You are on page 1of 10

MAKALAH EVOLUSI Evolution of Genomic Diversity and Sex at Extreme Environtments : Fungal Life under Hypersaline Dead Sea

Stress oleh : Kelompok 3 1. Hiasinta Guruh 3. Anita Juhari 4. Eka Oktavianti 5. Rizka A 6. Noer M (0810910010) (08109130 ) (0810913026) (08109130 ) (08109130 ) 2. Imam Fikry Fanani (0810910050)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman genom di alam dapat membentuk suatu keanekaragaman kehidupan dalam skala regional dan lokal di dunia. Keragaman genom yang terjadi berkorelasi positif dengan adanya keanekaragaman, pengaruh ekologi dan stress lingkungan. Keanekaragaman genom di alam secara teoritis dapat dipelihara dengan ekologi spasial dan variasi temporal, bahkan dalam populasi kecil. Keanekaragaman genom yang terjadi sangat dipengaruhi oleh seleksi alam, diversifikasi, keseimbangan, dan siklus. Interaksi yang terjadi antar genom dapat menyebabkan efek mutasi dan migrasi. Keragaman genom juga menyebabkan adanya evolusi pada makhluk hidup yang tinggal pada lingkungan yang ekstrim dengan ditandai adanya proses adaptasi dan spesiasi. Salah satu tempat yang dapat mempengaruhi keragaman genom pada makhluk hidup adalah Laut Mati. Laut Mati memiliki salinitas yang cukup tinggi dengan pH 5,9 yang membuat lingkungan menjadi sangat ekstrim dan membuat sebagian besar kehidupan tidak dapat bertahan disana. Pada saat ini, kondisi tersebut terus memburuk dengan adanya tingkat volume air yang terus menurun pada setiap tahunnya. Beberapa biota laut yang dapat bertahan hidup di lingkungan tersebut. Biota yang dapat bertahan hidup disana adalah alga hijau uniseluler Dunaliella parva sebagai produsen utama, dan berbagai spesies Archaea halofilik keluarga Halobacteriaceae, sebagai konsumen utama. Keberadaan mikroorganisme ini hanya terjadi pada musim penghujan saja. Namun, juga terdapat spesies yang tumbuh stabil di perairan Laut Mati yaitu jamur filamen (DSW) Gymnascella marismortui yang merupakan spesies endemik, Aspergillus versicolor dan Eurotium herbariorum. Adanya spesies yang dapat bertahan dan hidup stabil di perairan Laut Mati tersebut, melatar belakangi peneliti melakukan penelitian ini. Peneliti menghubungkan peningkatan stres lingkungan dan genomik (coding dan noncoding). 1.2 Permasalahan
1. Bagaimana keragamanan genom yang dimiliki jamur Aspergillus versicolor di Perairan

Laut Mati?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi keragaman genom jamur Aspergillus versicolor di

Perairan Laut Mati? 1.3 Tujuan

Tujuan dari peneliti dalam penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman genom yang bersifat adaptif pada Jamur Aspergillus versicolor yang hidup di perairan Laut Mati. 1.4 Manfaat Setelah melakukan pembelajaran tentang jurnal ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana evolusi dapat terjadi akibat adanya stress lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman genom pada suatu spesies tertentu.

BAB II ISI Diversitas genom selalu berhubungan dengan diversitas ekologi dan stress lingkungan. Pada suatu populasi kecil, diversitas genom sangat dipengaruhi oleh seleksi alam sehingga terbentuk suatu diversitas, keseimbangan dan siklus. Hal ini terjadi dengan ditandai adanya mutasi dan migrasi. Metode yang digunakan untuk mengetahui suatu diversitas genom adalah Amplified Fragment Length Polymorphisme (AFLP) yang bisa digunakan untuk menganalisis daerah coding dan non coding pada suatu individu dan populasi sehingga bisa untuk mengetahui suatu evolusi dari individu tersebut. Studi ini dilakukan untuk mengetahui diversitas genomic dari suatu fungi dari kelas Ascomycetes yaitu A. versicolor pada lingkungan dengan kadar garam tinggi didaerah sekitar laut mati. Pengambilan sampel A. versicolor dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu daerah non saline yaitu sungai Jordan (JRS) dan tanah nonsaline di lower Nahal keziv (ECII) dan daerah saline yaitu pantai teresterial laut mati (DSTS), DSAS, DSSW, DSSC dan DSDW. Dari hasil AFLP, band diproduksi dengan ukuran 40500 bp dalam sampel yang berbeda di seluruh gel yang dicetak. Matriks biner dibangun untuk semua yang terisolasi oleh penilaian keberadaan (1) ataupun ketiadaan (0) AFLP band.

Gambar 1 Peta Pengambilan Sampel A. versicolor (Dead Sea deep water (DSDW; 50280 m); K and I, Dead Sea surface water (DSSW); AG, Dead Sea aquatic shore (DSAS); AG, DSTS; H, Dead Sea Arubotaim salt cave; YA and Y2, southern Jordan River (JRS)) Dari hasil AFLP, band diproduksi dengan ukuran 40500 bp dalam sampel yang berbeda di seluruh gel yang dicetak. Matriks biner dibangun untuk semua yang terisolasi oleh dengan penilaian 1 untuk ada atau 0 untuk tidak ada pada band AFLP. Untuk analisis keanekaragaman genom dalam suatu populasi, bisa diperkirakan keanekaragaman genetik yang diharapkan dengan rumus

di mana hek adalah nilai dari he untuk lokus kth, dan r adalah jumlah total lokus yang diteliti. he merupakan perkiraan keragaman genetik untuk suatu lokus tunggal yang dirumuskan he = n(1-xi2)/(n-1) di mana n adalah jumlah haploid individu dan xi adalah frekuensi alel pada lokus dalam sampel dari populasi.

Gambar 2 Nilai H e dari Populasi Fungi A. versicolor berdasarkan pada 605 AFLP band dari lokus gen yang berada pada daerah coding and noncoding 1, JRS; 2, African south-facing slope (ECII); 3, DSTS; 4, DSAS; 5, DSSW; 6, DSDW. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diversitas genetic dari A. versicolor mengalami peningkatan seiring bertambahnya stress lingkungan, Namun, mengalami penurunan pada lingkungan di laut mati pada kedalaman 50-280 m. Ukuran stress lingkungan berupa gabungan dari salinitas dan tekanan. Dalam hal ini menunjukkan suatu bukti terdapat hubungan genetik pada A. versicolor terhadap stress lingkungan. Evolusi keragaman genom di bawah tekanan lingkungan telah menunjukkan keragaman fenotip dan genotip di alam. Struktur dan evolusi keragaman ini secara umum dari segi molekular dan tingkat organisme dan di semua skala geografis ( global, regional dan local) menunjukkan kehidupan dan keteraturan korelasi yang positif dengan heterogenitas lingkungan abiotik dan biotic. Evolusi keanekaragaman hayati ternyata pada populasi kecil sangat dipengaruhi seleksi alam, termasuk diversifikasi, keseimbangan, siklus, berinteraksi dengan efek dari mutasi, migrasi dan genetik drift . Teori ini ditunjukkan terhadap jamur tanah Ascomycetes A. versicolor di seluruh Israel. Keanekaragaman genom A. versicolor memuncak di pantai dan air permukaan Laut Mati tetapi kemudian menurun drastis di laut dalam hipersaline air (50-280m) dengan salinitas > 34% dan tekanan tinggi.

Heterosigositas (H) dan He yang positif dan signifikan secara keseluruhan berkorelasi dengan variasi curah hujan, yaitu dengan meningkatnya daya tahan kekeringan menguatkan teori lingkungan tentang keanekaragaman genetik,. Kenaikan karagaman parallel dalam meningkatkan level stress, sebagaimana terefleksi dengan penurunan curah hujan tahunan dan peningkatan variasi hujan dan tidak dapat diprediksi. Tidak semua spesies Mediterania (misalnya Gryllotalpa gryllotapa) menunjukkan kenaikan H; penurunan H jelas ketika populasi menembus ke dalam gurun dan cekungan Laut Mati. Karena heterosigositas protein juga terkait dengan perkembangan homeostasis dan fungsi fisiologis, stamina individu di lingkungan ekologi yang stress tidak menentu dan berfluktuasi, seperti gurun (tetapi tidak termasuk keadaan ekstrim) akan diseleksi untuk protein heterozygosity yang lebih tinggi. Kemudian kami membuktikan bahwa temuan ini benar juga untuk keragaman DNA dari genom noncoding diketik untuk beragam molekul penanda. Teori ini memprediksikan bahwa pada kondisi stabil, kesesuaian genotip cenderung meningkat dengan jumlah lokus heterozygous yang mengandungnya Pada lingkungan salinitas tinggi, penurunan drastis telah ditunjukkan dalam studi dari allozyme heterozygosity pada mole crickets di lingkungan yang hypersalin di Israel Berdasarkan 21 lokus allozyme, penurunan dari angka 0.119 pada spesies Gryllotalpa tali yang hidup di Israel ke angka 0.039 pada Gryllotalpa marismortui yang tinggal di habitat Salinitas tinggi (batas laut mati) di lingkungan ekstrim untuk mole crickets. Hasil yang diperoleh pada A. versicolor lebih dramatis dari pada perolehan untuk Gryllotalpa marismortui. A. versicolor merupakan spesies kosmopolitan yang distribusinya dari antartika sampai di gurun pasir mesir. A. versicolor dikondisikan ke permukaan aktifitas air rendah dan radiasi yang tinggi. Dalam hal ini terlihat peningkatan yang stabil keanekaragaman genom secara keseluruhan baik di daerah pengkodean dan noncoding dari nilai He sebesar 0,137 (Sungai Yordan) ke nilai He tinggi sebesar 0,278 pada DSSW. Penurunan secara drastic terjadi pada variabel kedalaman 50-280 m. DSDW mengalami kondisi stress yang ekstrim dari lingkungan yang mengalami hypersalinitas dan tekanan yang tinggi. Kondisi sea basins. Ekspresi fenotip terhadap toleransi garam menguatkan suatu bukti genetic pada spesies ini.. Isolat A. versicolor memiliki sifat adaptif yang terhadap lingkungan terutama toleransi terhadap tingginya kadar garam. Dalam uji coba fisiologis viabilitas, strain jamur dari DSTS dengan salinitas 5-29% menunjukkan pola hidup penengah antara bahwa dari DSW dan nonsaline (ECII) isolat pada pengujian kedua spora dan miselium. Isolat ini kurang toleran saat gabungan hypersalinity dan tekanan yang tinggi sangat mirip ditempat suatu Negara ditemukan di deep-

diinkubasi pada kondisi DSW yang sesuai dengan kondisi isolat yang diperoleh dari air laut tersebut.

Gambar 3. Proporsi seksual spesies dalam mycobiota daerah Israel yang berbeda.1, ECI (Lower Nahal Oren, Mt. Carmel); 2, ECII; 3, central coastal plain; 4, northern Negev Desert; 5, Dead Sea area; 6, DSTS (hypersaline mud); 7,DSW (hypersaline water). Stress lingkungan mempengaruhi keragaman dan seks yang saling terkait dan dibentuk oleh tekanan lingkungan. Peningkatan mutasi, rekombinasi, dan seks memastikan tingkat yang lebih tinggi sehingga memiliki potensi yang lebih tinggi untuk adaptasi. Berdasarkan estimasi distribusi mikrofungi tanah dan morfologi seks di alam menunjukkan korelasi positif antara seksualitas (dengan cara meiospores) dengan stres ekologis (Gambar. 3 dengan penambahan estimasi dari DSW). Pada DSW, y menunjukkan prosentase sexual species dari total 70 species yang teridentifikasi. Situs 4-6 ditandai dengan intensitas stres meningkat, diikuti dengan peningkatan proporsi reproduksi seksual dan penurunan tajam dalam air laut (site 7). Stres mempengaruhi keragaman ekologi dan jenis kelamin sehingga memiliki hubungan yang sangat erat yang dibentuk oleh semacam tekanan ekologis. Baik keragaman genomik dan seks tampaknya mengikuti pola naik dan turun, Meningkatnya stress terhadap hipersaline menyebabkan penurunan terhadap keragaman ekologi dan jenis kelamin. Kondisi stres memang diketahui meningkatkan polimorfisme genetik, rekombinasi, mutasi, konversi gen, dan jenis kelamin. Kenaikan reproduksi seksual dengan stres meningkat telah dibuktikan, tidak

hanya regional dalam jamur Israel tetapi juga secara lokal di lereng Afrika''''stres dalam ECI dan ECII. Tetapi ketika lingkungan mendekati iklim, termal atau kandungan kimia yang menyebabkan niche menjadi sempit, homogen, dan sangat stres, semua keragaman menghasilkan mekanisme penurunan. Kenaikan mutasi, rekombinasi, konvergensi gen dan seks memastikan tingkat keragaman genetik yang lebih tinggi, menyediakan potensi lebih tinggi untuk adaptasi genetik.

BAB III KESIMPULAN Diversitas genom selalu berhubungan dengan diversitas ekologi dan stress lingkungan. Pada suatu populasi kecil, diversitas genom sangat dipengaruhi oleh seleksi alam sehingga terbentuk suatu diversitas, keseimbangan dan siklus. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diversitas genetik dari A. versicolor mengalami peningkatan seiring bertambahnya stress lingkungan, Namun, mengalami penurunan pada lingkungan di laut mati pada kedalaman 50280 m. Ukuran stress lingkungan berupa gabungan dari salinitas dan tekanan. Dalam hal ini menunjukkan suatu bukti hubungan genetik pada A. versicolor terhadap stress lingkungan. Penanda diversitas genetik menunjukkan peningkatan terhadap stress dan terjadi penurunan pada stress lingkungan yang ekstrem terutama dipengaruhi oleh kedalaman laut. Stress lingkungan juga mempengaruhi keragaman dan seks (meiospores) yang saling terkait dan dibentuk oleh tekanan lingkungan. Peningkatan mutasi, rekombinasi, dan seks memastikan tingkat yang lebih tinggi dan memberikan potensi yang lebih tinggi untuk adaptasi. Jadi, diversitas genetik di alam dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik sehingga tercapai suatu kesetimbangan, diversitas, dan siklus seleksi. Struktur ekologis laut mati mewakili tepi hypersaline kehidupan, Diversitas tingkat genom dan seks ditambah adaptasi dipengaruhi oleh berbagai bentuk seleksi alam sesuai dengan pola dan tingkat stres yang menghasilkan pola adaptif evolusi

You might also like