You are on page 1of 6

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik tertentu bila dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa matematika itu berkenaan dengan ideide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dengan penalaran bersifat deduktif. Karena matematika tesusun secara hierarkis yang satu sama lainnya berkaitan erat, maka untuk memahami konsep matematika perlu memperhatikan konsep sebelumnya. Ini berarti belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajar yang lalu. Matematika diajarkan hampir di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Pendidikan matematika mencakup proses mengajar, proses belajar, dan proses berpikir. Proses mengajar dilakukan oleh pengajar dan proses belajar dilakukan siswa sebagai anak didik. Dalam kegiatan belajar mengajar matematika, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan kemampuan ini antara lain adalah kecepatan dalam menangkap informasi, cara menyampaikan informasi atau pengetahuannya,

kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain. Kompetensi kognitif siswa tersebut berkaitan dengan proses berpikir mereka, dimana setiap siswa memiliki proses berpikir yang berbeda-beda. Menurut data di Trends In Mathematics and Science Study (TIMSS) 1999, Indonesia berada pada urutan 34 dari 38 negara dan hasil studi TIMSS tahun 2003 untuk siswa kelas VII masih menempatkan Indonesia pada urutan ke 34 dari 46 negara . Sedangkan hasil TIMSS terbaru 2007 menempatkan Indonesia pada urutan ke 36 dari 48 negara tentang penguasaan matematika untuk Sekolah Menengah Pertama. Dengan demikian peringkat matematika Indonesia di dunia masih dikatakan

rendah. ( http://www.Sinarharapan.co.id ). Rendahnya prestasi matematika juga dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian tengah semester siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta. Berdasarkan data nilai guru, rata-rata hasil ujian tengah semester siswa kelas VII tahun 2011 adalah 55,2. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai matematika siswa masih dibawah batas tuntas yaitu nilai 60 maka dapat disimpulkan bahwa proses mengajar belajar matematika di SMP Negeri 14 Surakarta kurang maksimal. Banyak faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya prestasi matematika siswa diantaranya yaitu metode yang diterapkan oleh guru tidak sesuai dengan materi terkait, kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, rendahnya kemampuan intelektual siswa dalam menyelesaiakan soal, gaya belajar siswa yang hanya sekedar menghafal tanpa memahami konsep yang harus dipahami dan lain-lain. Mencermati rendahnya prestasi belajar matematika siswa, perlu adanya peningkatan pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan misalnya adalah pembelajaran matematika yang mengacu pada penguasaan pemecahan masalah. Dalam jurnal Nuralam (2009) menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan cara yang baik untuk meningkatkan penguasaan matematika siswa. Suharnan (2005) dalam jurnal Dewiyani (2008) menyatakan bahwa untuk melakukan pemecahan masalah harus melibatkan proses berpikir dan harus dilakukan dengan penuh usaha. Hal ini mengartikan bahwa jika tanpa proses berpikir maka bukan merupakan suatu pemecahan masalah. Dengan demikian untuk mengetahui sejauh mana proses berpikir siswa dapat dilakukan dengan upaya pemberian soal matematika yang bersifat pemecahan masalah Dan biasanya soal-soal semacam itu di matematika dituangkan ke dalam bentuk soal cerita. Soal cerita adalah suatu persoalan yang berbentuk cerita dimana siswa harus mencari tahu apa yang dipermasalahkan pada soal tersebut. Permasalahan tersebut tidak dapat langsung diselesaikan oleh siswa, tetapi terlebih dahulu harus dipahami oleh siswa, setelah itu menterjemahkan ke dalam model matematikanya. Dari model matematika tersebut, siswa harus mampu memilih rumus yang sesuai untuk menyelesaikan persoalan tersebut, kemudian melakukan perhitungan dengan cermat dan teliti.

Dengan demikian untuk menyelesaiakan soal cerita siswa harus memahami materi sebelumnya atau materi prasyarat, misalnya soal cerita bangun datar segiempat, untuk menyelesaiakan soal cerita tersebut siswa harus paham tentang rumus luas dan keliling bangun datar segiempat (persegi-panjang, persegi, jajargenjang, trapesium, layang-layang, dan belah-ketupat ). Guru dapat mengetahui proses berpikir siswa dari sejauh mana siswa mampu menyelesaikan soal cerita berdasarkan empah tahapan pemecahan masalah Polya yaitu tahap pertama memahami soal, siswa mengidentifikasikan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal tersebut. Tahap kedua adalah menyusun rencana penyelesaian, siswa mulai memikirkan penyelesaian dengan membuat algoritmanya yaitu mencari hubungan antara apa yang ditanyakan dengan apa yang diketahui. Tahap ketiga melaksanakan rencana penyelesaian, siswa melakukan operasi aritmatika aljabar untuk menghitung penyelesaiannya. Dan tahap terakhir adalah memeriksa kembali, dari hasil yang telah diperoleh siswa masih dituntut untuk memeriksa kembali hasil penyelesaian dengan cara mensubtitusikan hasil tersebut ke dalam soal semula sehingga dapat diketahui kebenarannya. Berdasarkan empat tahapan pemecahan masalah Polya tersebut, maka pada penelitian ini ditetapkan empat tingkatan ( level ) proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita sebagai berikut : Level 1:siswa tidak mampu melaksanakan empat langkah pemecahan masalah Polya sama sekali. Level 2 : siswa mampu memahami masalah. Level 3 : siswa mampu melaksanakan tahap memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, dan tahap melaksanakan rencana penyelesaian. Level 4 : siswa mampu melaksanakan tahap memahami soal, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan tahap memeriksa kembali.

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana proses berpikir siswa berdasarkan pemecahan masalah dengan judul ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR SEGIEMPAT BERDASARKAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH POLYA.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat

mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita, kemungkinan hal ini disebabkan karena metode mengajar guru yang digunakan tidak sesuai dengan proses berpikir siswa, padahal dalam pemilihan metode pembelajaran guru haruslah mengetahui sejauh mana proses berpikir siswanya. Terkait dengan hal ini akan diteliti proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita. 2. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita, kemungkinan disebabkan karena siswa kurang menguasai langkahlangkah dalam pemecahan masalah. Karena didalam pemecahan masalah harus melibatkan proses berpikir. Terkait dengan hal ini akan diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses berpikir siswa SMP dalam menyelesaikan soal cerita. 3. Pemahaman siswa terhadap materi prasyarat untuk menyelesaikan soal cerita masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Oleh karena itu dapat diteliti apakah tingkat pemahaman siswa terhadap materi prasyarat untuk

menyelesaikan soal cerita berpengaruh pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tersebut. Tidaklah mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak pertanyaan dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini hanya menganalisis masalah kedua dari tiga masalah yang telah diidentifikasi di atas yaitu : 1. Analisis proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita. 2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

C. Pembatasan Masalah Dalam identifikasi masalah tersebut di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah secara mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dibatasi pada siswa kelas VII SMP N 14 Surakarta. 2. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan bangun datar segiempat berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya. 3. Subyek penelitian dibatasi pada hasil pekerjaan sebagian siswa yang terpilih untuk dianalisis berdasarkan hasil pikirannya dalam

menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan bangun datar segiempat.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses berpikir siswa kelas VII SMP N 14 Surakarta dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan bangun datar segiempat berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses berpikir siswa kelas VII SMP N 14 Surakarta dalam menyelesaikan soal cerita bangun datar segi-empat berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya?

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui proses berpikir siswa kelas VII SMP N 14 Surakarta dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan bangun datar segi-empat berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses berpikir siswa kelas VII SMP N 14 Surakarta dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan bangun datar segi-empat berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya.

F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Memberi masukan bagi guru matematika SMP, khususnya Guru SMPN 14 Surakarta agar dapat menerapkan metode yang sesuai dengan proses berpikir siswa. 2. Memberi masukan bagi para pembaca bahwasannya dalam pemecahan masalah melibatkan proses berpikir. 3. Untuk menjadi referensi, bahan pertimbangan, acuan bagi penelitian sejenis.

You might also like