan di otak dan dapat di panggil kembali bila dibutuhkan (AA). Sel Saraf

36

Sel Saraf memiliki dua tipe cabang yaitu neurite atau akson dan dendrite. Dendrit membawa impuls dari luar kea rah sel dan neurite membawa impuls dari sel kea rah luar. Sel saraf saling berhubungan dengan sesame sel saraf melalui dendrite tersebut sehingga tercipta komunikasi yang efeisien dan cepat sekali (AA). Susunan Saraf Tepi Saraf tepi adalah semua saraf di tubuh keluar dari otak dan medulla spinalis. Bekerja sebagai penghantar antara otak dan anggota tubuh. Misalnya tangan menyentuh setrika panas maka seketika tangan akan ditarik karena informasi panas dibawa ke otak dan otak memerintahkan untuk menarik tangan dari setrika. Ini hanya beberapa milidetik (AA).

Neurotransmitters Neuron berhubungan dengan sel lain melalui impuls elektrik yang mendorong neurotransmitter lepas dari ujung sel saraf.Neurotransmiter lepas ke sinaps suatu celah antara dua sel saraf dan menempel ke reseptor di sel penerima. Proses ini terjadi berulang antara neuron ke neuron. Semuanya ini memungkinkan terjadinya gerakan, pikiran, perasaan dan kemampuan untuk berkomunikasi (AA). Pada GBS terjadi gangguan pada saraf tepi sehingga kekuatan kedua tungkai dan ekstremitas Terdapat berupa enam kerusakan selubung dapat jenis saraf terkena. GBS myelin dari Klasifikasi yaitu: sel.

Acute inflammatory demyelinating polyneuropathy (AIDP) gangguan terutama terjadi Miller Fisher syndrome (MFS) adalah jenis yang jarang karena berupa kelumpuhan yang menurun dari atas ke bawah jadi kebalikan dari GBS. Mula-mula otot mata yang terserang sehingga terjadi trias ophthalmoplegia, ataxia, dan areflexia. Antibodi Anti-GQ1b sering dijumpai pada 90% kasus. Acute motor axonal neuropathy (AMAN),[8] atau Chinese Paralytic Syndrome, menyerang motorik yaitu pada nodes of Ranvier dan banyak (prevalen) di China dan Mexico. Merupakan serangan auto-immune pada axoplasm saraf tepi. Sering terjadi pada

37

musim tertentu dan penyembuhan lebih cepat. Pada pasen akan terdapat anti-GD1a antibodi[9]. Antibody Anti-GD3 banyak dijumpai pada AMAN. Acute motor sensory axonal neuropathy (AMSAN) serupa dengan AMAN hanya juga disertai serangan pada serabut saraf sensorik dengan kerusakan aksonal. Seperti AMAN juga disebabkan serangan oto imun terhadap aksoplasma saraf tepi. Penyembuhan lambat dan inkomplit. Acute panautonomic neuropathy imerupakan jenis yang jarang dari GBS sering disertai ensefalopati dengan mortalitas yang tinggi. Kematian disebabkan pembesaran jantung dan disritmia, gangguan berkeringat dan kekurangan air mata. Fotofobia, keringnya rongga hidung dan mukosa mulut, gatal, mual dan muntah sering terjadi dan disfagia. Konstipasi juga dapat terjadi yang tidak hilang dengan laksan. Dan bisa pula berganti dengan diare. Gejala awal biasanya lelah dan lemas seperti lethargy, fatigue, sakit kepala, dan menurunnya kemauan, malas, lalu diikuti gangguan otonomik seperti pusing bila berdiri, mata kabur, nyeri perut, diare, mata kering, dan gangguan kencing. Yang paling sering adalah pusing bila berdiri, gangguan gastrointestinal dan kencing dan gangguan berkeringat. Bickerstaffs brainstem encephalitis (BBE), jenis lain dari Guillain-Barr syndrome. Ditandai oleh acute onset ophthalmoplegia, ataxia, gangguan kesadaran, hyperreflexia or Babinskis sign (Bickerstaff, 1957; Al-Din et al.,1982). Perjalanan penyakit monofasik atau sering relaps. Gangguan patologi terutama di batang otak, pons, midbrain, dan medulla. Meski pada fase awal terlihat parah prognosis baik. Diagnosis dengan MRI. Sebagian pasen BBE mempunyai hubungan dengan axonal Guillain-Barr syndrome, menjadi indikasi bahwa kedua penyakit ini mempunyai kesamaan.

Gejala dan Tanda (Signs and symptoms) Penyakit GBS ditandai dengan gangguan kelemahan yang bersifat simetris. Pada awalnya menyerang kedua tungkai dan kemudian berangsur-angsur naik ke lengan. Pasen biasanya mengeluh kedua tungkai terasa berat dan merasakan seperti ada beban dan perasaan gringgingen serta tebal. Ada juga rasa disestesia (numbness atau tingling). Penyakit berlanjut keatas dalam waktu beberapa jam atau hari dan kemudian otot wajah

38

dan lengan mulai lemah. Sering kali saraf otak bagian bawah terkena. Disebut juga kelumpuhan tipe bulbar dan menimbulkan oropharyngeal dysphagia, dengan kesulitan menelan mengisap air liur dan sulit bernafas. Sebagian besar pasen perlu perawatan rumah sakit (MRS) dan sekitar 30% perlu bantuan ventilator [11]. Kelemahan otot wajah dapat terjadi tapi otot mata jarang terkena. Bila otot wajah dan otot mata terkena maka kemungkinan besar kasus tersebut adalah Sindroma Miller-Fisher (varian Miller-Fisher). Hilangnya sensorik biasanya berupa sensasi proprioception (rassa posisi) dan areflexia (hilangnya refleks tendo) tanda khas GBS. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu biasanya ringan. Dan semsasi nyeri bahkan bertambah pada otot yang terkena. Rasanya seperti nyeri orang yang kelelahan. Nyeri ini biasanya hilang sendiri dan dapat diobati dengan analgesic biasa. Gangguan kandung kencing dapat terjadi pula pada kasus yang parah. Tetapi bersifat sementara. Bila gangguan kandung kencing berlebihan perlu dipertimbangkan kelainan medulla spinalis. Demam jarang ada dan bila ada harus dipikirkan kemungkinan suatu sebab yang lain. Pada keadaan yang berat hilangnya fungsi otonom dapat terjadi berupa tekanan darah yang naik dan turun berfluktuasi, hipotensi orthostatik dan aritmia jantung. Penyebab paralisi akut Guillain-Barr Syndrome dapat dihubungkan dengan faktor blokade sodium channel di cairan spinal (cerebrospinal fluid (CSF)). Gangguan pemberian SIADH dapat terjadi akibat pemberian air dan garam secara intravena yang tidak tepat. Gejalanya serupa dengan progressive inflammatory neuropathy.[12] Semua bentuk Guillain-Barr syndrome merupakan akibat respons immune terhadap antigen asing (seperti infeksi) yang menjadi salah sasaran. Target sebenarnya dari antigen tersebut diduga adalah gangliosides, suatu bahan alami yang terdapat dalam junlah besar dalam saraf manusia. Sedangkan infeksi penyebab paling sering adalah bakteri Campylobacter jejuni.[13] Namun demikian 60% kasus tidak diketahui kuman penyebabnya, dimana diduga dapat berupa virus influenza atau semacam reaksi imun terhadap virus influenza. Akibat serangan oto imun terhadap saraf tepi adalah kerusakan mielin selaput pembungkus saraf dan gangguan hantaran saraf.sehingga menimbulkan kelumpuhan otot dan gangguan otonomik dan sensorik. Pada kasus yang ringan akson mungkin tidak terlalu terganggu dan penyembuhan kembali cepat berlangsung dengan remielinasi. Sebaliknya pada kasus yang parah terjadi kerusakan akson dan penyembuhan

39

berlangsung lama. Diperkirakan 80% kasus GBS terhadi kehilangan mielinof sedangkan pada yang dua puluh persen kehilangan akson.GuillainBarr Syndrome tidak seperti multiple sclerosis (MS) dan penyakit ALS (Lou Gehrigs disease (ALS), yang menyebabkan kerusakan otak dan medulla spinalis. Vaksin Influenza. GBS dapat terjadi meskipun jarang sebagai akibat efek samping pemberian vaksin influenza, hasil penelitian Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) dengan frekuensi 1 per sejuta vaksin. [15] Ada laporan sehubungan dengan vaksinasi swine flu (flu babi) maka 500 orang terkena GBS pada saat tahun 1976. Dua puluh lima orang diantaranya meninggal akibat komplikasi gangguan paru yang parah dan menyebabkan vaksinasinya dihentikan.[16] Namun, peran vaksin pada kasus tersebut tetap tidak jelas, karena GBS mempunyai insidens yang rendah di masyarakat. Ada dugaan kejadian tersebut berhubungan dengan kontaminasi bakteri pada vaksin tersebut. Pada pemberian vaksin yang terakhir 6 Oktober hingga 24 November, 2009, the U.S. CDC, VAERS reporting system, menerima laporan 4 kasus dari 46.2 million dosis vaksin yang diberikan. Diagnosis Diagnosis GBS ditegakkan dengan adanya kelumpuhan yang akut, areflexia, tidak ada demam saat kelumpuhan, dan hasil pemeriksaan cairan spinal. Cairan spinal diperoleh dari pungsi lumbal dan pemeriksaan elektromiografi (EMG) berupa tes hantaran saraf pada otot yang lumpuh. Cairan spinal (cerebrospinal fluid)Disosiasi albumino sitologis sering dijumpai berupa albumin tinggi tetapi jumlah sel tetap. Protein naik hingga 1001000 mg/dL, tanpa disertai kenaikan jumlah sel (pleositosis). Bila dijumpai sel meningkat maka diagnosis GBS perlu dipertimbangkan. Elektrodiagnosis.Pemeriksaan Electromyography (EMG) dan nerve conduction study (NCS) dapat menunjukkan latensi yang memanjang dan perlambatan hantaran atau blok hantaran dan potensial aksi kompleks pada kasus demielinating. Pada kerusakan akson dapat amplitude menurun tanpa perlambatan hantaran.

40

Kriteria Diagnosis Utama Kelumpuhan yang progresif, simetris kedua tungkai atau disertai lengan akibat neuropati, Areflexia, Penyakit berlangsung lebih dari 4 pekan., Faktor Eksklusi sebab-sebab lain.

Pendukung Kelumpuhan yang relative simetris dan adanya nyeri atau rasa tebak pada tungkai yang terkena, Gangguan sensori ringan, Gangguan saraf fasial dan saraf otak lain, Tidak ada demam Perubahan temuan cairan spinal (CSF), Elektrodiagnostik ada tanda demielinasi Diagnosis Banding acute myelopathies dengan chronic back pain dan sphincter dysfunction, botulism dengan hilangnya refleks pupil yang cepat, diphtheria dengan disfungsi oropharyngeal yang cepat, Lyme disease polyradiculitis dan kelumpuhan karena gigitan kutu (tick-borne), porphyria dengan nyeri abdomen, kejang, psikosis, vasculitis neuropatia, poliomyelitis dengan demam dan tanda meningeal, CMV polyradiculitis pada pasen dengan immunokompromis, neuropatia pada penyakit kritis, miastenia gravis, Keracunan dengan organofosfat, keracunan bahan hemlock, thallium, atau arsen, Kelumpuhan karena virus West Nile, astrositoma spinal, Penyakit Motor Neuron, Virus West Nile dapat menimbulkan penyakit neurologis yang fatal seperti ensefalitis, meningitis, Guillain-Barre syndrome, dan mielitis anterior, Ensefalomielitis Mialgik Parah/Sindroma Fatig Kronik. Managemen Pada umumnya suportif. Monitor semua fungsi vital. Hati-hati dengan gagal nafas yang disebabkan kelumpuhan otot nafas. Pasang intubasi pada pasen dengan kapasitas vital menurun (vital capacity (VC) <20 ml/kg), Negative Inspiratory Force (NIF) 40 tahun,riwayat diare sebelumnya, adanya kelumpuhan otot nafas, titer anti-GM1 tinggi, kekuatan ekstremitas atas lemah.

41

BAB VIII GANGGUAN SISTEM SARAF PUSAT Sistem saraf manusia dapat mengalami gangguan kerja berupa penyakit atau kelainan lainnya. Contoh penyakit pada sistem saraf manusia: 1. Multiple schlerosis (MS=Sklerosis Ganda atau disseminated sclerosis) MS merupakan penyakit saraf kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat menyebabkan gangguan organ seperti: rasa sakit, masalah penglihatan, berbicara, depresi, gangguan koordinasi dan kelemahan pada otot sampai kelumpuhan.

42

2. Sakit Kepala Sakit Kepala Tension Sakit Kepala Migren Sakit Kepala Cluster

3. Stroke Stroke Iskemik Perdarahan Intrakranial Serangan Iskemik Sesaat Hemorrhagic Stroke Intracerebral Hemorrhage Subarachnoid Hemorrhage

4. Pusing dan Vertigo Vertigo Pusing (Pening) Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Benign Positional Vertigo)/BPPV

5. Kelainan Saraf Kranial Neuralgia Trigeminal (tic douloureux) Neuralgia Glossofaringeal Bell's Palsy Paralisa Bell Conjugate Gaze Palsy Diffuse Axonal Injury Kejang hemifacial (Hemifacial Spasm) Gangguan pada saraf Hypoglossal (Hypoglossal Nerve Disorders) Internuclear Ophthalmoplegia Kelumpuhan Syaraf Kranial yang mengontrol Pergerakan Mata Kelumpuhan syaraf cranial ke-3 (syaraf oculomotor) Kelumpuhan syaraf cranial ke-3 (syaraf Trochlear) Kelumpuhan syaraf cranial ke-6 (syaraf abducens)

6. Infeksi Otak & Medula Spinalis Meningitis Kronis Infeksi Virus Abses Otak Empiema Subdural Infeksi Parasit Pada Otak & Medula Spinalis 43

Cavernous Sinus Thrombosis

7. Gangguan Tidur Hipersomnia Narkolepsi Insomnia (kesulitan tidur) Sindroma Tidur Apneu Parasomnia

8. Kelainan Gerak Mioklonus multifokal Sindroma Tourette Penyakit Huntington (korea Huntington) Distonia Tremor Kram Kecegukan (Hiccups) Korea & Atetosis Penyakit Parkinson Kelumpuhan Supranuklear Progresif Sindroma Shy-Drager Kelainan Koordinasi Ataksia (ataxia) Parkinsonism Multiple System Atrophy Gerenyet (Tics) Chorea, Athetosis, dan Hemiballismus

9. Penyakit Medula Spinalis Cedera Medula Spinalis Akibat Kecelakaan Kompresi Medula Spinalis Spondilosis Servikalis Kista Medula Spinalis & Otak Mielitis Transversus Akut Gangguan Aliran Darah Ke Medula Spinalis Hematoma Spinalis Kelainan Akar Saraf Medula Spinalis Ruptur Diskus Vertebralis Hereditary Spastic Paraparesis (HSP) Syrinx 44

Tropical Spastic Paraparesis/HTLV-1 yang Berhubungan dengan Myelopathy Degenerasi Kombinasi Subakut

10. Nyeri Nyeri Herniated nucleus pulposus (slipped disk) Sciatica Nyeri Punggung Bawah

11. Kejang Kejang Epilepsi

12. Cedera Kepala Cedera Kepala Tengkorak Retak Luka Memar dan Goresan pada Otak Gegar Otak

13. Tumor Pada Sistem Saraf Tumor Otak Tumor Medula Spinalis Neurofibromatosis Sindroma Paraneoplastik Kerusakan Sistem Saraf Karena Penyinaran

14. Gangguan Kesadaran - Stupor & Koma 15. Gangguan Mental Delirium Demensia Alzheimer

16. Kelainan Panca Indra Kelainan Penciuman & Pengecapan

17. Hidrocephalus

45

Tanda hidrocephalus berupa pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang ada di sekitar otak. Akibatnya, dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan gangguan organ tubuh.

Daftar pustaka Irianto K, 2008, Struktur dan fungsi tubuh manusia untuk paramedis, Cetakan V, Yrama Widya, Bandung Lumbantobing, 2001, Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental, Balai penerbit FK UI, Jakarta Syaifuddin, 2006, Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta Tambayong, J, 2001, Anatomi&fisiologi untuk keperawatan, Cetakan I, EGC, Jakarta Tambayong, J, 2000, Patofisiologi untuk keperawatan, Cetakan I, EGC, Jakarta

46

You might also like