You are on page 1of 8

DRA.

HERIBERTA, ME NIP 131 765 744

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2007

TEORI PERMINTAAN UANG


Teori moneter didasari oleh teori kuantitas, yang
terdapat pada teori klasik. Oleh karenanya asumsi yang digunakan sesuai dengan asumsi yang terdapat dalam teori klasik. Pada dasarnya, teori kuantitas tradisional dapat dikelompokkan dalam tiga pendekatan (versi) yang masing-masing memiliki tekanan yang berbedabeda. Ketiga pendekatan tersebut adalah : Pendekatan transaksi - velositas (transaction-velocity Approach) Pendekatan cash balance (keseimbangan tunai) Pendekatan/versi pendapatan

Evolusi bentuk uang

Uang berasal dari pisau di negara Cina. Segala


macam jual beli dilakukan dengan menggunakan pisau sebagai alat tukar. Pisau berfungsi sebagai pisau biasa yaitu alat memotong, mengupas dan lain-lain, tetapi telah benar-benar menjadi uang yang beredar dari satu tangan ke tangan lain. Karena ukuran dan beratnya yang cukup merepotkan untuk dibawa-bawa, timbul gagasan untuk menggunakan pisau yang lebih kecil sebagai penganti. Kemudian, agar lebih praktis, bentuk uang pisau itu mengalami beberapa kali perubahan, dan akhirnya hanya tinggal pangkalnya (genggaman) saja yang berbentuk bulat seperti uang logam (coin).

Penggunaan suatu komoditi sebagai uang, yang kemudian juga


sebagai alat tukar secara langsung, tidaklah efisien. Oleh karenanya kemudian digunakan bentuk yang lebih representatifnya sebagai pengganti komoditi yang sekaligus jadi uang Bentuk representatif ini yang akan beredar dan yang akan digunakan oleh masyarakat sebagai uang. Misalnya pada standar emas, yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat tukar adalah sertifikat yang menyatakan suatu nilai emas tertentu yang menjadi pendukung (backing) sebagai uang. Dengan demikian, dalam traksaksi, yang digunakan sebagai alat bayar adalah sertifikat tersebut dan masyarakat tidak perlu membawa-bawa emas lagi untuk keperluan transaksi. Sertifikat emas dijamin nilainya, sesuai dengan yang tertulis, dan setiap saat dapat ditukar dengan emas. Sertifikat semacam ini disebut uang representatif, karena menunjukkan nilai sesungguhnya dari komoditi (emas) yang diwakilinya dan benar-benar sesuai dengan jumlah emas yang ada.

Agar dapat dianggap baik, dalam arti mampu memenuhi fungsinya di samping tetap efisien dan praktis, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh komoditi yang akan dijadikan uang. Syarat-syarat tersebut adalah : 1. memiliki nilai standar yang nyata, 2. dapat dipecah-pecah menjadi satu-satuan yang lebih kecil, 3. mudah dibawa, 4. tahan lama, dan 5. nilainya tidak mudah berubah/dipengaruhi oleh tingkat penawaran dan biaya produksinya. Syarat ini umum dapat dipenuhi oleh bahan logam. Pada zaman kuno, besi dan tembaga sudah digunakan sebagai uang. Tetapi, karena teknik penambangan dan peleburan bahan ini sudah semakin maju dan relatif mudah, kedua bahan ini menjadi tidak langka lagi. Semenjak itu emas dan perak lebih banyak digunakan sebagai uang.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga


Kebijakan Moneter Suku Bunga, Biaya ModalInvestasi/ konsumsi dan Jumlah Uang Beredar Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga

Kebijakan Moneter

Suku Bunga

Biaya Modal

Investasi/ konsumsi

Jumlah Uang Beredar

SEJARAH PERKEMBANGAN UANG

Kesulitan utama perekonomian barter adalah perlunya

dipenuhi syarat double coincidence of want. Contohnya: orang yang memiliki sapi dan membutuhkan pakaian, maka barter baru dapat berlangsung hanya dan bila hanya orang tersebut bertemu dengan orang lain yang kebetulan memerlukan sapi dan memiliki pakaian sebagai penukarnya. Jika orang yang memiliki pakaian ternyata hanya mau menukar pakaiannya dengan beras, maka orang mencari orang lain yang memiliki beras dan mau menukarkan dengan sapi. Setelah memperoleh beras, barulah dia dapat melakukan barter dengan orang yang mempunyai pakaian.

Sejarah mencatat bahwa emas dan perak pernah digunakan sebagai uang.
Penggunaan keduanya sebagai standar nilai tukar disebut sebagai penggunaan standar bimetallic. Dengan sistem bimetallik, pemerintah menetapkan rasio perbandingan nilai antara kedua jenis logam tersebut. Misalnya, antara tahun 1792 1834 di Amerika Serikat pemerintah menetapkan rasio perbandingan perak terhadap emas adalah 15 : 1; artinya 15 ons perak dapat ditukar dengan 1 ons emas dan sebaliknya. Pada masa penetapan tersebut nilai perak dan emas sebagai komoditi bebas sama dengan nilainya sebagai uang, dalam hal ini uang disebut sebagai fullbodied, sedangkan jika daya beli uang (nilai uang) lebih besar dibanding nilai komoditinya, uang disebut sebagai token money.

Contohnya token money adalah uang kertas senilai Rp. 10.000,00; harga
nilai kertasnya sendiri (komoditinya) tidak setinggi itu. Kelemahan sistem bimetalik ini, seperti diterangkan oleh hukum Gresham (Sir Thomas Gresham, 1558), menyebabkan diubahnya standar uang yang semula didasarkan atas 2 macam logam menjadi standar emas saja. Dengan standar emas, satuan moneter (uang) ditentukan oleh jumlah dan kualitas tertentu dari emas, dan orang bebas mempertukarkan emas dengan uang.

You might also like