You are on page 1of 14

BAB II MEMAHAMI tentang PENDEKATAN BEHAVORAL dan KOGNITIF SOSIAL

A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Namun tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan kemampuan itu ada sejak lahir , tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau. Cakupan pembelajaran itu luas (Domjan, 2000, 2002). Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di mana saja di seputar dunia anak.

B. Pendekatan Behavioral untuk Pembelajaran


Belajar merupakan suatu kegiatan berproses. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral dalam pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang menekankan pembelajaran melalui aspek-aspek yang dapat dilihat (observable). Menurut teori behavioral, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Lebih tepatnya, belajar adalah perubahan yang dialami seseorang dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap belajar apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pendekatan behavoristik memiliki pandangan atau prinsip yang dikembangkan oleh beberapa tokoh behavioral. Hal inilah yang akan dibahas dalam makalah ini, termasuk bagaimana menggunakan prinsip-prinsip tingkah laku tersebut untuk mengubah atau memodifikasi perilaku dan menerapkannya dalam pembelajaran.

Teori Belajar di dalam Behavioral

Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik) Classical Conditioning dipopulerkan oleh Ivan P. Pavlov (1849-1936). Istilah ini sering juga disebut dengan Respondent Conditioning atau Pavlovian Conditioning. Classical Conditioning adalah tipe pembelajaran dimana seseorang belajar untuk mengkaitkan atau mengasosiasikan stimulus (Santrock, 2007). Dalam Classical Conditioning juga terdapat Desentralisasi sistematis (systematic

desensitization) adalah sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan umtuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Pavlov mengemukakan beberapa prinsip dalam classical conditioning, yaitu: 1. Generalisasi. Generalisasi adalah kecendrungan dari stimulus baru yang mirip dengan CS untuk menghasilkan respon yang sama. Ada 2 fakta generalisasi yang perlu diperhatikan (Elliot, 1999): a. Setelah pengkondisian terhadap stimulus, terjadi keefektifan dan tidak terbatas pada stimulus itu saja. b. Ketika suatu stimulus menjadi kurang mirip dengan yang digunakan pada awalnya, maka kemampuan untuk menghasilkan respon akan berkurang. 2. Diskriminasi. Diskriminasi yaitu peresponan terhadap stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam eksperimen Pavlov, Pavlov memberi makan anjing setelah bel berbunyi dan tidak memberi makan setelah membunyikan suara lainnya. Akibatnya anjing hanya merespon suara bel. 3. Pelenyapan (extinction) Dalam classical conditioning, pelenyapan berarti pelemahan Conditioned Response (CR) karena tidak adanya Conditioned Stimulus (CS) (Santrock, 2007). Dalam eksperimennya, Pavlov mendapati bahwa dengan memperdengarkan bunyi bel saja (tanpa makanan) anjing tidak lagi mengeluarkan air liur.

Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) Operant Conditioning dipopulerkan oleh B.F. Skinner (1904 1990). Operant Conditioning dinamakan juga Instrumental Conditioning. Pemikiran Skinner awalnya didasarkan dari pandangan E.L Thorndike. Eksperimen Thorndike: Prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme belajar dengan cara mencoba-coba (trial and error). Thorndike juga berpendapat bahwa belajar terjadi secara perlahan, bukan secara tiba-tiba. Belajar terjadi secara incremental (bertahap), bukan secara insightful (Hergenhahn & Olson, 1997). Jika organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan serangkaian tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Individu mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan tingkah laku tertentu.

Operant Conditioning juga memiliki beberapa prinsip, yaitu : 1. Reinforcement (penguat atau imbalan) Reinforcement adalah konsekuensi yang akan meningkatkan probabilitas suatu perilaku terjadi lagi (McCown, Drescol, & Roop, 1996). Ada dua bentuk reinforcement :
a) Reinforcement positive (reward), yaitu stimulus yang akan memperkuat perilaku

dimana frekuensi perilaku akan meningkat karena diikuti dengan stimulus yang menyenangkan. b) Reinforcement negative, yaitu stimulus yang akan memperkuat perilaku dimana frekuensi perilaku akan meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan. Reinforcement, baik positif maupun negatif, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu (McCown, dkk., 1996) :

a) Primary reinforcement, yaitu stimulus yang berupa pemenuhan kebutuhan biologis

yang sifatnya tanpa perlu dipelajari.


b) Secondary reinforcement, yaitu stimulus yang bukan pemenuhan biologis yang sifatnya

harus dipelajari. c) Pairing, yaitu stimulus yang merupakan gabungan dari primary reinforcement dan secondary reinforcement. Dengan kata lain, ada dua penghargaan sekaligus yang diberikan kepada individu. 2. Punishment (hukuman) Punishment adalah stimulus tidak menyenangkan yang akan menurunkan terjadinya perilaku (McCown, dkk., 1996). Beberapa perilaku memerlukan suatu perubahan yang sifatnya segera. Perubahan ini memerlukan suatu tindakan yang terkadang membuat individu merasa terancam secara fisik dan psikis. Hukuman adalah sesuatu yang mempresentasikan suatu stimulus baru, yang bagi individu dianggap sebagai hal yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan. Hukuman yang diberikan dapat berupa hukuman fisik dan psikis. Beberapa format hukuman yang efektif dalam mengurangi perilaku yang bermasalah adalah:
a.

Secara Verbal, yang dapat lebih efektif ketika disampaikan saat itu juga, dekat

dengan perilaku yang tidak diinginkan, serta dilakukan tidak secara emosional.
b.

Secara Non Verbal, misalnya kontak mata atau muka merengut.

C. Analisis Perilaku Terapan dalam Pendididkan


Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operant untuk mengubah perilaku manusia. Ada 3 penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan (Alberto & Troutman, 1999) :

a) Meningkatkan perilaku yang diinginkan.

Memilih reinforcement yang tepat.

Memilih reinforcement yang paling tepat merupakan hal yang penting karena tidak semua penguat akan mempunyai efek yang sama bagi setiap siswa. Guru sebaiknya mencari tahu reinforcement apa yang paling efektif untuk masing-masing siswa. Misalnya, untuk seorang siswa diberikan pujian, sedangkan untuk siswa lain diberi hadiah. David Premack menemukan prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas yang berprobabilitas tinggi dapat digunakan sebagai penguat aktivitas berprobabilitas rendah (Henson & Eller, 1999). Misalnya, guru ingin membiasakan siswa untuk memakan sayuran di menu makan siang mereka. Ketika siswa berhasil menghabiskan sayuran yang ada di piringnya, kemudian guru memberikan segelas es krim kesukaan siswa.

Memilih schedule reinforcement yang terbaik. Pemilihan reinforcement yang tepat sebaiknya diiringi dengan pemilihan schedule

reinforcement yang tepat pula. Skinner berpendapat bahwa sebuah reward kecil yang sering diberikan akan jauh lebih efektif dalam membentuk dan mempertahankan perilaku dibanding reward besar tetapi jarang diberikan (Leffrancois, 2000).

Menjadikan reinforcement kontingen dan tepat waktu. Reinforcement akan lebih efektif jika diberikan tepat waktu, segera setelah siswa

melakukan perilaku yang diinginkan. Hal ini akan membuat siswa mampu membuat hubungan kontingensi imbalan dan perilaku mereka (Santrock, 2007).

b) Menggunakan dorongan (prompt), pembentukan (shaping) dan chining.

Prompt (dorongan)

Stimulus atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon itu akan terjadi (Leffrancois, 2000). Dapat berupa dorongan verbal maupun non-verbal.

Shaping

Suatu prosedur dimana perilaku yang secara berturut-turut mirip dengan perilaku sasaran akan diperkuat (McCown, dkk., 1996). Shaping sangat diperlukan karena banyak perilaku baru yang sifatnya kompleks sehingga harus dipelajari secara bertahap. Chaining

Stimulus tambahan yang yang diberikan untuk memperkuat perilaku sasaran dengan cara membagi perilaku menjadi beberapa bagian kecil (McCown, dkk., 1996).

c) Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan. a.

Menghentikan reinforcement atau melakukan extinction (pelenyapan). Extinction dapat digunakan untuk menghentikan perilaku yang tidak tepat atau tidak

pantas (Henson & Eller, 1999). Seringkali suatu perilaku yang tidak tepat justru secara tidak sengaja dipertahankan, yaitu dengan adanya perhatian. Extincion dapat diberikan sepanjang perilaku yang dilakukan siswa bukan perilaku yang merusak secara berlebihan.
b.

Menghilangkan stimulus yang diinginkan.

Penghilangan positive reinforcement ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu (Elliot, 1999) : Time out, yaitu individu kehilangan waktunya yang menyenangkan. Response cost, yaitu individu dijauhkan dari reinforcement positif.

Dalam penerapannya, sebaiknya timeout dan response cost harus diiringi dengan strategi untuk meningkatkan perilaku positif murid.

c.

Memberikan stimulus yang tidak disukai (hukuman). Prinsip dasar hukuman adalah menurunkan perilaku yang tidak tepat atau tidak

diinginkan. Hukuman akan lebih efektif dilakukan jika sebelumnya didahului dengan

peringatan dan digunakan untuk mengkomunikasikan kepada siswa, perilaku apa yang salah atau tidak tepat (Azrin & Holz; Walters & Grusec, dalam Henson & Eller, 1999). Namun, hukuman sebaiknya tidak sering diberikan karena memiliki sisi atau dampak negatif. Suatu penelitian juga menemukan bahwa ketika orang tua menggunakan tamparan untuk mendisiplinkan anak mereka saat masih berusia 4 atau 5 tahun, tamparan itu justru meningkatkan perilaku bermasalah (McLoyd & Smith dalam Santrock, 2007).

D. Pendekatan Kognitif social untuk Pembelajaran.


Teori kognitif social (social cognitive theory) menyatakan bahwa factor social dalam kognitif, dan juga perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif social. Dia menyatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat mempresentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari 3 faktor utama: perilaku, person (kognitif), dan lingkungan. Ada beberapa model Bandura dalam menganalisis kasus perilaku akademik murid sekolah menengah, misalnya : Kognisi mempengaruhi perilaku. Perilaku mempengaruhi kognisi. Lingkungan mempengaruhi perilaku. Perilaku mempengaruhi lingkungan. Kognisi mempengaruhi lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kognisi. Dalam model pembelejaran Bandura , factor person (kognitif) memeainkan peran penting. Faktor person (kognitif ) yang ditekankan Bandura pada masa belakangan ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Pembelajaran Observasional

Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeleminasi pembelajaran trial and error yang membosankan. Dalam banyak kasus, pembelajarn observasional membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbamg pengkondisian operant. Model pembelajaran Observasinal kontemporer Bandura. Sejak eksperimen awalnya, Bandura (1986) memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional. Prose situ adalah : atensi (perhatian), retensi, produksi, dan motivasi. Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri Pendekatan perilaku kognitif adalah mengubah perilaku dengan menyuruh orang untuk memonitor, mengelola , dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan dipengaruhi melalui factor eksternal. Di beberapa kalangan ada yang dinamakan modifikasi perilaku kognitif. Metode instruksi diri (self-instructional method) adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang dimaksudkan guna mengajari individu untuk memeodifikasi perilaku mereka sendiri. Metode self-instructional ini membantu orang mengubah apa yang menjadi anggapan mereka tentang diri mereka sendiri. Sedangkan Pembelajaran Regulasi Diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).

Berikut ini adalah karakteristik dari pelajar regulasi dini : o Bertujan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi. o Menyadari keadaan emosi mereka dan punya strstegi untuk mengelola emosinya. o Secara periodic memonitor kemajuan ke arah tujuannya. o Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat.

o Mwngevaluasi halaman yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN

Manusia terus belajar sepanjang hidupnya. Hampir semua pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku manusia dibentuk, diubah, dan berkembang melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga dapat terjadi kapan saja, dan di mana saja. Belajar merupakan suatu kegiatan berproses. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral dalam pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang menekankan pembelajaran melalui aspek-aspek yang dapat dilihat (observable). Menurut teori behavioral, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Lebih tepatnya, belajar adalah perubahan yang dialami seseorang dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap belajar apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pendekatan behavoristik memiliki pandangan atau prinsip yang dikembangkan oleh beberapa tokoh behavioral. Hal inilah yang akan dibahas dalam makalah ini, termasuk bagaimana menggunakan prinsip-prinsip tingkah laku tersebut untuk mengubah atau memodifikasi perilaku dan menerapkannya dalam pembelajaran.

BAB III KESIMPULAN

Pendekatan behavioral dalam pembelajaran menekankan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui proses yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut pandangan ini, pemikiran, perasaan, dan motif bukan subyek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semua itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Pembelajaran pada teori ini menekankan kepada pembelajaran asosiatif, yaitu dua kejadian yang saling terkait. Misalnya, pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu di sekolah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu: 1) Mementingkan pengaruh lingkungan 2) Mementingkan bagian-bagian (elementalistik) 3) Mementingkan peranan reaksi 4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon 5) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya 6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan 7) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kekurangan Teori Belajar Behavioristik Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati

dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasarkan karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENDEKATAN BEHAVIOURAL DAN KOGNITIF SOSIAL

Nama Kelompok 5 : 1. Pandu M 091664013 2. Desika Caprilia Putri 091664037 3. Intan F.S 091664039 4. Sheilla Septifani 091664062

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PRODI PSIKOLOGI 2009 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2010

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil aalamin, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Paper Psikologi Belajar kami dengan lancar. Semoga apa yang kami hasilkan dapat bermafaat bagi kami yang membuat dan bagi yang membacanya. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam apa yang kami buat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun,

You might also like