You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Birokrasi diartikan sebagai sistem pemerintahan yang di jalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan. Pada masa orde baru, kondisi birokrasi Indonesia mengalami sakit yang sangat akut sehingga banyak terjadi penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi, nepotisme dan inefisiensi. Pada saat itu birokrasi sering dijadikan alat oleh penguasa untuk mengkooptasi masyarakat dengan tujuan mempertahankan dan memperluas kekuasaan partai tertentu. Padahal sebagai aktor pelayan masyarakat, birokrasi harus bersikap netral dan adil dalam memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Menurut MenPAN, reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan sistem birokrasi yang bersih, bertanggung jawab, dan responsif terhadap setiap kebutuhan masyarakat sehingga siap menghadapi era persaingan global. Reformasi birokrasi juga diarahkan pada upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi secara berkelanjutan untuk menciptakan good governance dan clean governance. Maka sudah seharusnya pemerintah memiliki komitmen untuk melakukan penguatan lembaga hukum seperti KPK, kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan Ombudsman yang merupakan salah satu indikator komitmen bangsa dalam penciptaan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN. Era reformasi yang diharapkan mampu merubah Indonesia ke arah yang lebih baik ternyata terkendala oleh mental birokrasi yang tidak mau berubah. Menurut laporan Political and Economic Risk Consultancy (PERC), birokrasi Indonesia masih termasuk kategori sangat buruk. Para eksekutif bisnis yang disurvei PERC berpendapat masih banyak birokrat Indonesia yang memanfaatkan posisi mereka untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. PERC juga masih menempatkan Indonesia dalam kelompok negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi.

1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan identifikasi masalah dalam makalah ini seperti: 1.2.1 Bagaimana reformasi birokrasi di Indonesia? 1.2.2 Apakah tujuan reformasi birokrasi? 1.2.3 Apakah hubungan reformasi birokrasi dengan pembangunan ekonomi? 1.2.4 Bagaimana kelemahan dan permasalahan reformasi birokrasi di Indonesia? Dan apa dampaknya bagi pembangunan perekonomian Indonesia?

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Reformasi 2.1.1 Pengertian Reformasi Secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru Kendati demikian, kata Reformasi sendiri pertama-tama muncul dari gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16, yang dipimpin oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli,Yohanes Calvin, dll.

2.2 Birokrasi 2.2.2 Pengertian Birokrasi Berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan sebagai : a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh makan pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya.

Definisi birokrasi ini mengalami revisi, dimana birokrasi selanjutnya didefinisikan sebagai a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, dan
3

b. Cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai. Berdasarkan definisi tersebut, pegawai atau karyawan dari birokrasi diperoleh dari penunjukan atau ditunjuk (appointed) dan bukan dipilih (elected).

2.2.3 Ciri-ciri Birokrasi (Menurut Max Weber) a. Jabatan administratif yang terorganisasi/tersusun secara hirarkis b. Setiap jabatan mempunyai wilayah kompetensinya sendiri c. Pegawai negeri ditentukan, tidak dipilih, berdasarkan pada kualifikasi teknik yang ditunjukan dengan ijazah atau ujian d. Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukannya. e. Pekerjaan merupakan karir yang terbatas, atau pada pokoknya, pekerjaannya sebagai pegawai negeri. f. Para pejabat tidak memiliki kantor sendiri. g. Para pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan. h. Promosi didasarkan pada pertimbangan kemampuan yang melebihi rata-rata.

2.3 Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Menurut MenPAN, reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan sistem birokrasi yang bersih, bertanggung jawab, dan responsif terhadap setiap kebutuhan masyarakat sehingga siap menghadapi era persaingan global. Reformasi birokrasi juga diarahkan pada upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi secara berkelanjutan untuk
4

menciptakan good governance dan clean governance. Oleh karenanya, seharusnya pemerintah memiliki komitmen untuk melakukan penguatan lembaga hukum seperti KPK, kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan Ombudsman yang merupakan salah satu indikator komitmen bangsa dalam penciptaan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Reformasi Birokrasi di Indonesia Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Melihat pengalaman sejumlah Negara menunjukan bahwa reformasi birokrasi merupakan langkah awal untuk mencapai kemajuan sebuah Negara. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap system penyelenggaraan pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efesien tapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi memang akan diterapkan dijajaran kementerian dan lembaga pemerintah. Mereformasi birokrasi kementerian dan lembaga memang sudah saatnya dilakukan sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi saat ini. Dimana birokrasi dituntut untuk dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat dan profesional. Birokrasi merupakan faktor penentu dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Oleh sebab itu cita-cita reformasi birokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Reformasi birokrasi di Indonesia menempatkan pentingnya rasionalisasi birokrasi yang menciptakan efesiensi, efektifitas, dan produktifitas melalui pembagian kerja hirarkikal dan horizontal yang seimbang, diukur dengan rasio antara volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya disertai tata kerja formalistic dan pengawasan yang ketat. Penataan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah didasarkan pada visi, misi dan sasaran startegis, agenda kebijakan, program dan kinerja kegiatan yang terencana dan diarahkan terbangunannya sosok birokrasi dengan tugas dan bertanggungjawaban terbuka dan aksessif. Penyederahanaan tata kerja dalam hubungan intra dan antar aparatur serta antar aparatur dengan masyarakat dan dunia usaha yang berorientasi pada criteria dan mekanisme
6

yang impersonal terarah pada penerapan pelayanan prima. Reformasi birokrasi juga merupakan langkah strategis membangun sumber daya aparatur Negara yang professional, memiliki daya guna dan hasil guna yang professional dalam rangka menunjang jalannnya pemerintah dan pembangunan nasional. Pelaksanaan reformasi birokrasi telah mendapatkan landasan yang kuat melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand DesignReformasi Birokrasi 2010-2025. Selanjutnya, dalam implementasinya telah ditetapkan landasan operasional dalam bentuk Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Kemajuan yang cukup berarti, dalam tahun 2010 ini, sebanyak 9 kementerian/lembaga telah melaksanakan reformasi birokrasi instansi (RBI). Dengan demikian, saat ini sudah terdapat 13 K/L yang melaksanakan RBI. Dalam rangka meningkatkan koordinasi, menajamkan dan mengawal pelaksanaan reformasi birokrasi, telah ditempuh langkah-langkah kebijakan, antara lain; penerbitan Keppres 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional, yang disempurnakan menjadi Keppres Nomor 23 Tahun 2010; Keputusan Menpan dan RB Nomor 355 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Independen, dan Keputusan Menpan dan RB Nomor 356 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Penjamin Kualitas. Pada akhirnya keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi akan sangat mendukung dalam penciptaan good dovernance karena reformasi birokrasi merupakan inti dari upaya penciptaan good governance, sehingga akan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan investasi di Indonesia yang berujung pada peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang membawa implikasi terhadap kesejahteraan rakyat.

3.2 Tujuan Reformasi Birokrasi Terciptanya good governance, yaitu tata pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa Memperbaiki kinerja birokrasi agar lebih efektif dan efisien Terciptanya birokrasi yang profesional, netral, terbuka, demokratis, mandiri, serta memiliki integritas dan kompetensi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selaku abdi masyarakat dan abdi negara Mewujudkan sistem pemerintahan yang bebas KKN
7

Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat

3.3 Reformasi Birokrasi dan Pembangunan Ekonomi Berakhirnya pemilihan umum (pemilu) di Indonesia menguatkan harapan meneruskan reformasi birokrasi. Secara teoretis dan realitas praktik manajemen pemerintahan menunjukkan bahwa good governance berkorelasi positif terhadap penurunan kemiskinan, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi suatu bangsa,pencapaian millennium development goals (MDGs), serta peningkatan investasi dan daya saing nasional. Menurut World Economic Forum, hambatan utama dalam membangun daya saing suatu negara adalah persoalan kelembagaan. Over-regulasi, korupsi, ketidakjujuran menyelesai kan kontrak sosial, kurang transparan dan kredibilitas, berpengaruh secara signifikan terhadap high-cost economy dan memperlambat pembangunan ekonomi. Tidaklah mengherankan bila dalam sistem kompetisi global pemerintah dituntut untuk menciptakan sistem birokrasi yang bersih, bertanggung jawab, dan responsif terhadap setiap kebutuhan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan dalam reformasi birokrasi di Indonesia. Departemen Keuangan, kepolisian, dan sejumlah pemerintah daerah telah aktif menata kembali kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), kualitas dan kecepatan pelayanan, otomatisasi dan data kepegawaian. Kualitas good governance suatu negara juga menjadi indikator utama untuk menarik investasi asing (foreign direct investment). Negara di Asia dan di Amerika Latin saling berlomba untuk menaikkan indeks good governance demi mencitrakan negaranya memiliki iklim kondusif untuk berinvestasi. Membangun kultur, pola pikir, dan perilaku membutuhkan sistem terpadu, tidak sektoral, apalagi spasial. Kepemimpinan yang melihat persoalan administrasi pemerintah secara utuh dan tidak parsial sangat ditunggu.Bagaimana menggabungkan antara keketatan prosedur dan inovasi aparatus negara menjadi salah satu contoh. Prosedur untuk mengurangi potensi penyimpangan melalui kontrol administrasi dan anggaran akan mematikan kreativitas dan daya inovasi pelayanan publik. Desain reformasi birokrasi juga dituntut mampu menyeimbangkan kewenangan dan tanggung jawab pusatdaerah. Selain itu, pemisahan tugas perlu diiringi oleh ukuran pencapaian kinerja yang terukur. Pada saat bersamaan, penyederhanaan aturan perlu dilakukan agar tidak terkesan tumpang tindih dan menjadi sangat birokratis.
8

Dihadapkan pada masyarakat yang semakin kompleks, pemerintah membutuhkan paradigma baru dalam mengelola administrasi birokrasi.Kepemimpinan dibutuhkan untuk mewujudkan pemerintah sebagai katalisator (catalyticgovernment) pembangunan dan pemerataan ekonomi.Pemerintah dan birokrasi berfungsi menjembatani dan me-leverage semua potensi yang dimiliki bangsa. Pemerintah menjadi institusi yang memberdayakan (empowering) dan bukan mengerem dinamika aktivitas ekonomi.Sangat diharapkan pemerintah dan birokrasi menjadi pemain penting, selain sektor swasta, untuk menciptakan daya saing nasional. Pembangunan sistem birokrasi yang andal menjadi lebih mudah pada sistem yang kecil dibandingkan sistem kompleks. Selain itu, kemampuan untuk menyerap (absorptive capacity) daerah lain juga perlu ditumbuhkan.Penataan birokrasi secara bottom-up sesuai karakteristik masing-masing daerah perlu difasilitasi oleh pemerintah pusat tanpa mengorbankan standar kepatutan. Dengan demikian, reformasi birokrasi dapat terjadi secara sporadis-sistemik untuk menciptakan pemerintahan yang berdaya saing.

3.4 Kelemahan dan Permasalahan Reformasi Birokrasi serta Dampaknya bagi Pembangunan Ekonomi Hingga lebih dari 10 tahun, upaya reformasi birokrasi belum menunjukkan hasil. Birokrasi masih dikooptasi elite politik. Akibatnya, korupsi kebijakan yang merugikan banyak dan merusak sistem tata negara justru makin berkembang. Birokrasi masih terkooptasi kepentingan politik sehingga sulit untuk direformasi. Sumber keuangan negara ada di birokrasi. Sistem birokrasi yang tidak jelas memberikan keuntungan bagi elite politik untuk mengambil uang negara bagi kepentingan politik pribadi. Presiden adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap percepatan proses reformasi birokrasi. Hal paling mudah untuk membuat sistem birokrasi profesional dan independen adalah melalui perekrutan. Penentuan pejabat eselon I seharusnya tidak lagi tergantung dari sistem politik, tetapi berasal dari sistem birokrasi yang baik. Oleh karena itu, pemisahan antara sistem politik dan sistem birokrasi sangat relevan untuk dilakukan di Indonesia saat ini. Sistem birokrasi yang tidak netral dan tidak prfesional hanya akan melanggengkan korupsi di tingkat kebijakan yang selama ini terjadi. Korupsi di tingkat kebijakan justru sangat merugikan rakyat dan merusak sistem kenegaraan yang ada.
9

Terlebih lagi, korupsi ini dilegitimasi melalui kebijakan politik formal sehingga para pelakunya tidak dapat dituntut secara hukum. Untuk menyelaraskan politik dan birokrasi perlu sistem pemerintahan yang tegas dalam mengatur wilayah kerja masing-masing pihak. Wilayah yang tidak dapat disentuh politisi dan tidak dapat dijamah birokrat harus diperjelas. Selain itu, seperti yang kita tahu, kasus korupsi di Indonesia semakin luas dan merajalela. Perilaku seperti ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di negeri ini. Sebagai negara yang menggunakan adat dan budaya ketimuran yang sangat menjunjung tinggi nilai - nilai moralitas dan kejujuran, sangat miris rasanya bila mengetahui bahwa negara ini menempati posisi 2 sebagai negara terkorup di Asia pasifik menurut survei dari The World Justice Project. Mengapa korupsi dapat tumbuh subur di Indonesia? Ada banyak penyebabnya. Salah satunya ialah kesejahteraan masyarakat yang kurang, hal ini disebabkan oleh gaji dan pendapatan yang rendah dan mental orang Indonesia yang ingin cepat kaya tanpa mau berusaha dan bekerja keras. Budaya di Indonesia sendiri yang masih money

orientedmenyebabkan banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan uang tanpa memikirkan halal haramnya. Ditambah lagi sistem birokrasi Indonesia yang merupakan warisan budaya kolonial Belanda yang rumit membuka celah-celah bagi orang-orang yang ingin melaksanakan praktik korupsi. Apalagi kini nilai - nilai agama yang semakin luntur membuat banyak orang mudah tergiur dengan praktik korupsi. Dari segi ekonomi sendiri, korupsi akan berdampak banyak perekonomian negara kita. Yang paling utama pembangunan terhadap sektor - sektor publik menjadi tersendat. Dana APBN maupun APBD dari pemerintah yang hampir semua dialokasikan untuk kepentingan rakyat seperti fasilitas-fasilitas publik hampir tidak terlihat realisasinya, kalaupun ada realisasinya tentunya tidak sebanding dengan biaya anggaran yang diajukan. Walaupun belum banyak buktinya, jelas ini merupakan indikasi terhadap korupsi. Tidak jelasnya pembangunan fasilitas - fasilitas publik ini nantinya akan memberi efek domino yang berdampak sistemik bagi publik, yang dalam ini adalah masyarakat. Contoh kecilnya saja, jalan - jalan yang rusak dan tidak pernah diperbaiki akan mengakibatkan susahnya masyarakat dalam melaksanakan mobilitas mereka termasuk juga dalam melakukan kegiatan ekonomi mereka. Jadi akibat dari korupsi ini tidak hanya mengganggu perekonomian dalam skala makro saja, tetapi juga mengganggu secara mikro dengan terhambatnya suplai barang dan jasa sebagai salah satu contohnya.

10

Dari segi investor sendiri, dengan adanya korupsi di dalam tubuh pemerintah membuat produsen harus mengeluarkan cost tambahan untuk menyelesaikan masalah birokrasi. Bertambahnya cost ini tentunya akan merugikan mereka. Sementara bagi para investor asing, mereka akan tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena masalah birokrasi yang menjadi ladang korupsi ini dan beralih untuk berinvestasi di negara lain. Hal ini akan merugikan negara karena dengan adanya investasi asing negara kita akan mendapatkan penghasilan yang besar melalui pajak, begitu juga dengan masyarakat, mereka akan mendapatkan lapangan kerja dan penghasilan.

11

BAB IV KESIMPULAN Reformasi Secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. kata Reformasi sendiri pertama-tama muncul dari gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16, yang dipimpin oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli,Yohanes Calvin, dll. Adapun birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.
Sedangkan yang dimaksud Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan

pendapatan

total

dan

pendapatan

perkapita

dengan

memperhitungkan

adanya

pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Menurut MenPAN, reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan sistem birokrasi yang bersih, bertanggung jawab, dan responsif terhadap setiap kebutuhan masyarakat sehingga siap menghadapi era persaingan global. Reformasi birokrasi juga diarahkan pada upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi secara berkelanjutan untuk menciptakan good governance dan clean governance. Oleh karenanya, seharusnya pemerintah memiliki komitmen untuk melakukan penguatan lembaga hukum seperti KPK, kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan Ombudsman yang merupakan salah satu indikator komitmen bangsa dalam penciptaan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN. Dengan demikian fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari dan setiap orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga pada akhirnya orang akan beranggapan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena banyak disalahgunakan oleh pejabat pemerintah (birokratisme) yang merugikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi disni bertujuan untuk mengoreksi dan membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini menyimpang, kembali ke cita-cita proklamasi. Reformasi birokrasi penting dilakukan agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi.
12

Pada akhirnya keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi akan sangat mendukung dalam penciptaan good dovernance karena reformasi birokrasi merupakan inti dari upaya penciptaan good governance, sehingga akan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan investasi di Indonesia yang berujung pada peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang membawa implikasi terhadap kesejahteraan rakyat. Secara teoretis dan realitas praktik manajemen pemerintahan menunjukkan bahwa good governance berkorelasi positif terhadap penurunan kemiskinan, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi suatu bangsa,pencapaian millennium development goals (MDGs), serta peningkatan investasi dan daya saing nasional. Kualitas good governance suatu negara juga menjadi indikator utama untuk menarik investasi asing (foreign direct investment). Negara di Asia dan di Amerika Latin saling berlomba untuk menaikkan indeks good governance demi mencitrakan negaranya memiliki iklim kondusif untuk berinvestasi. Membangun kultur, pola pikir, dan perilaku membutuhkan sistem terpadu, tidak sektoral, apalagi spasial. Selain itu, kemampuan untuk menyerap (absorptive capacity) daerah lain juga perlu ditumbuhkan.Penataan birokrasi secara bottom-up sesuai karakteristik masing-masing daerah perlu difasilitasi oleh pemerintah pusat tanpa mengorbankan standar kepatutan. Dengan demikian, reformasi birokrasi dapat terjadi secara sporadis-sistemik untuk menciptakan pemerintahan yang berdaya saing. Di Indonesia upaya reformasi birokrasi belum menunjukkan hasil. Birokrasi masih dikooptasi elite politik. Akibatnya, korupsi kebijakan yang merugikan banyak dan merusak sistem tata negara justru makin berkembang. Birokrasi masih terkooptasi kepentingan politik sehingga sulit untuk direformasi. Oleh karena itu, pemisahan antara sistem politik dan sistem birokrasi sangat relevan untuk dilakukan di Indonesia saat ini. Sistem birokrasi yang tidak netral dan tidak prfesional hanya akan melanggengkan korupsi di tingkat kebijakan yang selama ini terjadi. korupsi di Indonesia semakin luas dan merajalela. Perilaku seperti ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di negeri ini. Dari segi ekonomi sendiri, korupsi akan berdampak banyak pada perekonomian negara kita. Yang paling utama pembangunan terhadap sektor - sektor publik menjadi tersendat. Dana APBN maupun APBD dari pemerintah yang hampir semua dialokasikan

13

untuk kepentingan rakyat seperti fasilitas-fasilitas publik hampir tidak terlihat realisasinya, kalaupun ada realisasinya tentunya tidak sebanding dengan biaya anggaran yang diajukan. Sedangkan dari segi investor, dengan adanya korupsi di dalam tubuh pemerintah membuat produsen harus mengeluarkan cost tambahan untuk menyelesaikan masalah birokrasi. Bertambahnya cost ini tentunya akan merugikan mereka. Sementara bagi para investor asing, mereka akan tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena masalah birokrasi yang menjadi ladang korupsi ini dan beralih untuk berinvestasi di negara lain.

14

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia http://birokrasi.kompasiana.com http://oss-center.net http://aparaturnegara.bappenas.go.id/?p=93 http://news.okezone.com/read/2011/06/14/339/468071/pemberantasan-korupsi-diindonesia-peringkat-2-dari-bawah http://id.wikipedia.org

15

You might also like